• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Penyakit Tidak Menular (PTM)

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang sangat substansual, mengingat pola kejadian sangat menentukan status kesehatan di suatu daerah dan juga keberhasilan peningkatan status kesehatan di suatu negara (Sudoyo, 2006). Penyakit tidak menular adalah jenis penyakit yang tidak menular seperti cacat fisik, gangguan mental, kanker, penyakit degeneratif, penyakit gangguan metabolisme, dan kelainan-kelainanorgan tubuh lain;

penyakit jantung, pembuluh darah, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis, berat badan lebih, osteoporosis, kanker usus, depresi dan kecemasan (Sutomo, 2010).

Aikins (2006) mendefinisikan penyakit tidak menular dengan sebutan chronicnon-communicable disease (NCDs), yaitu penyakit non-infeksi yang berlangsung seumur hidup dan

membutuhkan pengobatan dan perawatan jangka panjang.

Secara global WHO (World Health Organization) memperkirakan penyakit tidak menular menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia. Perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan pola fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarat diduga sebagai hal yang melatar belakangi prevalensi penyakit tidak menular, sehingga kejadian penyakit tidak menular semakin bervariasi dalam transisi epidemiologi (Mirza, 2010).

Penyakit tidak menular saat ini yang banyal berkembang di masyarakat seperti hipertensi atau darah tinggi, diabetes melitus, hiperkolesterolemia, asam urat, penyakit jantung, paru-paru kronis, bahkan kanker. penyakit tidak menular dapat juga disebabkan kareana kecelakaan termasuk cedera, luka dan bennturan akibat kecelakaan (Sutomo,2010).

2.5 Hipertensi

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu jenis penyakit pembunuh paling terbesar di dunia saat ini. Usia merupakan salah satu faktor risiko hipertensi.

Lebih banyak dijumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia senja (Fauzi, 2014).

Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten, dimana diagnosa hipertensi pada orang dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg (WHO 2011).

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2006). Peningkatan tekanan

darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginja, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes, 2013).

Hipertensi atau darah tinggi sangat bervariasi bergantung bagaimana seseorang memandangnya. Secara umum hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal. Hipertensi disebut juga pembunuh gelap atau silent killer. Hipertensi dengan secara tiba-tiba dapat mematikan seseorang tanpa diketahui gejalanya terlebih dahulu (Susilo, 2011).

2.5.1 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar (Udjianti, 2011).

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anakanak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik (Ruhyanudin, 2007).

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu (Udjianti, 2011):

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.

2.5.2 Gejala Hipertensi

Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai gejala-gejalanya sebagai peringatan. Adapun gejala hipertensi yang muncul dianggap sebagai gangguan biasa, penderita juga mengabaikan dan terkesan tidak merasakan apapun atau berprasangka dalam keadaan sehat, sehingga penderita terlambat dan tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi. Gejala yang dirasakan bervariasi, bergantung pada tingginya tekanan darah (Russel, 2011).

Gejala-gejala hipertensi, yaitu:

1) sakit kepala 2) mimisan

3) jantung berdebar-debar

4) sering buang air kecil di malam hari 5) sulit bernafas

6) mudah lelah

7) wajah memerah 8) telinga berdenging 9) vertigo

10) pandangan kabur

Keluhan yang sering dirasakan dan dijumpai adalah pusing yang terasa berat pada bagian tengkuk, biasanya terjadi pada siang hari (Lany Sustrani, dkk, 2011).

Menurut Elizabeth J. Corwin (2012), sebagian besar hipertensi tanpa disertai gejala yang mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan darah intrakranium

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi 3. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus

5. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.

2.5.3 Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endotel arteri dan mempercepat aterosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti (Sheps, 2005):

a. Penyakit Jantung Koroner dan Arteri

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengerasini.

b. Payah Jantung

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.

c. Stroke

Hipertensi adalah factor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.

d. Kerusakan Ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan ada yang angguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke darah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.

e. Kerusakan Penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, demensia, dan atrial fibrilasi. Apabila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko penyakit kardiovaskular, maka terdapat peningkatan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskular tersebut. Pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung. Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak (Dosh, 2011).

2.5.4 Upaya Pencegahan

Hipertensi merupakan kondisi yang dapat berjalan hingga menimbulkan suatu komplikasi, jumlah pasien yang semakin meningkat, dan besarnya biaya perawatan pasien penderita hipertensi yang terutama disebabkan oleh karena komplikasi, maka upaya yang paling baik adalah pencegahan. Upaya pencegahan pada penderita hipertensi ada 3 tahap, yaitu (Tjandra, 2012):

a. Pencegahan Primer :

1. Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.

2. Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk mengurangi berat badan.

3. Kurangi konsumsi alkohol.

4. Konsumsi minyak ikan.

5. Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium juga cukup membantu.

b. Pencegahan Sekunder 1. Pola makanam yamg sehat.

2. Mengurangi garam dan natrium di diet anda.

3. Fisik aktif.

4. Mengurangi Akohol intake.

5. Berhenti merokok.

c. Pencegahan Tersier

1. Pengontrolan darah secara rutin.

2. Olahraga dengan teratur dan disesuaikan dengan kondisi tubuh.

2.5.5 Upaya Pengendalian Hipertensi

Perlu diketahui bahwa beberapa kondisi memiliki hubungan signifikan dengan kejadian hipertensi, diantaranya adalah tingkat pendidikan dan status ekonomi rendah, kelebihan berat badan, obesitas perut, gangguan emosi yang tinggi kadar kolesterol dan gula yang tinggi dalam darah. Risiko terkena hipertensi dapat dikurangi dengan perilaku CERDIK (Depkes, 2013) yaitu :

a. Cek kesehatan secara berkala b. Jauhkan asap rokok

c. Rajin aktivitas fisik

d. Diet sehat dan kalori seimbang e. Istirahat yang cukup

f. Kendalikan stress

Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah terjadinya mortalitas dan morbidita sakibat komplikasi yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Perawatan dalam penanganan hipertensi diantaranya dalam ketaatan pengobatan meliputi perlakuan khusus mengenai gaya hidup seperti diet, istirahat dan olahraga serta konsumsi obat. Dalam upaya meningkatkan status kesehatan dengan cara meningkatkan kemampuan menyampaikan informasi yang jelas kepada penderita mengenai penyakit yang diderita serta pengobatan, keterlibatan dan cara pendekatan yang dilakukan.

Perlu diketahui bahwa penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan menurut upaya pengendalian hipertensi meliputi:

1. Mengatur diet

2. Menjaga berat badan normal 3. Mengendalikan stress

4. Melakukan olahraga secara teratur

5. Pemakaian obat-obatan penunjang

Gambaran umum yang dapat disimpulkan adalah upaya pengendalian hipertensi dilakukan dengan pengelolaan diri atau pengubahan gaya hidup sipenderita. Indikator keberhasilan pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Tekanan darah terkendali atau terkontrol 2. Tidak terjadi komplikasi pada penderita

3. Kualitas kesehatan hidup menjadi lebih baik dan tetap produktif

Menurut WHO tahun 2012, salah satu masalah utama dalam mengendalikan hipertensi adalah kemampuan pasien untuk patuh kepada instruksi tenaga kesehatan. Pada beberapa penderita, hipertensi dapat dikontrol dengan terapi non-farmakologi dan terapi farmakologi, terapi non farmakologi yakni dengan pengobatan pengubahan gaya hidup atau pengendalian perilaku pasien, terapi tersebut dapat berupa: mengurangi berat badan, berhenti merokok, mengurangi konsumsi garam, menjauhi alkohol, mengurangi kafein, melakukan aktivitas fisik, dan menerapkan pola makan teratur, mengurangi stress. Adapun pengendalian farmakologi yaitu digunakannya obat-obatan, terapi obat yang digunakan yaitu: pengahambat ACE, Antagonis Angiotensin, Antaginis CA, penyekat beta, diuretika. Secara umum, pengendalian hipertensi memang harus dilakukan pada diri sipenderita terlebih dahulu yaitu dengan perubahan gaya hidup atau perilaku.

Dokumen terkait