• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit Menular

Dalam dokumen PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PROFIL KESEHA (Halaman 33-50)

BAB III PEMBAHASAN

B. Angka Kesakitan

1. Penyakit Menular

1.) Angka Prevalensi Tuberkulosis

Angka Prevalensi Tuberkulosis BTA (+) menggambarkan jumlah pasien baru TB BTA positif yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk. Angka prevalensi TB BTA (+) pada tahun 2014 ini menurun dibandingkan dengan tahun lalu, dari 59,77 per 100.000 penduduk pada tahun 2013 menjadi sebesar 53,39 per 100.000 penduduk pada tahun 2014.

2,333 1,259 1,102 761 733 710 652 563 530 521 - 500 1,000 1,500 2,000 2,500 Ast hm a, unspecified

Ot her and unspecif ied abdom inal pain Diarrhoea and gast roent erit is of…

Nausea and vomit ing Dizziness and giddines Open wound of unspecified body region Superficial injury of unspecified body…

Acut e upper respirat ory infect ion,… Fever, unspecified

Grafik 11.

Kasus baru TB BTA (+) dan Prevalensi TB Paru BTA (+) Di Kota Yogyakarta Tahun 2011-2014 Jumlah Penduduk Jumlah Kasus Prevalensi (Per

100.000)

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Jumlah penemuan kasus baru TB BTA (+) PWS Kota Yogyakarta sedikit menurun pada tahun 2014 dibanding tahun 2013. Penemuan kasus baru TB BTA (+) pada tahun 2013 sebanyak 243 kasus dan pada tahun 2014 menurun menjadi 211 kasus. Data kasus berasal dari 18 Puskesmas, 8 Rumah Sakit dan 2 BP4 yang ada di Kota Yogyakarta. Secara keseluruhan penemuan kasus baru TB BTA (+) di Fasilitas Kesehatan (Faskes) di Kota Yogyakarta mengalami peningkatan tetapi data kasus PWS Kota Yogyakarta mengalami sedikit penurunan.

2.) Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+

Penemuan kasus baru TB pada tahun 2014 adalah sebesar 221 kasus, sedangkan proporsi kasus baru adalah 60,18% laki-laki dan 39,82 % perempuan. Dapat dilihat proporsi kasus baru penderita TB pada grafik berikut :

2011 2012 2013 2014

Tahun

Kasus baru TB BTA (+) 231 268 243 221

Prevalensi 52.48 62.68 59.77 53.39 0 50 100 150 200 250 300

Grafik 12.

Proposi Jumlah Kasus TB BTA (+) di Kota Yogyakarta Tahun 2014 Menurut Jenis Kelamin

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Angka Case Notification Rate (CNR) baru pada tahun 2014 dapat dilihat grafik berikut:

Grafik 13.

Case Notification Rate Kasus Baru TB BTA (+) dan Seluruh Kasus Baru TB di Kota Yogyakarta Tahun 2014

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Angka Case Notification Rate (CNR) seluruh kasus TB menggambarkan jumlah pasien baru semua tipe (TB Paru, Ekstra paru dan TB Anak) yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk. Sedangkan CNR Kasus baru TB BTA (+) menggambarkan jumlah pasien baru TB BTA positif yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk.

133 (60,18 %) 88 (39,82 %) 0 20 40 60 80 100 120 140 L P L+P 65.75 41.58 53.39 135.94 102.06 113.06

Case Detection Rate (CDR) menggambarkan jumlah penemuan pasien baru TB BTA (+) dibandingkan dengan jumlah perkiraan penemuan kasus baru TB BTA (+) dalam suatu wilayah selama satu tahun.CDR atau Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA(+) PWS antara Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2014 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 14.

Case Detection Rate (CDR) PWS Kota Yogyakarta Tahun 2007-2014

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Case Detection Rate (CDR) PWS Kota Yogyakarta sejak tahun 2007 sudah melebihi target nasional sebesar 70 % dari jumlah perkiraan penemuan kasus baru TB BTA (+). Pada tahun 2009 sedikit menurun tetapi masih memenuhi target nasional sebesar 70 %. Pada tahun 2014 CDR PWS Kota Yogyakarta sedikit menurun dibanding tahun 2013 tetapi masih diatas target nasional.Strategi penemuan pasien TB dilakukan secara pasif case finding

dengan akfif promotif yang dilakukan diseluruh Fasyankes yang ada di Kota Yogyakarta. Melalui dana BOK Puskesmas didorong meningkatkan penemuan suspek TB melalui kegiatan kontak tracing TB, akan tetapi hasil penjaringan suspek TB melalui kegiatan kontak tracing masih belum maksimal. (Lampiran Tabel 7). 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 CDR 77 75 70 72 71 86.87 88.69 85 Target 70 70 70 70 70 70 70 70 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

3.) Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA(+)

Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) menggambarkan jumlah penderita TB BTA (+) yang berhasil sembuh dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium mikroskopis pada akhir pengobatan dibanding jumlah pasien TB BTA (+) yang diobati. Angka kesembuhan dari Tahun 2008 hingga Tahun 2014 masih di bawah target nasional (85%). Pada Tahun 2012 angka kesembuhan menurun menjadi 72% dibandingkan Tahun 2011 yang mencapai 79 %, tahun 2013 mencapai 75,9 %, sedangkan di tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 75,72%.

Angka kesembuhan TB Paru BTA(+)di Kota Yogyakarta dari Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :

Grafik 15.

Angka Kesembuhan (Cure Rate) TB di Kota Yogyakarta Tahun 2008-2014

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Angka Keberhasilan Pengobatan Kasus TB Paru BTA (+) di Kota Yogyakarta th 2007-2013 dapat dilhat dalam grafik sebagai berikut:

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Capaian 80 79 79 79 72 75.9 75.72 Target 85 85 85 85 85 85 85 65 70 75 80 85 90

Grafik 16.

Angka Keberhasilan Pengobatan TB (Sukses Rate) di Kota Yogyakarta Tahun 2007-2014

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Angka Keberhasilan Pengobatan (Sukses Rate) kasus TB BTA (+) menggambarkan jumlah pasien TB BTA (+) yang berhasil sembuh dan pengobatan lengkap dibanding dengan jumlah seluruh pasien TB BTA (+) yang diobati. Angka Keberhasilan Pengobatan di Kota Yogyakarta sejak tahun 2007 masih dibawah target nasional sebesar 85 % dari kasus TB BTA (+) yang diobati. Pada 2014 menurun dibanding tahun 2012. Belum tercapainya angka Kesembuhan dan Angka Keberhasilan Pengobatan TB pada tahun 2014 diantaranya adalah karena meninggal, Droup Out pengobatan, Gagal pengobatan dan Pindah pengobatan. Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta untuk meningkatkan angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan adalah pemberian Paket makanan tambahan (PMT) bagi pasien pada masa pengobatan serta pemberian reward bagi pasien yang berhasil sembuh dan pengawas menelan obat (PMO). (Lampiran Tabel 9).

b. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani

Target penemuan penderita Pneumonia Balita adalah 10 % dari jumlah balita yang ada. Dari 19.369 balita yang ada pada tahun 2014 ditargetkan dapat menemukan 1.937 penderita. Namun pada kenyataannya realisasi penemuan

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Capaian 82 89 83 83 79 83.41 80.68 81.07 Target 85 85 85 85 85 85 85 85 74 76 78 80 82 84 86 88 90

penderita pneumonia di puskesmas tidak pernah mencapai target. Melihat situasi tersebut, masih perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan intensitas penemuan dan kualitas tatalaksana di sarana pelayanan kesehatan. Walaupun demikian, sejak tahun 2006 hingga 2014 semua kasus pneumonia ditemukan dapat tertangani 100% sehingga tidak ada kematian balita karena pneumonia. (Lampiran Tabel 10).

Grafik 17.

Jumlah Penderita Pneumonia Ditemukan dan Ditangani di Kota Yogyakarta Tahun 2006 – 2014

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

c. Kasus HIV/AIDS

Sejak tahun 2004 telah ditemukan kasus HIV di Kota Yogakarta sebanyak 554 penderita, dengan rata-rata penemuan per tahun sebanyak 50 penderita. Peningkatan jumlah penemuan kasus HIV di Kota Yogyakarta salah satu faktor pendukungnya adalah adanya peningkatan jumlah Fasilitas Pelayanan. Pada tahun 2014 terdapat penambahan 2 (dua) layanan VCT di Puskesmas Wirobrajan dan Puskesmas Gondokusuman II.

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Pneumonia 173 248 375 727 1048 871 821 568 545 0 200 400 600 800 1000 1200

Grafik 18.

Kumulatif Kasus HIV dan Trend Epidemi di Kota Yogyakarta Tahun 2004-2014

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Selain HIV Positif, juga makin banyak ditemukan kasus AIDS yang rata- rata mencapai 23 penderita per tahun.

Grafik 19.

Gambaran Kumulatif Kasus AIDS dan Trend Epidemi dari Tahun 2004-2014 di Kota Yogyakarta

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 kumulat if 41 87 127 166 228 287 300 343 377 458 554 t ahun ini 41 46 40 39 62 59 13 43 34 81 96 0 100 200 300 400 500 600 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 kumulat if 8 23 26 37 42 120 130 142 189 219 248 t ahun ini 8 15 3 11 5 78 10 12 47 30 29 0 50 100 150 200 250 300

Grafik 20.

Jumlah Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Golongan Umur Di Kota Yogyakarta Tahun 2014

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Berdasarkan kelompok umurnya, kelompok umur terbanyak adalah kelompok usia 25 - 49 tahun, disusul usia 20 - 24 tahun dan usia ≥ 50 tahun sebagaimana ditampilkan dalam grafik diatas.Bila dilihat distribusi kasus HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa kelompok laki – laki (72,92 %) masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok perempuan (27,08%), hal ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 21.

Proporsi Kasus Baru HIV Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kota Yogyakarta Tahun 2014

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

0 10 20 30 40 50 60 70 < 4 th 5 - 14 th 15 - 19 t h 20 - 24 t h 25 - 49 th ≥ 50 th t idak diket ahui 0 1 3 19 61 12 0 0 0 0 2 19 6 2 HIV AIDs 70 (72,92 %) 26 (27,08 %) L P

Grafik 22.

Proporsi Kematian Akibat AIDS Menurut Jenis Kelamin di Kota Yogyakarta Tahun 2014

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Kematian akibat kasus AIDS pada tahun 2014 sebanyak 8 orang dengan distribusi terbanyak pada penderita laki-laki (75 %), tidak ada kematian pada penderita perempuan dan 2 orang (25 %) tidak diketahui jenis kelaminnya. (Lampiran Tabel 11)

d. Donor darah dan skrining HIV +

Dari hasil skrining terhadap total jumlah pendonor sebanyak 37.406 ditemukan darah yang terindikasi HIV( + ) sebesar 81 pedonor atau 0,22 persen dari total pedonor. (Lampiran Tabel 12)

e. Kasus Diare Ditangani

Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke puskesmas dalam satu tahun adalah 214/1000 dari jumlah penduduk . Perkiraan jumlah penderita diare semua umur tahun 2014 sebanyak 88.582. Target penemuan penderita diare semua umur adalah 10 % dari jumlah perkiraan penderita diare (8.858 penderita). Namun yang ditemukan selama tahun 2014 sebanyak 10.604 penderita (119,7 % dari perkiraan). Semua penderita diare yang ditemukan sudah ditangani (100%).

L, 6, 75% P, 2, 25%

Grafik 23.

Prosentase Penemuan Penderita Diare di Kota Yogyakarta Tahun 2014

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Dari grafik diatas diketahui jumlah penemuan penderita diare tertinggi di Puskesmas Umbulharjo 1, diikuti Puskesmas Jetis dan Puskesmas Tegalrejo. Data jumlah penemuan penderita diare belum menggambarkan kasus diare yang sebenarnya karena data yang dilaporkan adalah data jumlah penderita diare yang berkunjung ke Puskesmas saja, sedangkan data penderita diare dari Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan lain belum terlaporkan. Data diatas belum menggambarkan data PWS Kota Yogyakarta karena data penderita diare tersebut berasal dari dalam dan luar wilayah Kota Yogyakarta yang berkunjung ke Puskesmas di Kota Yogyakarta sehingga jumlah penderita diare melebihi target penemuan (119,7%). (Lampiran Tabel 13)

f. Prevalensi Kusta

Tahun 2014 tidak ditemukan kasus penyakit kusta di Kota Yogyakarta. (Lampiran Tabel 14) 0 200 400 600 800 1000 Da nur eja n 1 Da nur eja n 2 Go nd ok us um an 1 Go nd ok us um an 2 Go nd om an an Ge do ngt en ge n Jet i s Kot ag ed e 1 Kot ag ed e 2 Kra t on M e r ga ngs an M a nt ri jer on Ng am pil an Pa ku ala ma n Te gal rej o U mb ulh arj o I U mb ulh arj o 2 Wi r ob raj an Perkiraan 199 262 661 259 330 451 598 444 259 482 685 762 403 232 791 917 530 594 Dit angani 432 352 528 269 476 343 103 431 466 476 818 852 482 430 996 124 445 530

g. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Yogyakarta merupakan kasus yang perlu diwaspadai sepanjang tahun karena penyakit DBD merupakan penyakit endemis. Angka kesakitan DBD pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada grafiksebagai berikut:

Grafik 24.

Jumlah Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Yogyakarta Tahun 2004-2014

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Jumlah Penderita DBD sejak tahun 2004 hingga 2014 fluktuatif setiap tahunnya, jumlah penderita tertinggi terjadi pada tahun 2010, disusul tahun 2013 dan tahun 2006 hal ini dipengaruhi oleh faktor cuaca (curah hujan). Jumlah penderita meninggal terbanyak terjadi pada tahun 2004 sebanyak 12 orang (CFR 1,7 %) dan tahun 2006 sebanyak 7 orang (CFR 0,78%). Jumlah penderita DBD dan meninggal terendah pada tahun 2005 sebanyak 343 orang dan jumlah meninggal sebanyak 1 orang.

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Penderit a 705 343 895 767 768 688 1517 460 374 908 418 M eninggal 12 1 7 3 6 5 6 2 2 5 3 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Grafik 25.

Jumlah Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Yogyakarta Tahun 2014 menurut wilayah Puskesmas

Sumber data : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Jumlah penderita DBD pada tahun 2014 di Kota Yogyakarta sebanyak 418 orang dan jumlah penderita DBD yang meninggal selama tahun 2014 sebanyak 3 orang (CFR 0,72 %). Berdasarkan wilayah Puskesmas, penderita terbanyak terjadi di wilayah Puskesmas Umbulharjo I (47 orang), Wirobrajan (40 orang) dan Mergangsan (39 orang). Penderita DBD yang meninggal selama tahun 2014 terjadi di wilayah Puskesmas Kotagede 2, Umbulharjo 1 dan Umbulharjo 2 masing-masing 1 orang meninggal.

Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dalam penanggulangan penyakit DBD adalah : Penyelidikan Epidemiologi kasus DBD diwilayah oleh Surveilens kelurahan dan puskesmas; kegiatan community deal DBD tingkat kelurahan; Penyuluhan penyakit DBD oleh Puskesmas dengan sasaran masyarakat; Gerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk); Pemanjauan Jentik Berkala (PJB) oleh Pokjanal DBD tingkat Kota Yogyakarta; Fogging Focus di wilayah yang terdapat penularan penyakit DBD. (Lampiran Tabel 21) 2 13 34 12 13 16 18 10 9 24 39 37 29 5 35 47 35 40 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 10 20 30 40 50 60 Penderit a M eninggal

h. Angka kesakitan Malaria dan Filaria

Tidak ditemukan kasus malaria dan filaria di Kota Yogyakarta pada tahun 2014. Ditemukan 1 kasus malaria (import) di wilayah Puskesmas Jetis tetapi tetelah dilakukan survey larva dan survey nyamuk tidak ditemukan vektor nyamuk Anopheles. (Lampiran Tabel 22 dan Tabel 23).

i. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

Surveilans PD3I merupakan salah satu program strategis untuk memantau perkembangan penyakit Dipteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B. Dari 7 (tujuh) penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi tersebut, Campak masih menjadi penyakit yang memiliki kasus tertinggi di Kota Yogyakarta. Surveilans PD3I ini bermanfaat untuk mengevaluasi program Imunisasi yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.

Penyakit Campak diamati melalui program CBMS (Case Based Measles Surveillance) atau Surveilans Campak berbasis Individu. Dalam program ini setiap pasien yang datang ke Fasilitas Kesehatan dengan gejala klinis Demam dan Ruam yang disertai salah satu gejala batuk, pilek atau mata merah akan diambil sampel darah untuk diperiksa laboratorium. Selama tahun 2014 ditemukan 104 (seratus empat) penderita dengan hasil laboratorium Positif Campak tersebar di 14 kecamatan se-Kota Yogyakarta. Selain diperiksa untuk laboratorium campak, program CBMS juga sekaligus mengamati penyakit Rubella yang selama tahun 2014 ditemukan ada 44 (empat puluh empat) penderita. Kedua penyakit ini mengalami peningkatan kasus dibanding tahun 2013.

Selama tahun 2014 dilaporkan ada 2 Kejadian Luar Biasa Campak (KLB) yang terjadi di wilayah kerja puskesmas Mantrijeron dan Puskesmas Umbulharjo II. Di tahun 2014 juga dilaporkan adanya kejadian Luar Biasa Rubella di Wilayah Kerja Puskesmas Kotagede I. Dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa Campak bila ditemukan minimal 5 (lima) penderita klinis campak yang saling terkait secara epidemiologi dalam kurun waktu 4 (empat) minggu berturut-turut dan dibuktikan minimal 2 (dua) kasus terkonfirmasi laboratorium Positif

Campak dan dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa Rubella bila hasil laboratorium Positif Rubella atau Kejadian Luar Biasa Mix/Campuran Campak dan Rubella bila hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan Positif Campak dan Rubella.

Kasus Positif campak ditemukan hampir di semua kecamatan se-Kota Yogyakarta kecuali kecamatan Kraton dan Kecamatan Pakualaman dengan kasus tertinggi ada di wilyah kecamatan Umbulharjo dan Kotagede (Lampiran Tabel 27).

Grafik 26.

Persebaran Klinis, Campak dan Rubella Positif Kota Yogyakarta menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014

Kasus Campak Positif ditemukan sepanjang tahun dengan

Sumber data : Seksi Surveilans dan SIK Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Puncak tertinggi terjadi pada bulan Mei dengan jumlah 21 kasus. Pola yang sama ditunjukkan kasus Rubella yang mencapai puncaknya pada bulan Mei juga dengan jumlah kasus sebanyak 8 (delapan) kasus.

Grafik 27.

Trend Kasus Campak Klinis, Positif Campak dan Rubella Domisili Kota Yogyakarta Th. 2014

Sumber data : Seksi Surveilans dan SIK Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Sekalipun Jenis Kelamin tidak menjadi faktor resiko Kejadian campak, untuk tahun 2014 Kasus Campak Positif lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki sebesar 58 %. Kasus Campak lebih banyak diderita golongan umur 5-9 tahun yang merupakan usia anak sekolah, hal ini dimungkinkan penularan banyak terjadi di sekolah atau karena teman bermain. Hal ini perlu mendapat perhatian untuk program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) Campak.

Sementara untuk kejadian Rubella Positif lebih banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan dengan prosentase 59%. Untuk kejadian Positif Rubella , penderita terbanyak adalah golongan usia di atas 15 tahun, hal ini harus diwaspadai karena resiko Rubella untuk jenis kelamin perempuan lebih besar dibanding pada jenis kelamin laki-laki terutama untuk wanita hamil yang dapat beresiko terjadinya keguguran atau cacat pada janin.

Kejadian Campak maupun Rubella di Kota Yogyakarta cenderung lebih tinggi pada daerah perbatasan dengan kabupaten lain, sehingga koordinasi lintas kabupaten sangat diperlukan.

Untuk kasus Polio, sekalipun sudah tidak ada laporan penemuan kasus di Kota Yogyakarta tetapi tetap dilakukan penjaringan ketat melalui kegiatan surveilans AFP (Acute Flacid Paralisis) atau kejadian lumpuh layuh mendadak. Surveilans ini dilaksanakan pada anak usia kurang dari 15 tahun. Target penemuan adalah minimal 3/100.000 anak usia < 15 tahun. Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil jumlah anak usia < 15 thn di kota Yogyakarta sebanyak 92.574 jiwa/ Desember 2014 sehingga minimal harus ditemukan 3 kasus AFP. Tahun 2014 penemuan kasus AFP di Kota Yogyakarta hanya 1 kasus domisili Kota Yogyakarta sehingga tidak memenuhi target minimal penemuan AFP sebanyak 3 (tiga) kasus. Dari grafik 29 dapat dilihat jumlah penemuan kasus dari tahun 2010 s.d. 2014.

Grafik 28.

Temuan AFP Tahun 2010-2014

Sumber data : Seksi Surveilans dan SIK Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Kasus AFP lebih banyak ditemukan di Rumah Sakit dibanding di Puskesmas sebagaimana yang terlihat pada grafik 30.

Grafik 29.

Prosentase AFP menurut Unit Pelapor Tahun 2010-2014

Sumber data : Seksi Surveilans dan SIK Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Dalam dokumen PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PROFIL KESEHA (Halaman 33-50)

Dokumen terkait