• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN STATUS

GIZI ANAK DI KELURAHAN LUMBAN TONGA-TONGA

KECAMATAN SIBORONG-BORONG

SKRIPSI

Oleh

Winta Mariana Batubara 081121027

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong

Nama Mahasiswa : Winta Mariana Batubara Nim : 081121027

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2009

Tanggal Lulus : 5 Januari 2010

Pembimbing Penguji I

Evi Karota, S.Kp, MNS. Iwan Rusdi, S.Kp, MNS. NIP.19671215 200003 2 001 NIP. 1973 0909 20003 1 001

Penguji II

Anna Kasfi, S.Kep, Ns

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan untuk Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 5 Januari 2010 Pembantu Dekan I,

Erniyati, S.Kp. MNS.

(3)

DAFTAR ISI

4. Manfaat Penelitian………. …….3

4.1. Bagi Institusi Pendidikan……… ...3

4.2. Bagi Pelayanan Kesehatan………..3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Peran Masyarakat………..5

1.1. Defenisi………..5

1.2. Peran Masyarakat Ikut Serta dalam Berpartisipasi, Berkontribusi, dan Koseling…….………….5

1.3. Upaya Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak ………...………10

1.4. Program Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak………...……….12

1.5. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat……….15

2. Konsep Status Gizi Anak………17

2.1. Definisi………17

2.2. Status Gizi………...20

2.3. Penilaian Status Gizi Anak……….20

2.4. Fungsi Gizi……….25

2.5. Ciri-ciri Anak Sehat………...26

2.6. Penyakit Defisiensi Gizi Anak………...27

2.7. Pengolahan Makanan……….28

2.8. Faktor Sosial Budaya Terhadap Status Gizi Anak……....30

3. Gizi Anak Indonesia………...31

3.1. Masalah Makan Anak………31

3.2. Masalah Gizi Anak………....33

3.3. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang………..35

(4)

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual………..39

2. Defenisi Operasional………..41

2.1. Peran Masyarakat……….41

2.2. Status Gizi...41

BAB 4 METODODOLI PENELITIAN 1. Desain Penelitian………...42

2. Populasi dan Sampel Penelitian………42

2.1. Populasi………...42

2.2. Sampel……….43

3. Lokasi dan Waktu Penelitian………43

4. Pertimbangan Etik Penelitian………43

5. Instrumen Penelitian……….43

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ………...45

6.1. Validitas……….45

6.2. Relibialitas………..45

7. Prosedur Pengumpulan Data………45

8. Analisa Data……….46

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1.1 Karesteristik Responden……….47

(5)

2. Pembahasan

2.1. Karesteristik Responden……….…....53 2.2. Partisipasi Masyarakat pada Pelayanan

Kesesahatan ………..…..…...54

2.3. Kegiatan Masyarakat dalam Konseling

pada Pelayanan Kesehatan……….…..….….54

2.4. Kegiatan Masyarakat Dalam Kontribusi

pada Pelayanan Kesehatan……….……....55

2.5. Kegiatan Masyarakat dalam

Meningkatkan Status gizi anak……….……….56

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan………..…58

2. Saran………..……..…59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Informed Consent 2. Lembar Kuesioner

(6)

Judul : Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak di Kelurahn Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong Nama : Winta Mariana Batubara

Jurusan : Fakultas Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009

Abstrak

Masyarakat yang berperan sebagai kader kesehatan masyarakat dioptimalkan melalui pusat kesehatan masyarakat dengan ikut serta dalam berpartisipasi, berkontribusi, dan konseling dalam pelayanan kesehatan. Kader yang berpern untuk konseling dalam masyarakat dengan memberikan informasi berkaitan dengan masalah status gizi anak balita yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan. Upaya masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak, dengan adanya pelatihan kader untuk pelayanan kesehatan, dalam setiap program perbaikan gizi masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat dalam meningkatkan kemandirian masyarakat.

Desain penelitian adalah deskriptif studi dengan besar sampel sebanyak 30 orang dengan karekteristik usia (47%), jenis kelamin wanita (100%), status perkawinan menikah (79%), agama kristen protestan (80%), Pendidikan terakhir SMA (47%). Menggunakan metode pengambilan sampel secara total sampling sesuai dengan kriteria peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang yang kategori peran masyarakat tinggi (50%), sedang (33%), rendah (17%). Dilihat dari peran masyarakat terdiri dari bagian pertama partisipasi dalam pelayanan masyarakat (96%), bagian kedua konseling dalam memberikan informasi kesehatan (90%), dan bagian ketiga kontribusi dalam meningkatkan status gizi anak balita di masyarakat (70%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak dan keterlibatan masyarakat, ikut serta dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status gizi anak yang optimal di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong, kader dapat memandirikan masyarakat dalam masalah kesehatan.

(7)

Judul : Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak di Kelurahn Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong Nama : Winta Mariana Batubara

Jurusan : Fakultas Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009

Abstrak

Masyarakat yang berperan sebagai kader kesehatan masyarakat dioptimalkan melalui pusat kesehatan masyarakat dengan ikut serta dalam berpartisipasi, berkontribusi, dan konseling dalam pelayanan kesehatan. Kader yang berpern untuk konseling dalam masyarakat dengan memberikan informasi berkaitan dengan masalah status gizi anak balita yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan. Upaya masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak, dengan adanya pelatihan kader untuk pelayanan kesehatan, dalam setiap program perbaikan gizi masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat dalam meningkatkan kemandirian masyarakat.

Desain penelitian adalah deskriptif studi dengan besar sampel sebanyak 30 orang dengan karekteristik usia (47%), jenis kelamin wanita (100%), status perkawinan menikah (79%), agama kristen protestan (80%), Pendidikan terakhir SMA (47%). Menggunakan metode pengambilan sampel secara total sampling sesuai dengan kriteria peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang yang kategori peran masyarakat tinggi (50%), sedang (33%), rendah (17%). Dilihat dari peran masyarakat terdiri dari bagian pertama partisipasi dalam pelayanan masyarakat (96%), bagian kedua konseling dalam memberikan informasi kesehatan (90%), dan bagian ketiga kontribusi dalam meningkatkan status gizi anak balita di masyarakat (70%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak dan keterlibatan masyarakat, ikut serta dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status gizi anak yang optimal di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong, kader dapat memandirikan masyarakat dalam masalah kesehatan.

(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular dapat terjadi pada

sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan berbagai

faktor multidisiplin dan harus selalu dikontrol terutama pada masyarakat yang

tinggal di negara-negara berkembang (Depkes, 2000).

Situasi global, untuk kejadian luar biasa, tingginya harga makanan akan

meningkatkan jumlah anak yang kekurangan gizi terutama di wilayah WHO yang

melaporkan penemuan kasus kekurangan gizi. Populasi di dunia 2008 yang

diperkirakan beresiko terhadap kurang gizi mencapai 44-967 juta orang yang

tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan, yang merupakan penyebab utama

kematian (WHO, 2008).

Masyarakat yang berperan aktif dalam berbagai kegiatan pelayanan

kesehatan harus mempunyai semangat dan keinginan yang kuat untuk

membangun setiap kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat. Dimana peran

serta dan keterlibatan masyarakat mampu dalam memecahkan masalah-masalah

kesehatan mereka sendiri secara mandiri tentang gizi dan makanan yang harus

dikonsumsi agar tetap sehat sebagai faktor penentu kesehatan anak ataupun setiap

(9)

Masyarakat yang berperan sebagai kader dalam pelayanan kesehatan paling

tidak harus memahami tentang gizi yang harus dimiliki antara lain : kebutuhan zat

dan gizi atau nutrisi bagi tubuh yakni: Karbohidrat, Protein, Lemak,

Vitamin-vitamin, dan mineral. Masyarakat yang mandiri dalam mengatasi

masalah-masalah kesehatan mengandung pengertian, masyarakat yang bersangkutan

mampu menggali potensi-potensi masyarakat setempat untuk mengatasi masalah

kesehatan mereka dengan kata lain yang perlu dioptimalkan untuk mengatasi

masalah tersebut dengan melibatkan peran masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Pemberdayaan masyarakat pada akhirnya akan menghasilkan kemandirian

masyarakat dengan demikian pemberdayaan masyarakat merupakan proses,

sedangkan kemandirian masyarakat merupakan hasilnya. Oleh sebab itu,

kemandirian masyarakat dapat diartikan sebagai kemampuan masyarakat untuk

mengidentifikasi peran mereka, untuk berpartisipasi mengadakan konseling dan

merencanakan untuk melakukan pemecahan masalahnya dengan berkontribusi

dalam memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari pihak

luar (Notoatmodjo, 2007)

Peran serta masyarakat dapat dioptimalkan melalui pengolahan pusat

kesehatan masyarakat yang dipimpin oleh seorang dokter yang bekerjasama

dengan organisasi di masyarakat itu sendiri sebagai pengerak pembinaan

kesejahteraan keluarga (PKK). Dimana Pusat Kesehatan Masyarakat membina

kader kesehatan dari masyarakat dan pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan

pola fasilitas dan kader dari masyarakat yang telah terpilih secara sukarela, karena

posyandu merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat untuk

(10)

Di Indonesia, gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia. Tingginya angka kesakitan dan kematian anak

balita di Indonesia sangat berkaitan dengan buruknya status gizi. Prevalensi gizi

buruk di desa pada tahun 1998 ada 28,6 % dari tahun 1999 ada 24,6 % (FKM UI,

2008). Data susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk meningkat terus

yaitu dari 1,10 % (2001), dan 2,18 % (2004). Prevalensi gizi kurang 12,66 %

(2001), 14,28 % dan 14,33 % (2004) (Dinkes RI, 2004).

2. T ujuan Penelitian

Mengetahui bagaimana peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi

anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga

3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak di

Kelurahan Lumban Tonga-tonga

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Hasil penelitian sebagai informasi tambahan tentang gambaran peran

serta masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak di Kelurahan

Lumban Tonga-tonga.

4.2 Bagi pelayanan kesehatan / praktek keperawatan

Hasil penelitan ini merupakan fakta yang dapat dijadikan sebagai sumber

(11)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep-konsep yang berkaitan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 bagian, yakni :

1. Peran Masyarakat

1.1. Defenisi

1.2. Peran Masyarakat Ikut Serta dalam Berpartisipasi, Berkontribusi dan Konseling

1.3. Upaya Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak 1.4. Program Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak 1.5. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

2. Konsep Status Gizi Anak

2.1. Defenisi 2.2. Status Gizi

2.3. Penilaian Status Gizi Anak 2.4. Fungsi Gizi

2.5. Ciri-ciri Anak Sehat

2.6. Penyakit Defisiensi Gizi Anak

2.7. Pengolahan Makanan

2.8. Faktor Sosial Budaya Terhadap Status Gizi Anak

3. Gizi Anak Indonesia

3.1. Masalah Makan Anak

3.2. Masalah Gizi Anak

3.3. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang

(12)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Peran Masyarakat

1.1. Defenisi

Peran masyarakat dalam hal ini adalah kader kesehatan masyarakat baik

laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani

masalah-masalah kesehatan perseorangan baik anak maupun masyarakat serta

bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian

pelayanan kesehatan. Peran masyarakat menunjukkan keikutsertaan seluruh

anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat

tersebut (Zulkifli, 2003).

Peran masyarakat dibidang kesehatan adalah keikutsertaan seluruh anggota

masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal

ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan

dan menghasilkan program-program kesehatan masyarakatnya. Institusi

kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya (Notoatmodjo, 2007).

1.2. Peran Masyarakat Ikut Serta dalam Berpartisipasi, Berkontribusi,

dan Konseling

1.2.1. Partisipasi Kader

Partisipasi sebagai suatu proses di mana dua atau lebih pihak – pihak yang

terlibat, saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam membuat

(13)

Mulyono Gandadiputra (1978) menyimpulkan bahwa partisipasi mengundang

tiga elemen yaitu : pemecahan masalah, interaksi masyarakat dan kesederajatan

keluasan.

Pemecahan masalah berkaitan dengan suatu proses untuk mengatasi

adanya kesenjangan antara keadaan yang ada dan keadaan yang diinginkan.

Maka semua pihak yang terlibat dalam pemecahan masalah adalah masyarakat

yang berperan sebagai kader menyadari adanya masalah status gizi anak, dengan

termotivasi untuk mengatasinya dan memiliki kemampuan serta sumber untuk

mengatasi masalah.

Dalam partisipasi adanya beberapa pihak melalui suatu proses interaksi.

Interaksi yang berlangsung harus didasari atas dasar kesederajatan keluasan dan

bukan didasari atas hubungan atasan bawahan dan tidak ada perbedaan antara

pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan, karena masing-masing

biasa mempunyai status formal atau keahlian yang berbeda, tetapi yang penting

adalah adanya interaksi yang didasari atas kesederajatan kekuasaan dimana

keahlian dan sumber-sumber yang dimiliki masing-masing pihak lalu dipadukan

untuk pemecahan masalah dalam berperan di masyarakat.

Partisipasi masyarakat merupakan hal yang penting, karena peran

masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak suatu kegiatan kontak pertama

dan suatu proses pemecahan masalah untuk memperbaiki status gizi anak,

melalui partisipasi masyarakat potensi setempat didayagunakan sehingga

mempercepat meningkatan kemampuan hasrat untuk menolong dirinya sendiri

(14)

1.2.2. Konseling

Setiap masyarakat ada beranekaragam individu dan kelompok, demikian

pula aneka ragam cara berpikir dan berbeda untuk menyelesaikan masalah

dalam memenuhi setiap kebutuhan masyarakat. Maka para kader yang telah

dipilih dalam pelayanan kesehatan dalam setiap program yang tidak disepakati

mereka mengubah perilaku memasyarakat kearah yang positif dengan

mengintervensi informasi kesehatan yang bermanfaat bagi komunitas yang

bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang benar mengenai nasib yang

dihadapi oleh masyarakat terhadap informasi mengenai status gizi anak jika

tidak diatasi segera.

Kader berperan untuk konseling dalam masyarakat dengan memberikan

informasi untuk seorang individu, misalnya informasi yang berkaitan dengan

kondisi kesehatan anak terhadap pasangan dan keluarga, pendekatan alternatif

yang dilakukan pelayan kesehatan melalui kader yang ada di masyarakat dengan

membuka konseling secara komunikatif demi membantu masyarakat memahami

kesehatan mereka dan membuat keputusan yang tepat dalam memelihara

kesehatan diri sendiri melalui konseling untuk meningkatkan status gizi anak di

masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

1.2.2. Kontribusi Masyarakat

Masyarakat yang ikut berkontribusi dalam program kesehatan adalah :

Meningkatkan koordinasi untuk memenuhi peran masing-masing dalam

pembangunan kesehatan, untuk masyarakat yang berkontribusi dibidang

(15)

memecahkan satu masalah kesehatan. Meningkatkan komunikasi bagi

masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan agar saling memahami

diantara masyarakat yang berkombinasi, maka diperlukan komunikasi yang

efektif melalui pertemuan-pertemuan berkala berdasarkan kesepakatan bersama.

Meningkatkan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah

kesehatan dan memakai keuntungan semua masyarakat. Tujuan utama yang

berkontribusi dibidang kesehatan adalah untuk menanggulangi kelemahan untuk

memecahkan atau menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dengan

memaksimalkan manfaat atau keluarga merupakan kemampuan bersama untuk

berkontribusi di masyarakat.

Meningkatkan apa yang menjadi komitmen bagi masyarakat yang

berkontribusi, suatu kesediaan dan pengorbanan (waktu, pikiran, tenaga, dan

sebagainya) masing-masing masyarakat terhadap program dan upaya

pemecahan masalah kesehatan yang telah disepakati bersama masyarakat yang

berkontribusi pasti ada pengorbanan baik pengorbanan tenaga, pikiran, dana dan

sebagainya.

Ciri – ciri Masyarakat yang Berkontribusi

Kegiatan yang dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan

prakarsa masyarakat sendiri, dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan

untuk mengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat

sendiri sebagai kebutuhan. Perencanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat

(16)

serta aktif dan swadaya masyarakat dalam arti memanfaatkan secara optimal

kemampuan dan sumber daya yang dimiliki masyarakat.

Masalah dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan menunjang,

tidak mengakibatkan ketergantungan. Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga

masyarakat setempat memanfaatkan teknologi tepat guna .

Harus saling menyadari pentingnya arti berkontribusi di masyarakat.

Berkontribusi bukan sekedar untuk mencari dukungan dana, melainkan yang

lebih penting adalah mewujutkan kebersamaan antara masyarakat yang berperan

untuk menghasilkan sesuatu menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat

untuk meningkatkan khususnya, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Menumbuhkan kesadaran pentingnya arti berkontribusi dibidang kesehatan

dapat dilakukan melalui informasi yang diterima dari kader. Harus ada

kesepakatan visi, misi, tujuan, dan nilai yang sama.

Masyarakat yang ikut berperan untuk berkontribusi dibidang kesehatan

maka masyarakat yang berkontribusi harus mempunyai visi-misi, tujuan dan

nilai-nilai yang sama tentang kesehatan, maka akan memudahkan timbulnya

kerjasama untuk menanggulangi suatu masalah bersama. Memiliki kebutuhan

yang sama merupakan landasan yang kuat bagi masyarakat yang berperan.

Harus berpijak pada landasan yang sama prinsip yang perlu dibangun dibidang

kesehatan adalah aspek yang paling utama dalam kehidupan manusia, maka

masyarakat yang ikut berkontribusi dalam sektor kesehatan harus mampu

menyakinkan bahwa kesehatan bukan segala-galanya, namun tanpa kesehatan

(17)

yang sama maka masyarakat yang ikut berkontribusi berada dalam landasan

yang sama.

Kesediaan masyarakat yang berperan untuk berkontribusi dalam

membangun untuk mencapai tujuan bersama sudah pasti memerlukan sumber

daya baik tenaga, dana dan sarana, sumber daya ini dapat berasal dari

masyarakat yang berkontribusi. Dengan demikian jelas bahwa untuk mencapai

tujuan bersama, diperlukan pengorbanan dari masing-masing masyarakat yang

berkontribusi. Pengorbanan ini dapat dalam bentuk tenaga, pikiran, dana dan

biaya, materi ataupun sekurang-kurangnya waktu. Pengorbanan ini harus

dipahami dan dimaklumi oleh semua anggota yang terjalin bagi masyarakat

yang berkontribusi (Notoatmodjo, 2007).

1.3. Upaya masyarakat dalam meningkatkan status Gizi anak

Dalam upaya memperluas jaringan pelayanan kesehatan dasar ditingkat

desa, karena tahun 2007 ditingkatkan pelaksanaan Politeknik Kesehatan Desa

sebagai salah satu upaya perwujutan Desa Siaga. Pendekatan yang positif terhadap

kader memegang peranan dalam menggerakkan masyarakat dalam melakukan

faktor group diskusi yang terjadi di masyarakat bahwa gizi buruk dan gizi kurang

merupakan masalah mereka. Maka upaya yang dilakukan memampukan

masyarakat untuk menyadari dan mengatasi masalahnya dengan sendiri (Mulia,

2007).

Meningkatkan akses masyarakat dalam pelayanan kesehatan dengan lebih

mendekatkan prasarana pelayanan ke komunitas-komunitas miskin, atau

(18)

telah menjadi kader sebagai petugas kesehatan yang telah dipilih untuk

memonitori status kesehatan anak terutama mengenai Gizi di Posyandu dan

kesehatan masyarakat (Mulia, 2007).

Pelatihan kader sebagai petugas kesehatan secara berjenjang, mendorong

swadaya masyarakat lewat pembentukan Desa Siaga dalam melakukan edukasi

mengenai gizi agar orangtua biasa memberikan makanan yang tepat untuk

mempertahankan status gizi anak yang telah dipilihkan. Semua anak gizi kurang

untuk selanjutnya meningkatkan status gizi baik, pertambahan berat badan

perbulan, tidak perlu pertahankan lagi sehingga anak tetap berada dalam daerah

gizi baik (Toni, 2009).

Adanya kesepakatan bersama oleh masyarakat agar setiap anak tumbuh

sehat dibentuklah Pos Gizi yang merupakan kegiatan bagi ibu. Ibu yang

mempunyai anak gizi kurang atau gizi buruk. Kebiasaan baik dalam mengasuh

anak juga bisa didapatkan dari interaksi dan tukar pengalaman sesama

masyarakat. Ibu selama kegiatan Pos Gizi (Pusdman, 2008).

Dalam Pos Gizi anak juga diberikan makanan tambahan, bukan hanya itu

saja para kader juga mempelajari menyusun menu seimbang menurut kemampuan

ekonomi dan kebudayaan masing-masing dan agar masyarakat mengerti slogan 4

sehat 5 sempurna, dalam makanan sehari-hari untuk berbagai golongan umur.

Pola makan dan kebiasaan makanan di Indonesia susunan menu terdiri dari: A).

Makanan pokok yaitu : nasi, jagung, singkong, sagu dan sebagainya. B).

Lauk-pauk yaitu : ikan, telur, daging, tahu, tempe. C). Sayur - mayur yakni : sayur

(19)

nenas dan jeruk, serta E). Susu terutama untuk anak. Kader juga mengajarkan cara

memasak yang benar, menyuapi, cuci tangan, pakai sabun, gosok gigi. Peserta Pos

Gizi akan ditimbang berat badan awal ikut Pos Gizi (Joen, 2008).

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajar dan memotivasi

partisipasi masyarakat. Di antaranya adalah :

1.3.1. Partisipasi dengan paksaan artinya memaksa masyarakat untuk ikut dalam

suatu program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan

maupun dengan perintah lisannya. Cara ini akan lebih baik hasilnya, dan

lebih mudah, akan tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget.

Karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibat masyarakat

tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.

1.3.2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi yakni suatu partisispasi yang

didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan, dan akan memakan waktu

yang lama, tetapi bila tercapai hasilnya ini akan mempunyai rasa memiliki,

dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan,

pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung dan tidak langsung

(Notoatmodjo, 2007)

1.4. Program Masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak

Program dalam meningkatkan status anak sebagai upaya kesehatan

masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan mutu upaya

kesehatan yang berhasil dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap anggota

masyarakat, sasaran program ini adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar

dan rujukan baik pemerintah maupun swasta, dan didukung oleh peran serta

(20)

pengembangan upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap

peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Soedirja, 2009).

Program perbaikan gizi masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan status

gizi masyarakat maupun di instansi dalam rangka meningkatkan kemandirian,

Intelektualitas Sumber Daya Manusia. Program Pondok Gizi Budarzi merupakan

program pelayanan gizi masyarakat yang berorientasi pada pemeliharaan

kesehatan dan gizi balita (anak), pembangunan kesadaran masyarakat khususnya

ibu untuk menerapkan kaidah gizi dan kesehatan dalam menyusun menu keluarga

khususnya balita (anak) mendampingi dan melayani serta memanfaatkan potensi

lokal dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki status gizi masyarakat.

Lingkup kegiatan Pondok Gizi Budarzi meliputi : (1) Scaning status gizi, (2)

Scanning kualitas konsumsi, (3) Pemberian makanan tambahan, (4) Konsultasi

gizi dan kesehatan, (5) Pendampingan keluarga pembedayaan masyarakat

(Soedirja, 2009).

Kegiatan yang dilakukan dalam program ini antara lain : 1). Pengembangan

media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi informasi dan edukasi (KIE),

2). Pengembangan upaya kesehatan bersumber dari masyarakat (seperti pos

pelayanan terpadu, Pondok Bersalin desa, dan usaha kesehatan sekolah) dan

generasi muda, dan 3). Peningkatan kesehatan kepada masyarakat (Plepu, 2009).

Perbaikan dan pemeliharaan status gizi balita (anak) melalui Pondok Gizi

sering dijumpai ditengah-tengah kehidupan masyarakat menjadi faktor

(21)

2). Pendapatan keluarga yang rendah, 3). Persediaan pangan tingkat rumah tangga

yang rendah, 4). Perilaku pengasuhan yang belum sehat, 5). Konsumsi makanan

yang tidak mengikuti kaidah gizi dan kesehatan, 6). Kondisi kesehatan ibu

ataupun anak penanganan terhadap masalah gizi di masyarakat melalui Posyandu

ternyata belum berjalan dengan baik dan pola penanganan dalam mengatasi

masalah gizi kurang dan buruk ini dapat ditangani melalui program perbaikan dan

pemeliharaan status gizi balita (Depatemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat,

2008).

Adanya Pondok Gizi Burdarzi (Ibu Sadar Gizi) yaitu sebuah pelayanan

yang terdapat dalam masyarakat dan berkonsentrasi untuk menangani masalah

gizi balita serta memelihara status gizi balita agar tetap baik dan sehat, dengan

jalan pendampingan keluarga serta pemanfaatan potensi lokal yang bermanfaat

untuk meningkatkan status gizi yang mempunyai visi dan misi. Visi : menuju

anak Indonesia sehat, cerdas dan terbatas dari masalah gizi. Misi yaitu: 1).

Mengelola pondok gizi Budarzi sebagai sarana pembinaan, pendampingan, dan

pelayanan bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas gizi masyarakat

khususnya balita (anak), 2). Mencetak kader gizi Budarzi yang memiliki

kompetensi dasar baik dari pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dan sikap

/ tindakan dibidang gizi (Depatemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

Dalam suatu wilayah pondok gizi ditingkat perkotaan setara dengan satu

wilayah posyandu, sehingga keberadaan gizipun membina keberlangsungan

aktivitas posyandu. Satu pondok gizi terdiri dari 75-100 balita/anak dan dikelola

oleh 6 kader Budarzi sebutan para kader yang telah dilatih dan dipilih dari

(22)

Pondok Gizi Budarzi yaitu : 1). Pendaftaran balita, 2). Penimbangan, 3).

Pemberian makanan tambahan, 4). Konsultasi gizi, 5). Scaning satus gizi, 6).

Pendampingan keluarga, 7). Pertemuan dari mingguan anggota PG Budarzi, 8).

Demo makanan sehat (Toni, 2008)

1.5. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan

masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat adalah

proses memapukan masyarakat “ dari, oleh, untuk, ” masyarakat itu sendiri,

berdasarkan kemampuan masyarakat, khususnya dibidang kesehatan dapat

diuraikan sebagai berikut :

Menumbuhkembangkan Potensi Masyarakat

Potensi adalah suatu kekuatan atau kemampuan yang masih terpendam.

Baik individu, kelompok, maupun masyarakat mempunyai potensi yang berbeda

satu dengan yang lainnya. Di dalam suatu masyarakat terdapat berbagai potensi,

yakni potensi sumber daya manusia (masyarakat), dan potensi dalam bentuk

sumber daya alam, atau kondisi geografi masyarakat setempat. Potensi sumber

daya manusia selanjutnya dapat diuraikan dalam bentuk kuantitas, yakni jumlah

penduduknya, dan di dalam kualitas, yakni status atau kondisi sosial masyarakat

tersebut. Proporsi masyarakat yang kaya dan miskin, proporsi penduduk yang

berpendidikan tinggi dan rendah adalah mencerminkan kualitas sumber daya

manusia komunitas atau masyarakat yang bersangkutan. Petugas kesehatan yang

terutama adalah memampukan masyarakat untuk mengenal potensi mereka itu

(23)

kemudian dengan bantuan tenaga kesehatan, masyarakat yang bersangkutan

dapat menemukan upaya-upaya pemecahan masalah mereka sendiri berdasarkan

kemampuan yang mereka miliki.

Mengembangkan Gotong-royong Masyarakat

Gotong-royong sebagai budaya asli bangsa Indonesia sudah tumbuh sejak

berabad-abad yang lalu. Peran petugas kesehatan masyarakat dalam gotong

royong di masyarakat ini adalah memotivasi dan memfasilitasi, agar

gotong-royong itu terjadi di masyarakat, dan gotong-gotong-royong tersebut dilakukan

masyarakat itu sendiri maka pendekatan harus dilakukan melalui para tokoh

masyarakat. Para tokoh masyarakat setempat sebagai penggerak gotong-royong

perlu diberikan kemampuan agar dapat memotivasi masyarakat dan kontribusi

terhadap kegiatan yang direncanakan bersama.

Menggali Kontribusi Masyarakat

Menggali dan menggembangkan potensi ekonomi masing-masing anggota

masyarakat pada dasarnya adalah suatu upaya agar masing-masing anggota

masyarakat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau

kegiatan yang direncanakan bersama. Bentuk kontribusi masing-masing anggota

masyarakat berbeda satu dengan yang lainnya, baik besarnya atau bentuknya.

Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat antara lain:

dalam bentuk tenaga, pemikiran, atau ide-ide, dana dan bahan-bahan bangunan.

Petugas kesehatan bersama-sama dengan tokoh masyarakat setempat harus

(24)

Menjalin Kemitraan

Kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan,

baik pemerintah, swasta dan lembaga swasembada masyarakat serta individu

dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama untuk mencapai tujuan bersama

untuk disepakati. Masyarakat yang mandiri merupakan perwujutan dari

komitmen diantara anggota masyarakat yang bersangkutan, pemerintah maupun.

wasta. Petugas kesehatan adalah memotivasi masyarakat untuk menjalin

kemitraan dengan pihak-pihak lainnya.

Desentralisasi

Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan

kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau

wilayahnya. Bentuk pengambilan keputusan harus setingkat operasional yakni

masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-masing komunitas. Dalam

pemberdayaan masyarakat peranan sistem di atasnya sebagai fasilisator dan

motivator. Masyarakat bebas melakukan kegiatan atau program-program

inovatif, tanpa adanya arahan atau instruksi dari atas (Notoatmodjo, 2007).

2. Konsep Status Gizi Anak

2.1. Defenisi

Status Gizi Anak adalah Interpretasi dari data yang didapatkan dengan

menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu

(25)

`Status Gizi Anak adalah indeks yang signifikan hal penting yang harus di

ketahui oleh setiap orangtua dalam hal tumbuh kembang diusia balita yang terjadi

pada usia emas (Nita, 2008).

Status Gizi Anak adalah indikator kesehatan yang penting, karena anak usia

di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan

gizi (Dinkes RI, 2008)

Tabel 1. Klasifikasi KKP (Kurang Kalori Protein) sebagai indikator yang dipakai adalah tinggi dan berat.

Sumber : Gizi dalam Daur Kehidupan hlm.100 (Depkes 2000)

Meningkatkan perhatian terhadap kesehatan anak untuk mencegah

terjadinya malnutrisi dan resiko gizi kurang. Status gizi anak perlu diperhatikan

dengan adanya peran masyarakat untuk mencegah gizi kurang. Sebagai salah satu

faktor resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi anak yang baik

Indeks Simpanan Baku Status Gizi

(26)

akan berkontribusi terhadap kesehatan anak dan juga terhadap kemampuan untuk

kesejahteraan dalam proses pemulihan anak (Dinkes RI, 2008).

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas

hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkatan kesehatan

gizi lebih dan kesehatan gizi kurang, akibat dari kesehatan yang kurang baik,

maka timbul penyakit gizi.Umumnya pada anak balita (bawah lima tahun) diderita

penyakit gizi kurang dan gizi lebih yang disebut gizi salah (malnutrisi) yang

menonjol adalah kurang kalori dan kurang protein dan kekurangan Vitamin A,

Yodium, Zat Besi, dan Mineral (Ranti, 1999).

Tabel 2. Kecukupan Gizi yang di Anjurkan untuk Indonesia agar Kesehatan yang baik dapat di Pertahankan

Sumber : Hasil Widia Karya Pangan dan Gizi V Lipi 1993, Himb, (Hartono, 1999).

Angka kecukupannya untuk menilai data konsumsi makanan perorangan

(27)

badan bertukar, perlu dilakukan penyesuaian angka kecukupan (Departemen Gizi

dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

2.2. Status Gizi

Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktoral Bina Gizi Masyarakat Depkes RI

tahun 1999.

2.3. Penilaian Status Gizi

Peran dan kedudukan Penilaian Status Gizi (PSG) di dalam ilmu gizi adalah

untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu atau

masyarakat, karena terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi

maka dengan melakukan penilaian status gizi pada individu atau masyarakat kita

akan dapat mengetahui kelainan tersebut. Metode dalam penilaian status gizi

dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, metode secara langsung yang

terdiri dari penilaian dengan melihat tanda klinis, tes laboratorium, metode

biofisik, dan Antrometri. Kelompok kedua, penilaian dengan melihat statistik

kesehatan yang biasa disebut dengan Penilaian Status Gizi tidak langsung karena

tidak melihat individu secara langsung. Kelompok terakhir, penilaian dengan

melihat variabel ekologi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Kategori

Gizi lebih >120 % Medium BB/U WHO NCHS, 1983

Gizi baik 80 % - 120 % Medium BB / U WHO WCHS,1983

Gizi sedang 70 % - 79,9 % Medium BB / U WCHS,1983

Gizi kurang <60 % Medium BB / U WHO NCHS, 1983

(28)

Penilaian status gizi bertujuan untuk: 1). Memberikan gambaran secara

umum mengenai metode penilaian status gizi, 2). Memberikan penjelasan

mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada, 3).

Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan, dan

implementasi untuk penilaian status gizi (Departemen Gizi dan Kesehatan

Masyarakat, 2008).

A. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Ada beberapa cara penilaian status gizi secara langsung, yaitu tes

laboratorium, biofisik, pemeriksaan tanda-tanda klinis, dan pengukuran

antropometri.

1). Biokimia

Pada pemeriksaan biokimia dibutuhkan spesimen yang akan diuji, seperti

darah, urin, tinja, dan jaringan tubuh seperti otot, tulang, rambut, kuku, dan lemak

bawah kulit.

2). Pemeriksaan tanda-tanda klinik

Penilaian tanda-tanda klinik berdasarkan pada perubahan yang terjadi yang

berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi yang dapat dilihat

pada jaringan epitel di mata, kulit, rambut, mukosa, mulut dan organ yang dekat

dengan permukaan tubuh seperti kelenjer tiroid (Hartono, 2000).

3). Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan

(29)

sebagai metode Penilaian Status Gizi, yaitu: 1). Kurang energi, protein (KEP),

khususnya pada anak-anak dan ibu hamil, 2). Obesitas pada semua kelompok

umur. Penilaian status gizi dengan menggunakan antropometri ini memiliki

kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan pengukuran antropometri yaitu: 1). Relatif

murah, 2). Cepat, 3). Objektif, 4). Gradabel, dapat dirangking apakah ringan,

sedang, atau berat, 5). Tidak menimbulkan rasa pada responden.

Keterbatasan pengukuran antoprometri yaitu: 1). Membutuhkan data

referensi yang relevan, 2). Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada

peralatan (belum dikalibrasi), kesalahan pada observer (kesalahan pengukuran,

pembacaan, peralatan), 3). Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas,

malnutrisi karena kurang energi dan protein, tidak dapat memperoleh informasi

karena defisiensi zat gizi mikro.

Macam-macam pengukuran antropometri yang biasa digunakan untuk

melihat pertumbuhan adalah sebagai berikut:

a). Massa Tubuh

Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral

tulang sebagai indikator status gizi bagi dengan off point < 2,500 gram dikatakan

sebagai bayi dan BBLR. Menilai status gizi biasanya berat badan dihubungkan

dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan.

b). Pegukuran Linier (panjang)

Dasar pengukuran Linier adalah tinggi (panjang) atau status dan

(30)

biasanya digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya : panjang lengan atas atau

kaki.

c). Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan seseorang pada prinspnya adalah mengukur

jaringan tulang skletal yang terdiri dari kaki, pinggul, tulang belakang, dan tulang

tengkorak. Penilaian status gizi pada umunya hanya mengukur total tinggi

(Panjang) yang diukur secara rutin. Tinggi badan yang dihubungkan dengan umur

dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu.

d). Panjang Badan

Panjang badan dilakukan pada balita yang berukuran kurang dari dua tahun

atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan

data tinggi badan.

e). Lingkar Kepala

Pengukuran lingkar kepala biasanya digunakan pada anak yang digunakan

untuk mendeteksi kelainan seperti Hydrocephalus (ukuran kepala besar) atau

Microcephaly (ukuran kepala kecil).

f). Lingkar Dada

Pengukuran lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun sehingga biasa

digunakan pada anak usia 2-3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat

digunakan sebagai indikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan

(31)

lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan dada yang lambat

sehingga rasio lingkar dada dan kepala < 1.

g). Lingkar Lengan Atas

Lingkar Lengan Atas (LILA) biasa digunakan pada anak balita. Pengukuran

LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak

memerlukan data umur untuk balita kadang kala susah untuk mendapatkan data

umur yang tepat.

h). Tinggi Lutut

Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan sehingga data tinggi badan

didapatkan dari tinggi lutut bagi orang (Hartono, 2000).

i). Komposisi Tubuh

Otot dan lemak merupakan jaringan lemak bervariasi pada penderita KEP.

Antropometri jaringan dapat dilakukan pada jaringan tersebut untuk menilai

status gizi anak masyarakat.

Indeks antropometri merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu

atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Beberapa indeks

antropometri adalah sebagai berikut:

Berat badan terhadap umur : Indikator status gizi kurang saat sekarang,

kadang umur secara akurat sulit didapat, growth monitoring, pengukuran yang

berulang dapat mendeteksi kegagalan pertumbuhan karena kurang energi, protein

(32)

Tinggi badan terhadap umur : Indikator status gizi masa lalu, indikator

kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa, kadang umur secara akurat sulit

didapat, berat badan / tinggi badan, mengetahui proporsi badan (gemuk, normal,

kurus), indikator status gizi saat ini, umur tidak boleh diketahui.

Lingkar lengan atas terhadap umur :

Dapat mengindentifikasi KEP pada balita, tidak memerlukan data umur yang

kadang sulit, dapat digunakan pada saat emergency, membutuhkan alat ukur yang

murah pengukuran (Hartono, 2000).

B). Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

1).Variasi dari statistik kesehatan bagian dari indikator status gizi

dimasyarakat 2). Kategori infor, 3). Masalah umum, 4). Angka kematian pada

angka tertentu, 5). Angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu

6). Statistik pelayanan kesehatan 7). Indeks yang berkaitan dengan keadaan gizi

(Hartono, 2000).

2.4. Fungsi Gizi

Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Zat gizi yang

dikenal ada lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

a. Karbohidrat (Hidrat Arang).

Mengandung zat karbon dalam dengan ikutan dengan hydrogen dan oksigen

(33)

panas dan energi untuk tubuh, karbon oksigen membentuk karbon oksigen yang

menghasilkan.

b. Protein

Protein merupakan makanan yang mengandung nitrogen, berguna untuk

pertumbuhan, perbaikan dan pertumbuhan baru.

c. Vitamin

Unsur penting untuk hidup, kesehatan dan pertumbuhan, diperlukan untuk

metabolisme tubuh. Vitamin ini diklasifikasikan menurut daya larutnya. Vitamin

yang larut dalam lemak mencakup vitamin A, D, E, K. Vitamin yang larut dalam

air, mencakup vitamin B1, B kelompok (B2, B6, B12), Vitamin C dan Vitamin P.

d. Mineral

Mineral dapat memelihara keseimbangan asam tubuh, mengkatalisasi reaksi

yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak dan protein tubuh, sebagai

bagian hormon dan enzim tubuh, membantu memelihara keseimbangan tubuh,

sebagai bagian cairan usus dan berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan

tulang, gigi dan jaringan tubuh lainnya.

e. Air

Air sangat penting bagi kesehatan, dua sepertitiga dari berat tubuh terdiri

dari, Kekurangan air akan cepat lebih parah dari pada kekurangan bahan makanan.

Air merupakan bagian yang besar dari jaringan yang berfungsi untuk melarutkan

(34)

2.5. Ciri - ciri Anak Sehat

Menurut Departemen Kesehatan RI (1993) ciri anak sehat adalah : a).

Tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tingginya

badan secara teratur dan proporsional, b). Tingkat perkembangan sesuai dengan

umurnya, c). Tampak aktif / gesit dan gembira, d). Mata bersih dan bersinar,

e). Nafsu makan baik , f). Bibir dan lidah tampak segar, g). Pernafasan tidak

kering, h). Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering, i). Mudah

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Jika ciri-ciri tersebut telah dimiliki oleh anak, maka pertumbuhan

perkembangan anak biasanya dapat dikatakan wajar/normal. Ciri - ciri anak sehat

dapat dilihat dari berbagai segi antara lain segi fisik, psikis, sosialisasi. a). Dilihat

dari segi fisik ditandai dengan sehatnya badan dan pertumbuhan jasmani yang

normal, b). Segi psikis, anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar :

Pikiran bertambah peka, kemauan bersosalisasi baik. c). Dari segi sosialisasi, anak

tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah menyesuaikan diri dengan

lingkungan (Santoso, 1999).

2.6. Penyakit Defisiensi Gizi Anak

Masalah gizi masyarakat pada anak-anak mereka yang telah ditemukan

terlebih dahulu, maka ada 4 penyakit defisiensi gizi yang dianggap sudah

mencapai kegawatan nasioanl karena kerugian yang mungkin ditimbulkannya

(35)

Penyakit kekurangan kalori dan protein yaitu : Kwashiorkor adalah penyakit KKP

dengan kekurangan protein sebagai penyebab dominan, marasmus adalah

gambaran KKP dengan defisiensi energi yang ekstrim, maraskwashiorkor adalah

kombinasi defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi

Upaya penanganan kurang energi dan protein adalah : Memulihkan keadaan

gizinya dengan cara mengobati penyakit yang menyertai dan memenuhi

kebutuhan gizinya. Mencegah kekambuhan maka yang memerlukan kandungan

energi yang lebih tinggi dari pada yang dikombinasikan setiap hari.

Penyakit Defisiensi Vitamin A

Xerophthalmia adalah gangguan penglihatan yang permanent bahkan

sampai menjadi buta.

Usaha penanggulangan kekurangan vitamin A adalah : Menganjurkan anak

meningkatkan konsumsi makan secara keseluruhan untuk makan sayur dan buah

pokoknya sumber nabati yang kaya akan vitamin A. Mengatasi kegawatan

xeropthalmia diberi kapsul vitamin A.

Penyakit Defisiensi Yodium

Hipertrophi kelenjer gondok adalah terjadinya pembesaran kelenjer gondok

karena pembentukan hormon Thyroxin terhambat maka kelenjer thyroid berusaha

mengadakan kompensasi dan menambah jaringan kelenjer. Upaya

(36)

Anemia Defisiensi Zat Besi

Anemia adalah gangguan fungsi hemoglobin sebagai alat transportasi O2

yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak sekolah

Konsentrasi dalam belajar tampak menurun memperlihatkan kondisi anemia

terlihat pucat, selaput kelopak mata, bibir dan kuku, badanya lemah kurang gairah,

cepat merasa lelah, sesak nafas.

Upaya penanggulangan anemia adalah : Pemberian suplemen tablet zat besi

Fortifikasi suplemen tablet zat besi seperti garam dapur, tepung terigu, dan

penyedap makanan (Ranti, 1999).

2.7. Pengolahan Makanan

Seorang pengelola makanan baik untuk keluarga maupun masyarakat, perlu

mengetahui bahwa proses pengolahan makanan dapat meningkatkan mutu

makanan yang dikonsumsi. Selama proses pengolahan makanan zat gizi yang ada

dibahan makanan dapat rusak atau hilang. Tahap-tahap dalam proses penyiapan

makanan, yaitu :

a). Penyucian makanan : Proses penyucian sebaiknyadi lakukan sebelum

pemotongan dengan berasal dari tanah kotor dan adanya serangga. Bahan

makanan nabati sebaiknya dicuci dulu dengan air yang mengalir dan bersih,

sebelum disiangi agar-zat-zat yang terkandung dan bersifat larut dalam air, tidak

terbuang bersama air. Bahan makanan yang disiangi adalah ikan, perlu secepatnya

dibuang insang dan isi perutnya untuk mencegah terjadinya proses pembusukan

yang cepat dan dicuci dengan menggunakan air bersih dan mengalir, sehingga

(37)

b). Pemotongan bahan makanan

Pemotongan bahan makanan bertujuan untuk memudahkan makanan masuk

kedalam mulut dan mengunyah, terutama bahan makanan yang agak keras dan

liat.

c). Proses pengolahan atau pemasakan

Pengolahan dilakukan dengan mempergunakan proses, baik panas langsung

maupun panas tidak langsung. Panas ini mengubah sifat-sifat kimia makanan yang

berlanjut pada sifat-sifat gizinya (Santoso, 1999).

Pengaruh Pengolahan Makanan

a). Pecahnya dinding sel

Zat-zat gizi berada dalam sel bahan makanan, terlindung dari bahan-bahan

lain yang dapat merusaknya atau mengganggunya.

b). Melemahkan dan mematikan mikroba

Berbagai mikroba, parasit, telur, atau yang mencemari bahan makanan akan

dapat terbunuh. Dalam pengolahan makanan dapat meningkatkan keamanan

makanan untuk kesehatan tubuh.

c) Mengubah berbagai zat gizi secara positif dan negatif

Pengaruh positif dalam pengolahan makanan dapat memberikan pengaruh

negatif yang merusak sifat bahan makanan sehingga sukar atau tidak dapat

(38)

d) Pemanasan yang terlalu tinggi dapat menimbulkan zat karsiogenik

Pada bahan makanan nabati maupun hewani yang diolah dengan panas

tinggi sehingga menjadi hangus, dapat terbentuk ikatan-ikatan yang bersifat

karsinogenik yaitu merangsang terjadinya kanker.

e) Panas dapat meniadakan zat-zat toksik

Panas dapat menetralkan pengaruh zat-zat toksik saat proses penyiangan,

pemotongan dan pengolahan makanan (Santoso, 1999).

2.8. Faktor Sosial Budaya Terhadap Status Gizi

Peranan gizi berbagai Negara atau daerah terdapat kelompok masyarakat

yang biasanya mempunyai makanan pantangan terutama pada anak kecil

khususnya di Indonesia. Budaya berperan dalam status gizi anak dan masyarakat

ada beberapa kepercayaan, seperti tahu mengkonsumsi makanan tertentu yang

sebenarnya makanan itu justru bergizi (Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI, 2008).

Faktor sosial budaya dipandang terhadap status gizi sehubungan dengan

gizi yang biasanya dipandang batas untuk dimakan, dijumpai banyak pola

pantangan, tahayul dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang

berlainan di dunia (Marsetyo, 2005).

Konsep kebudayaan, masukkan unsur nilai, kepercayaan, sehingga

timbulah penggolongan makanan dan bukan makanan, dalam hal ini yang

menyebabkan sulitnya mengalihkan masyarakat untuk merubah kebiasaan

(39)

Tahu terhadap makanan karena makanan tersebut asing bagi masyarakat

beberapa kebudayaan menolak makanan daging binatang yang dipeliharanya, tabu

terhadap makan binatang tertentu, untuk mencegah musnahnya binatang yang

bermanfaat bagi masyarakat. Kepercayaan atau religi makanan tertentu menjadi

dasar alasan tabu terhadap makanan tertentu (Santoso, 1999).

Peranan makanan dalam soaial budaya : 1). Makanan sebagai pernyataan

adanya hubungan sosial, 2). Makanan sebagai simbol pernyataan solidaritas

kelompok, 3). Makanan sebagai pernyataan rasa stress, 4). Makanan sebagai

simbol bahasa (Santoso, 1999).

Kebiasaan makan suatu masyarakat sangat dipengaruhi faktor sosial budaya

masyarakat. Menyadari pentingnya faktor-faktor sosial dan budaya yang

memepengaruhi gizi masyarakat. Maka usaha-usaha untuk memperbaiki pola-pola

makan harus disesuaikan dengan pola-pola sosial budaya dari masyarakat sasaran

(Santoso, 1999).

3. Gizi Anak Indonesia

3.1. Masalah Makan Anak

Masalah makan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1).

Pengetahuan ibu tentang gizi yang rendah, 2). Pendapatan keluarga yang rendah,

3). Persediaan pangan tingkat rumah tangga yang rendah, 4). Prilaku pengasuh

yang belum sehat, 5). Konsumsi makanan yang tidak mengikuti kaidah gizi dan

(40)

Prilaku makan yang kurang tepat sering muncul karena ulah orang tua,

seperti kebiasaan untuk menenangkan anak yang sedang rewel dengan cara

memberikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan, coklat, dsb),

anak yang sudah berkonsumsi makanan padat kalori perutnya akan segera

kenyang sehingga anak tersebut tidak ingin makan (Joen, 2008).

Kegiatan makan bagi anak harus dibuat dalam suasana yang menyenangkan.

Ketika anak makan jangan ada unsur paksaan sehingga timbul kesan saat makan

menjadi sesuatu yang menjengkelkan atau merupakan hukuman. Kebiasaan

makan bersama yang sudah ditinggalkan ada baiknya dihidupkan lagi. Anak

balitapun biasa merasakan nikmatnya makan bila semua anggota keluarganya

duduk bersama-sama di meja makan. (Joen, 2008).

Masalah makan anak dapat berakibat buruk bagi tumbuh kembang anak.

Sedikitnya makanan yang masuk ke dalam perut anak dapat menjadi indikasi

bahwa anak itu mempunyai peluang besar untuk menderita kurang gizi. Indikator

status gizi kurang dicerminkan oleh berat badan atau tinggi badan anak di bawah

standar. Menggunakan ukuran standar sebagai perbandingan kita dapat

mengetahui yang ada dalam diri anak secara psikologis, muncul sebagai problema

makan anak (Joen, 2008).

Masalah makan dijumpai dalam bentuk anak tidak selera makan. Perilaku

tidak selera makan atau menolak makan bukanlah menjadi masalah sederhana.

Anak yang malas makan selalu berusaha mencari-cari alasan untuk tidak makan.

(misalnya : ngemut makanan, mempermainkan dan memuntahkan makanan

(41)

Masalah makan anak pilih-pilih makanan sering dijumpai pada anak yang

membuat orang tua bingung anak yang cenderung berperilaku pilih-pilih makanan

akan mengalami kesulitan dalam meramu variasi makanan untuk mencukupi

kebutuhan gizinya (Sekarniasih, 2006).

Makanan yang dikonsumsi sehari-hari cenderung seragam, padahal

keanekaragaman makanan merupakan cara yang baik untuk memenuhi kebutuhan

gizi. Anak-anak biasa saja setelah besar tidak ingin mengkonsumsi makanan yang

keras (Depkes, 2000).

Masalah makan anak secara psikologis dapat muncul karena anak meniru

atas apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Anak yang tumbuh dalam

lingkungan keluarga yang menolak makan karena diet, si anak akan

mengembangkan perilaku menolak makan (Depkes, 2000).

Perilaku sulit makan juga dapat timbul karena orang tua tidak mendalami

ego anak. Orang tua selalu memaksakan anak harus makan ini-itu dengan porsi

yang sudah ditentukan. Saat makan mengharuskan menghabiskan makanan di

piring, maksud orang tua memang benar mereka menginginkan anaknya tumbuh

sehat dengan gizi cukup, tetapi mereka kurang menyadari kalau makan menjadi

persoalan gizi unsur psikologis (Khomsar, 2001).

3.2. Masalah Gizi Anak

a). Anemia defisiensi besi

Keadaan ini terjadi karena terlalu sedikit kandungan zat besi dalam makanan

(42)

mengendalikan keinginan untuk menyantap makanan lain. Maka untuk

mengatasinya anak harus diberi dan dibiasakan makanan yang mengandung

banyak besi, sementara itu sebagian susu diganti dengan air jeruk, meski tidak

mengandung besi, air jeruk kaya akan vitamin C yang dapat membantu

penyerapan besi.

b). Karies gizi

Lubang gigi sering terjadi pada anak, karena terlalu sering makan cemilan

yang lengket dan banyak mengandung gula. Keries yang terjadi pada gigi suhunya

memang tidak berbahaya, namun kejadian ini biasanya berlanjut sampai anak

memasuki usia remaja, bahkan sampai dewasa. Gigi yang berlubang akan

menyerang gigi permanen sebelum gigi tersebut berhasil menembus gigi, untuk

mengatasinya menggosok gigi dengan pasta gigi berflorida sebaiknya segera

sesudah makan.

c). Penyakit kronis

Penyakit yang tidak menguras energi, berlangsung lama dapat mengganggu

pertumbuhan karena menghilangkan nafsu makan, misalnya campak yang

menghabiskan cadangan vitamin A.

d). Berat badan berlebih

Kelebihan berat badan anak terjadi karena ketidak seimbangan energi yang

masuk dengan yang keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga. Untuk

mengatasinya perlambatan ini dapat dengan cara mengurangi makanan,

(43)

f). Televisi

Dampak tayangan televisi, terlebih iklan yang dilakonkan oleh anak-anak

yang belum dapat berpikir kritis mudah terbujuk dan hampir seketika

menyukainya, misalnya : keripik kentang, permen atau makanan lain yang “tak

bergizi yang diiklannya di bintangi oleh sebaya mereka. Satu-satunya cara yang

efektif untuk menghindarkan tayangan “ buruk “ itu adalah berikan pengajaran

tentang dampak negatif makanan yang dilakukan.

g). Berat badan kurang

Kekurangan berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh

merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang

buruk, sama seperti masalah kelebihan berat, langkah penanganan harus di

dasarkan pada kemungkinan pemecahannya.

h). Alergi

Alergi makanan diartikan sebagai respon tidak normal terhadap makanan

tidak normal terhadap makanan yang orang biasa dapat mentoleransinya, alergi

makanan tidak jarang terlihat pada anak terutama pada mereka yang memiliki

riwayat keluarga sebagai penderita alergi, angka kejadian ini akan terus

meningkat. Alergi boleh jadi bersifat sementara atau bahkan menetap. Alergi yang

dipilih oleh susu, kedelai, telur, dan tepung terigu dapat reda sendiri, sementara

yang disebabkan oleh alergi ikan, dan kerang cenderung menetap (Dinkes RI,

(44)

3.3. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang

Keadaan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi. Tingkat

konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan, Kualitas hidangan

menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan

kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan

hidangan memenuhi kebutuhan tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang

sebaik-baiknya disebut konsumsi adekurat.

Menggalakkan komunikasi informasi dan edukasi suatu cara pemberian

informasi atau pesan yang berkaitan dengan gizi seseorang atau institusi terhadap

masyarakat. Sebagai penerima pesan dari media tertentu. Pesan dasar gizi

seimbang yang di tunjukkan kepeda masyarakat sebagai pedoman umum

Penyuluhan Gizi Masyarakat ada “ 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang ” yang di

terbitkan oleh Dirjen Binkesmas Depkes RI, yaitu : 1). Makanlah makanan yang

beraneka ragam, 2). Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi, 3).

Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi, 4). Batasi

konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat data kecukupan energi, 5).

Gunakanlah garam yang beryodium, 6). Makanlah makanan sumber zat besi, 7).

Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 4 bulan, 8). Biasakan makan pagi,

9). Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya, 10). Lakukanlah kegiatan

fisik dan olagraga yang teratur, 11). Hindari minuman beralkohol, 12). Makanlah

makanan yang yang aman bagi kesehatan, 13). Bacalah tabel pada makanan yang

(45)

Pemberian nutrisi yang baik dan benar pada anak, perlu diperhatikan

beberapa hal lain yang akan menunjang seluruh proses konsumsi seseorang yaitu :

kebersihan, pengolahan yang tepat sehingga enak dimakan serta suasana

menyenagkan ketika makan dalam menyusun menu hendaknya diperhatikan

hal-hal sebagai berikut : a). Kombinasi rasa yaitu asin, manis, asam, pahit, pedas, jika

disukai, b). kombinasi warna hidangan yaitu warna merah, hijau, coklat, kuning,

dsb, c). variasi kering atau berkuah banyak, seperti sup, sayur asam maupun

sedikit kuah seperti tumis, sayur, sambal goreng serta yang kering seperti ikan

goreng kering, tempe, d). variasi bentuk potongan, yaitu persegi panjang, tipis,

bulat, dan sebagainya, e). variasi teknik pengolahan yaitu ada hidangan yang

diolah dengan teknik pengolahan yang digoreng, dan direbus dan lain sebagainya,

sehingga memberikan penampilan, tekstur, dan rasa berbeda pada hidangan

tersebut. Sebaiknya dihindari adanya penaggulangan warna, rasa, bentuk, teknik

pengolahan dalam satu menu (Ranti, 1999).

Memelihara dan menjaga kesehatan dan status gizi anak balita agar cerdas

dan tumbuh kembang yang baik. Mencerdaskan kesadaran masyarakat untuk

menerapkan kaidah kesehatan dan gizi dalam memenuhi kebutuhan pangan

anggota keluarganya dengan meningkatkan pengetahuan kesehatan gizi pada

kader dan anggota Pondok Gizi Budarzi. Meningkatkan pengetahuan teknik

pengolahan makanan lokal sehat yang higienis, bergizi dan bervariasi sehingga

tercipta ketahanan pangan. Meningkarkan keterampilan kader dalam menangani

masalah gizi buruk atau kurang. Membudayakan kebersamaan dalam mengatasi

(46)

3.4. Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia

Upaya perbaikan gizi masyarakat telah lama dilakukan di Indonesia. UPGK

usaha keluarga untuk memperbaiki gizi seluruh anggota keluarga terutama

golongan yang rawan. Usaha ini dilakukan dengan pengawasan dan bimbingan

serta dukungan dari berbagai sektor secara terkoordinasi dan merupakan bagian

pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Nita, 2008).

Ada beberapa jenis usaha yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain :

a). Program perbaikan gizi, b). Program Makanan Tambahan, c). Program

Fortifikasi Pangan (Nita, 2008).

Masalah g,izi adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh siapaun juga.

Oleh karena itu harus dengan cara untuk menanggulanginya melalui berbagai

tindakan. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan gizi akan berakibat

kerusakan yang sukar atau malahan tidak dapat ditolong (Nita, 2008).

Masalah gizi masyarakat bukan semata-mata masalah masyarakat meskipun

akibat dari kekurangan gizi pada umumnya adalah menurunnya tingkat kesehatan

masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah masalah konsumsi

makanan rakyat. Karena itulah program peningkatan gizi memerlukan pendekatan

dan penggarapan diberbagai disiplin, baik jenis produksi, pertanian dan lain

(47)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran

masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak di Kecamatan Siborong-Borong.

Masyarakat yang berperan dalam pelayanan kesehatan yang telah dipilih oleh

masyarakat itu sendiri secara sukarela agar ikut dalam meningkatkan status gizi

anak. Masyarakat yang berperan ditentukan berdasarkan kualitas bukan kuantitas

sumber daya manusia. Proporsi masyarakat berpendidikan rendah dan tinggi

mencerminkan kualitas sumber daya manusia disuatu komunitas atau yang

bersangkutan dalam segala program kegiatan yang diselengarakan dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan masyarakat, sosial budaya, agama, pendapatan,

pengetahuan gizi setiap keluarga, dan perilaku masyarakat.

Sedangkan fokus utama yang akan diteliti mencakup variabel peran

masyarakat yang meliputi Partisipasi Masyarakat, konseling status gizi, dan

jumlah masyarakat yang berkontribusi dalam meningkatkan status gizi anak.

Partisipasi masyarakat dalam program pelayanan gizi masyarakat beroryentasi

pada pemeliharaan kesehatan dan keadaan gizi anak, dengan jalan membina,

mendampingi, dan melayani serta memanfaatkan potensi makanan lokal dibidang

gizi masyarakat setempat. Lingkup kegiatan yang dilakukan pendaftaran balita,

penimbangan, pemberian makanan tambahan. Peran masyarakat dalam konseling

membantu sesama mereka didalam masyarakat untuk memberikan informasi

(48)

kesehatan dan gizi dalam memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarga dalam

pengolahan makanan lokal sehat yang higienis, bergizi, dan bervariasi sehingga

tercipta ketahanan pangan. Masyarakat yang berperan untuk berkontribusi dalam

membangun untuk mencapai tujuan bersama sudah pasti memerlukan sumber

daya baik tenaga, dana dan sarana, sumber daya ini dapat berasal dari masyarakat

yang berkontribusi. Dengan demikian jelas bahwa untuk mencapai peran

masyarakat dapat dinilai berdasarkan kategori penilaian tinggi, sedang, rendah

dalam meningkatkan status gizi anak (Notoatmodjo, 2005)

Skema 1. Kerangka konseptual Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak Di Kelurahan Lumban Tonga-Tonga Siborong-Borong .

Peran Masyarakat :

• Partisipasi dalam pelayanan masyarakat

• Konseling

• Kontribusi Masyarakat

Kategori peran masyarakat :

• Tinggi

• Sedang

(49)

2. Defenisi Konseptual dan Operasional

1. Peran Masyarakat

Defenisi Konseptual : tenaga sukarela yang tertarik dalam kegiatan

pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat dimana individu tersebut

bertanggungjawab dan dipilih oleh masyarakat dengan perpanjangan tangan dari

petugas kesehatan untuk malaksanankan dan meningkatkan status gizi anak yang

merupakan suatu upaya atau proses dimana masyarakat mampu mengatasi

masalah-masalah mereka sendiri dan menggali potensi-potensi masyarakat

setempat untuk mengatasi masalah mereka sendiri di komunitas/masyarakat.

Timbulnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi individu

terutama status gizi anak, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Defenisi Operasional : kemandirian masyarakat dibidang kesehatan sebagai

hasil pemberdayaan dibidang kesehatan sesungguhnya merupakan perwujutan dari

tanggung jawab mereka akan kesehatan mereka melalui : Partisipasi kader,

konseling, masyarakat yang berkontribusi dalam meningkatkan status gizi anak di

Kelurahan Lumban Tonga-Tonga Siborong-Borongs.

2. Status Gizi

Defenisi Konseptual : Merupakan keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

konsumsi, penyerapan, dan penggunaan, yaitu intake zat-zat gizi yang ada dalam

makanan kita sehari – hari. (Nita, 2001).

Defenisi Operasional : Memampukan status gizi anak di Kecamatan

Siborong – borong Kelurahan Lumban Tonga-tonga berdasarkan WHO – NCHS.

(50)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian yang di laksanakan menggunakan desain deskriftif yang

bertujuan untuk menggambarkan peran masyarakat dalam meningkatkan status

gizi anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga.

2.Populasi dan Sampel

2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kelurahan

Lumban Tonga-Tonga Siborong-Borong adalah 300 kepala keluarga.

2.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara random sederhana berdasarkan

rumusan (Dempsey-Dempsey, 2002) yaitu 10-20% dari total populasi. Dengan

demikian jumlah sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 30 orang ibu rumah

tangga yang memahami tentang keterlibatan peran masyarakat untuk

meningkatkan status gizi anak di Kelurahan Lumban Tonga-Tonga

Siborong-Borong. Adapun alasan pemilihan ini bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini dan dapat membaca, menulis, berbahasa Indonesia dengan baik dan

(51)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan

Siborong-borong. Adapun alasan dengan pertimbangan bahwa di Kelurahan

Lumban Tonga-tonga belum pernah dilakukan penelitian peran masyarakat dalam

meningkatan status gizi anak, dimana penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus

sampai dengan Oktober 2009.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Puskesmas Kecamatan

Siborong-Borong selanjutnya setelah mendapat izin peneliti menanyakan

kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan

mendatangkan lembar persetujuan (informed consent), kesediaan menjadi

responden adalah sukarela sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa adanya

tekanan baik secara fisik maupun psikologis serta dapat mengundurkan diri setiap

waktu. Selanjutya membuat jadwal untuk melakukan pengambilan data langsung

dari sampel serta menyerahkan langsung lembar persetujuan kepada responden,

dimana peneliti akan menjaga kerahasiaan dengan tidak mencantumkan nama

responden dan hanya diberi kode pada masing-masing lembar kuisioner sehingga

(52)

5. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuisioner yang disusun peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep

(Notoatmodjo, 2005). Kuisioner penelitian ini terdiri dari data demografi

responden meliputi : Jenis Kelamin, Umur, Agama, Pendidikan.

Bagian kedua adalah kuisioner tentang peran masyarakat dalam

meningkatkan status gizi anak meliputi : Partisiapsi masyarakat, konseling,

kontribusi masyarakat. Peran masyarakat terdiri dri 3 pertanyaan tertutup,

Kuisioner Data Demografi terdiri dari 4 pertanyaan tertutup, sedangkan Kuisioner

Peran Masyarakat terdiri dari 15 pertanyaan tertutup dengan komponen partisipasi

dalam kesehatan 5 pertanyaan (1-5) , Konseling (6-10), Kontribususi masyarakat

(11-15).

Kuisioner ini terdiri dari pertanyaan tertutup sebanyak 15 soal dengan 2

kemungkinan jawaban yaitu “ya” dan “tidak” jika jawaban ya (skor 1), jika

jawaban tidak (skor 0) dengan skala pengukuran dengan menggunakan Gutman

Scale dengan jumlah skor 0-15 (Aziz, 2007).

Berdasarkan rumus statistik P = Rentang

Banyak Kelas

(menurut Sudjana 2005)

Dimanan P merupakan panjang kelas, yaitu dengan rentang sebesar 15, dan

banyak kelas sebesar 3 maka didapat dengan nilai terendah 5 sebagai batas bawah

kelas interval pertama, maka peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi

Gambar

Tabel 1.   Klasifikasi KKP (Kurang Kalori Protein) sebagai indikator yang dipakai adalah tinggi dan berat
Tabel  2.   Kecukupan Gizi yang di Anjurkan untuk Indonesia agar Kesehatan
Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktoral Bina Gizi Masyarakat Depkes RI
Tabel 1.  Distribusi frekwensi dan persentasi karekteristik responden (n=30)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian kualitatif analisis data yang telah diperoleh akan diproses untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan atas permasalahan yang muncul,sehigga data

Yang dimaksud dengan pelaksanaan pempelajaran di sisi adalah pelaksanaan komponen-komponen pokok pembelajaran yang meliputi komponen tujuan pembelajaran, materi

Berdasarkan hasil pengamatan umur 7 bulan dari 9 aksesi jahe merah yang ditanam, menunjukkan adanya keragaman dalam beberapa parameter yang diamati seperti tinggi

Pada ikan Mujair perubahan histopatologi akibat cacing parasit Monogenea sebagian besar berupa hiperplasia, desquamasi lamela insang sekunder, kongesti pembuluh

Selanjutnya, butir soal dijadikan instrument untuk mengukur variable perilaku keagamaan orang tua, 16 butir soal tersebut mempunyai nilai r hitung ( Pearson Correlation) lebih

Diduga hubungan antara Provisi, komisi, fee; Pendapatan transaksi valuta asing; Kenaikan surat berharga; dan Penda- patan lainnya dengan Fee based income adalah

mendukung pengembangan teknologi dalam akti%itas operasional Amazon seperti&amp; infrastruktur - dan ofware *evelopment  &amp; memungkinkan setiap akti%itas operasional

PBI tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu pada pasal 1 angka 10 yang