• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2. Konsep Status Gizi Anak

2.6. Penyakit Defisiensi Gizi Anak

2.8. Faktor Sosial Budaya Terhadap Status Gizi Anak

3. Gizi Anak Indonesia 3.1. Masalah Makan Anak 3.2. Masalah Gizi Anak

3.3. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang 3.4. Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Peran Masyarakat

1.1. Defenisi

Peran masyarakat dalam hal ini adalah kader kesehatan masyarakat baik laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan baik anak maupun masyarakat serta bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Peran masyarakat menunjukkan keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut (Zulkifli, 2003).

Peran masyarakat dibidang kesehatan adalah keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan dan menghasilkan program-program kesehatan masyarakatnya. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya (Notoatmodjo, 2007).

1.2. Peran Masyarakat Ikut Serta dalam Berpartisipasi, Berkontribusi, dan Konseling

1.2.1. Partisipasi Kader

Partisipasi sebagai suatu proses di mana dua atau lebih pihak – pihak yang terlibat, saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam membuat keputusan yang mempunyai akibat di masa depan bagi semua pihak. Menurut

Mulyono Gandadiputra (1978) menyimpulkan bahwa partisipasi mengundang tiga elemen yaitu : pemecahan masalah, interaksi masyarakat dan kesederajatan keluasan.

Pemecahan masalah berkaitan dengan suatu proses untuk mengatasi adanya kesenjangan antara keadaan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Maka semua pihak yang terlibat dalam pemecahan masalah adalah masyarakat yang berperan sebagai kader menyadari adanya masalah status gizi anak, dengan termotivasi untuk mengatasinya dan memiliki kemampuan serta sumber untuk mengatasi masalah.

Dalam partisipasi adanya beberapa pihak melalui suatu proses interaksi. Interaksi yang berlangsung harus didasari atas dasar kesederajatan keluasan dan bukan didasari atas hubungan atasan bawahan dan tidak ada perbedaan antara pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan, karena masing-masing biasa mempunyai status formal atau keahlian yang berbeda, tetapi yang penting adalah adanya interaksi yang didasari atas kesederajatan kekuasaan dimana keahlian dan sumber-sumber yang dimiliki masing-masing pihak lalu dipadukan untuk pemecahan masalah dalam berperan di masyarakat.

Partisipasi masyarakat merupakan hal yang penting, karena peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak suatu kegiatan kontak pertama dan suatu proses pemecahan masalah untuk memperbaiki status gizi anak, melalui partisipasi masyarakat potensi setempat didayagunakan sehingga mempercepat meningkatan kemampuan hasrat untuk menolong dirinya sendiri dalam hal kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

1.2.2. Konseling

Setiap masyarakat ada beranekaragam individu dan kelompok, demikian pula aneka ragam cara berpikir dan berbeda untuk menyelesaikan masalah dalam memenuhi setiap kebutuhan masyarakat. Maka para kader yang telah dipilih dalam pelayanan kesehatan dalam setiap program yang tidak disepakati mereka mengubah perilaku memasyarakat kearah yang positif dengan mengintervensi informasi kesehatan yang bermanfaat bagi komunitas yang bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang benar mengenai nasib yang dihadapi oleh masyarakat terhadap informasi mengenai status gizi anak jika tidak diatasi segera.

Kader berperan untuk konseling dalam masyarakat dengan memberikan informasi untuk seorang individu, misalnya informasi yang berkaitan dengan kondisi kesehatan anak terhadap pasangan dan keluarga, pendekatan alternatif yang dilakukan pelayan kesehatan melalui kader yang ada di masyarakat dengan membuka konseling secara komunikatif demi membantu masyarakat memahami kesehatan mereka dan membuat keputusan yang tepat dalam memelihara kesehatan diri sendiri melalui konseling untuk meningkatkan status gizi anak di masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

1.2.2. Kontribusi Masyarakat

Masyarakat yang ikut berkontribusi dalam program kesehatan adalah :

Meningkatkan koordinasi untuk memenuhi peran masing-masing dalam pembangunan kesehatan, untuk masyarakat yang berkontribusi dibidang kesehatan adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk

memecahkan satu masalah kesehatan. Meningkatkan komunikasi bagi masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan agar saling memahami diantara masyarakat yang berkombinasi, maka diperlukan komunikasi yang efektif melalui pertemuan-pertemuan berkala berdasarkan kesepakatan bersama.

Meningkatkan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan dan memakai keuntungan semua masyarakat. Tujuan utama yang berkontribusi dibidang kesehatan adalah untuk menanggulangi kelemahan untuk memecahkan atau menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dengan memaksimalkan manfaat atau keluarga merupakan kemampuan bersama untuk berkontribusi di masyarakat.

Meningkatkan apa yang menjadi komitmen bagi masyarakat yang berkontribusi, suatu kesediaan dan pengorbanan (waktu, pikiran, tenaga, dan sebagainya) masing-masing masyarakat terhadap program dan upaya pemecahan masalah kesehatan yang telah disepakati bersama masyarakat yang berkontribusi pasti ada pengorbanan baik pengorbanan tenaga, pikiran, dana dan sebagainya.

Ciri – ciri Masyarakat yang Berkontribusi

Kegiatan yang dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan prakarsa masyarakat sendiri, dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat sendiri sebagai kebutuhan. Perencanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawarah dan mufakat. Pelaksanaan kegiatan berlandaskan pada peran

serta aktif dan swadaya masyarakat dalam arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan sumber daya yang dimiliki masyarakat.

Masalah dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan menunjang, tidak mengakibatkan ketergantungan. Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat memanfaatkan teknologi tepat guna .

Harus saling menyadari pentingnya arti berkontribusi di masyarakat. Berkontribusi bukan sekedar untuk mencari dukungan dana, melainkan yang lebih penting adalah mewujutkan kebersamaan antara masyarakat yang berperan untuk menghasilkan sesuatu menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan khususnya, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Menumbuhkan kesadaran pentingnya arti berkontribusi dibidang kesehatan dapat dilakukan melalui informasi yang diterima dari kader. Harus ada kesepakatan visi, misi, tujuan, dan nilai yang sama.

Masyarakat yang ikut berperan untuk berkontribusi dibidang kesehatan maka masyarakat yang berkontribusi harus mempunyai visi-misi, tujuan dan nilai-nilai yang sama tentang kesehatan, maka akan memudahkan timbulnya kerjasama untuk menanggulangi suatu masalah bersama. Memiliki kebutuhan yang sama merupakan landasan yang kuat bagi masyarakat yang berperan. Harus berpijak pada landasan yang sama prinsip yang perlu dibangun dibidang kesehatan adalah aspek yang paling utama dalam kehidupan manusia, maka masyarakat yang ikut berkontribusi dalam sektor kesehatan harus mampu menyakinkan bahwa kesehatan bukan segala-galanya, namun tanpa kesehatan semuanya tidak ada artinya, apabila masyarakat mudah mempunyai pemahaman

yang sama maka masyarakat yang ikut berkontribusi berada dalam landasan yang sama.

Kesediaan masyarakat yang berperan untuk berkontribusi dalam membangun untuk mencapai tujuan bersama sudah pasti memerlukan sumber daya baik tenaga, dana dan sarana, sumber daya ini dapat berasal dari masyarakat yang berkontribusi. Dengan demikian jelas bahwa untuk mencapai tujuan bersama, diperlukan pengorbanan dari masing-masing masyarakat yang berkontribusi. Pengorbanan ini dapat dalam bentuk tenaga, pikiran, dana dan biaya, materi ataupun sekurang-kurangnya waktu. Pengorbanan ini harus dipahami dan dimaklumi oleh semua anggota yang terjalin bagi masyarakat yang berkontribusi (Notoatmodjo, 2007).

1.3. Upaya masyarakat dalam meningkatkan status Gizi anak

Dalam upaya memperluas jaringan pelayanan kesehatan dasar ditingkat desa, karena tahun 2007 ditingkatkan pelaksanaan Politeknik Kesehatan Desa sebagai salah satu upaya perwujutan Desa Siaga. Pendekatan yang positif terhadap kader memegang peranan dalam menggerakkan masyarakat dalam melakukan faktor group diskusi yang terjadi di masyarakat bahwa gizi buruk dan gizi kurang merupakan masalah mereka. Maka upaya yang dilakukan memampukan masyarakat untuk menyadari dan mengatasi masalahnya dengan sendiri (Mulia, 2007).

Meningkatkan akses masyarakat dalam pelayanan kesehatan dengan lebih mendekatkan prasarana pelayanan ke komunitas-komunitas miskin, atau menerapkan sistem pelayanan keliling dan meningkatkan peran masyarakat yang

telah menjadi kader sebagai petugas kesehatan yang telah dipilih untuk memonitori status kesehatan anak terutama mengenai Gizi di Posyandu dan kesehatan masyarakat (Mulia, 2007).

Pelatihan kader sebagai petugas kesehatan secara berjenjang, mendorong swadaya masyarakat lewat pembentukan Desa Siaga dalam melakukan edukasi mengenai gizi agar orangtua biasa memberikan makanan yang tepat untuk mempertahankan status gizi anak yang telah dipilihkan. Semua anak gizi kurang untuk selanjutnya meningkatkan status gizi baik, pertambahan berat badan perbulan, tidak perlu pertahankan lagi sehingga anak tetap berada dalam daerah gizi baik (Toni, 2009).

Adanya kesepakatan bersama oleh masyarakat agar setiap anak tumbuh sehat dibentuklah Pos Gizi yang merupakan kegiatan bagi ibu. Ibu yang mempunyai anak gizi kurang atau gizi buruk. Kebiasaan baik dalam mengasuh anak juga bisa didapatkan dari interaksi dan tukar pengalaman sesama masyarakat. Ibu selama kegiatan Pos Gizi (Pusdman, 2008).

Dalam Pos Gizi anak juga diberikan makanan tambahan, bukan hanya itu saja para kader juga mempelajari menyusun menu seimbang menurut kemampuan ekonomi dan kebudayaan masing-masing dan agar masyarakat mengerti slogan 4 sehat 5 sempurna, dalam makanan sehari-hari untuk berbagai golongan umur. Pola makan dan kebiasaan makanan di Indonesia susunan menu terdiri dari: A). Makanan pokok yaitu : nasi, jagung, singkong, sagu dan sebagainya. B). Lauk-pauk yaitu : ikan, telur, daging, tahu, tempe. C). Sayur - mayur yakni : sayur urap, tumis berkuah dan lalapan mentah. D). Buah-buahan yaitu : pisang, pepaya,

nenas dan jeruk, serta E). Susu terutama untuk anak. Kader juga mengajarkan cara memasak yang benar, menyuapi, cuci tangan, pakai sabun, gosok gigi. Peserta Pos Gizi akan ditimbang berat badan awal ikut Pos Gizi (Joen, 2008).

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajar dan memotivasi partisipasi masyarakat. Di antaranya adalah :

1.3.1. Partisipasi dengan paksaan artinya memaksa masyarakat untuk ikut dalam suatu program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisannya. Cara ini akan lebih baik hasilnya, dan lebih mudah, akan tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget. Karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibat masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.

1.3.2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi yakni suatu partisispasi yang didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan, dan akan memakan waktu yang lama, tetapi bila tercapai hasilnya ini akan mempunyai rasa memiliki, dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung dan tidak langsung (Notoatmodjo, 2007)

1.4. Program Masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak

Program dalam meningkatkan status anak sebagai upaya kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan mutu upaya

kesehatan yang berhasil dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap anggota masyarakat, sasaran program ini adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan baik pemerintah maupun swasta, dan didukung oleh peran serta masyarakat dan sistem pembiayaan. Perhatian utama diberikan pada

pengembangan upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Soedirja, 2009).

Program perbaikan gizi masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat maupun di instansi dalam rangka meningkatkan kemandirian, Intelektualitas Sumber Daya Manusia. Program Pondok Gizi Budarzi merupakan program pelayanan gizi masyarakat yang berorientasi pada pemeliharaan kesehatan dan gizi balita (anak), pembangunan kesadaran masyarakat khususnya ibu untuk menerapkan kaidah gizi dan kesehatan dalam menyusun menu keluarga khususnya balita (anak) mendampingi dan melayani serta memanfaatkan potensi lokal dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki status gizi masyarakat. Lingkup kegiatan Pondok Gizi Budarzi meliputi : (1) Scaning status gizi, (2) Scanning kualitas konsumsi, (3) Pemberian makanan tambahan, (4) Konsultasi gizi dan kesehatan, (5) Pendampingan keluarga pembedayaan masyarakat (Soedirja, 2009).

Kegiatan yang dilakukan dalam program ini antara lain : 1). Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi informasi dan edukasi (KIE), 2). Pengembangan upaya kesehatan bersumber dari masyarakat (seperti pos pelayanan terpadu, Pondok Bersalin desa, dan usaha kesehatan sekolah) dan generasi muda, dan 3). Peningkatan kesehatan kepada masyarakat (Plepu, 2009).

Perbaikan dan pemeliharaan status gizi balita (anak) melalui Pondok Gizi sering dijumpai ditengah-tengah kehidupan masyarakat menjadi faktor permasalahan pokok, yaitu: 1). Pengetahuan ibu tentang gizi yang rendah,

2). Pendapatan keluarga yang rendah, 3). Persediaan pangan tingkat rumah tangga yang rendah, 4). Perilaku pengasuhan yang belum sehat, 5). Konsumsi makanan yang tidak mengikuti kaidah gizi dan kesehatan, 6). Kondisi kesehatan ibu ataupun anak penanganan terhadap masalah gizi di masyarakat melalui Posyandu ternyata belum berjalan dengan baik dan pola penanganan dalam mengatasi masalah gizi kurang dan buruk ini dapat ditangani melalui program perbaikan dan pemeliharaan status gizi balita (Depatemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

Adanya Pondok Gizi Burdarzi (Ibu Sadar Gizi) yaitu sebuah pelayanan yang terdapat dalam masyarakat dan berkonsentrasi untuk menangani masalah gizi balita serta memelihara status gizi balita agar tetap baik dan sehat, dengan jalan pendampingan keluarga serta pemanfaatan potensi lokal yang bermanfaat untuk meningkatkan status gizi yang mempunyai visi dan misi. Visi : menuju anak Indonesia sehat, cerdas dan terbatas dari masalah gizi. Misi yaitu: 1). Mengelola pondok gizi Budarzi sebagai sarana pembinaan, pendampingan, dan pelayanan bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas gizi masyarakat khususnya balita (anak), 2). Mencetak kader gizi Budarzi yang memiliki kompetensi dasar baik dari pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dan sikap / tindakan dibidang gizi (Depatemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

Dalam suatu wilayah pondok gizi ditingkat perkotaan setara dengan satu wilayah posyandu, sehingga keberadaan gizipun membina keberlangsungan aktivitas posyandu. Satu pondok gizi terdiri dari 75-100 balita/anak dan dikelola oleh 6 kader Budarzi sebutan para kader yang telah dilatih dan dipilih dari masyarakat sebagai kader gizi dari masyarakat setempat. Lingkup kegiatan

Pondok Gizi Budarzi yaitu : 1). Pendaftaran balita, 2). Penimbangan, 3). Pemberian makanan tambahan, 4). Konsultasi gizi, 5). Scaning satus gizi, 6). Pendampingan keluarga, 7). Pertemuan dari mingguan anggota PG Budarzi, 8). Demo makanan sehat (Toni, 2008)

1.5. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memapukan masyarakat “ dari, oleh, untuk, ” masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan masyarakat, khususnya dibidang kesehatan dapat diuraikan sebagai berikut :

Menumbuhkembangkan Potensi Masyarakat

Potensi adalah suatu kekuatan atau kemampuan yang masih terpendam. Baik individu, kelompok, maupun masyarakat mempunyai potensi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di dalam suatu masyarakat terdapat berbagai potensi, yakni potensi sumber daya manusia (masyarakat), dan potensi dalam bentuk sumber daya alam, atau kondisi geografi masyarakat setempat. Potensi sumber daya manusia selanjutnya dapat diuraikan dalam bentuk kuantitas, yakni jumlah penduduknya, dan di dalam kualitas, yakni status atau kondisi sosial masyarakat tersebut. Proporsi masyarakat yang kaya dan miskin, proporsi penduduk yang berpendidikan tinggi dan rendah adalah mencerminkan kualitas sumber daya manusia komunitas atau masyarakat yang bersangkutan. Petugas kesehatan yang terutama adalah memampukan masyarakat untuk mengenal potensi mereka itu sendiri, baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia,

kemudian dengan bantuan tenaga kesehatan, masyarakat yang bersangkutan dapat menemukan upaya-upaya pemecahan masalah mereka sendiri berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.

Mengembangkan Gotong-royong Masyarakat

Gotong-royong sebagai budaya asli bangsa Indonesia sudah tumbuh sejak berabad-abad yang lalu. Peran petugas kesehatan masyarakat dalam gotong royong di masyarakat ini adalah memotivasi dan memfasilitasi, agar gotong-royong itu terjadi di masyarakat, dan gotong-gotong-royong tersebut dilakukan masyarakat itu sendiri maka pendekatan harus dilakukan melalui para tokoh masyarakat. Para tokoh masyarakat setempat sebagai penggerak gotong-royong perlu diberikan kemampuan agar dapat memotivasi masyarakat dan kontribusi terhadap kegiatan yang direncanakan bersama.

Menggali Kontribusi Masyarakat

Menggali dan menggembangkan potensi ekonomi masing-masing anggota masyarakat pada dasarnya adalah suatu upaya agar masing-masing anggota masyarakat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan yang direncanakan bersama. Bentuk kontribusi masing-masing anggota masyarakat berbeda satu dengan yang lainnya, baik besarnya atau bentuknya. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat antara lain: dalam bentuk tenaga, pemikiran, atau ide-ide, dana dan bahan-bahan bangunan. Petugas kesehatan bersama-sama dengan tokoh masyarakat setempat harus mampu berkontribusi.

Menjalin Kemitraan

Kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swasembada masyarakat serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama untuk mencapai tujuan bersama untuk disepakati. Masyarakat yang mandiri merupakan perwujutan dari komitmen diantara anggota masyarakat yang bersangkutan, pemerintah maupun. wasta. Petugas kesehatan adalah memotivasi masyarakat untuk menjalin kemitraan dengan pihak-pihak lainnya.

Desentralisasi

Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Bentuk pengambilan keputusan harus setingkat operasional yakni masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-masing komunitas. Dalam pemberdayaan masyarakat peranan sistem di atasnya sebagai fasilisator dan motivator. Masyarakat bebas melakukan kegiatan atau program-program inovatif, tanpa adanya arahan atau instruksi dari atas (Notoatmodjo, 2007).

2. Konsep Status Gizi Anak

2.1. Defenisi

Status Gizi Anak adalah Interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk (Dinkes RI, 2008).

`Status Gizi Anak adalah indeks yang signifikan hal penting yang harus di ketahui oleh setiap orangtua dalam hal tumbuh kembang diusia balita yang terjadi pada usia emas (Nita, 2008).

Status Gizi Anak adalah indikator kesehatan yang penting, karena anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi (Dinkes RI, 2008)

Tabel 1. Klasifikasi KKP (Kurang Kalori Protein) sebagai indikator yang dipakai adalah tinggi dan berat.

Sumber : Gizi dalam Daur Kehidupan hlm.100 (Depkes 2000)

Meningkatkan perhatian terhadap kesehatan anak untuk mencegah terjadinya malnutrisi dan resiko gizi kurang. Status gizi anak perlu diperhatikan dengan adanya peran masyarakat untuk mencegah gizi kurang. Sebagai salah satu faktor resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi anak yang baik

Indeks Simpanan Baku Status Gizi

Berat badan terhadap

usia(BB/U)

≥ 2SD Gizi lebih

-2 SD sampai + 2 SD Gizi baik < -2 SD sampai -3 SD Gizi kurang

< -3 SD Gizi buruk Tinggi Badan terhadap Usia(TB/U). Normal -2 SD sampai +2 SD Pendek <-2 SD Berat Badan terhadap Tinggi Badan(BB/TB). ≥ 2 SD Gemuk -2 SD sampai + 2SD Normal < -2 SD sampai -3 SD Kurus < -3 SD Sangat Kurus

akan berkontribusi terhadap kesehatan anak dan juga terhadap kemampuan untuk kesejahteraan dalam proses pemulihan anak (Dinkes RI, 2008).

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkatan kesehatan gizi lebih dan kesehatan gizi kurang, akibat dari kesehatan yang kurang baik, maka timbul penyakit gizi.Umumnya pada anak balita (bawah lima tahun) diderita penyakit gizi kurang dan gizi lebih yang disebut gizi salah (malnutrisi) yang menonjol adalah kurang kalori dan kurang protein dan kekurangan Vitamin A, Yodium, Zat Besi, dan Mineral (Ranti, 1999).

Tabel 2. Kecukupan Gizi yang di Anjurkan untuk Indonesia agar Kesehatan yang baik dapat di Pertahankan

Sumber : Hasil Widia Karya Pangan dan Gizi V Lipi 1993, Himb, (Hartono, 1999).

Angka kecukupannya untuk menilai data konsumsi makanan perorangan atau kelompok masyarakat. Bila hasil sesuai menunjukkan penyimpanan berat

N0 Kelomp ok Umur Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Energi (kkal) Protein (g) Vit :A RE ) Bes (mg) Yodiu m (mg) Anak 1 0-6 bln 6 60 550 10 375 3 50 2 7-12 bln 8,5 71 650 16 400 3 70 3 1-3 thn 12 90 1000 25 400 8 70 4 5-6 thn 17 110 1550 39 450 9 100 5 7-9 thn 25 120 1800 45 500 10 Laki-laki 6 10-12thn 30 135 2000 45 600 14 150 7 13-15thn 45 150 1400 69 600 19 150 Perempuan 8 10-12thn 35 140 1900 54 600 14 150 9 13-15thn 46 153 2100 62 600 19 150

badan bertukar, perlu dilakukan penyesuaian angka kecukupan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

2.2. Status Gizi

Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktoral Bina Gizi Masyarakat Depkes RI tahun 1999.

2.3. Penilaian Status Gizi

Peran dan kedudukan Penilaian Status Gizi (PSG) di dalam ilmu gizi adalah untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu atau masyarakat, karena terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi maka dengan melakukan penilaian status gizi pada individu atau masyarakat kita akan dapat mengetahui kelainan tersebut. Metode dalam penilaian status gizi dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, metode secara langsung yang terdiri dari penilaian dengan melihat tanda klinis, tes laboratorium, metode biofisik, dan Antrometri. Kelompok kedua, penilaian dengan melihat statistik kesehatan yang biasa disebut dengan Penilaian Status Gizi tidak langsung karena tidak melihat individu secara langsung. Kelompok terakhir, penilaian dengan melihat variabel ekologi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

Kategori

Gizi lebih >120 % Medium BB/U WHO NCHS, 1983

Gizi baik 80 % - 120 % Medium BB / U WHO WCHS,1983 Gizi sedang 70 % - 79,9 % Medium BB / U WCHS,1983 Gizi kurang <60 % Medium BB / U WHO NCHS, 1983 Gizi buruk <60% Median BB / U WHO NCHS, 1983

Penilaian status gizi bertujuan untuk: 1). Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi, 2). Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada, 3). Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan, dan implementasi untuk penilaian status gizi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

A. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Ada beberapa cara penilaian status gizi secara langsung, yaitu tes laboratorium, biofisik, pemeriksaan tanda-tanda klinis, dan pengukuran antropometri.

1). Biokimia

Pada pemeriksaan biokimia dibutuhkan spesimen yang akan diuji, seperti darah, urin, tinja, dan jaringan tubuh seperti otot, tulang, rambut, kuku, dan lemak bawah kulit.

2). Pemeriksaan tanda-tanda klinik

Penilaian tanda-tanda klinik berdasarkan pada perubahan yang terjadi yang berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi yang dapat dilihat

Dokumen terkait