PERAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN STATUS
GIZI ANAK DI KELURAHAN LUMBAN TONGA-TONGA
KECAMATAN SIBORONG-BORONG
SKRIPSI
Oleh
Winta Mariana Batubara 081121027
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong
Nama Mahasiswa : Winta Mariana Batubara Nim : 081121027
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2009
Tanggal Lulus : 5 Januari 2010
Pembimbing Penguji I
Evi Karota, S.Kp, MNS. Iwan Rusdi, S.Kp, MNS. NIP.19671215 200003 2 001 NIP. 1973 0909 20003 1 001
Penguji II
Anna Kasfi, S.Kep, Ns
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan untuk Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Medan, 5 Januari 2010 Pembantu Dekan I,
Erniyati, S.Kp. MNS.
DAFTAR ISI
4. Manfaat Penelitian………. …….3
4.1. Bagi Institusi Pendidikan……… ...3
4.2. Bagi Pelayanan Kesehatan………..3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Peran Masyarakat………..5
1.1. Defenisi………..5
1.2. Peran Masyarakat Ikut Serta dalam Berpartisipasi, Berkontribusi, dan Koseling…….………….5
1.3. Upaya Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak ………...………10
1.4. Program Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak………...……….12
1.5. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat……….15
2. Konsep Status Gizi Anak………17
2.1. Definisi………17
2.2. Status Gizi………...20
2.3. Penilaian Status Gizi Anak……….20
2.4. Fungsi Gizi……….25
2.5. Ciri-ciri Anak Sehat………...26
2.6. Penyakit Defisiensi Gizi Anak………...27
2.7. Pengolahan Makanan……….28
2.8. Faktor Sosial Budaya Terhadap Status Gizi Anak……....30
3. Gizi Anak Indonesia………...31
3.1. Masalah Makan Anak………31
3.2. Masalah Gizi Anak………....33
3.3. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang………..35
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual………..39
2. Defenisi Operasional………..41
2.1. Peran Masyarakat……….41
2.2. Status Gizi...41
BAB 4 METODODOLI PENELITIAN 1. Desain Penelitian………...42
2. Populasi dan Sampel Penelitian………42
2.1. Populasi………...42
2.2. Sampel……….43
3. Lokasi dan Waktu Penelitian………43
4. Pertimbangan Etik Penelitian………43
5. Instrumen Penelitian……….43
6. Uji Validitas dan Reliabilitas ………...45
6.1. Validitas……….45
6.2. Relibialitas………..45
7. Prosedur Pengumpulan Data………45
8. Analisa Data……….46
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1.1 Karesteristik Responden……….47
2. Pembahasan
2.1. Karesteristik Responden……….…....53 2.2. Partisipasi Masyarakat pada Pelayanan
Kesesahatan ………..…..…...54
2.3. Kegiatan Masyarakat dalam Konseling
pada Pelayanan Kesehatan……….…..….….54
2.4. Kegiatan Masyarakat Dalam Kontribusi
pada Pelayanan Kesehatan……….……....55
2.5. Kegiatan Masyarakat dalam
Meningkatkan Status gizi anak……….……….56
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan………..…58
2. Saran………..……..…59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Lembar Informed Consent 2. Lembar Kuesioner
Judul : Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak di Kelurahn Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong Nama : Winta Mariana Batubara
Jurusan : Fakultas Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009
Abstrak
Masyarakat yang berperan sebagai kader kesehatan masyarakat dioptimalkan melalui pusat kesehatan masyarakat dengan ikut serta dalam berpartisipasi, berkontribusi, dan konseling dalam pelayanan kesehatan. Kader yang berpern untuk konseling dalam masyarakat dengan memberikan informasi berkaitan dengan masalah status gizi anak balita yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan. Upaya masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak, dengan adanya pelatihan kader untuk pelayanan kesehatan, dalam setiap program perbaikan gizi masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat dalam meningkatkan kemandirian masyarakat.
Desain penelitian adalah deskriptif studi dengan besar sampel sebanyak 30 orang dengan karekteristik usia (47%), jenis kelamin wanita (100%), status perkawinan menikah (79%), agama kristen protestan (80%), Pendidikan terakhir SMA (47%). Menggunakan metode pengambilan sampel secara total sampling sesuai dengan kriteria peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang yang kategori peran masyarakat tinggi (50%), sedang (33%), rendah (17%). Dilihat dari peran masyarakat terdiri dari bagian pertama partisipasi dalam pelayanan masyarakat (96%), bagian kedua konseling dalam memberikan informasi kesehatan (90%), dan bagian ketiga kontribusi dalam meningkatkan status gizi anak balita di masyarakat (70%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak dan keterlibatan masyarakat, ikut serta dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status gizi anak yang optimal di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong, kader dapat memandirikan masyarakat dalam masalah kesehatan.
Judul : Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak di Kelurahn Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong Nama : Winta Mariana Batubara
Jurusan : Fakultas Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009
Abstrak
Masyarakat yang berperan sebagai kader kesehatan masyarakat dioptimalkan melalui pusat kesehatan masyarakat dengan ikut serta dalam berpartisipasi, berkontribusi, dan konseling dalam pelayanan kesehatan. Kader yang berpern untuk konseling dalam masyarakat dengan memberikan informasi berkaitan dengan masalah status gizi anak balita yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan. Upaya masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak, dengan adanya pelatihan kader untuk pelayanan kesehatan, dalam setiap program perbaikan gizi masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat dalam meningkatkan kemandirian masyarakat.
Desain penelitian adalah deskriptif studi dengan besar sampel sebanyak 30 orang dengan karekteristik usia (47%), jenis kelamin wanita (100%), status perkawinan menikah (79%), agama kristen protestan (80%), Pendidikan terakhir SMA (47%). Menggunakan metode pengambilan sampel secara total sampling sesuai dengan kriteria peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang yang kategori peran masyarakat tinggi (50%), sedang (33%), rendah (17%). Dilihat dari peran masyarakat terdiri dari bagian pertama partisipasi dalam pelayanan masyarakat (96%), bagian kedua konseling dalam memberikan informasi kesehatan (90%), dan bagian ketiga kontribusi dalam meningkatkan status gizi anak balita di masyarakat (70%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak dan keterlibatan masyarakat, ikut serta dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status gizi anak yang optimal di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong, kader dapat memandirikan masyarakat dalam masalah kesehatan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular dapat terjadi pada
sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan berbagai
faktor multidisiplin dan harus selalu dikontrol terutama pada masyarakat yang
tinggal di negara-negara berkembang (Depkes, 2000).
Situasi global, untuk kejadian luar biasa, tingginya harga makanan akan
meningkatkan jumlah anak yang kekurangan gizi terutama di wilayah WHO yang
melaporkan penemuan kasus kekurangan gizi. Populasi di dunia 2008 yang
diperkirakan beresiko terhadap kurang gizi mencapai 44-967 juta orang yang
tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan, yang merupakan penyebab utama
kematian (WHO, 2008).
Masyarakat yang berperan aktif dalam berbagai kegiatan pelayanan
kesehatan harus mempunyai semangat dan keinginan yang kuat untuk
membangun setiap kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat. Dimana peran
serta dan keterlibatan masyarakat mampu dalam memecahkan masalah-masalah
kesehatan mereka sendiri secara mandiri tentang gizi dan makanan yang harus
dikonsumsi agar tetap sehat sebagai faktor penentu kesehatan anak ataupun setiap
Masyarakat yang berperan sebagai kader dalam pelayanan kesehatan paling
tidak harus memahami tentang gizi yang harus dimiliki antara lain : kebutuhan zat
dan gizi atau nutrisi bagi tubuh yakni: Karbohidrat, Protein, Lemak,
Vitamin-vitamin, dan mineral. Masyarakat yang mandiri dalam mengatasi
masalah-masalah kesehatan mengandung pengertian, masyarakat yang bersangkutan
mampu menggali potensi-potensi masyarakat setempat untuk mengatasi masalah
kesehatan mereka dengan kata lain yang perlu dioptimalkan untuk mengatasi
masalah tersebut dengan melibatkan peran masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Pemberdayaan masyarakat pada akhirnya akan menghasilkan kemandirian
masyarakat dengan demikian pemberdayaan masyarakat merupakan proses,
sedangkan kemandirian masyarakat merupakan hasilnya. Oleh sebab itu,
kemandirian masyarakat dapat diartikan sebagai kemampuan masyarakat untuk
mengidentifikasi peran mereka, untuk berpartisipasi mengadakan konseling dan
merencanakan untuk melakukan pemecahan masalahnya dengan berkontribusi
dalam memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari pihak
luar (Notoatmodjo, 2007)
Peran serta masyarakat dapat dioptimalkan melalui pengolahan pusat
kesehatan masyarakat yang dipimpin oleh seorang dokter yang bekerjasama
dengan organisasi di masyarakat itu sendiri sebagai pengerak pembinaan
kesejahteraan keluarga (PKK). Dimana Pusat Kesehatan Masyarakat membina
kader kesehatan dari masyarakat dan pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan
pola fasilitas dan kader dari masyarakat yang telah terpilih secara sukarela, karena
posyandu merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat untuk
Di Indonesia, gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Tingginya angka kesakitan dan kematian anak
balita di Indonesia sangat berkaitan dengan buruknya status gizi. Prevalensi gizi
buruk di desa pada tahun 1998 ada 28,6 % dari tahun 1999 ada 24,6 % (FKM UI,
2008). Data susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk meningkat terus
yaitu dari 1,10 % (2001), dan 2,18 % (2004). Prevalensi gizi kurang 12,66 %
(2001), 14,28 % dan 14,33 % (2004) (Dinkes RI, 2004).
2. T ujuan Penelitian
Mengetahui bagaimana peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi
anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga
3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak di
Kelurahan Lumban Tonga-tonga
4. Manfaat Penelitian
4.1 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian sebagai informasi tambahan tentang gambaran peran
serta masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak di Kelurahan
Lumban Tonga-tonga.
4.2 Bagi pelayanan kesehatan / praktek keperawatan
Hasil penelitan ini merupakan fakta yang dapat dijadikan sebagai sumber
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep-konsep yang berkaitan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 bagian, yakni :
1. Peran Masyarakat
1.1. Defenisi
1.2. Peran Masyarakat Ikut Serta dalam Berpartisipasi, Berkontribusi dan Konseling
1.3. Upaya Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak 1.4. Program Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak 1.5. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
2. Konsep Status Gizi Anak
2.1. Defenisi 2.2. Status Gizi
2.3. Penilaian Status Gizi Anak 2.4. Fungsi Gizi
2.5. Ciri-ciri Anak Sehat
2.6. Penyakit Defisiensi Gizi Anak
2.7. Pengolahan Makanan
2.8. Faktor Sosial Budaya Terhadap Status Gizi Anak
3. Gizi Anak Indonesia
3.1. Masalah Makan Anak
3.2. Masalah Gizi Anak
3.3. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Peran Masyarakat
1.1. Defenisi
Peran masyarakat dalam hal ini adalah kader kesehatan masyarakat baik
laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani
masalah-masalah kesehatan perseorangan baik anak maupun masyarakat serta
bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian
pelayanan kesehatan. Peran masyarakat menunjukkan keikutsertaan seluruh
anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat
tersebut (Zulkifli, 2003).
Peran masyarakat dibidang kesehatan adalah keikutsertaan seluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal
ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan
dan menghasilkan program-program kesehatan masyarakatnya. Institusi
kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya (Notoatmodjo, 2007).
1.2. Peran Masyarakat Ikut Serta dalam Berpartisipasi, Berkontribusi,
dan Konseling
1.2.1. Partisipasi Kader
Partisipasi sebagai suatu proses di mana dua atau lebih pihak – pihak yang
terlibat, saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam membuat
Mulyono Gandadiputra (1978) menyimpulkan bahwa partisipasi mengundang
tiga elemen yaitu : pemecahan masalah, interaksi masyarakat dan kesederajatan
keluasan.
Pemecahan masalah berkaitan dengan suatu proses untuk mengatasi
adanya kesenjangan antara keadaan yang ada dan keadaan yang diinginkan.
Maka semua pihak yang terlibat dalam pemecahan masalah adalah masyarakat
yang berperan sebagai kader menyadari adanya masalah status gizi anak, dengan
termotivasi untuk mengatasinya dan memiliki kemampuan serta sumber untuk
mengatasi masalah.
Dalam partisipasi adanya beberapa pihak melalui suatu proses interaksi.
Interaksi yang berlangsung harus didasari atas dasar kesederajatan keluasan dan
bukan didasari atas hubungan atasan bawahan dan tidak ada perbedaan antara
pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan, karena masing-masing
biasa mempunyai status formal atau keahlian yang berbeda, tetapi yang penting
adalah adanya interaksi yang didasari atas kesederajatan kekuasaan dimana
keahlian dan sumber-sumber yang dimiliki masing-masing pihak lalu dipadukan
untuk pemecahan masalah dalam berperan di masyarakat.
Partisipasi masyarakat merupakan hal yang penting, karena peran
masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak suatu kegiatan kontak pertama
dan suatu proses pemecahan masalah untuk memperbaiki status gizi anak,
melalui partisipasi masyarakat potensi setempat didayagunakan sehingga
mempercepat meningkatan kemampuan hasrat untuk menolong dirinya sendiri
1.2.2. Konseling
Setiap masyarakat ada beranekaragam individu dan kelompok, demikian
pula aneka ragam cara berpikir dan berbeda untuk menyelesaikan masalah
dalam memenuhi setiap kebutuhan masyarakat. Maka para kader yang telah
dipilih dalam pelayanan kesehatan dalam setiap program yang tidak disepakati
mereka mengubah perilaku memasyarakat kearah yang positif dengan
mengintervensi informasi kesehatan yang bermanfaat bagi komunitas yang
bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang benar mengenai nasib yang
dihadapi oleh masyarakat terhadap informasi mengenai status gizi anak jika
tidak diatasi segera.
Kader berperan untuk konseling dalam masyarakat dengan memberikan
informasi untuk seorang individu, misalnya informasi yang berkaitan dengan
kondisi kesehatan anak terhadap pasangan dan keluarga, pendekatan alternatif
yang dilakukan pelayan kesehatan melalui kader yang ada di masyarakat dengan
membuka konseling secara komunikatif demi membantu masyarakat memahami
kesehatan mereka dan membuat keputusan yang tepat dalam memelihara
kesehatan diri sendiri melalui konseling untuk meningkatkan status gizi anak di
masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
1.2.2. Kontribusi Masyarakat
Masyarakat yang ikut berkontribusi dalam program kesehatan adalah :
Meningkatkan koordinasi untuk memenuhi peran masing-masing dalam
pembangunan kesehatan, untuk masyarakat yang berkontribusi dibidang
memecahkan satu masalah kesehatan. Meningkatkan komunikasi bagi
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan agar saling memahami
diantara masyarakat yang berkombinasi, maka diperlukan komunikasi yang
efektif melalui pertemuan-pertemuan berkala berdasarkan kesepakatan bersama.
Meningkatkan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah
kesehatan dan memakai keuntungan semua masyarakat. Tujuan utama yang
berkontribusi dibidang kesehatan adalah untuk menanggulangi kelemahan untuk
memecahkan atau menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dengan
memaksimalkan manfaat atau keluarga merupakan kemampuan bersama untuk
berkontribusi di masyarakat.
Meningkatkan apa yang menjadi komitmen bagi masyarakat yang
berkontribusi, suatu kesediaan dan pengorbanan (waktu, pikiran, tenaga, dan
sebagainya) masing-masing masyarakat terhadap program dan upaya
pemecahan masalah kesehatan yang telah disepakati bersama masyarakat yang
berkontribusi pasti ada pengorbanan baik pengorbanan tenaga, pikiran, dana dan
sebagainya.
Ciri – ciri Masyarakat yang Berkontribusi
Kegiatan yang dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan
prakarsa masyarakat sendiri, dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat
sendiri sebagai kebutuhan. Perencanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat
serta aktif dan swadaya masyarakat dalam arti memanfaatkan secara optimal
kemampuan dan sumber daya yang dimiliki masyarakat.
Masalah dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan menunjang,
tidak mengakibatkan ketergantungan. Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga
masyarakat setempat memanfaatkan teknologi tepat guna .
Harus saling menyadari pentingnya arti berkontribusi di masyarakat.
Berkontribusi bukan sekedar untuk mencari dukungan dana, melainkan yang
lebih penting adalah mewujutkan kebersamaan antara masyarakat yang berperan
untuk menghasilkan sesuatu menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat
untuk meningkatkan khususnya, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Menumbuhkan kesadaran pentingnya arti berkontribusi dibidang kesehatan
dapat dilakukan melalui informasi yang diterima dari kader. Harus ada
kesepakatan visi, misi, tujuan, dan nilai yang sama.
Masyarakat yang ikut berperan untuk berkontribusi dibidang kesehatan
maka masyarakat yang berkontribusi harus mempunyai visi-misi, tujuan dan
nilai-nilai yang sama tentang kesehatan, maka akan memudahkan timbulnya
kerjasama untuk menanggulangi suatu masalah bersama. Memiliki kebutuhan
yang sama merupakan landasan yang kuat bagi masyarakat yang berperan.
Harus berpijak pada landasan yang sama prinsip yang perlu dibangun dibidang
kesehatan adalah aspek yang paling utama dalam kehidupan manusia, maka
masyarakat yang ikut berkontribusi dalam sektor kesehatan harus mampu
menyakinkan bahwa kesehatan bukan segala-galanya, namun tanpa kesehatan
yang sama maka masyarakat yang ikut berkontribusi berada dalam landasan
yang sama.
Kesediaan masyarakat yang berperan untuk berkontribusi dalam
membangun untuk mencapai tujuan bersama sudah pasti memerlukan sumber
daya baik tenaga, dana dan sarana, sumber daya ini dapat berasal dari
masyarakat yang berkontribusi. Dengan demikian jelas bahwa untuk mencapai
tujuan bersama, diperlukan pengorbanan dari masing-masing masyarakat yang
berkontribusi. Pengorbanan ini dapat dalam bentuk tenaga, pikiran, dana dan
biaya, materi ataupun sekurang-kurangnya waktu. Pengorbanan ini harus
dipahami dan dimaklumi oleh semua anggota yang terjalin bagi masyarakat
yang berkontribusi (Notoatmodjo, 2007).
1.3. Upaya masyarakat dalam meningkatkan status Gizi anak
Dalam upaya memperluas jaringan pelayanan kesehatan dasar ditingkat
desa, karena tahun 2007 ditingkatkan pelaksanaan Politeknik Kesehatan Desa
sebagai salah satu upaya perwujutan Desa Siaga. Pendekatan yang positif terhadap
kader memegang peranan dalam menggerakkan masyarakat dalam melakukan
faktor group diskusi yang terjadi di masyarakat bahwa gizi buruk dan gizi kurang
merupakan masalah mereka. Maka upaya yang dilakukan memampukan
masyarakat untuk menyadari dan mengatasi masalahnya dengan sendiri (Mulia,
2007).
Meningkatkan akses masyarakat dalam pelayanan kesehatan dengan lebih
mendekatkan prasarana pelayanan ke komunitas-komunitas miskin, atau
telah menjadi kader sebagai petugas kesehatan yang telah dipilih untuk
memonitori status kesehatan anak terutama mengenai Gizi di Posyandu dan
kesehatan masyarakat (Mulia, 2007).
Pelatihan kader sebagai petugas kesehatan secara berjenjang, mendorong
swadaya masyarakat lewat pembentukan Desa Siaga dalam melakukan edukasi
mengenai gizi agar orangtua biasa memberikan makanan yang tepat untuk
mempertahankan status gizi anak yang telah dipilihkan. Semua anak gizi kurang
untuk selanjutnya meningkatkan status gizi baik, pertambahan berat badan
perbulan, tidak perlu pertahankan lagi sehingga anak tetap berada dalam daerah
gizi baik (Toni, 2009).
Adanya kesepakatan bersama oleh masyarakat agar setiap anak tumbuh
sehat dibentuklah Pos Gizi yang merupakan kegiatan bagi ibu. Ibu yang
mempunyai anak gizi kurang atau gizi buruk. Kebiasaan baik dalam mengasuh
anak juga bisa didapatkan dari interaksi dan tukar pengalaman sesama
masyarakat. Ibu selama kegiatan Pos Gizi (Pusdman, 2008).
Dalam Pos Gizi anak juga diberikan makanan tambahan, bukan hanya itu
saja para kader juga mempelajari menyusun menu seimbang menurut kemampuan
ekonomi dan kebudayaan masing-masing dan agar masyarakat mengerti slogan 4
sehat 5 sempurna, dalam makanan sehari-hari untuk berbagai golongan umur.
Pola makan dan kebiasaan makanan di Indonesia susunan menu terdiri dari: A).
Makanan pokok yaitu : nasi, jagung, singkong, sagu dan sebagainya. B).
Lauk-pauk yaitu : ikan, telur, daging, tahu, tempe. C). Sayur - mayur yakni : sayur
nenas dan jeruk, serta E). Susu terutama untuk anak. Kader juga mengajarkan cara
memasak yang benar, menyuapi, cuci tangan, pakai sabun, gosok gigi. Peserta Pos
Gizi akan ditimbang berat badan awal ikut Pos Gizi (Joen, 2008).
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajar dan memotivasi
partisipasi masyarakat. Di antaranya adalah :
1.3.1. Partisipasi dengan paksaan artinya memaksa masyarakat untuk ikut dalam
suatu program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan
maupun dengan perintah lisannya. Cara ini akan lebih baik hasilnya, dan
lebih mudah, akan tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget.
Karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibat masyarakat
tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.
1.3.2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi yakni suatu partisispasi yang
didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan, dan akan memakan waktu
yang lama, tetapi bila tercapai hasilnya ini akan mempunyai rasa memiliki,
dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan,
pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung dan tidak langsung
(Notoatmodjo, 2007)
1.4. Program Masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak
Program dalam meningkatkan status anak sebagai upaya kesehatan
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan mutu upaya
kesehatan yang berhasil dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap anggota
masyarakat, sasaran program ini adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan baik pemerintah maupun swasta, dan didukung oleh peran serta
pengembangan upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap
peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Soedirja, 2009).
Program perbaikan gizi masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan status
gizi masyarakat maupun di instansi dalam rangka meningkatkan kemandirian,
Intelektualitas Sumber Daya Manusia. Program Pondok Gizi Budarzi merupakan
program pelayanan gizi masyarakat yang berorientasi pada pemeliharaan
kesehatan dan gizi balita (anak), pembangunan kesadaran masyarakat khususnya
ibu untuk menerapkan kaidah gizi dan kesehatan dalam menyusun menu keluarga
khususnya balita (anak) mendampingi dan melayani serta memanfaatkan potensi
lokal dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki status gizi masyarakat.
Lingkup kegiatan Pondok Gizi Budarzi meliputi : (1) Scaning status gizi, (2)
Scanning kualitas konsumsi, (3) Pemberian makanan tambahan, (4) Konsultasi
gizi dan kesehatan, (5) Pendampingan keluarga pembedayaan masyarakat
(Soedirja, 2009).
Kegiatan yang dilakukan dalam program ini antara lain : 1). Pengembangan
media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi informasi dan edukasi (KIE),
2). Pengembangan upaya kesehatan bersumber dari masyarakat (seperti pos
pelayanan terpadu, Pondok Bersalin desa, dan usaha kesehatan sekolah) dan
generasi muda, dan 3). Peningkatan kesehatan kepada masyarakat (Plepu, 2009).
Perbaikan dan pemeliharaan status gizi balita (anak) melalui Pondok Gizi
sering dijumpai ditengah-tengah kehidupan masyarakat menjadi faktor
2). Pendapatan keluarga yang rendah, 3). Persediaan pangan tingkat rumah tangga
yang rendah, 4). Perilaku pengasuhan yang belum sehat, 5). Konsumsi makanan
yang tidak mengikuti kaidah gizi dan kesehatan, 6). Kondisi kesehatan ibu
ataupun anak penanganan terhadap masalah gizi di masyarakat melalui Posyandu
ternyata belum berjalan dengan baik dan pola penanganan dalam mengatasi
masalah gizi kurang dan buruk ini dapat ditangani melalui program perbaikan dan
pemeliharaan status gizi balita (Depatemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat,
2008).
Adanya Pondok Gizi Burdarzi (Ibu Sadar Gizi) yaitu sebuah pelayanan
yang terdapat dalam masyarakat dan berkonsentrasi untuk menangani masalah
gizi balita serta memelihara status gizi balita agar tetap baik dan sehat, dengan
jalan pendampingan keluarga serta pemanfaatan potensi lokal yang bermanfaat
untuk meningkatkan status gizi yang mempunyai visi dan misi. Visi : menuju
anak Indonesia sehat, cerdas dan terbatas dari masalah gizi. Misi yaitu: 1).
Mengelola pondok gizi Budarzi sebagai sarana pembinaan, pendampingan, dan
pelayanan bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas gizi masyarakat
khususnya balita (anak), 2). Mencetak kader gizi Budarzi yang memiliki
kompetensi dasar baik dari pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dan sikap
/ tindakan dibidang gizi (Depatemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
Dalam suatu wilayah pondok gizi ditingkat perkotaan setara dengan satu
wilayah posyandu, sehingga keberadaan gizipun membina keberlangsungan
aktivitas posyandu. Satu pondok gizi terdiri dari 75-100 balita/anak dan dikelola
oleh 6 kader Budarzi sebutan para kader yang telah dilatih dan dipilih dari
Pondok Gizi Budarzi yaitu : 1). Pendaftaran balita, 2). Penimbangan, 3).
Pemberian makanan tambahan, 4). Konsultasi gizi, 5). Scaning satus gizi, 6).
Pendampingan keluarga, 7). Pertemuan dari mingguan anggota PG Budarzi, 8).
Demo makanan sehat (Toni, 2008)
1.5. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan
masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat adalah
proses memapukan masyarakat “ dari, oleh, untuk, ” masyarakat itu sendiri,
berdasarkan kemampuan masyarakat, khususnya dibidang kesehatan dapat
diuraikan sebagai berikut :
Menumbuhkembangkan Potensi Masyarakat
Potensi adalah suatu kekuatan atau kemampuan yang masih terpendam.
Baik individu, kelompok, maupun masyarakat mempunyai potensi yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Di dalam suatu masyarakat terdapat berbagai potensi,
yakni potensi sumber daya manusia (masyarakat), dan potensi dalam bentuk
sumber daya alam, atau kondisi geografi masyarakat setempat. Potensi sumber
daya manusia selanjutnya dapat diuraikan dalam bentuk kuantitas, yakni jumlah
penduduknya, dan di dalam kualitas, yakni status atau kondisi sosial masyarakat
tersebut. Proporsi masyarakat yang kaya dan miskin, proporsi penduduk yang
berpendidikan tinggi dan rendah adalah mencerminkan kualitas sumber daya
manusia komunitas atau masyarakat yang bersangkutan. Petugas kesehatan yang
terutama adalah memampukan masyarakat untuk mengenal potensi mereka itu
kemudian dengan bantuan tenaga kesehatan, masyarakat yang bersangkutan
dapat menemukan upaya-upaya pemecahan masalah mereka sendiri berdasarkan
kemampuan yang mereka miliki.
Mengembangkan Gotong-royong Masyarakat
Gotong-royong sebagai budaya asli bangsa Indonesia sudah tumbuh sejak
berabad-abad yang lalu. Peran petugas kesehatan masyarakat dalam gotong
royong di masyarakat ini adalah memotivasi dan memfasilitasi, agar
gotong-royong itu terjadi di masyarakat, dan gotong-gotong-royong tersebut dilakukan
masyarakat itu sendiri maka pendekatan harus dilakukan melalui para tokoh
masyarakat. Para tokoh masyarakat setempat sebagai penggerak gotong-royong
perlu diberikan kemampuan agar dapat memotivasi masyarakat dan kontribusi
terhadap kegiatan yang direncanakan bersama.
Menggali Kontribusi Masyarakat
Menggali dan menggembangkan potensi ekonomi masing-masing anggota
masyarakat pada dasarnya adalah suatu upaya agar masing-masing anggota
masyarakat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau
kegiatan yang direncanakan bersama. Bentuk kontribusi masing-masing anggota
masyarakat berbeda satu dengan yang lainnya, baik besarnya atau bentuknya.
Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat antara lain:
dalam bentuk tenaga, pemikiran, atau ide-ide, dana dan bahan-bahan bangunan.
Petugas kesehatan bersama-sama dengan tokoh masyarakat setempat harus
Menjalin Kemitraan
Kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan,
baik pemerintah, swasta dan lembaga swasembada masyarakat serta individu
dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama untuk mencapai tujuan bersama
untuk disepakati. Masyarakat yang mandiri merupakan perwujutan dari
komitmen diantara anggota masyarakat yang bersangkutan, pemerintah maupun.
wasta. Petugas kesehatan adalah memotivasi masyarakat untuk menjalin
kemitraan dengan pihak-pihak lainnya.
Desentralisasi
Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan
kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau
wilayahnya. Bentuk pengambilan keputusan harus setingkat operasional yakni
masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-masing komunitas. Dalam
pemberdayaan masyarakat peranan sistem di atasnya sebagai fasilisator dan
motivator. Masyarakat bebas melakukan kegiatan atau program-program
inovatif, tanpa adanya arahan atau instruksi dari atas (Notoatmodjo, 2007).
2. Konsep Status Gizi Anak
2.1. Defenisi
Status Gizi Anak adalah Interpretasi dari data yang didapatkan dengan
menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu
`Status Gizi Anak adalah indeks yang signifikan hal penting yang harus di
ketahui oleh setiap orangtua dalam hal tumbuh kembang diusia balita yang terjadi
pada usia emas (Nita, 2008).
Status Gizi Anak adalah indikator kesehatan yang penting, karena anak usia
di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan
gizi (Dinkes RI, 2008)
Tabel 1. Klasifikasi KKP (Kurang Kalori Protein) sebagai indikator yang dipakai adalah tinggi dan berat.
Sumber : Gizi dalam Daur Kehidupan hlm.100 (Depkes 2000)
Meningkatkan perhatian terhadap kesehatan anak untuk mencegah
terjadinya malnutrisi dan resiko gizi kurang. Status gizi anak perlu diperhatikan
dengan adanya peran masyarakat untuk mencegah gizi kurang. Sebagai salah satu
faktor resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi anak yang baik
Indeks Simpanan Baku Status Gizi
akan berkontribusi terhadap kesehatan anak dan juga terhadap kemampuan untuk
kesejahteraan dalam proses pemulihan anak (Dinkes RI, 2008).
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas
hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkatan kesehatan
gizi lebih dan kesehatan gizi kurang, akibat dari kesehatan yang kurang baik,
maka timbul penyakit gizi.Umumnya pada anak balita (bawah lima tahun) diderita
penyakit gizi kurang dan gizi lebih yang disebut gizi salah (malnutrisi) yang
menonjol adalah kurang kalori dan kurang protein dan kekurangan Vitamin A,
Yodium, Zat Besi, dan Mineral (Ranti, 1999).
Tabel 2. Kecukupan Gizi yang di Anjurkan untuk Indonesia agar Kesehatan yang baik dapat di Pertahankan
Sumber : Hasil Widia Karya Pangan dan Gizi V Lipi 1993, Himb, (Hartono, 1999).
Angka kecukupannya untuk menilai data konsumsi makanan perorangan
badan bertukar, perlu dilakukan penyesuaian angka kecukupan (Departemen Gizi
dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
2.2. Status Gizi
Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktoral Bina Gizi Masyarakat Depkes RI
tahun 1999.
2.3. Penilaian Status Gizi
Peran dan kedudukan Penilaian Status Gizi (PSG) di dalam ilmu gizi adalah
untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu atau
masyarakat, karena terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi
maka dengan melakukan penilaian status gizi pada individu atau masyarakat kita
akan dapat mengetahui kelainan tersebut. Metode dalam penilaian status gizi
dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, metode secara langsung yang
terdiri dari penilaian dengan melihat tanda klinis, tes laboratorium, metode
biofisik, dan Antrometri. Kelompok kedua, penilaian dengan melihat statistik
kesehatan yang biasa disebut dengan Penilaian Status Gizi tidak langsung karena
tidak melihat individu secara langsung. Kelompok terakhir, penilaian dengan
melihat variabel ekologi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Kategori
Gizi lebih >120 % Medium BB/U WHO NCHS, 1983
Gizi baik 80 % - 120 % Medium BB / U WHO WCHS,1983
Gizi sedang 70 % - 79,9 % Medium BB / U WCHS,1983
Gizi kurang <60 % Medium BB / U WHO NCHS, 1983
Penilaian status gizi bertujuan untuk: 1). Memberikan gambaran secara
umum mengenai metode penilaian status gizi, 2). Memberikan penjelasan
mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada, 3).
Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan, dan
implementasi untuk penilaian status gizi (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2008).
A. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Ada beberapa cara penilaian status gizi secara langsung, yaitu tes
laboratorium, biofisik, pemeriksaan tanda-tanda klinis, dan pengukuran
antropometri.
1). Biokimia
Pada pemeriksaan biokimia dibutuhkan spesimen yang akan diuji, seperti
darah, urin, tinja, dan jaringan tubuh seperti otot, tulang, rambut, kuku, dan lemak
bawah kulit.
2). Pemeriksaan tanda-tanda klinik
Penilaian tanda-tanda klinik berdasarkan pada perubahan yang terjadi yang
berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi yang dapat dilihat
pada jaringan epitel di mata, kulit, rambut, mukosa, mulut dan organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjer tiroid (Hartono, 2000).
3). Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan
sebagai metode Penilaian Status Gizi, yaitu: 1). Kurang energi, protein (KEP),
khususnya pada anak-anak dan ibu hamil, 2). Obesitas pada semua kelompok
umur. Penilaian status gizi dengan menggunakan antropometri ini memiliki
kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan pengukuran antropometri yaitu: 1). Relatif
murah, 2). Cepat, 3). Objektif, 4). Gradabel, dapat dirangking apakah ringan,
sedang, atau berat, 5). Tidak menimbulkan rasa pada responden.
Keterbatasan pengukuran antoprometri yaitu: 1). Membutuhkan data
referensi yang relevan, 2). Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada
peralatan (belum dikalibrasi), kesalahan pada observer (kesalahan pengukuran,
pembacaan, peralatan), 3). Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas,
malnutrisi karena kurang energi dan protein, tidak dapat memperoleh informasi
karena defisiensi zat gizi mikro.
Macam-macam pengukuran antropometri yang biasa digunakan untuk
melihat pertumbuhan adalah sebagai berikut:
a). Massa Tubuh
Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral
tulang sebagai indikator status gizi bagi dengan off point < 2,500 gram dikatakan
sebagai bayi dan BBLR. Menilai status gizi biasanya berat badan dihubungkan
dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan.
b). Pegukuran Linier (panjang)
Dasar pengukuran Linier adalah tinggi (panjang) atau status dan
biasanya digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya : panjang lengan atas atau
kaki.
c). Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan seseorang pada prinspnya adalah mengukur
jaringan tulang skletal yang terdiri dari kaki, pinggul, tulang belakang, dan tulang
tengkorak. Penilaian status gizi pada umunya hanya mengukur total tinggi
(Panjang) yang diukur secara rutin. Tinggi badan yang dihubungkan dengan umur
dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu.
d). Panjang Badan
Panjang badan dilakukan pada balita yang berukuran kurang dari dua tahun
atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan
data tinggi badan.
e). Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala biasanya digunakan pada anak yang digunakan
untuk mendeteksi kelainan seperti Hydrocephalus (ukuran kepala besar) atau
Microcephaly (ukuran kepala kecil).
f). Lingkar Dada
Pengukuran lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun sehingga biasa
digunakan pada anak usia 2-3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat
digunakan sebagai indikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan
lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan dada yang lambat
sehingga rasio lingkar dada dan kepala < 1.
g). Lingkar Lengan Atas
Lingkar Lengan Atas (LILA) biasa digunakan pada anak balita. Pengukuran
LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak
memerlukan data umur untuk balita kadang kala susah untuk mendapatkan data
umur yang tepat.
h). Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan sehingga data tinggi badan
didapatkan dari tinggi lutut bagi orang (Hartono, 2000).
i). Komposisi Tubuh
Otot dan lemak merupakan jaringan lemak bervariasi pada penderita KEP.
Antropometri jaringan dapat dilakukan pada jaringan tersebut untuk menilai
status gizi anak masyarakat.
Indeks antropometri merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu
atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Beberapa indeks
antropometri adalah sebagai berikut:
Berat badan terhadap umur : Indikator status gizi kurang saat sekarang,
kadang umur secara akurat sulit didapat, growth monitoring, pengukuran yang
berulang dapat mendeteksi kegagalan pertumbuhan karena kurang energi, protein
Tinggi badan terhadap umur : Indikator status gizi masa lalu, indikator
kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa, kadang umur secara akurat sulit
didapat, berat badan / tinggi badan, mengetahui proporsi badan (gemuk, normal,
kurus), indikator status gizi saat ini, umur tidak boleh diketahui.
Lingkar lengan atas terhadap umur :
Dapat mengindentifikasi KEP pada balita, tidak memerlukan data umur yang
kadang sulit, dapat digunakan pada saat emergency, membutuhkan alat ukur yang
murah pengukuran (Hartono, 2000).
B). Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
1).Variasi dari statistik kesehatan bagian dari indikator status gizi
dimasyarakat 2). Kategori infor, 3). Masalah umum, 4). Angka kematian pada
angka tertentu, 5). Angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu
6). Statistik pelayanan kesehatan 7). Indeks yang berkaitan dengan keadaan gizi
(Hartono, 2000).
2.4. Fungsi Gizi
Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Zat gizi yang
dikenal ada lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
a. Karbohidrat (Hidrat Arang).
Mengandung zat karbon dalam dengan ikutan dengan hydrogen dan oksigen
panas dan energi untuk tubuh, karbon oksigen membentuk karbon oksigen yang
menghasilkan.
b. Protein
Protein merupakan makanan yang mengandung nitrogen, berguna untuk
pertumbuhan, perbaikan dan pertumbuhan baru.
c. Vitamin
Unsur penting untuk hidup, kesehatan dan pertumbuhan, diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Vitamin ini diklasifikasikan menurut daya larutnya. Vitamin
yang larut dalam lemak mencakup vitamin A, D, E, K. Vitamin yang larut dalam
air, mencakup vitamin B1, B kelompok (B2, B6, B12), Vitamin C dan Vitamin P.
d. Mineral
Mineral dapat memelihara keseimbangan asam tubuh, mengkatalisasi reaksi
yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak dan protein tubuh, sebagai
bagian hormon dan enzim tubuh, membantu memelihara keseimbangan tubuh,
sebagai bagian cairan usus dan berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan
tulang, gigi dan jaringan tubuh lainnya.
e. Air
Air sangat penting bagi kesehatan, dua sepertitiga dari berat tubuh terdiri
dari, Kekurangan air akan cepat lebih parah dari pada kekurangan bahan makanan.
Air merupakan bagian yang besar dari jaringan yang berfungsi untuk melarutkan
2.5. Ciri - ciri Anak Sehat
Menurut Departemen Kesehatan RI (1993) ciri anak sehat adalah : a).
Tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tingginya
badan secara teratur dan proporsional, b). Tingkat perkembangan sesuai dengan
umurnya, c). Tampak aktif / gesit dan gembira, d). Mata bersih dan bersinar,
e). Nafsu makan baik , f). Bibir dan lidah tampak segar, g). Pernafasan tidak
kering, h). Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering, i). Mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Jika ciri-ciri tersebut telah dimiliki oleh anak, maka pertumbuhan
perkembangan anak biasanya dapat dikatakan wajar/normal. Ciri - ciri anak sehat
dapat dilihat dari berbagai segi antara lain segi fisik, psikis, sosialisasi. a). Dilihat
dari segi fisik ditandai dengan sehatnya badan dan pertumbuhan jasmani yang
normal, b). Segi psikis, anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar :
Pikiran bertambah peka, kemauan bersosalisasi baik. c). Dari segi sosialisasi, anak
tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan (Santoso, 1999).
2.6. Penyakit Defisiensi Gizi Anak
Masalah gizi masyarakat pada anak-anak mereka yang telah ditemukan
terlebih dahulu, maka ada 4 penyakit defisiensi gizi yang dianggap sudah
mencapai kegawatan nasioanl karena kerugian yang mungkin ditimbulkannya
Penyakit kekurangan kalori dan protein yaitu : Kwashiorkor adalah penyakit KKP
dengan kekurangan protein sebagai penyebab dominan, marasmus adalah
gambaran KKP dengan defisiensi energi yang ekstrim, maraskwashiorkor adalah
kombinasi defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi
Upaya penanganan kurang energi dan protein adalah : Memulihkan keadaan
gizinya dengan cara mengobati penyakit yang menyertai dan memenuhi
kebutuhan gizinya. Mencegah kekambuhan maka yang memerlukan kandungan
energi yang lebih tinggi dari pada yang dikombinasikan setiap hari.
Penyakit Defisiensi Vitamin A
Xerophthalmia adalah gangguan penglihatan yang permanent bahkan
sampai menjadi buta.
Usaha penanggulangan kekurangan vitamin A adalah : Menganjurkan anak
meningkatkan konsumsi makan secara keseluruhan untuk makan sayur dan buah
pokoknya sumber nabati yang kaya akan vitamin A. Mengatasi kegawatan
xeropthalmia diberi kapsul vitamin A.
Penyakit Defisiensi Yodium
Hipertrophi kelenjer gondok adalah terjadinya pembesaran kelenjer gondok
karena pembentukan hormon Thyroxin terhambat maka kelenjer thyroid berusaha
mengadakan kompensasi dan menambah jaringan kelenjer. Upaya
Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia adalah gangguan fungsi hemoglobin sebagai alat transportasi O2
yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak sekolah
Konsentrasi dalam belajar tampak menurun memperlihatkan kondisi anemia
terlihat pucat, selaput kelopak mata, bibir dan kuku, badanya lemah kurang gairah,
cepat merasa lelah, sesak nafas.
Upaya penanggulangan anemia adalah : Pemberian suplemen tablet zat besi
Fortifikasi suplemen tablet zat besi seperti garam dapur, tepung terigu, dan
penyedap makanan (Ranti, 1999).
2.7. Pengolahan Makanan
Seorang pengelola makanan baik untuk keluarga maupun masyarakat, perlu
mengetahui bahwa proses pengolahan makanan dapat meningkatkan mutu
makanan yang dikonsumsi. Selama proses pengolahan makanan zat gizi yang ada
dibahan makanan dapat rusak atau hilang. Tahap-tahap dalam proses penyiapan
makanan, yaitu :
a). Penyucian makanan : Proses penyucian sebaiknyadi lakukan sebelum
pemotongan dengan berasal dari tanah kotor dan adanya serangga. Bahan
makanan nabati sebaiknya dicuci dulu dengan air yang mengalir dan bersih,
sebelum disiangi agar-zat-zat yang terkandung dan bersifat larut dalam air, tidak
terbuang bersama air. Bahan makanan yang disiangi adalah ikan, perlu secepatnya
dibuang insang dan isi perutnya untuk mencegah terjadinya proses pembusukan
yang cepat dan dicuci dengan menggunakan air bersih dan mengalir, sehingga
b). Pemotongan bahan makanan
Pemotongan bahan makanan bertujuan untuk memudahkan makanan masuk
kedalam mulut dan mengunyah, terutama bahan makanan yang agak keras dan
liat.
c). Proses pengolahan atau pemasakan
Pengolahan dilakukan dengan mempergunakan proses, baik panas langsung
maupun panas tidak langsung. Panas ini mengubah sifat-sifat kimia makanan yang
berlanjut pada sifat-sifat gizinya (Santoso, 1999).
Pengaruh Pengolahan Makanan
a). Pecahnya dinding sel
Zat-zat gizi berada dalam sel bahan makanan, terlindung dari bahan-bahan
lain yang dapat merusaknya atau mengganggunya.
b). Melemahkan dan mematikan mikroba
Berbagai mikroba, parasit, telur, atau yang mencemari bahan makanan akan
dapat terbunuh. Dalam pengolahan makanan dapat meningkatkan keamanan
makanan untuk kesehatan tubuh.
c) Mengubah berbagai zat gizi secara positif dan negatif
Pengaruh positif dalam pengolahan makanan dapat memberikan pengaruh
negatif yang merusak sifat bahan makanan sehingga sukar atau tidak dapat
d) Pemanasan yang terlalu tinggi dapat menimbulkan zat karsiogenik
Pada bahan makanan nabati maupun hewani yang diolah dengan panas
tinggi sehingga menjadi hangus, dapat terbentuk ikatan-ikatan yang bersifat
karsinogenik yaitu merangsang terjadinya kanker.
e) Panas dapat meniadakan zat-zat toksik
Panas dapat menetralkan pengaruh zat-zat toksik saat proses penyiangan,
pemotongan dan pengolahan makanan (Santoso, 1999).
2.8. Faktor Sosial Budaya Terhadap Status Gizi
Peranan gizi berbagai Negara atau daerah terdapat kelompok masyarakat
yang biasanya mempunyai makanan pantangan terutama pada anak kecil
khususnya di Indonesia. Budaya berperan dalam status gizi anak dan masyarakat
ada beberapa kepercayaan, seperti tahu mengkonsumsi makanan tertentu yang
sebenarnya makanan itu justru bergizi (Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI, 2008).
Faktor sosial budaya dipandang terhadap status gizi sehubungan dengan
gizi yang biasanya dipandang batas untuk dimakan, dijumpai banyak pola
pantangan, tahayul dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang
berlainan di dunia (Marsetyo, 2005).
Konsep kebudayaan, masukkan unsur nilai, kepercayaan, sehingga
timbulah penggolongan makanan dan bukan makanan, dalam hal ini yang
menyebabkan sulitnya mengalihkan masyarakat untuk merubah kebiasaan
Tahu terhadap makanan karena makanan tersebut asing bagi masyarakat
beberapa kebudayaan menolak makanan daging binatang yang dipeliharanya, tabu
terhadap makan binatang tertentu, untuk mencegah musnahnya binatang yang
bermanfaat bagi masyarakat. Kepercayaan atau religi makanan tertentu menjadi
dasar alasan tabu terhadap makanan tertentu (Santoso, 1999).
Peranan makanan dalam soaial budaya : 1). Makanan sebagai pernyataan
adanya hubungan sosial, 2). Makanan sebagai simbol pernyataan solidaritas
kelompok, 3). Makanan sebagai pernyataan rasa stress, 4). Makanan sebagai
simbol bahasa (Santoso, 1999).
Kebiasaan makan suatu masyarakat sangat dipengaruhi faktor sosial budaya
masyarakat. Menyadari pentingnya faktor-faktor sosial dan budaya yang
memepengaruhi gizi masyarakat. Maka usaha-usaha untuk memperbaiki pola-pola
makan harus disesuaikan dengan pola-pola sosial budaya dari masyarakat sasaran
(Santoso, 1999).
3. Gizi Anak Indonesia
3.1. Masalah Makan Anak
Masalah makan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1).
Pengetahuan ibu tentang gizi yang rendah, 2). Pendapatan keluarga yang rendah,
3). Persediaan pangan tingkat rumah tangga yang rendah, 4). Prilaku pengasuh
yang belum sehat, 5). Konsumsi makanan yang tidak mengikuti kaidah gizi dan
Prilaku makan yang kurang tepat sering muncul karena ulah orang tua,
seperti kebiasaan untuk menenangkan anak yang sedang rewel dengan cara
memberikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan, coklat, dsb),
anak yang sudah berkonsumsi makanan padat kalori perutnya akan segera
kenyang sehingga anak tersebut tidak ingin makan (Joen, 2008).
Kegiatan makan bagi anak harus dibuat dalam suasana yang menyenangkan.
Ketika anak makan jangan ada unsur paksaan sehingga timbul kesan saat makan
menjadi sesuatu yang menjengkelkan atau merupakan hukuman. Kebiasaan
makan bersama yang sudah ditinggalkan ada baiknya dihidupkan lagi. Anak
balitapun biasa merasakan nikmatnya makan bila semua anggota keluarganya
duduk bersama-sama di meja makan. (Joen, 2008).
Masalah makan anak dapat berakibat buruk bagi tumbuh kembang anak.
Sedikitnya makanan yang masuk ke dalam perut anak dapat menjadi indikasi
bahwa anak itu mempunyai peluang besar untuk menderita kurang gizi. Indikator
status gizi kurang dicerminkan oleh berat badan atau tinggi badan anak di bawah
standar. Menggunakan ukuran standar sebagai perbandingan kita dapat
mengetahui yang ada dalam diri anak secara psikologis, muncul sebagai problema
makan anak (Joen, 2008).
Masalah makan dijumpai dalam bentuk anak tidak selera makan. Perilaku
tidak selera makan atau menolak makan bukanlah menjadi masalah sederhana.
Anak yang malas makan selalu berusaha mencari-cari alasan untuk tidak makan.
(misalnya : ngemut makanan, mempermainkan dan memuntahkan makanan
Masalah makan anak pilih-pilih makanan sering dijumpai pada anak yang
membuat orang tua bingung anak yang cenderung berperilaku pilih-pilih makanan
akan mengalami kesulitan dalam meramu variasi makanan untuk mencukupi
kebutuhan gizinya (Sekarniasih, 2006).
Makanan yang dikonsumsi sehari-hari cenderung seragam, padahal
keanekaragaman makanan merupakan cara yang baik untuk memenuhi kebutuhan
gizi. Anak-anak biasa saja setelah besar tidak ingin mengkonsumsi makanan yang
keras (Depkes, 2000).
Masalah makan anak secara psikologis dapat muncul karena anak meniru
atas apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Anak yang tumbuh dalam
lingkungan keluarga yang menolak makan karena diet, si anak akan
mengembangkan perilaku menolak makan (Depkes, 2000).
Perilaku sulit makan juga dapat timbul karena orang tua tidak mendalami
ego anak. Orang tua selalu memaksakan anak harus makan ini-itu dengan porsi
yang sudah ditentukan. Saat makan mengharuskan menghabiskan makanan di
piring, maksud orang tua memang benar mereka menginginkan anaknya tumbuh
sehat dengan gizi cukup, tetapi mereka kurang menyadari kalau makan menjadi
persoalan gizi unsur psikologis (Khomsar, 2001).
3.2. Masalah Gizi Anak
a). Anemia defisiensi besi
Keadaan ini terjadi karena terlalu sedikit kandungan zat besi dalam makanan
mengendalikan keinginan untuk menyantap makanan lain. Maka untuk
mengatasinya anak harus diberi dan dibiasakan makanan yang mengandung
banyak besi, sementara itu sebagian susu diganti dengan air jeruk, meski tidak
mengandung besi, air jeruk kaya akan vitamin C yang dapat membantu
penyerapan besi.
b). Karies gizi
Lubang gigi sering terjadi pada anak, karena terlalu sering makan cemilan
yang lengket dan banyak mengandung gula. Keries yang terjadi pada gigi suhunya
memang tidak berbahaya, namun kejadian ini biasanya berlanjut sampai anak
memasuki usia remaja, bahkan sampai dewasa. Gigi yang berlubang akan
menyerang gigi permanen sebelum gigi tersebut berhasil menembus gigi, untuk
mengatasinya menggosok gigi dengan pasta gigi berflorida sebaiknya segera
sesudah makan.
c). Penyakit kronis
Penyakit yang tidak menguras energi, berlangsung lama dapat mengganggu
pertumbuhan karena menghilangkan nafsu makan, misalnya campak yang
menghabiskan cadangan vitamin A.
d). Berat badan berlebih
Kelebihan berat badan anak terjadi karena ketidak seimbangan energi yang
masuk dengan yang keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga. Untuk
mengatasinya perlambatan ini dapat dengan cara mengurangi makanan,
f). Televisi
Dampak tayangan televisi, terlebih iklan yang dilakonkan oleh anak-anak
yang belum dapat berpikir kritis mudah terbujuk dan hampir seketika
menyukainya, misalnya : keripik kentang, permen atau makanan lain yang “tak
bergizi yang diiklannya di bintangi oleh sebaya mereka. Satu-satunya cara yang
efektif untuk menghindarkan tayangan “ buruk “ itu adalah berikan pengajaran
tentang dampak negatif makanan yang dilakukan.
g). Berat badan kurang
Kekurangan berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh
merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang
buruk, sama seperti masalah kelebihan berat, langkah penanganan harus di
dasarkan pada kemungkinan pemecahannya.
h). Alergi
Alergi makanan diartikan sebagai respon tidak normal terhadap makanan
tidak normal terhadap makanan yang orang biasa dapat mentoleransinya, alergi
makanan tidak jarang terlihat pada anak terutama pada mereka yang memiliki
riwayat keluarga sebagai penderita alergi, angka kejadian ini akan terus
meningkat. Alergi boleh jadi bersifat sementara atau bahkan menetap. Alergi yang
dipilih oleh susu, kedelai, telur, dan tepung terigu dapat reda sendiri, sementara
yang disebabkan oleh alergi ikan, dan kerang cenderung menetap (Dinkes RI,
3.3. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang
Keadaan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi. Tingkat
konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan, Kualitas hidangan
menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan
hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan
kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan
hidangan memenuhi kebutuhan tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang
sebaik-baiknya disebut konsumsi adekurat.
Menggalakkan komunikasi informasi dan edukasi suatu cara pemberian
informasi atau pesan yang berkaitan dengan gizi seseorang atau institusi terhadap
masyarakat. Sebagai penerima pesan dari media tertentu. Pesan dasar gizi
seimbang yang di tunjukkan kepeda masyarakat sebagai pedoman umum
Penyuluhan Gizi Masyarakat ada “ 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang ” yang di
terbitkan oleh Dirjen Binkesmas Depkes RI, yaitu : 1). Makanlah makanan yang
beraneka ragam, 2). Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi, 3).
Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi, 4). Batasi
konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat data kecukupan energi, 5).
Gunakanlah garam yang beryodium, 6). Makanlah makanan sumber zat besi, 7).
Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 4 bulan, 8). Biasakan makan pagi,
9). Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya, 10). Lakukanlah kegiatan
fisik dan olagraga yang teratur, 11). Hindari minuman beralkohol, 12). Makanlah
makanan yang yang aman bagi kesehatan, 13). Bacalah tabel pada makanan yang
Pemberian nutrisi yang baik dan benar pada anak, perlu diperhatikan
beberapa hal lain yang akan menunjang seluruh proses konsumsi seseorang yaitu :
kebersihan, pengolahan yang tepat sehingga enak dimakan serta suasana
menyenagkan ketika makan dalam menyusun menu hendaknya diperhatikan
hal-hal sebagai berikut : a). Kombinasi rasa yaitu asin, manis, asam, pahit, pedas, jika
disukai, b). kombinasi warna hidangan yaitu warna merah, hijau, coklat, kuning,
dsb, c). variasi kering atau berkuah banyak, seperti sup, sayur asam maupun
sedikit kuah seperti tumis, sayur, sambal goreng serta yang kering seperti ikan
goreng kering, tempe, d). variasi bentuk potongan, yaitu persegi panjang, tipis,
bulat, dan sebagainya, e). variasi teknik pengolahan yaitu ada hidangan yang
diolah dengan teknik pengolahan yang digoreng, dan direbus dan lain sebagainya,
sehingga memberikan penampilan, tekstur, dan rasa berbeda pada hidangan
tersebut. Sebaiknya dihindari adanya penaggulangan warna, rasa, bentuk, teknik
pengolahan dalam satu menu (Ranti, 1999).
Memelihara dan menjaga kesehatan dan status gizi anak balita agar cerdas
dan tumbuh kembang yang baik. Mencerdaskan kesadaran masyarakat untuk
menerapkan kaidah kesehatan dan gizi dalam memenuhi kebutuhan pangan
anggota keluarganya dengan meningkatkan pengetahuan kesehatan gizi pada
kader dan anggota Pondok Gizi Budarzi. Meningkatkan pengetahuan teknik
pengolahan makanan lokal sehat yang higienis, bergizi dan bervariasi sehingga
tercipta ketahanan pangan. Meningkarkan keterampilan kader dalam menangani
masalah gizi buruk atau kurang. Membudayakan kebersamaan dalam mengatasi
3.4. Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia
Upaya perbaikan gizi masyarakat telah lama dilakukan di Indonesia. UPGK
usaha keluarga untuk memperbaiki gizi seluruh anggota keluarga terutama
golongan yang rawan. Usaha ini dilakukan dengan pengawasan dan bimbingan
serta dukungan dari berbagai sektor secara terkoordinasi dan merupakan bagian
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Nita, 2008).
Ada beberapa jenis usaha yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain :
a). Program perbaikan gizi, b). Program Makanan Tambahan, c). Program
Fortifikasi Pangan (Nita, 2008).
Masalah g,izi adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh siapaun juga.
Oleh karena itu harus dengan cara untuk menanggulanginya melalui berbagai
tindakan. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan gizi akan berakibat
kerusakan yang sukar atau malahan tidak dapat ditolong (Nita, 2008).
Masalah gizi masyarakat bukan semata-mata masalah masyarakat meskipun
akibat dari kekurangan gizi pada umumnya adalah menurunnya tingkat kesehatan
masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah masalah konsumsi
makanan rakyat. Karena itulah program peningkatan gizi memerlukan pendekatan
dan penggarapan diberbagai disiplin, baik jenis produksi, pertanian dan lain
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran
masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak di Kecamatan Siborong-Borong.
Masyarakat yang berperan dalam pelayanan kesehatan yang telah dipilih oleh
masyarakat itu sendiri secara sukarela agar ikut dalam meningkatkan status gizi
anak. Masyarakat yang berperan ditentukan berdasarkan kualitas bukan kuantitas
sumber daya manusia. Proporsi masyarakat berpendidikan rendah dan tinggi
mencerminkan kualitas sumber daya manusia disuatu komunitas atau yang
bersangkutan dalam segala program kegiatan yang diselengarakan dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan masyarakat, sosial budaya, agama, pendapatan,
pengetahuan gizi setiap keluarga, dan perilaku masyarakat.
Sedangkan fokus utama yang akan diteliti mencakup variabel peran
masyarakat yang meliputi Partisipasi Masyarakat, konseling status gizi, dan
jumlah masyarakat yang berkontribusi dalam meningkatkan status gizi anak.
Partisipasi masyarakat dalam program pelayanan gizi masyarakat beroryentasi
pada pemeliharaan kesehatan dan keadaan gizi anak, dengan jalan membina,
mendampingi, dan melayani serta memanfaatkan potensi makanan lokal dibidang
gizi masyarakat setempat. Lingkup kegiatan yang dilakukan pendaftaran balita,
penimbangan, pemberian makanan tambahan. Peran masyarakat dalam konseling
membantu sesama mereka didalam masyarakat untuk memberikan informasi
kesehatan dan gizi dalam memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarga dalam
pengolahan makanan lokal sehat yang higienis, bergizi, dan bervariasi sehingga
tercipta ketahanan pangan. Masyarakat yang berperan untuk berkontribusi dalam
membangun untuk mencapai tujuan bersama sudah pasti memerlukan sumber
daya baik tenaga, dana dan sarana, sumber daya ini dapat berasal dari masyarakat
yang berkontribusi. Dengan demikian jelas bahwa untuk mencapai peran
masyarakat dapat dinilai berdasarkan kategori penilaian tinggi, sedang, rendah
dalam meningkatkan status gizi anak (Notoatmodjo, 2005)
Skema 1. Kerangka konseptual Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak Di Kelurahan Lumban Tonga-Tonga Siborong-Borong .
Peran Masyarakat :
• Partisipasi dalam pelayanan masyarakat
• Konseling
• Kontribusi Masyarakat
Kategori peran masyarakat :
• Tinggi
• Sedang
2. Defenisi Konseptual dan Operasional
1. Peran Masyarakat
Defenisi Konseptual : tenaga sukarela yang tertarik dalam kegiatan
pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat dimana individu tersebut
bertanggungjawab dan dipilih oleh masyarakat dengan perpanjangan tangan dari
petugas kesehatan untuk malaksanankan dan meningkatkan status gizi anak yang
merupakan suatu upaya atau proses dimana masyarakat mampu mengatasi
masalah-masalah mereka sendiri dan menggali potensi-potensi masyarakat
setempat untuk mengatasi masalah mereka sendiri di komunitas/masyarakat.
Timbulnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi individu
terutama status gizi anak, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Defenisi Operasional : kemandirian masyarakat dibidang kesehatan sebagai
hasil pemberdayaan dibidang kesehatan sesungguhnya merupakan perwujutan dari
tanggung jawab mereka akan kesehatan mereka melalui : Partisipasi kader,
konseling, masyarakat yang berkontribusi dalam meningkatkan status gizi anak di
Kelurahan Lumban Tonga-Tonga Siborong-Borongs.
2. Status Gizi
Defenisi Konseptual : Merupakan keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
konsumsi, penyerapan, dan penggunaan, yaitu intake zat-zat gizi yang ada dalam
makanan kita sehari – hari. (Nita, 2001).
Defenisi Operasional : Memampukan status gizi anak di Kecamatan
Siborong – borong Kelurahan Lumban Tonga-tonga berdasarkan WHO – NCHS.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian yang di laksanakan menggunakan desain deskriftif yang
bertujuan untuk menggambarkan peran masyarakat dalam meningkatkan status
gizi anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga.
2.Populasi dan Sampel
2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kelurahan
Lumban Tonga-Tonga Siborong-Borong adalah 300 kepala keluarga.
2.2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara random sederhana berdasarkan
rumusan (Dempsey-Dempsey, 2002) yaitu 10-20% dari total populasi. Dengan
demikian jumlah sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 30 orang ibu rumah
tangga yang memahami tentang keterlibatan peran masyarakat untuk
meningkatkan status gizi anak di Kelurahan Lumban Tonga-Tonga
Siborong-Borong. Adapun alasan pemilihan ini bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini dan dapat membaca, menulis, berbahasa Indonesia dengan baik dan
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan
Siborong-borong. Adapun alasan dengan pertimbangan bahwa di Kelurahan
Lumban Tonga-tonga belum pernah dilakukan penelitian peran masyarakat dalam
meningkatan status gizi anak, dimana penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus
sampai dengan Oktober 2009.
4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Puskesmas Kecamatan
Siborong-Borong selanjutnya setelah mendapat izin peneliti menanyakan
kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan
mendatangkan lembar persetujuan (informed consent), kesediaan menjadi
responden adalah sukarela sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa adanya
tekanan baik secara fisik maupun psikologis serta dapat mengundurkan diri setiap
waktu. Selanjutya membuat jadwal untuk melakukan pengambilan data langsung
dari sampel serta menyerahkan langsung lembar persetujuan kepada responden,
dimana peneliti akan menjaga kerahasiaan dengan tidak mencantumkan nama
responden dan hanya diberi kode pada masing-masing lembar kuisioner sehingga
5. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk
kuisioner yang disusun peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep
(Notoatmodjo, 2005). Kuisioner penelitian ini terdiri dari data demografi
responden meliputi : Jenis Kelamin, Umur, Agama, Pendidikan.
Bagian kedua adalah kuisioner tentang peran masyarakat dalam
meningkatkan status gizi anak meliputi : Partisiapsi masyarakat, konseling,
kontribusi masyarakat. Peran masyarakat terdiri dri 3 pertanyaan tertutup,
Kuisioner Data Demografi terdiri dari 4 pertanyaan tertutup, sedangkan Kuisioner
Peran Masyarakat terdiri dari 15 pertanyaan tertutup dengan komponen partisipasi
dalam kesehatan 5 pertanyaan (1-5) , Konseling (6-10), Kontribususi masyarakat
(11-15).
Kuisioner ini terdiri dari pertanyaan tertutup sebanyak 15 soal dengan 2
kemungkinan jawaban yaitu “ya” dan “tidak” jika jawaban ya (skor 1), jika
jawaban tidak (skor 0) dengan skala pengukuran dengan menggunakan Gutman
Scale dengan jumlah skor 0-15 (Aziz, 2007).
Berdasarkan rumus statistik P = Rentang
Banyak Kelas
(menurut Sudjana 2005)
Dimanan P merupakan panjang kelas, yaitu dengan rentang sebesar 15, dan
banyak kelas sebesar 3 maka didapat dengan nilai terendah 5 sebagai batas bawah
kelas interval pertama, maka peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi