• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit Potensial KLB/Wabah

Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, keracunan bahan berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. KLB diare, campak dan demam berdarah dengue merupakan jenis penyakit penyebab terjadinya KLB di Indonesia. Beberapa jenis KLB mengalami penurunan seperti, diare, campak dan malaria, tetapi beberapa jenis KLB penyakit lainnya justru semakin meningkat seperti demam berdarah, keracunan makanan dan bahan berbahaya lainnya. KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan kematian yang besar, disamping juga dapat berdampak pada pariwisata, ekonomi dan sosial.

Rata-rata Desa/Kelurahan ditangani KLB < 24 jam di Lombok Tengah adalah 80,95%

a) DBD

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit endemis di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk juga di wilayah tropis lainnya, penyakit ini telah menyebar kesebagian besar Kabupaten/Kota di Indonesia dan sering menjadi KLB dengan risiko kematian yang masih tinggi.

Sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk, maka Indonesia mempunyai resiko meningkatnya kasus/suspek penyakit DBD tidak terkecuali Propinsi NTB umumnya dan lebih khusus lagi di Kabupaten Lombok Tengah.

Tahun 2011 kasus DBD di Lombok Tengah ditemukan sebanyak 40 kasus terbanyak di puskesmas praya 16 kasus dan incident rate kabupaten sebesar 4,6 per 100.000 penduduk sedangkan CFR nya 0 %.

Grafik 17 : Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011

Dengan melihat grafik diatas maka dapat dikatakan secara rata – rata ABJ kabupaten Lombok Tengah sebesar 84,51% , namun masih ada puskesmas yang belum melaporakan Angka bebas jentik nyamuk aedes aegypty kabupaten masih dibawah 90%dengan demikian kemungkinan penularan penyakit DBD di wilayah kerja masing-masing masih mungkin terjadi.

b) Campak

Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk makulo popular selama 3 hari atau lebih yang sebelumnya didahului panas badan 380C atau lebih juga disertai salah satu gejala batuk pilek atau mata merah (WHO).

Campak mempunyai gejala klinis demam + 380C, koplik spot (gejala kemerahan) yang setelah 1 minggu sampai 1 bulan berubah menjadi hitam (hiperpigmentasi) dan kulit menjadi bersisik, batuk pilek dan atau mata merah.

Sering dijumpai pada kasus campak juga terjadi Rubella (campak Jerman) yang ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening dibelakang telinga.

Etiologi Penyakit ini disebabkan oleh virus golongan paramyxoviridae, Masa inkubasi antara 8 – 13 hari. Rata rata 10 hari.

Kasus campak yang ditemukan selama tahun 2011 di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 1 kasus di desa gerunung, puskesmas praya dengan attack rate sebesar 2,86%, kematian 0 kasus.

c. Chikungunya

Chikungunya atau demam chik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang bersifat self limiting diseases, tidak menyebabkan kematian dan diikuti dengan adanya imunitas didalam tubuh penderita, tetapi serangan kedua kalinya belum diketahui. Penyakit ini cenderung menimbulkan kejadian luar biasa pada sebuah wilayah.

Gejala utama demam mendadak, nyeri pada persendian dan ruam makulopapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit yang kadang-kadang disertai dengan gatal. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah. Pada anak-anak sering tidak menampakkan gejala yang khas. Nyeri sendi biasanya terlokalisir pada sendi besar, terutama sendi lutut dan tulang belakang, tetapi bisa juga terjadi pada beberapa sendi kecil terutama sendi pergelangan kaki, pergelangan tangan, jari kaki dan jari tangan. Sendi yang nyeri tidak bengkak, tetapi teraba lebih lunak. Nyeri otot bisa terjadi pada seluruh otot atau hanya pada otot daerah kepala dan bahu.

Agent (virus penyebab) adalah virus chikungunya, genus alphavirus atau “group A” antrophod-borne viruses (flavivirus), famili Togaviridae. Masa inkubasi antara 1-12 hari, tetapi pada umumnya 2-3 hari

Pada tahun 2011 ditemukan 65 kasus yang tersebar di beberapa desa dengan Attack rate sebesar 0,42%, kasus kiematian 0 kaus.

d. Keracunan Makanan

Salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di Indonesia adalah penyakit yang disebabkan oleh pangan. Pangan merupakan jalur utama penyebaran patogen dan toksin yang diproduksi oleh mikroba patogen. Pangan juga dapat menimbulkan masalah serius jika mengandung racun akibat cemaran kimia, bahan berbahaya maupun racun alami yang terkandung dalam pangan, yang sebagian diantara menimbulkan KLB keracunan pangan.

Gejala dan tanda-tanda klinik keracunan pangan sangat bergantung pada jenis etiologinya, tetapi secara umum gejala keracunan pangan dapat digolongkan kedalam 6 kelompok, yaitu :

Gejala utama yang terjadi pertama-tama pada saluran gastrointestinal atas (mual, muntah) ; Gejala sakit tenggorokan dan pernafasan ; . Gejala utama terjadi pada saluran gastrointestinal bawah (kejang perut, diare); Gejala neurologik (gangguan penglihatan, perasaan melayang, paralysis); Gejala infeksi umum (demam,

menggigil, rasa tidak enak, letih, pembengkakan kelenjar limfe); Gejala alergik (wajah memerah, gatal-gatal)

Kasus keracunan makanan selama tahun 2011 sebanyak 160 kasus tersebar dibeberapa desa yaitu desa gerunung, jago dan tiwu galih dengan attack rate sebesar 57,14%, kematian 0 kasus.

6. Prilaku Kesehatan

Gambaran perilaku kesehatan masyarakat dapat dipantau melalui survey. Survey PHBS tatanan rumah tangga bertujuan untuk mengetahui gambaran partisipasi masyarakat dalam penerapan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) pada rumah tangga. Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulakan data 2.213 rumah tangga yang tersebar di 12 Kecamatan. Kegiatan Survey PHBS telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten telah sejak tahun 2007 sampai dengan 2010. Untuk mengetahui hasil survey tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 18. Hasil Survey PHBS Tatanan Rumah Tangga tahun 2007-2010

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa tingkat penerapan PHBS tatanan rumah tangga masih jauh dari apa yang diharapkan/tidak mencapai target. Namun dari tahun ke tahun penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga mengalami peningkat mulai dari 2007 dengan pencapaian 18,7% meningkat menjadi 24,9% pada tahun 2010. Target penerapan PHBS belum dapat terpenuhi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya oleh faktor sosial dan ekonomi yaitu tingkat pengetahuan dan tingkat pendapan masyarakat masih rendah disamping faktor kebiasaan hidup yang kurang mendukung kearah kesehatan.

Pencapaian survey PHBS pada tahun 2010 secara rinci ditampilkan pada grafik berikut ini.

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa hanya Puskesmas Aikmual yang pencapaian indikator PHBS telah mencapai target yaitu sebesar 85% dari target 65% sedangkan puskesmas lainya belum mencapai target. Dan masih ditemukan di beberapa puskesmas dengan pencapaian indikator PHBS 0% yaitu Puskesmas Darek, Puskesmas Kute, Puskesmas Mujur dan Puskesmas Pengadang. Sedangkan rata-rata pencapaian indikator PHBS untuk Kabupaten Lombok Tengah adalah 20%.

Dokumen terkait