• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

A. Penyajian Data

aspek tindak tutur direktif pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika Sutradara Hanum Salsabiela Rais dan skenario pembelajarannya di SMA.

Bab V berisi penutup. Penutup berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan hasil pembahasan. Saran berisi usulan penulis terhadap pembaca, khususnya pihak yang diharapkan dapat memanfaatkan temuan penelitian ini. Untuk melengkapi ditambahkan daftar pustaka.

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Dalam bab II ini menguraikan tinjauna pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka berisi kajian buku yang digunakan dan hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis sedangkan kajian teroretis yang terdiri dari pragmatik, tindak tutur, kategori tindak tutur ilokusi, tindak tutur direktif dan skenario pembelajaran di SMA.

A. Tinjauan Pustaka

1. Beberapa Kajian Buku

Beberapa kajian buku ada, diantaranya yaitu buku yang berjudul Pengajaran Pragmatik (Tarigan, 2015) membahas tentang (1) hakikat dan fungsi bahasa, (2) tata bahasa dan pragmatik, (3) pragmatik dan tindak ujar, (4) ungkapan kebijaksanaan, (5) retorika antarpribadi, (6) lokusi, ilokusi, perlokusi, (7) aneka tindak komunikatif.

Pokok-Pokok Pragmatik (Rustono, 1999) membahas tentang (1) definisi pragamatik, (2) konteks dan situasi tutur, (3) tindak tutur dan jenis-jenisnya, (4) prinsip percakapan, (5) implikatur percakapan.

Selain buku-buku yang membahas tentang pragmatik, ada juga buku Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Sudaryanto, 2015) yang membahas tentang (1) metode padan dan metode agih, (2) teknik-teknik metode padan, (3) teknik-teknik metode agih, (4) teknik lesap, (5) teknik

13

ganti, (6) teknik perluas, (7) teknik sisip, (8) teknik balik, (9) teknik ubah ujud I: yang Parafrasal, (10) teknik ubah ujud II: yang non parafrasal, (11) teknik ulang, (12) teknik analisis yang lain.

2. Beberapa Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang membahas tentang tindak tutur telah banyak dilakukan oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Beberapa hasil penelitian yang relevan berhubungan dengan tindak tutur adalah milik Nur (2016), Kurniasari (2012), Fetri (2014) dan Ardianto (2013).

Dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Direktif pada Dialog Film Cinta Suci Zahrana Sutradara Chaerul Umam, Relevansinya sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Menyimak dan Berbicara, dan Skenario Pembelajarannya Pada Siswa XI SMA”. Dalam penelitiannya, Nur menemukan 6 jenis dan fungsi tindak tutur direktif pada film Cinta Suci Zahrana Sutradara Chaerul Umam terdiri dari: (1) jenis permintaan antara lain: fungsi mengajak, fungsi meminta, fungsi memohon, fungsi berdoa, fungsi menekan, dan fungsi mengajak, (2) jenis pertanyaan antara lain: fungsi bertanya dan fungsi menginterogasi (3) jenis perintah antara lain: fungsi menghendaki, dan fungsi mengarahkan, (4) jenis larangan antara lain: fungsi melarang, dan fungsi membatasi, (5) jenis pemberian izin antara lain: fungsi menyetujui, fungsi membolehkan, dan fungsi menganugerahi, dan (6) jenis nasihat antara lain: fungsi menasehati, fungsi

menyarankan, dan fungsi mengkonseling. Dalam penelitiannya Nur, mengaitkannya sebagai bahan ajar pembelajaran menyimak dan berbicara.

Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Nur, dengan peneliti adalah sama-sama menganalisis tindak tutur direktif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh Nur dan peneliti sama-sama menggunakan teknik simak. Metode yang digunakan untuk menganalisis data sama-sama menggunakan metode padan. Tidak hanya sama-sama menganalisis tindak tutur direktif, tetapi perbedaan penelitian Nur dengan peneliti terletak pada objek penelitian yang digunakan untuk menganalisis. Objek penelitian yang digunakan oleh Nur berupa dialog dalam film Cinta Suci Zahrana, sedangkan peneliti objek penelitiannya berupa tuturan tokoh-tokoh dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika sutradara Hanum Salsabiela Rais dan skenario pembelajarannya.

Selain penelitian Nur, Kurniasari juga menulis skripsi tentang tindak tutur. Kurniasari menulis skripsi yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi Tokoh Aisha pada Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Relevansinya dengan Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara di SMA”. Dalam skripsinya, dibahas penggunaan tuturan langsung dan tidak langsung serta tindak tutur ilokusi tokoh Aisha berdasarkan kategori menurut Searle meliputi: (1) asertif (menyatakan, mengemukakan pendapat, melaporkan, mengusulkan, dan mengeluh), (2) direktif (memerintah, memohon, menutut, memberi

15

nasihat, meminta dan mengajak), (3) komisif (menjanjikan), dan (4) ekspresif (mengucapkan terima kasih, memuji, dan mengkritik).

Tindak tutur ilokusi yang ada pada tokoh Aisha dalam penelitian Kurniasari dihubungkan dengan pembelajaran keterampilan membaca dan menulis. Kurniasari hanya membahas tindak tutur ilokusi tokoh Aisha berdasarkan kategori Searle dan relevansinya dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari adalah sama-sama menganalisis tentang tindak tutur. Perbedaan penelitian Kurniasari dan peneliti terletak pada objek yang diteliti. Objek yang diteliti oleh Kurniasari hanya tuturan yang dimiliki oleh tokoh utama saja. Objek penelitian yang digunakan oleh Kurniasari adalah novel. Peneliti menggunakan tuturan antar tokoh dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Perbedaan lainya penelitian Kurniasari meneliti tindak tutur ilokusi yang ada pada tokoh utama dalam novel sedangkan peneliti meneliti tindak tutur direktif yang dituturkan pada tokoh-tokoh dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika.

Tidak hanya penelitian Nur dan Kurniasari yang membahas tentang tindak tutur. Fetri (2014) juga menulis skripsi tentang tindak tutur. Fetri menulis skripsi yang berjudul “Tindak Tutur Direktif Dalam Dialog Film Ketika Cinta Bertasbih Karya Chaerul Umam”. Dalam skrispsinya itu, ditemukan bentuk tindak tutur direktif perintah, permintaan, ajakan, nasihat, kritikan dan larangan.

Persamaan penelitian Fetri dengan peneliti adalah sama-sama menganalisis tindak tutur direktif. Data yang diperoleh Fetri dan peneliti sama-sama menggunakan metode simak dan teknik simak libat cakap. Walaupun sama-sama menggunakan teknik simak libat bebas tetapi peneliti tidak menggunakan teknik rekam. Perbedaan penelitian yang dilakukan Fetri dengan peneliti terletak pada objek penelitian. Objek yang digunakan oleh Fetri adalah dialog tokoh film Ketika Cinta Bertasbih karya Chaerul Umam. Penelitian ini objek penelitiannya berupa tuturan-tuturan tokoh dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika sutradara Hanum Salsabiela Rais. Penelitian milik Fetri tidak dihubungkan dengan skenario pembelajaran sedangkan peneliti menghubungkannya dengan skenario pembelajaran.

Penelitian milik Ardianto (2013) yang berjudul “Tindak Tutur Direktif Guru dalam Wacana Interaksi Kelas Anak Tunarungu”. Dalam skripsinya, peneliti membahas tentang tindak tutur direktif yang digunakan oleh guru kepada Anak Tunarungu. Peneliti menemukan bentuk tindak tutur direktif guru dengan modus deklaratif, tindak tutur direktif dengan modus interogratif, tindak tutur direktif guru dengan modus inperatif.

Selanjutnya, persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Ardianto dengan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah sama-sama berupa tindak tutur. Penelitian Ardianto dan peneliti juga sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif. Perbedaan penelitian Ardianto dan penelitian ini adalah objek penelitiannya. Objek penelitian

17

Ardianto berupa tuturan yang diucapkan oleh guru kepada anak tunarungu, sedangkan penelitian ini objek penelitiannya berupa tuturan tokoh-tokoh dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika sutradara Hanum Salsabiela Rais dan skenario pembelajaran di SMA. Perbedaan lainnya penelitian Ardianto data yang diperoleh melalui observasi nonpartisipan sedangkan penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik simak.

B. Kajian Teoretis

Kajian teori merupakan penjelasan kerangka teoretis yang memuat beberapa kumpulan materi terpilih dari beberapa sumber untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Di dalam kajian teori ini, penulis memaparkan definisi pragmatik, tindak tutur, jenis-jenis tindak tutur, tindak tutur direktif dan skenario pembelajaran.

1. Definisi Pragmatik

Istilah pragmatik pertama kali muncul berasal dari seorang filosof pada tahun 1938 yang bernama Charles Morris. Morris membagi ilmu tentang tanda menjadi tiga konsep dasar, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik. Morris mengartikan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai, “hubungan tanda-tanda dengan para penafsir” (Tarigan, 2015: 30). Oleh karena itu, tanda-tanda yang dimaksud dalam pengertian tersebut adalah bahasa yang berawal dari suatu pemikiran dan kemudian berkembang pragmatik sebagai salah satu cabang linguistik.

Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercangkup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain

memperbincang-kan segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelasmemperbincang-kan secara tuntas oleh referensi langsung kepada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan (Tarigan, 2015: 31). Secara kasar dapat dirumuskan: Pragmatik=makna-kondisi-kondisi kebenaran. Menurut Levinson, pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa (Tarigan, 2015: 31). Yule menjelaskan pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh dan ditafsirkan oleh pendengar (Yule, 2006: 3).

Leech mengemukakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungan dengan situasi-situasi ujaran. Pada saat seseorang mengucapkan sesuatu, maksud penutur menggunakan tuturan tidak selalu disampaikan secara langsung (Rustono, 1999: 1). Banyak orang menyampaikan maksud tuturannya dengan cara tidak langsung. Dalam hal ini, diperlukan konteks agar maksud pembicaraan dapat diketahui. Konteks sangat penting dalam kajian pragmatik. Tanpa adanya konteks, seseorang akan mengalami kendala saat menafsirkan maksud dari penutur menggunakan tuturan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna yang dikaji dalam pragmatik adalah makna yang terikat konteks atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur.

2. Tindak Tutur

Tindak tutur merupakan hal penting dalam kajian prgamatik. Tindak tutur merupakan unsur prgamatik yang melibatkan penutur dan mitra tutur. Rustono (1999: 31) mendefinisikan tindak tutur sebagai

19

kegiatan melakukan tindakan mengujarkan tuturan dengan memanfaatkan kalimat-kalimat. Oleh karena sifatnya yang sentral itulah, tindak tutur bersifat pokok di dalam pragmatik. Mengujarkan sebuah tuturan tertentu bisa dipandang sebagai melakukan tindakan (mempengaruhi, menyuruh) di samping memang mengucapkan atau mengujarkan tuturan itu.

Dalam berkomunikasi setiap penutur akan melakukan kegiatan mengujarkan tuturan. Yule (2006: 82) mendefinisikan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat suatu tuturan. Setiap tindak tutur yang diucapkan oleh seorang penutur memiliki makna atau arti dalam tuturannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah unsur pragmatik yang melibatkan penutur dan mitra tutur.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah aktivitas atau tindakan dalam ujaran yang memiliki makna. Tindak tutur pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur. Misalnya, tindakan larangan dapat dilakukan dengan tuturan “Jangan mencoba mencari alamat rumah ini lagi”. Maksud tuturan ini adalah tindakan melarang datang ke rumah itu lagi bukan mencari alamat rumah itu.

3. Jenis-Jenis Tindak Tutur

Searle mengklasifikasikan ada tiga jenis tindak tutur yang diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act) (Wijana, 1996: 17).

a. Tindak Lokusi

Tindak tutur lokusi disebut sebagai The Act of Saying Something. Tarigan (2015: 34), Leech (1993: 316), Wijana (1996: 17) mendefinisikan tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Dalam tindak tutur lokusi, informasi yang disampaikan adalah sebenarnya. Tindak tutur ini tidak mengandung makna tersembunyi dibalik tuturanya dan tidak menghendaki adanya suatu tindakan atau efek tertentu dari mitra tuturnya. Tindak tutur lokusi tidak mempermasalahkan maksud atau fungsi tuturan. Tindak tutur ini berkenaan dengan apakah makna tuturan yang diucapkan itu.

b. Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something. Tarigan (2015: 35) mendefinisikan tindak tutur ilokusi adalah melakukan suatu tindakan dalam mengatakan sesuatu. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak ilokusi dapat dikatakan sebagai tindak yang terpenting karena tuturan yang dilakukan oleh seseorang tidak hanya digunakan untuk mengatakan sesuatu, tetapi juga digunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ilokusi tidak mudah untuk diidentifikasikan karena tindak ilokusi

21

berkaitan dengan siapa bertutur, pada siapa, kapan dan dimana tindak tutur dilakukan.

c. Tindak Perlokusi

Tindak tutur perlokusi disebut juga dengan the act of affecting someone. Tindak perlokusi merupakan tuturan yang memberikan efek atau daya pengaruh kepada lawan tutur (Rustono, 1999: 36). Efek atau daya ujaran ini dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja atau tidak sengaja. Tanggapan tersebut tidak hanya berbentuk kata-kata, tetapi juga berbentuk tindakan atau perbuatan. Verba yang menandai tindak tutur perlokusi yaitu membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalu-kan, dan menarik perhatian.

4. Tindak Tutur Direktif

Wijana (1996:18) menyatakan bahwa tindak ilokusi sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Searle menggolongkan tindak tutur ilousi ke dalam lima macam bentuk masing-masing memiliki fungsi komunikatif (Tarigan, 2015:42). Kelima jenis tindak tutur tersebut yaitu asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif.

Tindak tutur direktif sebagai jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu (Tarigan,

2015:43). Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Beberapa verba yang menandai tuturan direktif ini terdiri dari: memesan, memerintahkan, memohon, meminta menyarankan, menganjurkan dan menasehatkan.

Ibrahim (1993: 27) membagi tindak tutur direktif menjadi enam jenis tindak yaitu permintaan, pertanyaan, perintah, larangan, pemberian izin dan nasihat.

a. Permintaan

Permintaan adalah suatu bentuk tuturan yang bermaksud apa yang dinginkan oleh penutur dipenuhi oleh mitra tutur (Ibrahim 199: 28). Tujuan dari tindak tutur direktif permintaan adalah untuk memohon dan mengharapkan kepada mitra tutur supaya diberi sesuatu atau menjadi kenyataan sebagaimana yang diminta oleh penutur. Penutur mengekspresikan keinginannya agar mitar tutur melakukan tindakan atas keinginan penutur. Fungsi tuturan direktif permintaan meliputi; meminta, memohon, berdoa, mengajak dan menekan. Fungsi permintaan tersebut dijabarkan sebagai berikut.

1) Fungsi Meminta

Fungsi meminta digunakan penutur untuk mendapatkan sesuatu. Tindak tutur direktif meminta bertujuan untuk mengutarakan keinginan penutur. Penutur menyampaikan keinginannya dengan cara yang baik dan mempengaruhi agar mitra tutur mengabulkan keinginannya. Tindak tutur ini dilakukan oleh

23

penuturnya dengan berharap kepada mitra tutur mau melakukan tindakan yang dikatakan oleh penutur.

2) Fungsi Memohon

Fungsi memohon digunakan untuk permohonan suatu hal dengan lebih santun dan hormat. Tindak tutur direktif memohon memiliki fungsi untuk memohon dengan cara yang baik agar mitra tutur mengabulkan tindakan yang disampaikan penutur. Dalam tindak tutur ini penutur lebih sopan dan baik dalam menyampaikan maksud tuturannya.

3) Fungsi Berdoa

Fungsi berdoa digunakan untuk mengekspresikan harapan, dan pujian kepada Tuhan. Fungsi tindak tutur direktif berdoa diharapkan keinginan mitra tutur dapat memenuhi segala keinginan dari penutur. Fungsi ini biasanya dilakukan penutur dengan bersungguh-sungguh untuk mengharapkan sesuatu kepada Tuhan. 4) Fungsi menekan

Tindak tutur direktif menekan digunakan penutur untuk memberikan desakan atau tekanan dari penutur kepada mitra tutur tehadap suatu hal. Tindak tutur ini biasanya disertai tindakan apabila mitra tutur mengabaikan apa keinginan penutur. Tindak tutur menekan ini untuk menerbitkan atau memnuhi keinginan penutur.

5) Fungsi Mengajak

Tindak tutur direktif mengajak berfungsi untuk mengutarakan suatu ajakan. Fungsi ini biasanya mengacu pada hal positif dan menuju kebaikan. Dengan cara yang sopan dan baik, tindak tutur direktif ini akan lebih mempengaruhi mitra tutur. b. Pertanyaan

Ibrahim (1993: 28) tindak pertanyaan adalah tuturan yang mengandung pertanyaan untuk mendapatkan informasi. Penutur mengekspresikan keinginan dan maksud bahwa proposisi tersebut benar atau salah. Tindak tutur ini bertujuan untuk mendapatkan suatu informasi. Tuturan yang termasuk dalam fungsi pertanyaan adalah fungsi bertanya dan menginterogasi. Fungsi bertanya untuk mengungkapkan pertanyaan untuk meminta keterangan atau penjelasan sesuatu hal kepada mitra tutur. Fungsi bertanya digunakan untuk mendapatkan suatu informasi. Penutur berharap kepada mitra tutur menjawab pertanyaan yang dituturkan oleh penutu. Fungsi menginterogasi dilakukan untuk mengungkapkan pertanyaan yang memiliki sifat terstruktur, detail, dan cermat untuk mencari penjelasan atau keterangan. Penutur meminta kepada mitra tutur untuk menjawab tuturan dengan detail.

c. Perintah

Tindak perintah merupakan kehendak penutur kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Penutur mengekspresikan keinginannya

25

bahwa ujarannya dalam hubungan posisi di atas mitra tutur. Tuturan direktif pada jenis tindakan/perbuatan yang termasuk dalam perintah, meliputi tuturan; menghendaki, menyuruh, mengomando, menuntut, menginstrusikan, dan mensyaratkan.

1) Fungsi Menghendaki

Fungsi menghendaki berfungsi untuk mengungkapkan keinginan atau kehendak kepada mitra tutur agar melakukan sesuatu. Tuturan ini menghendaki mitra tutur untuk melakukan tindakan yang diujarkan. Fungsi ini tidak mengharuskan mitra tutur melakukan apa yang dikehendaki, apabila penutur tidak mengekspresikan paksaan.

2) Fungsi Menyuruh

Fungsi menyuruh merupakan bentuk tuturan yang bermaksud agar apa yang telah tuturkan penutur, mitra tutur mau melakukan sesuatu sebagaimana yang telah dituturkan oleh penutur. Fungsi ini mengekspresikan kepercayaan penutur kepada mitra tutur bahwa ujarannya mengandung alasan yang cukup bagi mitra tutur melakukan tindakan.

3) Fungsi Mengomando

Fungsi mengomando untuk pemberian perintah dari atasan kepada bawahannya. Tuturan ini diharapkan penutur kepada mitra tutur agar melakukan apa yang dikatakan oleh penutur.

4) Fungsi Menuntut

Fungsi menuntut berfungsi untuk mengekspresikan tututan seseorang agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan tersebut. Tindak tutur menuntut ini dapat lebih mudah dipenuhi apabila dilakukan dengan baik. Namun, apabila tuturan tersebut dengan paksaan yang tidak menyenangkan lawan tuturnya dapat menyebabkan perselisihan.

5) Fungsi Menginstrusikan

Fungsi ini digunakan penutur untuk memberikan perintah secara langsung kepada mitra tutur. Fungsi menginstrusikan untuk mengekspresikan perintah atau aturan mengerjakan sesuatu.

6) Fungsi Mensyaratkan

Fungsi mensyartkan digunakan untuk mengekspresikan ketentuan yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan tertentu. Tuturan ini mengungkapkan suatu tuturan untuk memberikan persyaratan yang harus dipenuhi oleh tujuan penutur.

d. Larangan

Larangan merupakan suatu bentuk tuturan yang mempunyai maksud agar mitra tutur tidak mealukan tindakan oleh karena ujaran penutur. Tindak tutur ini merupakan tindak bahasa yang bertujuan supaya mitra tutur tidak boleh melakukan sesuatu. penutur mengekspresikan maksud mitra tutur tidak melakukan tindakan yang diucapakan. Tuturan jenis tindakan larangan meliputi; melarang dan

27

membatasi. Fungsi melarang pada dasarnya melarang mitra tutur untuk tidak melakukan sesuatu. Melarang berfungsi untuk mengekspresikan larangan agar mitra tutur tidak melakukan sesuatu yang diinginkan penutur. Membatasi berfungsi untuk mengekspresikan pemberian batas kepada mitra tutur.

e. Pemberian Izin

Pemberian izin mengekspresikan maksud penutur sehingga mitra tutur percaya bahwa ujaran penutur mengandung alasan yang cukup bagi mitra tutur bebas melakukan tindakan tertentu. Alasan yang jelas untuk menghasilkan pemberian izin adalah mengabulkan permintaan izin atau melonggarkan pembatasan yang sebelumnya dibuat terhadap tindakan tertentu. Fungsi pemberian izin meliputi: menyetujui, membolehkan dan memaafkan. Fungsi menyetujui digunakan untuk menyatakan kesepakatan antara mitra tutur dan penutur. Fungsi membolehkan digunakan untuk memberikan kesempatan kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Fungsi memaafkan digunakan untuk memberikan maaf kepada seseorang atas perbuatan yang telah dilakukan.

f. Nasihat

Tuturan ini bermaksud agar apa yang dituturkan oleh penutur, mitra tutur dapat percaya dan terpengaruh. Tuturan nasihat adalah suatu petunjuk yang berisi pelajaran terpetik dan baik dari penutur yang dapat dijadikan sebagai alasan bagi mitra tutur untuk melakukan sesuatu.

Nasihat merupakan suatu perintah kepada orang lain agar melakukan tindakan tetapi dengan cara memberikan petunjuk, cara-cara melakukan dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa nasihat adalah suatu bentuk tuturan yang mempunyai maksud agar apa yang dituturkan oleh penutur, mitra tutur dapat percaya dan terpengaruh atas apa yang telah dituturkan oleh penutur. Fungsi nasihat meliputi; menasehati, menganjurkan, menyarankan dan memperingatkan. Fungsi menasehati adalah suatu petunjuk yang berisi pelajaran terpetik dan baik dari penutur yang dapat dijadikan alasan bagi mitra tutur melakukan sesuatu. Fungsi menganjurkan adalah untuk mengekspresikan tuturan yang mengandung maksud memberi anjuran, petunjuk, saran, teguran dan ajaran dengan cara baik dan sopan kepada mitra tutur. Fungsi menyarankan adalah untuk mengekspresikan tuturan yang mengandung maksud memberikan saran atau anjuran kepada mitra tutur, agar mitra tutur memper-timbangkannya supaya menjadi lebih baik. Fungsi memperingatkan untuk mengekspresikan tuturan yang mengandung maksud dan memberi nasihat dengan sungguh-sungguh kepada mitra tutur.

5. Skenario Pembelajaran di SMA

Dalam skenario pembelajaran di SMA analisis terdiri dari pembelajaran menyimak, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pencapaian, tujuan pembelajaran, materi pokok, pendekatan, model dan metode, langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar, evaluasi pembelajaran.

29

a. Pembelajaran keterampilan menyimak

Keterampilan menyimak menjadi dasar untuk keterampilan berbicara karena apa yang diucapkan oleh seseorang merupakan hasil simakan dari pembicaraan orang lain. Penguasaan kosa kata pada saat menyimak membantu kelancaran membaca dan menulis. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan mengubah bentuk pikiran atau perasaan menjadi bentuk bunyi bahasa yang bermakna. Pentingnya kegiatan menyimak dan berbicara dalam proses berbahasa, diperlukan suatu teknik efektif dalam pembelajaran menyimak dan berbicara agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.

Keterampilan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan, dengan penuh perhatian, pehamanan, apresiasi, serta menginterpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau melalui bahasa lisan (Sholeh, 2010: 2). Keterampilan menyimak merupakan dasar untuk keterampilan bahasa yang lain (berbicara, membaca dan menulis). Keterampilan menyimak menjadi dasar untuk keterampilan

Dokumen terkait