• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik Permodalan Bersyarat Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam Di Desa Cumedak Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Praktik Permodalan Bersyarat Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam Di Desa Cumedak Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember 2016."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

Transaksi Permodalan bersyarat merupakan salah satu cara yang digunakan oleh masyarakat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jemberdalam memenuhi kebutuhan demi keberlangsungan hidupnya dan keluarganya. Praktik permodalan di desa Cumedak sama halnya permodalan pada umumnya, hanya saja Praktik permodalan yang dilakukan di desa Cumedak berbeda dalam segi jaminannya yaitu berupa syarat, syarat tersebut yaitu hasil panen penerima hutang modal harus menjual kepada juragan pemberi hutang modal.

Fokus penelitian yang diteliti dalam skripsi ini adalah : 1) Bagaimana praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember? 2) Bagaimana perspektif etika bisnis Islam terhadap praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember?

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan Praktik permodalan bersyarat di Desa Cumedak Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember: 2) Mendeskripsikan perspektif Etika bisnis Islam terhadap praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) karena data penelitian ini diperoleh dari masyarakat melalui proses observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Setelah data-data terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan data deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir induktif.

Penelitian ini memperoleh kesimpulan. 1) Praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember yang terjadi yaitu juragan akan mencairkan dana hutang modal jika petani yang akan berhutang modal tersebut menerima syarat yang diajukan oleh juragan, syarat yang harus dipenuhi yaitu hasil panen petani harus dijual kepada juragan pemberi hutang modal tersebut. 2) Analisis etika bisnis Islam terhadap Praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember belum bisa dibenarkan kesesuaiannya, karena permodalan yang terjadi ada tambahan syarat, sehingga ada unsur keterpaksaan dalam transaksi tersebut. Maka dalam perspektif etika bisnis Islam tidak dibenarkan dalam berbisnis ada paksaan, baik itu paksaan secara kasar maupun halus.

(2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Telah menjadi kehendak Allah SWT bahwa manusia harus hidup bermasyarakat dan saling tolong menolong antara satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan jasa orang lain untuk memenuhi hajat hidup dan mencapai kemajuan dalam hidupnya.

Untuk menyempurnakan dan mempermudah hubungan antara mereka, banyak sekali cara yang dilakukan. Salah satunya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia melakukan jual beli, melakukan hutang-piutang, sewa-menyewa dan lain sebagainya. Dan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut adalah dengan bekerja, sedangkan salah satu bentuk kerja adalah bisnis. Kegiatan dalam muamalah, yang paling banyak dilakukan oleh manusia setiap saat adalah kegiatan bisnis.1

Semenjak diri mereka (manusia) berada dimuka bumi ini sudah memerlukan bantuan orang lain dan tidak sanggup berdiri sendiri untuk memenuhi kebutuhannya yang setiap hari semakin bertambah. Oleh karena itu hukum islam mengadakan aturan-aturan bagi keperluan manusia dan membatasi keinginannya hingga memungkinkan manusia memperoleh kebutuhannya tanpa memberi mudharat kepada orang lain dan mengadakan hukum tukar menukar keperluan antara anggota-anggota

1 Veithzal Rivai, Amiur Nurruddin dan Faisar Ananda Arfa, Islam Business And Economic Ethnish (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 11.

(3)

masyarakat dengan jalan yang adil, agar manusia dapat melepaskan dirinya dari kesempitan dan memperoleh keinginannya tanpa merusak kehormatan.

Islam memerintahkan kepada manusia untuk bekerjasama dalam segala hal, kecuali dalam perbuatan dosa kepada Allah dan melakukan aniaya kepada sesama makhluk.2 Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat (29) :

















































Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama- suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

(Q.S An-Nisa’: 29).3

Dari ayat tersebut bisa dijelaskan bahwa dalam transaksi bisnis itu harus suka sama suka dengan tidak banyak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain dan melakukan transaksi dengan orang lain harus adil. Jangan karena salah satu pihak yang mebutuhkan maka pihak yang lainnya mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu Islam menekankan adanya moralitas, seperti persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Nilai-nilai moralitas tersebut dalam

2 Ismail Nawawi, Ekonomi Islam - Teori, Sistem dan Aspek Hukum, (Surabaya: CV Putra Media Nusantara, 2009), 51.

3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2005), 107.

(4)

transaksi merupakan tanggung jawab bagi pelaku. Bagi seorang muslim, nilai-nilai ini merupakan refleksi dari keimanannya kepada Allah SWT.

Aspek moral dalam Islam adalah ditopang dengan konsep tauhid, iman, dan konsep-konsep lain yang berhubungan dengan konsep seperti:

kebenaran, ketaqwaan, ibadah, kewajiban dan ikhtiar. Akan tetapi, tanpa kepercayaan atau iman maka untuk mencapai aspek yang lainnya akan sulit. Tauhid adalah kepercayaan manusia untuk selalu bergantung pada Allah, karena adanya keterbatasan manusia.4

Dengan adanya hubungan sesama manusia tersebut, maka timbullah hak dan kewajiban yang merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan manusia. Sehingga Islam memberikan aturan bermuamalah yang bersifat mudah guna memberikan kesempatan perkembangan kehidupan manusia dikemudian hari.

Aturan-aturan dalam bermuamalah ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan kemasyarakatan dalam memenuhi kebutuhannya masing-masing.

Aturan-aturan tersebut sesuai dengan ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits.5

Islam membenarkan setiap kegiatan bisnis sepanjang tidak menyakiti orang lain atau masyarakat secara keseluruhan, bisnis yang dilakukan seorang muslim yang beriman mempunyai pijakan landasan

4 Muhammad, pengantar akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2005). 136

5 Ismail Nawawi, Fikih Mumalah Klasik danKontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 11.

(5)

keyakinan bahwa bisnis yang dilakukan dengan landasan dan pedoman atau peraturan Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Harapannya agar bisnis yang dikelola itu membawa manfaat dan kemaslahatan yang positif bagi manusia sebagai bekal hidup dan kehidupan, baik untuk hidup di kehidupan dunia maupun di kehidupan akhirat.

Keterlibatan muslim dalam dunia bisnis bukanlah suatu fenomena baru, bahkan sejak zaman Rasulullah pun terjadi. Namun dewasa ini bisnis mengalami perkembangan pesat, akibatnya banyak perubahan dan permasalahan yang terjadi. Apalagi dengan munculnya bentuk-bentuk baru, institusi, metode dan teknik-teknik bisnis yang sebelumnya belum pernah ada sehingga meskipun mereka berpartisipasi dalam dunia bisnis, namun dalam pikiran meraka ada semacam ketidakpastian, apakah praktek bisnis-bisnis mereka benar menurut etika bisnis Islam atau tidak.

Seperti halnya dengan kehidupan masyarakat desa Cumedak yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka, mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, dengan tingkat ekonomi yang berbeda-beda. Sehingga dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya tidak bisa lepas dari campur tangan pihak lain, praktik permodalan bersyarat ini berawal dari beberapa juragan yang memberikan fasilitas modal kepada petani yang tidak memiliki modal untuk menggarap sawahnya. Dengan adanya fasilitas ini para petani yang tidak memiliki modal akan berhutang kepada juragan untuk menggarap sawahnya, supaya

(6)

kehidupan ekonomi keluarga petani akan terus berlangsung dan tidak menganggurnya lahan sawah untuk digarap oleh petani.

Pemberian modal antara juragan yang memberikan modal pada petani itu sudah berlangsung dari tahun ke tahun, dan akad pemberian modal tersebut tidak dibukukan dengan perjanjian hitam diatas putih (tertulis) melainkan berdasarkan kepercayaan. Dan jatuh tempo pelunasan atau pengembalian modal pihak petani yaitu pada saat petani itu panen.

Dengan syarat hasil panen itu dijual pada juragan yang memberikan modal kepadanya dengan harga yang ditentukan oleh juragan, apakah harga yang ditawarkan oleh juragan tersebut sesuai dengan harga pada umumnya atau dibawah harga pada umumnya sehingga juragan tersebut mengambil keuntungan yang sebanyak-banyaknya.

Pelunasan itu berimplikasi pada putusnya akad atau perjanjian antara keduanya. Sehingga pertanyaan yang kemudian timbul adalah, apakah transaksi tersebut tidak bertentangan dengan etika bisnis Islam?

Padahal dalam Islam menganjurkan pada umatnya untuk saling tolong- menolong, meringankan beban, dan menghindari bentuk eksploitasi dan sebagainya.

Dari latar belakang sebagaimana yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat permasalahan mengenai praktik permodalan bersyarat dalam etika bisnis Islam. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Praktik Permodalan

(7)

Bersyarat Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam Di Desa Cumedak, Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten Jember 2016”

B. Fokus Penelitian

Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui proses penelitian.

Fokus penelitian harus disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.

1. Bagaimana praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember?

2. Bagaimana perspektif etika bisnis Islam terhadap praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu kepada masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Sehingga berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dideskripsikan diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mendeskripsikan praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember.

(8)

2. Untuk mendeskripsikan apakah praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember sesuai dengan perspektif etika bisnis Islam.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat, manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan praktis. Untuk penelitian kualitatif, manfaat lebih bersifat teoritis yaitu pengembangan ilmu, namun juga tidak menolak sifat praktisnya untuk memecahkan masalah. Maka akan berguna untuk menjelaskan khususnya dalam praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember menurut perspektif etika bisnis Islam, dan bisa dijadikan tolak ukur bagi peneliti selanjutnya.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran tentang permasalahan yang diteliti khususnya mengenai praktik permodalan bersyarat dalam perspektif etika bisnis Islam di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember, sehingga dapat menambah pengetahuan pengetahuan tentang praktik permodalan bersyarat dalam perspektif etika bisnis Islam di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember.

(9)

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Dengan melakuan penelitian tersebut dapat menambah keilmuan, pengalaman karya tulis ilmiah serta dapat menjadi penelitian ilmiah yang memenuhi syarat tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana.

b. Bagi IAIN Jember

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pemikiran yang bersifat sosial kemasyarakatan yang dapat bermanfaat sebagai upaya inovasi ilmiah sekaligus memperbanyak koleksi keilmuan yang cukup aktual, strategis dan dapat dijadikan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat Umum

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan acuan dan evaluasi bagi masyarakat umum, serta diharapkan dapat berfungsi sebagai informasi serta pengetahuan tentang pandangan etika bisnis Islam terhadap praktik permodalan bersyarat.

E. Definisi Istilah

Untuk mempermudah memahami proposal penelitian ada beberapa definisi istilah yang berisi tentang pengertian istilah-istilah penting dalam penelitian, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang ada dalam penelitiannya, diantaranya sebagai berikut :

(10)

1. Permodalan bersyarat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu transaksi hutang piutang dalam bentuk pemberian pinjaman modal usaha oleh juragan atau pemilik modal kepada sejumlah petani atau penerima modal di Desa Cumedak Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember dengan syarat setelah hasil panen mereka dijual kepada juragan atau pemilik modal dengan harga yang ditentukan oleh pemilik modal.

2. Etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk, benar, salah dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk mengaplikasikannya atas apa saja.6 Etika yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.7 Etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana yang jahat.8

3. Bisnis Islam adalah bisnis yang dibangun berdasarkan kaidah-kaidah al-Qur’an dan hadist yang akan mengantarkan para pelakunya mencapai sukses dunia dan akhirat.9 Menurut Qardhawi system ekonomi Islam (bisnis syariah) tidak berbeda dengan system ekonomi lainnya, dari segi bentuk, cabang, rincian, dan cara pengaplikasian yang beraneka ragam, tapi menyangkut gambaran global yang mencakup pokok-pokok petunjuk, kaidah-kaidah pasti, arahan-arahan

6 Faisal Badroen, Etika Bisnis Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), 5.

7 K. Bertens, Etika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), 4.

8 Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 17.

9 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syariah (Celeban Timur: Pustaka Pelajar, 2009), 187.

(11)

prinsip yang juga mencakup sebagian cabang penting yang bersifat spesifik.10 Bisnis Islam adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknyayang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.11 Bisnis Islam juga aturan terbaik bagi umat manusia, agar mampu mengelola dunia dengan baik, dan berbahagia di akhirat nanti.12

4. Etika Bisnis Islam yaitu mempelajari tentang mana yang baik atau buruk, benar atau salah dalam dunia bisnis berdasarkan kepada prinsip-prinsip moralitas.13 Etika bisnis Islam adalah perilaku yang baik dan tindakan yang benar dalam perilaku bisnis sebagaimana juga bentuk transaksi merefleksikan dua prinsip yang sama di atas ditambah dengan kesadaran akan Allah, kemurahan hati dan motif pengabdian.14 Etika Bisnis Islam merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan yang salah yang selanjutnya tentunya melakukan hal yang benar berkenaan dengan bertransaksi.15

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Praktik Permodalan Bersyarat di Desa Cumedak Kecamatan Sumberjambe

10 Abdul Wadud Nafis, Paradigma Ekonomi Islam (Lumajang: Lp3di Press, 2010), 13.

11 Muhammad dan Alimin, Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2004), 57.

12Buchari Alma, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung: Afabeta, 2009), 2.

13 Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam ..., 70.

14 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2001), 121.

15 Soemarso Sr, Peranan Harga Pokok Dalam Penentuan Harga Jual, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 93.

(12)

Kabupaten Jember menurut perspektif Etika Bisnis Islam adalah kegiatan transaksi hutang-piutang dalam bentuk pemberian pinjaman modal usaha oleh juragan kepada sejumlah petani di Desa Cumedak Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember yang tidak mempunyai modal untuk menggarap sawahnya dengan syarat setelah panen, hasil panen petani dijual kepada juragan kemudian ditinjau dari nilai-nilai syariah yang mengedepankan halal dan haram, sebagai salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu keuntungan yang dihasilkan melalui bisnis tidak boleh merugikan pihak lain serta bisnis juga harus dijalankan sesuai dengan aturan dan etika dalam syariah islam.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisikan tentang gambaran secara singkat mengenai hal yang berkaitan dalam kerangka penelitian skripsi dan pembahasan skripsi yang nantinya akan dapat memberikan pemahaman sekilas bagi penulis dan pembaca karya tulis ini. Sistematika pembahasan tersebut terdiri dari :

BAB satu membahas tentang pendahuluan yang merupakan dasar dari penelitian yang terdiri dari Latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, serta sistematika pembahasan, hal tersebut sebagai gambaran umum dari penelitian ini.

BAB dua berisikan tentang Kajian kepustakaan, yang terdiri dari Penelitian terdahulu dan kajian teori .

(13)

BAB tiga metode penelitian, yang membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian yang dilakuakan, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan.

BAB empat penyajian dan analisis yang terdiri dari gambaran objek penelitian, penyajian data dan analisis serta pembahasan temuan.

BAB lima penutup, membahas tentang penentuan yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

(14)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menyajikan tentang hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh calon peneliti, relefan disini yaitu adanya sedikit persamaan dengan yang akan diteliti yaitu dalam ruang lingkup yang sama, beberapa kajian terdahulu yang ditemukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

Penelitian terdahulu yang sudah dilakukan sebelumnya terkait dengan penelitian ini yaitu : skripsi dari Adam Malik dari mahasiswa Jurusan Hukum Bisnis Syariah fakultas ilmu-ilmu keislaman Universitas Trunojoyo Bangkalan 2010. Dengan judul ”PRAKTEK PERMODALAN BERSYARAT MENURUT HUKUM ISLAM (Studi Kasus Desa Palesanggar kecamatan Pegantenan kabupaten Pamekasan)”

Persamaannya: sama-sama mengkaji tentang permodalan bersyarat.

Perbedaannya : penelitian pada saat ini fokus pada kajian menurut etika bisnis Islam tentang permodalan bersyarat yang berada di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember. Sedangkan penelitian terdahulu fokus pada penentuan hukum islam tentang permodalan bersyarat yang berada di Desa Palesanggar kecamatan Pegantenan kabupaten Pamekasan dan praktek permodalan bersyarat yang terjadi di Desa Palesanggar kecamatan Pegantenan kabupaten Pamekasan adalah

13

(15)

sesuai dengan hukum islam. Karena akad dan syarat beserta rukunnya sesuai dengan hukum islam.

Penelitian terdahulu yang sudah dilakukan sebelumnya terkait dengan penelitian ini yaitu: skripsi dari Rima Kreatifa Hasanah dari mahasiswa Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2013. Dengan judul

“ANALISIS TRADISI PERMODALAN BERSYARAT DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Getung Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan)”. Persamaannya: sama-sama mengkaji tentang permodalan bersyarat. Perbedaannya: penelitian pada saat ini fokus pada kajian menurut etika bisnis Islam tentang permodalan bersyarat yang berada di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember.

Sedangkan penelitian terdahulu fokus pada analisis hukum Islam tentang permodalan bersyarat yang berada di Desa Getung Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan kemudian dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa praktek permodalan bersyarat yang berada di Desa Getung Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan sesuai dengan hukum islam karena akad dan syarat beserta rukun hutang piutang sesuai dengan hukum islam.

Penelitian terdahulu yang sudah dilakukan sebelumnya terkait dengan penelitian ini yaitu: skripsi dari Adi Wibowo dari mahasiswa Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013. Dengan judul “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PINJAM-MEMINJAM

(16)

UANG DI DESA NGLOROG KEC. SRAGEN KAB. SRAGEN”.

Persamaannya: sama-sama mengkaji tentang hutang-piutang.

Perbedaannya: penelitian pada saat ini fokus pada kajian menurut etika bisnis islam tentang permodalan bersyarat yang berada di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember. Sedangkan penelitian terdahulu fokus pada analisis hukum islam tentang hutang-piutang yang berada di Desa Nglorog Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen kemudian dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa praktik pinjam-meminjam uang di desa Nglorog kec. Sragen kab. Sragen sesuai dengan hukum islam karena akad dan syarat beserta rukun hutang piutang sesuai dengan hukum islam.

B. Kajian Teori

1. Hutang-Piutang dalam Islam a. Pengertian Hutang-Piutang

Hutang-Piutang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian penerima akan membayar yang sama pada saat pengembalian sesuatu tersebut. Pengertian hutang- piutang juga sama dengan qardh yaitu suatu akad tertentu dengan membayarkan harta kepada orang lain supaya membayar harta yang sama kepadanya.16

Sedangkan menurut Dumairi Nor qardh adalah memberikan (menghutangkan) harta kepada orang lain tanpa mengharapkan

16 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 152.

(17)

imbalan untuk dikembalikan dengan pengganti yang sama dan dapat ditagih atau diminta kembali kapan saja pemberi hutang menghendaki. Akad qarad ini diperbolehkan dengan tujuan meringankan (menolong) beban orang lain.17

Dari beberapa definisi hutang-piutang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang berhutang adalah orang yang menerima harta orang lain untuk dikuasai atau digunakan sesuai kebutuhan mereka, dan dia berkewajiban mengembalikannya sebagai penggantinya. Sedangkan orang-orang yang berpiutang adalah orang yang menyerahkan hartanya kepada orang lain untuk dipergunakan sesuai kebutuhannya, dan dia akan memperoleh pengembalian dari harta dalam jumlah yang sama.

Transaksi hutang-piutang (kredit) pada hakikatnya adalah mengambil manfaat dari keadaan terdesak. Ini adalah suatu bentuk transaksi yang tidak dikehendaki seandainya tidak dalam kondisi dharurah karena kesulitan itu. Oleh karena itu, pihak pemberi modal diharapkan tidak mengambil keuntungan dalam proses tersebut, dikarenakan transaksi kredit lebih bermuatan tolong menolong daripada sekedar usaha untuk mencari keuntungan sepihak.18

Dari uraian diatas tampaknya sangat realistis mengingat hampir setiap transaksi hutang-piutang yang terjadi saat ini banyak

17 Dumairi Nor dkk, Ekonomi Syariah Versi salaf, (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2007), 100.

18 Murtadha Muthahhari, Asuransi Dan Riba, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1995), 107.

(18)

berorientasi keuntungan sepihak dimana semangat tolong menolong sesama manusia telah bergeser kearah budaya individualistik yang sekaligus menggeser fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antar sesama.

Oleh karena itu dalam transaksi bisnis sangat dibutuhkan etika untuk mengembalikan hakikat manusia yang pada dasarnya adalah makhluk sosial. Sebagaimana yang dikutip oleh Buchari Alma, bahwasanya bisnis tanpa etika akan membawa kehancuran.19 b. Dasar Hukum

Adapun yang menjadi dasar hukum hutang piutang ini adalah Al-Qur’an dan Hadits.

1) Al-Qur’an

QS. Al-Baqarah, 2 : 282





























Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. (Al-Baqarah: 282)20

19 Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, (Bandung: Alfabeta, 2003), 54.

20 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2005), 59.

(19)

QS. Al-Maidah 5 : 2































Artinya : “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.(Al- Maidah: 2)21

2) Hadits

Sabda Rasulullah S.A.W

:ملسو ويلع للها ىلص للها لوسر لاق ِوي ِخَأ ِةَجاَح ِفِ َناَك ْنَم «

ا َناَك ًةَبْرُك اَِبِ ُوْنَع ُوَّللا َجَّرَ ف ًةَبْرُك ٍمِلْسُم ْنَع َجَّرَ ف ْنَمَو ِوِتَجاَح ِفِ ُوَّلل

ِةَماَيِقْلا َمْوَ ي ُوَّللا ُهَرَ تَس اًمِلْسُم َرَ تَس ْنَمَو ِةَماَيِقْلا ِمْوَ ي ِبَرُك ْنِم »

ملسم و يراخبلا وجرخأ[

[

Artinya: Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a katanya:

sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: Seorang muslim itu saudara bagi muslim lain. Beliau tidak boleh menzalimi dan menyusahkannya. Barangsiapa yang mau memenuhi hajat saudaranya, maka Allah pun akan berkenan memenuhi hajatnya. Barangsiapa yang melapangkan suatu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan Hari kiamat nanti. Barangsiapa yang menutup keaiban seseorang muslim, maka Allah akan menutup keaibannya pada Hari Kiamat.(HR. Bukhari dan Muslim).22

21 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2005), 141.

22 Ahim Abdurahim, Dalil-dalil Naqli Seri Ekonomi Islam, (Bantul: Mitra Karya Sentosa, 2001), 46.

(20)

ٍلُجَرِل َناَك َلاَق َةَرْ يَرُى ِبَِأ ْنَع َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا ِلوُسَر ىَلَع

َلاَقَ ف ،َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِّْبَِّنلا ُباَحْصَأ ِوِب َّمَهَ ف ُ،وَل َظَلْغَأَف ّّ،قَح ْمَُلَ َلاَقَ ف ، ًلًاَقَم ّْقَْلْا ِبِحاَصِل َّنِإ َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ُِّبَِّنلا َ تْشا ْنِم ٌرْ يَخ َوُى اِّنِس َّلًِإ ُدَِنَ َلً اَّنِإ اوُلاَقَ ف ُ،هاَّيِإ ُهوُطْعَأَف اِّنِس ُوَل اوُر ْمُكُنَسْحَأ ْمُكَرْ يَخ ْوَأ ْمُكِْيَْخ ْنِم َّنِإَف ُ،هاَّيِإ ُهوُطْعَأَف ُهوُرَ تْشاَف َلاَق ،ِوّْنِس

ملسم هاور( ًءاَضَق (

Artinya: “ Dari Abu Hurairah ra berkata, "Seorang laki-laki pernah menagih hutang kepada Rasulullah Saw dengan cara kasar, sehingga menjadikan para sahabat tidak senang. Maka Nabi Saw bersabda:

"Sesungguhnya orang yang berpiutang berhak untuk menagih hutang." Kemudian beliau bersabda, 'Belikanlah dia seekor unta muda, kemudian berikan (bayarkanlah) kepadanya." Sahabat berkata

"Sesungguhnya kami tidak mendapatkan unta yang muda, yang ada adalah unta dewasa dan lebih bagus daripada unta yg seharusnya." Maka Rasulullah Saw bersabda: "Belilah, lalu berikanlah kepadanya.

Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam melunasi hutangnya." (HR. Muslim).23 c. Rukun dan Syarat Hutang-Piutang

Ajaran islam telah menerapkan beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi hutang-piutang. Jika salah satu syarat dan rukunnya tidak terpenuhi, maka akad hutang- piutang ini menjadi tidak sah. Adapun rukun akad hutang-piutang adalah peminjam, pemberi pinjaman, dana, dan ijab qobul.24

Sedangkan syarat-syarat hutang-piutang terdiri dari pihak yang menghutangi dan pihak yang berhutang yaitu harus baligh,

23 Al-Bukhari, Terjemah Shahih Bukhari, (T.Tp: Da’wahrights, 2010), 545.

24 Petunjuk pelaksanaanpembukuan bank syariah, (Jakarta: Bank Indonesia, 1999), 8.

(21)

berakal atas kehendak sendiri dan tidak mubazir sehingga pinjamn tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya.25

Syarat hutang-piutang harus ada ijab qobul, tidak sah hutang-piutang tanpa dilakukannya ijab dan qobul tersebut. Sebab hutang piutang merupakan kontrak kepemindahan kepemilikan barang.

Syarat hutang-piutang yang terakhir yaitu adanya barang yang dihutangkan, barang tersebut harus bisa ditakar, ditimbang, diukur, dihitung, dan lain sebagainya.26

2. Etika Bisnis Islam

a. Pengertian Etika Bisnis Islam

Salah satu aspek yang sangat penting dan perlu diperhatikan dalam dunia bisnis adalah perlu adanya etika bisnis.

Sebagaimana yang dikutip oleh Buchari Alma, bahwasanya bisnis tanpa etika akan membawa kehancuran.27 Etika bisnis selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada suatu bisnis, juga sangat menentukan maju atau mundurnya suatu bisnis tersebut.

Pada dasarnya etika adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar

25 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), 279.

26 Chatibul Umam, Fiqh Empat Mazhab, (Jakarta: Daar Al-Ulim Press, 2001), 295.

27 Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam..., 42.

(22)

oleh karena itu, perilaku etika berperan melakukan apa yang benar dan baik untuk menentang apa yang salah dan yang buruk.28

Menurut Zimmerer etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi.

Etika bisnis islam merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan salah yang sesuai dengan perintah Allah melalui sumber utama yaitu Al-Quran dan hadits, selanjutnya tentu melakukan hal yang benar berkenaan dengan bisnis.29

Secara sederhana mempelajari etika bisnis berarti mempelajari tentang mana yang baik atau buruk, benar atau salah dalam dunia bisnis berdasarkan kepada prinsip-prinsip moralitas.

Kajian etika bisnis terkadang merujuk kepada manajemen etik.

Etika bisnis dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.

Moralitas disini berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, benar atau salah, wajar atau tidak wajar, pantas atau tidak pantas dari perilaku manusia. Kemudian dalam kajian etika bisnis islam moralitas tersebut ditambah dengan halal haram.

28 Suryana, Kewirausahaan, (Jakarta : Salemba Empat, 2001), 174.

29 Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung : Alfabeta, 2013), 35.

(23)

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan etika bisnis islam adalah seperangkat prinsip dan norma tentang moralitas dalam melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis berdasarkan pada sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadits.30

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etika

Etika baik atau akhlak mulia itu tidak didapat dan berbentuk dengan sendirinya, tetapi ada faktor lain, seperti faktor ibadah. Seperti yang dikemukakan oleh ahli etika bisnis islam dari Amerika, Rafiq Issa Beekun mengungkapkan bahwa perilaku etika individu dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, faktor interpretasi terhadap hukum, faktor organisasi dan faktor individu dan situasi.

1) Interpretasi Terhadap Hukum

Secara filosofis, sistem hukum dibentuk dengan tujuan untuk melindungi segenap jiwa dan raga manusia dari berbagai faktor yang dapat menghilangkan eksistensi manusia. Hukum akan hidup dan diyakini keberadaannya apabila dirasakan ada manfaatnya bagi manusia.31

Jadi apabila hukum tersebut bertentangan dengan kepentingan manusia, maka ia dapat membahayakan eksistensinya dan tidak ditaati. Interpretasi terhadap suatu hukum akan cenderung didasari oleh standar nilai tertentu.

30 Ismail Nawawi, Fikih Mumalah Klasik dan Kontemporer..., 11.

31Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam..., 59.

(24)

Pada masyarakat barat didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat temporal, dimana implikasi produk hukum yang dihasilkan akan cepat berubah mengikuti situasi dan kondisi manusianya.

Dengan demikian interpretasi hukum dibarat cenderung mengikuti kepentingan sesaat manusia, bukan manusia yang mengikuti tujuan yang ingin dicapai oleh produk hukum tersebut.

Berbeda dengan islam yang lebih tegas menginterpretasikan produk hukum. Hal ini dikarenakan kendati produk hukum dalam islam didasarkan pada nilai-nilai al-tsawabit (permanen) dan al-mutaqhayyirat (dinamis). Yang

pertama bersifat permanen dalam wilayah aqidah dan ibadah sementara yang kedua bersifat dinamis berada pada ruang muamalah yang beriringan dengan perkembangan zaman.32 2) Organisasi

Faktor ini sangat menentukan etika karena tanpa masyarakat atau organisasi (lingkungan, orang tua, saudara, teman, guru, dan yang lainnya) etika atau kepribadian seorang individu tidak dapat berkembang.33

Dalam perusahaan seorang karyawan akan terbentuk perilaku etisnya apabila organisasi memang mempunyai

32Ibid., 60.

33Ibid., 61.

(25)

ketentuan kode etik yang menjunjung tinggi etika bisnis misalnya kejujuran.

Dalam Islam tidak diragukan lagi bahwasanya ketidakjujuran adalah bentuk kecurangan paing jelek. Orang yang tidak jujurakan selalu berusaha melakukan penipuan pada orang lain, kapan dan dimana saja kesempatan itu terbuka bagi dirinya.34

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anfal ayat (27).

























Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat- amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.(Al-Anfal: 27)35

3) Individu Dan Situasi

Faktor yang masuk dalam kategori ini adalah pengalaman batin seseorang yang merupakan faktor bagi terbentuknya perilaku etika seseorang misalkan seorang anak yang terbiasa dengan suasana keluarga yang harmonis akan membentuk prilakunya kelak menjadi seorang yang mencintai, peduli akan sesama, dan saling menghormati karena empatinya

34 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam..., 138.

35Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2005), 243.

(26)

terbentuk oleh pengalaman hidupnya tersebut begitu pula sebaliknya.

Kondisi atau situasi juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi terbentuknya perilaku etika seseorang misalnya seseorang maneger dalam suatu perusahaan diperintah direkturnya untuk membuat suatu laporan dengan memanipulasi kewajiban pembayaran pajak agar tidak terlalu besar.

Dalam kondisi seperti ini, sesungguhnya islam memandang sebagai ajang menguji standar iman seseorang dan sebagai bagian dari jihad. Karena sesungguhnya sikap taat pada atasan seperti diatas telah menjebaknya terlibat persekongkolan penipuan terhadap negara.

Kondisi seorang maneger diatas telah melakukan apa yang disebut dengan supportive corruption, yaitu melakukan tindakan yang memfasilitasi dan menyokong terjadinya korupsi.36

Al-Quran dengan keras menentang kebohongan.

Tuntutan palsu, tuduhan yang tidak berdasar, kesaksian dan kesaksian palsu sangat dikutuk dan dilarang dengan tegas.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat (116)

36 Badroen, Etika, 64.

(27)















































Artinya:”dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara Dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah Tiadalah beruntung.”(QS.An-Nahl:116)37

c. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam

Prinsip etika bisnis Islam merupakan prinsip yang mengedepankan nilai-nilai Al-Qur’an. Oleh karena itu, beberapa prinsip dasar dalam etika bisnis Islam yang disarikan dari inti ajaran islam itu sendiri adalah, sebagai berikut:

1) Prinsip Tauhid

Tauhid rububiyah merupakan keyakinan bahwa semua yang ada di alam ini dimiliki dan dikuasai Allah SWT. Tauhid uluhiyah menyatakan, adanya aturan dari-Nya dalam

menjalankan kehidupan. Kedua nilai diterapkan Nabi Muhammad SAW dalam kegiatan ekonomi termasuk dalam berbisnis. Bahwa dalam setiap harta dalam transaksi bisnis hakikatnya milik Allah SWT, pelaku ekonomi (manusia) hanya mendapatkan amanah mengelolannya. Alam semesta, termasuk

37 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2005), 381.

(28)

manusia adalah milik Allah, yang memiliki kemahakuasaan sempurna atas makhluk-makhlukNya.38

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Nisa ayat (131).



































































Artinya: dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.

tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.(QS. Al-Nisa: 131)39

Oleh karena itu, semua sumber daya alam harus dikelola sesuai dengan ketentuan pemilik yang hakiki, yaitu Allah SWT. Kepeloporan Nabi Muhammad SAW dalam meninggalkan praktik riba, transaksi fiktif (gharar), perjudian dan spekulasi (maysir) dan komoditi haram dalam jual beli adalah wujud dari prinsip keyakinan tauhid ini.

2) Prinsip Keseimbangan

Keseimbangan atau keharmonisan sosial tidaklah bersifat statis, melainkan dinamis yang mengerahkan kekuatan

38 Muhammad, VisiAl-Qur’an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), 11.

39 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2005), 130.

(29)

hebat menentang segenap ketidakadilan. Keseimbangan juga harus terwujud dalam bisnis. Sungguh, dalam segala jenis bisnis yang dijalaninya, Nabi Muhammad SAW, menjadikan nilai adil sebagai standar utama.

Prinsip keadilan juga berarti bahwa segala bentuk transaksi yang mengandung unsur penindasan tidak dibenarkan. Keadilan yang dituntut adalah bukan hanya bagi produsen, pebisnis, konsumen, pengguna, pembeli dan serta keadilan oleh pihak ketiga (masyarakat sekitar). Singkatnya, keadilan yang dimaksud adalah keadilan yang komprehensif dari segala arah.40

3) Prinsip Kehendak Bebas

Prinsip kebebasan ini seolah mempersilakan para pelaku bisnis melaksakan kegiatan ekonomi sesuai yang diinginkan, menumpahkan kreativitas, modifikasi, dan ekspansi seluas dan sebesar-besarnya, bahkan transaksi bisnis dapat dilakukan dengan siapapun secara lintas agama.

Didalam prinsip kehendak bebas tidak dibenarkan adanya unsur pemaksaan dalam berbisnis, baik paksaan secara kasar, misalnya disertai dengan ancaman, maupun paksaan dengan halus, misalnya dengan bujukan yang berulang-ulang.

40 Abdulahanaa, Kaidah-kaidah Keabsahan Multi akad (hybrid contract), (Yogyakarta: Orbittrust corp, 2014), 5.

(30)

Setiap transaksi bisnis yang terlaksana karena adanya unsur paksaan, maka tidak sah sah secara hukum.41

4) Prinsip Pertanggungjawaban

Nabi Muhammad SAW mewariskan pula prinsip tanggung jawab dalam kerangka dasar etika bisnisnya, kebebasan harus diimbangi dengan pertanggungjawaban manusia, setelah menentukan daya pilih antara yang baik dan buruk, harus menjalani konsekuensi logisnya.

Wujud dari prinsip ini adalah terbangunnya transaksi yang bertanggungjawab. Satiap orang harus bertanggungjawab atas dampak kegiatan ekonomi yang dilakukannya. Tidak boleh mengakibatkan kemudharatan terhadap orang lain, maupun sebaliknya.42

5) Prinsip Kebajikan

Prinsip kebajikan didefinisikan sebagai melakukan tidakan yang harus sesuai dengan agama dan juga berbuat baik terhadap sesama makhluk. Hal ini berarti tidak boleh melakukan pekerjaan yang dilarang agama dan juga menjalankan perintah agama yaitu salah satunya berbuat baik terhadap sesama makhluk.

Dengan demikian dalam berbisnis harus berlandaskan kebajikan yang erat kaitannya dengan persoalan halal haram.

41 Ibid., 6.

42 Ibid., 7.

(31)

Dan juga harus mengetahui batasan yang dilarang oleh agama dan menjalani perintah agama.43

43 Ibid., 18.

(32)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.44 Kemudian dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik atau metode penelitian yang meliputi:

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif menurut Kriek dan Miller menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya dan hubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.45

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field Research). Karena penelitian ini berdasarkan pada ketertarikan peneliti terhadap praktik permodalan bersyarat.

B. Lokasi Penelitan

Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Cumedak Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena di daerah Cumedak mayoritas masyarakatnya untuk menggarap sawah harus meminjam modal kepada juragan, akan tetapi peminjaman modal tersebut ada syarat dari juragan yaitu hasil panen dijual kepada juragan, dengan harga yang ditetapkan oleh juragan meskipun harga

44 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013),2.

45 Lexy J. Moleong, metode penelitian kualitatif (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006),3.

31

(33)

tersebut dibawah harga pasar. Sehingga petani tidak dapat menjual hasil panennya yang sesuai dengan harga pasar.

C. Sumber data

Pada bagian ini dilaporkan jenis dan sumber data. Sumber data adalah tempat, orang atau benda dimana peneliti dapat mengamati, bertanya atau membaca tentang hal-hal yang berkenaan dengan variable yang diteliti.46 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer

Data ini biasanya diperoleh menggunakan koesioner atau lisan dengan menggunakan metode wawancara.47 dalam penelitian ini data primernya dari Pedagang.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang diteliti.48 Dalam penelitian ini yaitu menggunakan study kepustakaan.

46 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta:Rineka Cipta,2001), 99.

47 Sarwono Junatan, metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2006), 16.

48 Ibid., 17.

(34)

D. Teknik pengumpulan data 1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pecatatan secara langsung dengan sistematika terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.49

2. Wawancara atau Interview

Wawancara atau interview merupakan pertemuan dua orang untuk saling bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.50 Wawncara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat.51 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai.52

3. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting berhubungan dengan masalah yang diteliti contohnya, data luas tanah, jumlah penduduk dan sebagainya.53

49 Suharsami Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Teoritik (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2006), 128.

50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D..., 226.

51 Bungin Burhan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,2007), 100.

52 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:PT Rineka Cipta,2008), 127.

53 Ibid., 158.

(35)

E. Teknik analisis data

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Apabila berdasarkan data yang terkumpul secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, dan hipotesis tersebut diterima maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.

Ada tiga tahapan dalam analisis data kualitatif yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, perumusan, perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar dan catatan-catatan tertulis lapangan.54

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi selanjutnya adalah penyajian data, melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami. Dalam hal ini Miles dan Hubermas menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajiakan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.55

54 Mattew B. Milles dan A Michael Huberman, Analisis data Kualitatif (Jakarta: UI Press,1992), 15.

55 Ibid., 95.

(36)

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskriptif atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Dapat berupa kausal atau interaktif, hipotesis ataupun teori.56

F. Keabsahan Data

Keabsahan data disini dibutuhkan bahwa penelitian dapat dipertanggung jawabkan, untuk memperoleh validitas maka peneliti melakukan usaha-usaha sebagai berikut:

1. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan peneliti kembali kelapangan, melakuakan pengamatan lagi, wawancara dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru, semakin akrab dengan narasumber sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.57 2. Triangulasi Sumber data Dan Waktu

Triangulasi sumber data adalah menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diproses melalui beberapa sumber. Sedangkan triangulasi waktu adalah melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dengan waktu atau situasi yang berbeda. 58

56 Ibid., 99.

57 Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif (Bandung:Alfabeta,2014),122.

58 Ibid., 125.

(37)

G. Tahap-tahap Penelitian

Ada beberapa tahapan penelitian. Tahap-tahap penelitian ini terdiri atas tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan Tahap penyelesain, berikut penjelasannya:

1. Tahap pra lapangan

a. Menentukan lokasi yaitu Desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember.

b. Menyusun proposal penelitian.

c. Mengurus surat perizinan (jika diperlukan).59 2. Tahap pekerjaan lapangan

Pada tahap ini peneliti mengadakan observasi dengan melibatkan beberapa informan untuk memperoleh data, antara lain adalah pihak juragan dan petani .

3. Tahap penyelesaian

Tahap penyelesaian merupakan tahap paling akhir dari sebuah penelitian. Pada tahap ini, peneliti menyusun data yang telah dianalisis dan disimpulkan dalam bentuk karya ilmiah yang berlaku di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember.

59 Lexy J. Moleong, metode penelitian kualitatif ...,127.

(38)

37

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Kondisi Geografis Wilayah Desa Cumedak

Secara umum kondisi suatu wilayah di daerah sangat menentukan kepribadian masyarakat yang menempati wilayah tersebut.

Kondisi suatu wilayah di daerah tertentu akan mempengaruhi perbedaan karakteristik dan kepribadian masyarakat disuatu wilayah yang satu dengan wilayah yag lainnya. Kondisi wilayah di daerah merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui sifat atau karakteristik masyarakat di daerah tersebut dalam berprilaku sehari-hari.

Desa Cumedak merupakan salah satu desa dari kecamatan Sumberjambe. Luas wilayah Desa Cumedak sekitar 346,182 Ha, dari luas wilayah tersebut Desa Cumedak terdiri dari 89,000 Ha tanah kering, 257,182 Ha tanah sawah, yang mana terdiri 6 Rukun Warga (RW), dan 35 Rukun Tetangga (RT) dan memiliki suhu udara berkisar 240 C.

Adapaun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Sumber Pakem b. Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Slateng

c. Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Randu Agung

36

(39)

d. Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Gunung Malang.60 Sedangkan untuk jarak Desa Cumedak dengan wilayah pemerintahan adalah sebagai berikut:

ORBITASI

Jarak ke Kecamatan 7 Km.

Lama Tempuh ke Kecamatan 0,25 Jam.

Jarak ke Kabupaten 35 Km.

Lama Tempuh ke Kabupaten 1 Jam.61

2. Kondisi kependudukan, Ekonomi, Sosial, Budaya dan keagamaan Dilihat dari perbandingan wilayah tanah kering dan tanah persawahannya Desa Cumedak memiliki luas wilayah tanah kering yang lebih kecil dibanding tanah persawahannya dan jumlah penduduk Desa Cumedak berdasarkan data kependudukan pada akhir tahun 2015 berjumlah 7493 jiwa, dengan rincian penduduk berdasarkan kepala keluarga berjumlah 2574 KK, berdasarkan jenis kelamin laki-laki 3445 jiwa dan perempuan 4048 jiwa yang semuanya adalah warga negara indonesia (WNI).62

Keadaan ekonomi masyarakat desa Cumedak khususnya berada pada tingkat menengah kebawah. Mayoritas dari mereka bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Namun demikian, berdasarkan keterangan yang kami peroleh dari sebagian masyarakat

60 Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintah Desa Kabupaten Jember, Profil Desa Cumedak, 2016. 2.

61 Ibid., 5.

62 Ibid., 25.

(40)

Cumedak, sebagian dari mereka, khususnya para pemuda banyak yang merantau ke daerah lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.

Dalam perantauan tersebut, ada yang yang bekerja sebagai buruh pembangunan, pembantu rumah tangga dan ada juga yang membuka usaha baru (toko). Hasil dari perantauan tersebut dapat dikatakan sangat membantu perekonomian masyarakat terutama dalam hal memperbaiki tempat tinggal dan melengkapi peralatan-peralatan rumah tangga. Bagi sebagian warga yang menetap di perantauan mereka pulang hanya sekedar tilik rumah orang tua, karena memang mereka memilih hidup di negeri perantauan.

Masyarakat Desa Cumedak mengandalkan perairan sawah mereka dengan irigasi yang bersumber dari daerah mereka sendiri.

Karena memang secara turun temurun tidak menggunakan bantuan diesel, tapi menggunakan pengairan dari gunung. Adapun saluran irigasi arahnya bercabang, sehingga pengairan hanya bisa dilakukan setiap dua sampai tiga minggu sekali dan dilakukan selama 2 X 24 jam setiap gilirannya. Selain mengandalkan pertanian, masyarakat desa Cumedak sebagaian kecil juga sebagai pencari batu kali.

Penduduk desa Cumedak yang mayoritas bekerja sebagai petani dikarenakan tanah persawahan yang sangat mendukung untuk pekerjaan bidang pertanian. Meskipun terkadang ada yang mempunyai pekerjaan lain, mereka tetap memiliki kesibukan disawah sebagai seorang petani disela-sela waktu kesibukannya.

(41)

Pendidikan merupakan hal penting dalam sebuah peradaban, Kemajuan suatu masyarakat salah satunya dapat dilihat dari aspek tinggi rendahnya pendidikan yang ada dalam masyarakat tersebut.

Pendidikan merupakan bukti perkembangan peradaban dalam masyarakat. Dengan adanya pendidikan akan mampu membawa masyarakat menuju masyarakat terdidik dan berperilaku mulia. Dengan demikian, mengingat begitu urgentnya fungsi pendidikan dalam masyarakat, pendidikan pantaslah menjadi sorotan utama dalam menopang perkembangan dan kemajuan dalam suatu masyarakat.

Kesadaran tentang pendidikan di Desa Cumedak sanagat memprihatinkan dalam pendidikan umum, akan tetapi dalam pendidikan keagamaan masyarakat desa Cumedak sangatlah tinggi. Hal tersebut dikarenakan sejak turun temurun dari kakek buyutnya, masyarakat desa Cumedak lebih mementingkan pendidikan agama daripada pendidikan umum. Tetapi sebagian anak-anak di desa Cumedak sudah ada yang berminat terhadap pendidikan umum.

Disamping itu pendidikan non formal seperti TPQ juga dilaksanakan meskipun tidak setiap hari, yakni masuk setiap hari senin sampai kamis.

Antusiasme masyarakat Desa Cumedak terhadap seni budaya memang begitu besar hal ini nampak dari banyaknya kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan kesenian dan kebudayaan seperti gerak jalan tradisional yang diadakan oleh empat kecamatan sehingga

(42)

kegiatan masyarakat sangat padat, permainan tradisional (sodor) bahkan dalam satu dusun ada tiga tim gobak sodor yang diadakan perdusun.

Agama yang dianut oleh masyarakat Cumedak adalah agama Islam dengan etnis madura, itu dapat dibuktikan dengan cukup banyaknya masjid dan musholla di Desa Cumedak yang mana ada 6 masjid dan 55 musholla.63 Disamping itu juga adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang rutin yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut:

a. Yasinan dan tahlilan

Yaitu kegiatan pembacaan tahlil setiap kamis malam jum’at ba’da maghrib di rumah-rumah warga yang dilaksanakan secara bergilir. Kegiatan ini bertujuan mengirim do’a pada leluhur atau almarhum keluarga jama’ah yasin, yang dilaksnakan secara berjama’ah.

b. Manaqiban

Ini adalah kegiatan pembacaan manaqib setiap tanggal 11 dari bulan dan tahun hijriyah dan pelaksanaannya juga bergilir dari rumah ke rumah bergaintian.

c. Sholawatan

Sholawatan adalah kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat dengan cara bergantian dari rumah kerumah para anggota dan dilakukan setiap hari juma’at.

63 Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintah Desa Kabupaten Jember, Profil Desa Cumedak, 2016. 49.

(43)

B. Penyajian Data Dan Analisis

Sebelum membahas lebih rinci mengenai permodalan bersyarat di desa Cumedak, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa permodalan bersyarat yang akan dibahas merupakan praktek pemberian modal kepada petani yang tidak mempunyai modal untuk menggarap sawahnya. Hal ini disebabkan mayoritas penduduknya merupakan petani yang kegiatan sehari-harinya menggarap sawah. Maka praktek permodalan bersyarat sudah menjadi kebiasaan di desa Cumedak.

Bagi masyarakat petani yang tidak mempunyai modal untuk menggarap sawahnya, maka mereka akan meminjam modal kepada juragan tani yang mempunyai modal dan modal tersebut memang disediakan kepada petani yang tidak mempunyai modal untuk kelanjutan bisnis yang dikelola oleh juragan tersebut.

Dengan demikian pada dasarnya praktik permodalan di Desa Cumedak sama halnya dengan praktik permodalan secara umum.

Dalam praktiknya harus ada unsur hutang-piutang, pelaku hutang- piutang, barang/objek hutang- piutang, sighat/ijab qobul dan dana pinjaman (modal). Namun yang berbeda dari praktik permodalan di Desa Cumedak yaitu ada syarat tertentu dari pemilik modal supaya pemberian modal dapat terlaksana.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui Obserasi, Wawancara, dan Dokumentasi catatan lapangan untuk mendukung penelitiann ini.

(44)

Secara berurutan akan disajikan data data hasil penelitian yang mengacu pada fokus masalah.

1. praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember.

Hutang-Piutang dalam bentuk pemberian modal merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh warga Desa Cumedak dalam menjalankan kegiatan ekonominya terutama untuk menggarap sawahnya untuk mempertaruhkan kelangsungan usahanya, untuk berkembang dan mendapatkan laba berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka dalam menggarap sawah dan menjual panen sehingga tidak rugi maupun yang lainnya.

Dari hasil analisis wawancara permodalan bersyarat di Desa Cumedak kami menemukan data mengenai praktik dan pemahaman yang dilakukan masyarakat tentang permodalan bersyarat, yaitu sebagai berikut:

a. Unsur permodalan bersyarat yang ada di masyarakat

Unsur permodalan permodalan bersyarat yang mereka pahami yaitu: pemberi modal, penerima modal, barang yang dijadikan modal (objek modal), ijab qobul. Hal ini berdasarkan keterangan yang disampaikan pemberi modal dan penerima modal sebagai berikut:

(45)

“delem permodalan ruah koduh bedeh oreng se maenjem modal, oreng se nginjem modal, ijab qobul, ben bereng se eyotangaghi”.64

(dalam permodalan itu harus ada orang pemberi modal, orang peminjam modal ijab qobul, dan barang yang dihutangkan)

“Mun delem permodalan koduh bedeh oreng se nginjem modal, se maenjem modal, ijab qobul, ben bereng se eyotangaghi”.65

(kalau dalam permodalan harus ada orang orang peminjam modal, pemberi modal, ijab qobul, dan barang yang dihutangkan)

“Onggunah mun permodalan edinnak yeh koduh bedeh oreng se nginjem modal, se maenjem modal, ijab qobul, ben bereng se eyotangaghi”.66

(sesungguhnya kalau permodalan di daerah sini ya harus ada orang peminjam modal, pemberi modal, ijab qobul, dan barang yang dihutangkan)

b. Pelaku permodalan bersyarat yang ada di masyarakat

Pelaku permodalan bersyarat yang ada di masyarakat yaitu semua masyarakat setempat yang melakukan permodalan bersyarat (hutang-piutang) harus dewasa atau baligh. Adapun pelaku permodalan bersyarat terdiri dari berbagai macam petani dan juragan yang berminat untuk berhutang atau memberikan hutang modal. Hal ini disampaikan oleh pelaku permodalan bersyarat adalah sebagai berikut:

“Mun sataonah engkok oreng se ngalakonin otang-piotang ruah koduh reng disah tapeh koduh beres, ben dibesah,

64 Saifullah, wawancara, 29 Agustus 2016

65 Imam, wawancara, 6 September 2016

66 Farhan, wawancara, 12 September 2016

Referensi

Dokumen terkait

Praktek Kerja batu merupakan suatu bentuk kegiatan belajar di dalam kampus, hal tersebut digunakan untuk memperoleh pengalaman kerja dan menambah ilmu pengetahuan sesuai propesi

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

Siswa yang mempunyai kecerdasan Logical-Mathematical mampu dalam membaca soal dengan baik, mampu mengidentifikasi informasi-informasi, menuliskan simbul

gambaran secara garis besar bagaimana data dari web kabupaten apa saja yang diambil nantinya sehingga bisa di masukkan ke database dan di olah data tersebut sehingga

Mayoritas petani dalam penelitian ini berumur tua, berpendidikan formal sedang (SMU) atau sederajat, memiliki pengalaman yang cukup, mempunyai cukup banyak tanggungan

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions. Start

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa profil kemampuan penalaran siswa dalam memecahkan masalah soal cerita barisan dan deret