BAB IV : HASIL PENELITIAN
C. Interpretasi Data dan Penyajian Hasil Penelitian
2. Penyajian Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian selama satu minggu dengan intensif, yakni terhitung sejak tanggal 25 Agustus 2008 s/d 29 Agustus 2008, selama jam pembelajaran atau sekolah berlangsung, yaitu sejak pukul 07.00 – 14.30, maka hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Sejarah Berdiri Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
Sekolah di mana pun sudah selayaknya harus memiliki perpustakaan sekolah, begitu juga lembaga pendidikan SMA PGRI 56 Ciputat. Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat berdiri tidak seiring dengan berdirinya SMA PGRI 56 Ciputat, perpustakaan ini berdiri kira-kira pada tahun 1996. Pada saat itu, tujuan pendirian perpustakaan tersebut adalah semata-mata hanya sebagai syarat adanya fasilitas belajar yang bernama “perpustakaan” pada suatu sekolah. Namun, pada akhirnya pihak sekolah menyadari bahwa fungsi dan peran perpustakaan bagi suatu sekolah adalah sangat penting.
Setelah menyadari betapa pentingnya eksistensi perpustakaan dalam suatu lembaga pendidikan, pihak sekolah melakukan berbagai macam perencanaan demi berlangsungnya perpustakaan sekolah untuk memfasilitasi belajar siswa. Pada awalnya, posisi/letak perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat berada di depan atau sudut depan (kiri) sekolah.
Pada saat itu kondisi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat masih sangat sederhana. Dari segi keadaan fisik seperti letak, fasilitas dan koleksi, dapat dikatakan belum optimal dan belum dapat memfasilitasi belajar siswa dengan efektif.
Seiring dengan berjalannya waktu dan kebutuhan, pihak sekolah semakin meningkatkan eksistensi dan fasilitas perpustakaan sekolah. Langkah awal yang diambil oleh pihak sekolah adalah memindahkan kegiatan atau ruang perpustakaan ke lantai dua sebelah kanan yang kemudian pindah lagi ke posisi yang sekarang dihuni, yaitu di sudut kanan gedung belajar SMA PGRI 56 Ciputat. Walaupun dari segi letak/lokasi/posisi sudah mulai di tata pada tempat yang dirasa cukup baik dan memungkinkan, namun pada saat itu koleksi dan fasilitas perpustakaan masih dengan kondisi yang sama, yaitu belum dapat memfasilitasi belajar siswa SMA PGRI 56 Ciputat.
Masa kepemimpinan atau pemegangan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat pun mengalami beberapa kali pergantian. Mulai yang pertama Endra Kertanegara yang ditugasi sebagai petugas perpustakaan, kemudian Heru Sutanto, S. Pd., Tabroni, Eko Sulistyo, dan yang terakhir atau saat ini dipercayakan kepada Agus Pramono.
Sejak awal pendirian hingga sekarang, perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat pun mengalami pasang-surut. Pada awalnyanya didirikan dengan kondisi yang sederhana, kemudian cukup mengalami kemajuan dan berbagai macam perencanaan, hingga pernah pada suatu waktu perpustakaan tersebut benar-benar berada pada keadaan yang dapat diacungi jempol. Saat itu, Heru Sutanto, S. Pd. adalah orang yang sedang dipercayai untuk mengelola perpustakaan.
b. Fasilitas Perpustakaan
Gedung atau tempat penyelenggaraan suatu kegiatan adalah suatu keniscayan yang harus ada. Gedung perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat adalah salah satu bangunan permanen yang memiliki luas
bangunan 49 m2. Dari segi gedung, standar kelayakan gedung perpustakaan sudah dapat “dipegang” oleh SMA PGRI 56 Ciputat. Namun, dari segi letak atau posisi ruangan, gedung perpustakaan ini dapat dikatakan tidak terletak pada posisi yang strategis, karena ruangan tersebut terletak atau berada di sudut atau pojok kiri tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat.
Bila kita lihat dari luas bangunan atau luas ruang perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat, dengan jumlah keseluruhan siswa SMA PGRI 56 Ciputat yang berjumlah 281 siswa, mengingat salah satu peranan perpustakaan adalah sebagai salah satu sumber belajar di sekolah, maka dari segi kapasitas dapat dimungkinkan perpustakaan tersebut tidak mampu menampung siswa dalam jumlah banyak. Hal ini pun dikuatkan oleh pendapat Pawit M. Yusuf yang Ia ungkapkan melalui tabel kriteria kapasitas atau daya tampung ruang perpustakaan dengan jumlah siswa dalam satu sekolah, berikut tabel tersebut:3
Tabel 45
Kriteria Kapasitas/Daya Tampung Perpustakaan
Jumlah Siswa Luas Ruangan Perpustakaan
360 – 480 113 m2 – 151 m2 180 – 360 57 m2 – 113 m2
91 - 180 30 m2 – 57 m2. Sumber: Perpustakaan Nasional RI, 1998/1999
Situasi yang tercipta pada perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat adalah relatif kondusif, mungkin karena dari segi letak yang cukup jauh dari keramaian (berada di sudut atau pojok gedung sekolah) ini lah yang menyebabkan adanya keadaan tersebut, dan ini adalah salah satu nilai lebih dari perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Namun satu hal yang cukup mengganggu adalah pintu masuk perpustakaan SMA
3
PGRI 56 Ciputat tepat berhadapan tatap muka dengan pintu WC laki- laki milik SMP PGRI 1 Ciputat.
Hal lain yang juga terkait dengan fasilitas adalah kelengkapan perabot dan peralatan perpustakaan sekolah. Perabot dan peralatan yang terdapat di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat antara lain: 1) Perabot
a)Rak buku
b)Rak majalah
c)Rak surat kabar
d)Rak karya siswa
e)Meja dan kursi baca
f)
Meja sirkulasi
g)Lemari kabinet
2) Peralatan
a)Pulpen, penggaris, gunting
b)Kertas tipis untuk mengetik, membuat
label buku, dan slip tanggal
c)Buku catatan
d)Buku inventaris bahan-bahan pustaka
e)Buku
induk
atau
buku
besar
peminjaman
g)Tinta stempel
h)Tip-ex
i)
Spidol
j)
Mesin tik manual
k)Komputer
l)
Jam dinding
m)
Bantal stempel
n)Stempel tanggal pengembalian
o)Stempel
inventaris
perpustakaan
sekolah
p)Papan tulis
Secara keseluruhan, dapat digambarkan bahwa fasilitas yang terdapat pada perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat memang belum dapat menjawab kebutuhan siswa akan pembelajaran, karena yang memang terlihat dan dirasakan layak hanya berada pada segi gedung atau bangunan yang sudah permanen. Sedangkan fasilitas lain yang ditawarkan tidak berjalan secara efektif, seperti penggunaan peralatan sehari-hari tidak dapat dijalankan sebagaimana fungsinya. Keadaan sehari-hari perpustakaan yang juga tidak selalu dalam keadaan bersih, rapi dan menyejukkan adalah suasana yang tidak asing ditemui di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat.
Menurut penulis, keadaan demikian yang apabila terus dipertahankan akan dapat membawa dampak yang kurang baik bagi
keberlangsungan dan peranan perpustakaan dalam suatu lembaga pendidikan.
c. Koleksi Perpustakaan
Koleksi adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap perpustakaan di manapun perpustakaan itu berdiri, karena tanpa adanya koleksi atau bahan bacaan dan sumber informasi lainnya, suatu perpustakaan tidak akan dapat menjalankan peranannya sebagai sumber informasi. Berikut gambaran mengenai hal yang terkait dengan koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat:ÿÿarÿÿ
ÿÿÿli10801) Pengadaan Koleksi
Dalam hal pengadaan koleksi perpustakaan, SMA PGRI 56 Ciputat melakukannya atau memperolehnya melalui berbagai cara, yaitu dengan pembelian; swadaya siswa, orang tua dan guru; ataupun kerjasama dengan penerbit buku.
Pembelian sendiri dilakukan dengan cara melalukan evaluasi dan pemeriksaan kembali buku atau referensi apa yang dibutuhkan oleh siswa SMA PGRI 56 Ciputat dalam pembelajaran. Setelah itu barulah membuat pengajuan tertulis kepada pihak sekolah dalam bentuk proposal. Jika proposal disetujui dan telah ditanda tangani oleh kepala sekolah dan ketua yayasan, maka kegiatan pembelian dapat segera dilakukan.
Swadaya atau sumbangan adalah hal yang lazim terjadi dalam segala hal, tidak terkecuali pada kegiatan pengadaan koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Biasanya, siswa banyak terlibat dalam pengadaan atau penambahan koleksi perpustakaan, yaitu dengan cara mewajibkan para siswa kelas XII yang hampir menyelesaikan masa studinya di SMA PGRI 56 Ciputat untuk menyumbangkan minimal satu buku bacaan, baik itu buku pelajaran ataupun buku non-pelajaran selama buku tersebut memberikan pengaruh baik. Hal ini juga dibenarkan oleh seluruh
civitas akademika SMA PGRI 56 Ciputat, “biasanya, kami mewajibkan para calon alumnus untuk menyumbangkan satu buku bacaan per orang kepada perpustakaan sekolah, yah itung-itung sebagai kenang-kenangan”.4
Sedangkan swadaya yang berasal dari orang tua dan guru memang tidak terlalu sering didapat. Swadaya yang berasal dari orang tua hanya perbah terjadi beberapa kali dan hanya berasal dari beberapa wali murid saja. “Dahulu, pernah terjadi beberapa orang wali murid memberikan sumbangan buku bacaan kepada sekolah, dan kami menyerahkannya kepada yang lebih berhak mengelola buku tersebut, yaitu perpustakaan sekolah. Namun, itu pun hanya terjadi satu kali saja, tidak continuitas, dan jujur kami sangat menyayangkan sekali hal tersebut.5 Swadaya yang berasal dari guru, biasanya memang terjadi, tetapi tidak dengan skala rutin, itupun hanya beberapa guru saja yang biasa memberikan kontribusi atau sumbangan kepada perpustakaan sekolah.
Partisipasi dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah terhadap sekolah ini pun sangat kurang dirasakan. Sekian lama sekolah ini berdiri, pemerintah atau dewan pendidikan hanya baru satu kali memberikan kiriman buku atau sumber belajar kepada perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat.
Sistem penambahan atau pengadaan buku yang juga digunakan oleh SMA PGRI 56 Ciputat adalah menjalin kerjasama dengan
4
Heru Sutanto, S. Pd., Guru SMA PGRI 56 Ciputat, Wawancara Pribad:, Rabu, 27 Agustus 2008
5
Drs. Asep Setiadi, Kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, Wawancara Pribadi: Kamis, 28 Agustus 2008
penerbit buku. Dulu, cara ini pernah dilakukan, namun sekali lagi, lagi-lagi langkah ini tidak dilakukan secara efektif dan continuity.
2. Koleksi yang terdapat di Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
Koleksi yang terdapat di perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat terdiri dari 2
(dua) jenis, yaitu buku dan non buku.
Koleksi buku yang terdapat di
perpustakaan tersebut antara lain buku-
buku fiksi, buku-buku non-fiksi (seperti
buku pelajaran, modul atau referensi
lainnya seperti kamus, karya ilmiah
siswa, dan kliping), serta cerita
bergambar lain seperti komik dan novel.
Sedangkan koleksi non-buku yang
dimiliki adalah majalah dan alat peraga
seperti globe dan peta. Perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat tidak memiliki
koleksi bahan pandang dengar seperti
film suara, audio visual ataupun tape
Jika dilihat dari koleksi-koleksi yang
ada, perpustakaan SMA SMA PGRI 56
Ciputat mungkin harus lebih banyak lagi
menawarkan koleksi yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa dan guru,
terlebih buku-buku yang terkait dengan
pembelajaran di kelas.
3. Pengolahan Koleksi
Pengolahan koleksi yang dilakukan SMA PGRI 56 Ciputat masih tergolong sederhana karena pedoman yang digunakan masih kurang dan belum mengikuti standar pengaturan atau pengkatalogan kolesi perpustakaan yang ideal. Pengolahan koleksi yang dilakukan di perpustakaan tersebut hanya sebatas inventarisasi dan pembuatan katalog.
Pada kegiatan inventarisasi, pihak perpustakaan melakukan pemeriksaan dan pengecapan hak milik dengan stempel perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat, baru kemudian didaftarkan atau di masukkan ke dalam buku induk atau inventaris. Sedangkan pengkatalogan yang dilakukan masih sangat sederhana dan cukup jauh dari kesan ideal dan rambu-rambu katalogisasi buku di Indonesia, karena katalog yang terdapat pada buku-buku atau koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat dilakukan oleh orang yang memang bukan ahlinya, dan dalam hal ini, pengkatalogan koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat dilakukan oleh para mahasiswa yang sedang praktek di sekolah tersebut.
4. Pengaturan Koleksi
Dalam hal pengaturan, koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat memang sudah diatus sedemikian rupa sehingga memudahkan pengunjung untuk mencari bahan atau buku yang dibutuhkan. Pengaturan buku disesuaikan dengan tema dan katalog yang telah dibuat. Namun, walaupun demikian, terdapatnya buku- buku yang penulis kira sudah tidak relevan lagi dengan kurikulum yang sedang berlaku cukup mengganggu penglihatan dan pencaharian pengunjung terhadap koleksi yang dibutuhkannya.
d. Pelayanan Perpustakaan
Pelayanan yang ditawarkan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat adalah pelayanan langsung. Adapun kegiatan pelayanan langsung yang ditawarkan SMA PGRI 56 Ciputat kepada pengunjungnya adalah pelayanan sirkulasi.
Dalam pelayanan sirkulasi, pengunjung
yang dalam hal ini siswa dan guru
dipersilahkan untuk memanfaatkan koleksi
yang terdapat di perpustakaan SMA PGRI
56 Ciputat. Syarat utama dalam pelayanan
sirkulasi adalah setiap peminjam wajib
memiliki kartu anggota, baik itu siswa
maupun guru dan tidak diperkenankan
untuk menggunakan kartu anggota lain,
dan pengunjung yang meminjam koleksi
perpustakaan pun harus mendaftarkan diri
pada buku besar peminjaman. Lamanya
peminjaman adalah satu minggu, dan bagi
siswa atau peminjam yang terlambat
mengembalikan pinjaman akan dikenakan
sanksi dengan membayar denda Rp. 100,-
/hari.
Kegiatan lain yang juga biasa terjadi di
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat adalah
layanan baca di tempat. Siapa pun warga
SMA PGRI 56 Ciputat diperkenankan
untuk dapat menggunakan dan
memanfaatkan perpustakaan sekolah
tersebut walaupun untuk sekedar membaca.
Sedangkan kegiatan lain yang juga biasa
terdapat pada perpustakaan pada
umumnya yaitu pelayanan referensi, tidak
dilaksanakan oleh perpustakaan SMA
PGRI 56 Ciputat.
Biasanya, siswa mengunjungi
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
apabila Ia mengalami kesulitan dalam
pembelajaran di kelas. Namun, cukup
disayangkan karena tidak dapat dipungkiri
bahwa salah satu masalah yang dihadapi
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat ini
adalah kualitas dan kuantitas koleksi, maka
tidak jarang siswa mengeluhkan akan
masalah yang sama, yaitu sulitnya
mendapatkan buku di perpustakaan
sekolah yang sesuai dengan materi yang
sedang dipelajari.
Berikut tata tertib yang terdapat di
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat:
1)Setiap
pemakai
berhak
menggunakan
perpustakaan
sesuai ketentuan yang berlaku
2)Jam buka perpustakaan adalah
mengikuti jam belajar di sekolah,
yaitu:
Hari Senin – Kamis
: Pukul
Hari Jum’at
: Pukul 07.00 –
11.00
Hari Sabtu
: LIBUR
3)Setiap pemakai wajib menjaga
ketenangan,
ketertiban,
keindahan,
dan
kebersihan
perpustakaan
4)Tidak diperkenankan membawa
makanan
atau
minuman
ke
dalam perpustakaan
5)Setiap pengunjung berpartisipasi
merawat koleksi dengan baik
dengan tidak mencoret, merobek,
melipat lembaran buku dan
wajib ikut menjaga kebersihan
koleksi
dan
ruangan
perpustakaan
6)Setiap
pemakai
berhak
meminjam maksimal dua buku
untuk siswa dan lima buku untuk
guru
7)Lamanya peminjaman adalah
satu
minggu
dan
dapat
diperpanjang maksimal 2 kali
8)Keterlambatan peminjaman akan
dikenakan
denda
Rp.
100,-
/hari/buku
9)Setiap koleksi yang hilang atau
rusak
wajib
diganti
dengan
Tata tertib yang dibuat oleh pihak sekolah memang sudah baik dan ideal, namun dalam penerapannya, perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat masih belum melaksanakan dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat terlihat pada segi jam operasi. Perpustakaan sekolah tersebut relatif sering tidak membuka perpustakaan pada jam buka yang telah disepakati, yaitu pukul 07.00. Tidak jarang siswa sedikit mengalami kesulitan bila ingin mengunjungi perpustakaan sekolah walau hanya untuk sekedar membaca buku ketika guru yang mengajar di kelasnya tidak masuk.
e. Tenaga Pengelola Perpustakaan
Agar penyelenggaraan perpustakaan sekolah berjalan dengan baik,
maka perlu ada satu orang atau lebih yang ditunjuk untuk mengelola
perpustakaan. Orang-orang yang ditunjuk atau diberi tanggung jawab tersebut harus memiliki kemampuan dasar dalam mengelola
perpustakaan seperti merencanakan pengadaan bahan pustaka,
mengklasifikasi dan mengkatalog buku-buku, melayani peminjaman dan pengembalian buku dan sebagainya.
Tenaga pengelola perpustakaan SMA
PGRI 56 Ciputat hanya dipercayakan pada
satu orang. Dari tahun ke tahun, dan pada
setiap pergantian masa jabatan pun, hanya
satu orang yang dipercayakan untuk
“memegang” perpustakaan SMA PGRI 56
SMA PGRI 56 Ciputat, sudah ada lima (5)
orang yang secara bergantian dipercayakan
untuk mengelolanya. Adapun orang-orang
yang pernah menjabat sebagai petugas
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
adalah:
1)Endra Kertanegara
2)Heru Sutanto, S. Pd.
3)Tabroni
4)Eko Sulistyo
5)Agus Pramono (Sekarang)
Dari kelima orang yang pernah atau
sedang bertugas sebagai tenaga pengelola
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat, tidak
ada satupun di antara mereka yang berlatar
belakang pendidikan kepustakaan. Mereka
hanya berbekal pengetahuan dari buku
profesionalisme kerjanya, tenaga pengelola
perpustakaan sekolah tersebut pun belum
dapat dikatakan profesional, karena Ia
lebih sering berada di luar perpustakaan
sehingga menyulitkan pengunjung untuk
mengunjungi perpustakaan, selain itu
keterbatasan pengetahuan pustakawan
mengenai ilmu kepustakaan merupakan
salah satu dari sekian masalah yang
dihadapi perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat.
Jika dilihat dari pengalaman-pengalaman
yang ada, perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat belum memiliki kualitas
pengelolaan yang efektif dan efisien, dan
alangkah baiknya bila pihak sekolah lebih
memperhatikan lagi terutama pada unsur
tenaga pengelola perpustakaan.
Anggaran atau dana adalah hal yang
paling mendasar dari setiap kegiatan.
Begitu pula anggaran yang di alokasikan
untuk penyelenggaraan perpustakaan SMA
PGRI 56 Ciputat. Anggaran yang
disediakan untuk kegiatan perpustakaan
sekolah ini berasal dari Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS). Berdasarkan informasi yang
penulis dapat dari pihak yang berwenang
yaitu kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat,
anggaran yang di alokasikan untuk
perpustakaan sekolah adalah Rp.
2.000.000,-/tahun. Anggaran tersebut sudah
mencakup seluruh kegiatan perpustakaan,
termasuk pengadaan dan perawatan
fasilitas perpustakaan, dan perawatan-
perawatan tersebut dilakukan secara
bergantian pada setiap tahunnya.
g. Peran Guru dalam Pembelajaran dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar serta Kontribusinya terhadap Perpustakaan Sekolah
Seperti yang telah disinggung pada bab dan materi-materi sebelumnya bahwa guru adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan siswa dan pembelajaran serta kurikulum, maka sudah seharusnya seorang guru dapat memobilisasi siswa untuk memanfaatkan fasilitas belajar di sekolah. Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh para siswa berkenaan dengan buku pelajaran, para guru SMA PGRI 56 Ciputat sering meminta siswa untuk mencari referensi melalui koleksi perpustakaan sekolah.
Para guru tidak jarang meminta siswa untuk mengunjungi perpustakaan untuk belajar ataupun mencari informasi lebih lanjut. Tetapi sekali lagi, keterbatasan kuantitas dan kualitas koleksi perpustakaan adalah kendala yang dihadapi siswa dalam pemanfaatan perpustakaan sekolah. Namun, dalam hal ini guru SMA PGRI 56 Ciputat tidak dapat mengambil tindakan lebih lanjut.
Salah satu diantara sekian banyak orang yang juga harus ikut bertanggungjawab atas ketersediaan koleksi perpustakaan sekolah adalah guru, karena koleksi perpustakaan sekolah adalah salah satu sumber belajar siswa di sekolah. Idealnya, seorang guru harus dapat memberikan masukan atau rekomendasi kepada pihak sekolah dan perpustakaan dalam hal koleksi atau buku apa yang dibutuhkan siswa dalam pembelajaran di kelas, karena koleksi perpustakaan sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar siswa di sekolah, terlebih siswa SMA PGRI 56 Ciputat yang kondisinya sangat minim akan buku pelajaran pribadi.
Namun, di sekolah tersebut kerjasama antara guru sebagai orang secara langsung berhubungan dengan kurikulum dengan perpustakaan sekolah tidak berjalan dengan baik, hal ini sangat terlihat dari minimnya koleksi yang dapat dimanfaatkan siswa sebagai referensi dalam belajar. Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah SMA
PGRI 56 Ciputat, “harus kami akui bahwa komitmen guru terhadap sekolah ini masih cukup jauh dari yang diharapkan, hal ini terlihat pada keseharian guru. Mereka hanya melaksanakan tugas sebatas memenuhi jam mengajar, jadi bila mereka tidak ada jam mengajar, mereka sering tidak terlihat di sekolah. Kontribusi mereka terhadap perpustakaan sekolah pun tidak terlalu nampak, hanya beberapa guru saja yang terlihat peduli terhadap koleksi perpustakaan yang nantinya digunakan oleh siswa”.6
h. Tanggungjawab Kepala Sekolah sebagai Manager Sekolah dalam
Kegiatan Pembelajaran dan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah
Salah satu tugas utama kepala sekolah sebagai manager adalah bersama-sama komponen penyelenggara pendidikan yang lain (dalam hal ini guru dan warga sekolah) untuk melaksanakan manajemen sesuai dengan langkah-langkah minimal manajemen, yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Dalam kegiatan manajemen ini, kepala sekolah selaku orang yang paling berwenang dalam lembaga tersebut harus dapat memobilisasi guru dan karyawan untuk meningkatkan mutu sekolah.
Sebagai head master, kepala sekolah memang menjadi pemimpin dalam segala kegiatan, namun, dalam pelaksanaan di lapangan, kepala sekolah menyerahkan urusan kegiatan penyelenggaraan perpustakaan sekolah kepada pihak yang telah diberi mandat, yaitu tenaga pengelola perpustakaan. kepala sekolah hanya menerima laporan dan melakukan supervisi atau Sidak (inspeksi mendadak) pada kegiatan tersebut, baik terhadap orangnya (pustakawan) maupun terhadap proses kegiatannya.
6
Drs. Asep Setiadi, Kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, Wawancara Pribadi: Kamis, 28 Agustus 2008
Hal yang diterapkan oleh kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat selama ini adalah berusaha mengajak para warga sekolah untuk dapat mandiri dalam segala hal dan tidak terlalu terpaku pada kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah. Beliau menekankan adanya inovasi dan kreativitas dari warga sekolah kepada sekolah tersebut.
Dahulu, masih dalam masa jabatan Asep Setiadi, SMA PGRI 56 Ciputat juga pernah melaksanakan studi komparasi dengan beberapa lembaga pendidikan sejenjang dalam hal pembinaan minat baca dan kegiatan perpustakaan. Namun, sekali lagi, hal itu pun hanya terjadi dalam sekali waktu. Dalam lingkup internal, jam baca perpustakaan atau studi perpustakaan juga pernah menjadi salah satu kebijakan di sekolah tersebut, namun nasibnya tidak berbeda jauh, yaitu tidak dapat berjalan secara continuity.
i. Hambatan yang Dihadapai SMA PGRI 56 Ciputat dalam
Mengefektifkan Sarana Belajar (Perpustakaan)
Tidak ada satu kegiatan pun yang sempurna nyaris tanpa menemui kendala atau hambatan. Begitu juga pada penyelenggaraan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Sekolah ini menemui berbagai kendala dalam berbagai sektor. Hambatan utama yang dihadapi SMA PGRI 56 Ciputat dalam kegiatan penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah masalah pengadaan, dan dalam hal ini sangat terkait dengan pendanaan atau anggaran.
Faktor ekonomi siswa yang rata-rata berada pada keadaan menengah ke bawah turut menjadi penghambat dalam kegiatan ini, karena salah satu sumber dana untuk penyelenggaraan perpustakaan