• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PROGRAM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PADANG BULAN TAHUN 2016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN PROGRAM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PADANG BULAN TAHUN 2016 SKRIPSI"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PROGRAM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM)

PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PADANG BULAN

TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH SRI BINTANG V.S

NIM. 121000434

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PELAKSANAAN PROGRAM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM)

PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PADANG BULAN

TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH SRI BINTANG V.S

NIM. 121000434

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN PROGRAM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PADANG BULAN TAHUN 2016” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuwan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2017 Yang Membuat Pernyataan

Sri Bintang Veronika Sinaga

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

PELAKSANAAN PROGRAM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM)

PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PADANG BULAN

TAHUN 2016

Yang Disiapkan dan Dipertahankan Oleh :

SRI BINTANG V.S 121000434

Disahkan oleh :

Medan, Juli 2017

(5)

ABSTRAK

Hipertensi saat ini menjadi suatu masalah kesehatan dunia karena prevalensinya meningkat di berbagai negara termasuk Indonesia. Hipertensi membutuhkan penanganan yang berkelanjutan dan mencakup berbagai intervensi baik medis maupun non medis. Posbindu PTM merupakan program nasional untuk menanggulangi masalah PTM yang menentukan hipertensi sebagai penyakit utama melalui pendekatan preventif dan promotif dengan sistem lima meja.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tenaga pelaksana, sarana dan prasarana, biaya operasional pada pelaksanaan program posbindu pada pasien penderita hipertensi, dan mengetahui proses pelaksanaan posbindu serta hambatan dan strategi penanggulangan hambatan dalam pelaksanaan posbindu di Puskesmas Padang Bulan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Data diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen. Penelitian dilakukan pada informan yang berjumlah 9 (sembilan) orang terdiri dari kepala puskesmas, dokter, petugas posbindu, kader dan peserta posbindu. Data disajikan dalam bentuk narasi dan matriks wawancara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program posbindu memperoleh telah berjalan dengan baik namun belum optimal. Hal ini ditunjukkan melalui adanya sarana dan prasarana yang mendukung, pengadaan sponsor melalui kerjasama dengan mitra. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa hal yang menjadi bahan evaluasi yang perlu ditingkatkan untuk pencapaian output dari pelaksanaan posbindu termasuk kurangnya kesadaran peserta penderita hipertensi untuk mengikuti kegiatan posbindu yang dilihat dari rendahnya angka kehadiran peserta dalam pelaksanaan posbindu. Monitoring terhadap pelaksanaan program menjadi perhatian penting dalam menjaga keberlanjutan pelaksanaan program.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan adanya dukungan dari berbagai pihak untuk penyelenggaraan posbindu di Puskesmas Padang Bulan.

Diharapkan petugas mampu menjalankan program posbindu dengan inovasi- inovasi baru serta meningkatkan kualitas maupun kuantitas dari kegiatan posbindu.

Kata Kunci : Hipertensi, Posbindu PTM

(6)

ABSTRACT

Hypertension is a global health problem nowadays because its prevalence is increasing in many countries including Indonesia. Hypertension requires on going treatment and includes both medical and non-medical interventions. Posbindu PTM is a national program to tackle PTM problems that determine hypertension as a major disease through a preventive and promotive approach with a five-table system.

The purpose of this research is to know the implementing staff, facilities and infrastructure, operational cost in the implementation of posbindu program in hypertensive patient, and to know the process of posbindu implementation and obstacles and obstacle prevention strategy in the implementation of posbindu in Padang Bulan Health Center.

The type of research used is qualitative research. The data obtained from the results of in-depth interviews and document review. The research was conducted on informants consisting of 9 (nine) persons consisting of heads of health center, doctors, posbindu officers, cadres and posbindu participants. Data are presented in the form of narrative and interview matrices

The results showed that the implementation of posbindu program has been running well but not yet optimal. This is shown through the existence of supporting facilities and infrastructure, the procurement of sponsorship through cooperation with partners. Nevertheless, there are still some things that need to be evaluated for the achievement of output from the implementation of posbindu including the lack of awareness of hypertensive participants to follow the posbindu activity which is seen from the low attendance rate of participants in the implementation of posbindu.

Monitoring of program implementation is an important concern in maintaining the sustainability of program implementation.

Based on the results of this study, it is expected that there will be support from various parties for the implementation of posbindu in Padang Bulan Health Center. It is expected that officers can run posbindu program with new innovations and improve the quality and quantity of posbindu activities.

Keywords: Hypertension, Posbindu PTM

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PELAKSANAAN PROGRAM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PADANG BULAN TAHUN 2016”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Selama penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes, selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Drs. Eddy Syahrial, M.S, selaku dosen Pembimbing I skripsi dan Ketua Penguji yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran, dukungan, nasihat, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

5. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan masukan serta saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini serta memberikan dukungan dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.

6. Drs. Syarifah, MS selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan serta saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini serta memberikan dukungan dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.

7. Namora Lumongga Lubis, MSc, Ph.D, selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan serta masukan serta saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini serta memberikan dukungan dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.

8. Seluruh dosen dan staf FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKM USU.

9. Teristimewa untuk Orang tua terkasih, Ayahanda M. Sinaga dan (Alm) Ibunda Emi yang senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis selama ini.

10. Seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan moral dan materil kepada penulis.

11. Bapak Warsito, terima kasih untuk dukungan, semangat, dan motivasinya.

12. Adek tersayang, Syavira Rini, terimakasih perjuangan dan kebersamaannya.

13. Kakak tersayang, kak Purnana dan anaknya Angel dan Afric, terimakasih untk segala bantuan dan motivasi kepada penulis

14. Sahabat kompak, Evcis, Yuni, dan Maris, terimakasih untuk dukungan dan perhatian yang boleh diterima oleh penulis.

(9)

15. Sahabat kompak seperjuangan, Festi, Rebecca, dan Mustika, terimakasih untuk dukungan dan perhatian yang boleh diterima oleh penulis.

16. Teman kompak, Uci Nainggolan, terimakasih untuk dukungan dan perhatian yang boleh diterima oleh penulis.

17. Teman Sekosan, Tiur, Daniati, Novita, dan Melda, terimakasih untuk dukungan dan perhatian yang boleh diterima oleh penulis.

18. Teman-teman seperjuangan di PKIP, Tika, Rafika, Enjel, Sofie, Utari, Rini dan Nurhasanah dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih karena selalu memberikan motivasi kepada penulis.

19. Staf Puskemas Padang Bulan, Ade Kartika Sari, Ros, dr. Titin, dr. Rehulina, Sri Diana Lubis, dan Elvira Dewinta Indra SKM, terima kasih atas doa, semangat, bimbingan, kalian semua selalu dihati.

20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan dan doa selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2017 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

5.1 Posbindu PTM ... 11

2.1.1 Pengertian ... 11

2.1.2 Tujuan Kegiatan ... 12

2.1.3 Sasaran Kegiatan ... 12

2.1.4 Wadah Kegiatan ... 12

2.1.5 Pelaku Kegiatan ... 13

2.1.6 Bentuk Kegiatan ... 13

2.1.7 Pengelompokan Tipe Posbindu ... 16

2.1.8 Kemitran ... 17

5.2 Langkah-langkah Penyelenggaraan ... 1

8 ... 2.2.1 Persiapan ... 18

2.2.2 Pelatihan PTM Tenaga Pelaksana/Kader Posbindu PTM .. 20

2.2.3 Kegiatan Kader/Pelaksana Posbindu PTM ... 23

5.3 Pelaksanaan Posbindu PTM ... 24

2.3.1 Waktu Penyelenggaraan ... 24

2.3.2 Tempat ... 24

2.3.3 Pelaksanaan ... 24

2.3.4 Pembiyaan ... 29

2.3.5 Pencatatan dan Pelporan ... 30

2.3.6 Tindakan Lanjut Hasil Posbindu PTM ... 32

2.3.7 Rujukan Posbindu PTM ... 34

(11)

5.4 Penyakit Tidak Menular (PTM) ... 36

5.5 Hipertensi ... 37

2.5.1 Klasifikasi Hipertensi ... 38

2.5.2 Gejala Hipertensi ... 39

2.5.3 Komplikasi Hipertensi ... 41

2.5.4 Upaya Pencegahan ... 42

2.5.5 Upaya Pengendalian Hipetensi ... 43

5.6 Landasan Teori ... 45

5.7 Kerangka Pikir ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 50

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 50

4.1.3 Lokasi Penelitian ... 50

4.1.4 Waktu Penelitian ... 50

3.3 Informan Penelitian ... 50

3.4 Metode dan Pengumpulan Data ... 51

3.4.1 Data Primer ... 51

3.4.2 Data Sekunder ... 52

3.5 Triangulasi ... 52

3.6 Teksis Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 54

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54

4.1.1 Letak Geografis Puskesmas Padang Bulan ... 54

4.1.2 Karakteristik Puskesmas Padang Bulan Kota Medan ... 57

4.2 Posbindu PTM Puskesmas Padang bulan ... 57

4.3 Karakteristik Informan ... 60

4.3.1 Deskripsi Informan ... 61

4.4 Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Padang Bulan ... 62

4.4.1 Pernyataan Informan tentang ketersediaan tenaga pelaksana program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Padang Bulan ... 62

4.4.2 Pernyataan Informan tentang pelaksanaan posbindu di Puskesmas Padang Bulan ... 63

4.4.3 Pernyataan Informan tentang pendanaan program posbindu ... 64

4.4.4 Pernyataan Informan tentang ketersediaan sarana dan prasarana 4.4.5 Pernyataan Informan tentang hambatan dan strategi mengatasi kendala dalam pelaksanaan posbindu ... 65 4.4.6 Pernyataan Informan tentang pemantauan dan evaluasi

program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular

(12)

4.4.7 Pernyataan Informan tentang rutinitas pemeriksaan dan

pengobatan hipertensi... 67

BAB V PEMBAHASAN ... 75

5.1 Masukan (Input) ... 75

5.1.1 Tenaga Kesehatan ... 75

5.1.2 Pendanaan ... 80

5.1.3 Sarana, Prasarana dan Peralatan ... 83

5.2 Proses ... 86

5.2.1 Pelaksanaan Posbindu sesuai dengan SPO (Standart Prosedur Operasional) ... 86

5.2.2 Hambatan dan Strategi Mengatasi Kendala Dalam Pelaksanaan Posbindu ... 93

5.2.3 Pemantauan dan Evaluasi Program Posbindu ... 97

5.3 Keluaran (Output) ... 99

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

6.1 Kesimpulan... 102

6.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Materi Pelatihan Kader/Pelaksana Posbindu PTM ... 20 Tabel 2.2 Standar Sarana PTM ... 22 Tabel 2.3 Pembagian Peran Kader ... 25 Tabel 2.4 Frekuensi dan Jangka Waktu Pemantauan Faktor Risiko PTM 32 Tabel 2.5 Kerangka Pikir ... 45 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan

Medan Baru Tahun 2016 ... 54 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja

Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2016 55 Tabel 4.3 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2016

... 56 Tabel 4.4 Data Tenaga Kesehatan di WilayahKerja Puskesmas Padang Bulan

Kecamatan Medan Baru Tahun 2016 ... 57 Tabel 4.5 Matriks Identitas Informan Penelitian ... 59 Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan Posbindu di Puskesmas

Padang Bulan ... 62 Tabel 4.7 Matriks Pernyataan informan tentang ketersediaan tenaga pelaksana

posbindu ... 62 Tabel 4.8 Matriks Pernyataan informan tentang pendanaan dalam pelaksanaan

posbindu ... 63 Tabel 4.9 Matriks Pernyataan informan tentang ketersediaan sarana dan prasarana

dalam pelaksanaan posbindu ... 64 Tabel 4.10 Matriks Pernyataan informan tentang hambatan dan strategi mengatasi

kendala dalam pelaksanaan posbindu ... 65 Tabel 4.11 Matriks Pernyataan informan tentang pemantauan dan evaluasi dalam

pelaksanaan posbindu ... 67

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Proses Kegiatan Posbindu PTM... 24 Gambar 2.2 Alur Tindak Lanjut dan Rujukan Hasil Deteksi Dini di Posbindu PTM

... 34

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Foto Wawancara dan Observasi

Lampiran 3 : SPO (Standart Prosedur Operasional) Posbindu Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Bintang Veronika Sinaga

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 22 Juni 1994

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Masgon Sinaga

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : (Alm) Emi

Suku Bangsa Ibu : Tionghoa

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat Tahun : SDN 060820 Medan/2007

2. SLTP/Tamat Tahun : SMP Swasta Diponegoro Kisaran/2008 3. SLTA/Tamat Tahun : SMA N 1 Kisaran/2011

4. Lama Studi di FKM USU : 5 Tahun

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal penting yang harus dijaga, diupayakan dan disadarkan.

Selain itu, kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UU RI no.36 tahun 2009). Berubahnya gaya hidup manusia karena adanya urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi telah menyebabkan terjadinya peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit tidak menular telah menjadi penyebab utama kematian secara global pada saat ini (Shilton, 2013).

Kematian akibat penyakit tidak menular diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, hipertensi, stroke dan diabetes (WHO dalam bulletin PTM Kemenkes RI, 2011).

Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular berdampak terhadap peningkatan beban pembiayaan kesehatan yang harus ditanggung Negara dan masyarakat. Penyandang penyakit tidak menular memerlukan biaya yang relatif mahal, terlebih bila kondisinya berkembang menjadi kronik dan terjadi komplikasi. Data Pusat Pemeliharaan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2012) memperlihatkan bahwa penyakit tidak menular menghabiskan biaya pengobatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan biaya pengobatan tertinggi dari seluruh penyakit menular (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi merupakan faktor primer ketiga yang dapat menyebabkan lebih dari 7 juta kematian dini setiap tahunnya setelah

(18)

Seiring berubahnya gaya hidup mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus meningkat, gaya hidup yang gemar makan makanan fast food yang kaya lemak, malas berolahraga, stress, alkohol atau garam yang lebih dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi. Stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal (M. Shadine, 2010).

Pola makan dan aktivitas yang tak seimbang juga memiliki kontribusi yang besar penyebab hipertensi. Kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Berat badan berlebih apalagi penderita obesitas akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi dibanding dengan mereka yang mempunyai berat badan normal. Peningkatan tekanan darah ini ditemukan sepanjang hari, termasuk juga malam hari ( Fauzi, 2014).

Data WHO menunjukkan bahwa sebanyak 57 juta (63%) angka kematian yang terjadi di dunia dan 36 juta (43%) angka kesakitan disebabkan oleh penyakit tidak menular. Global status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60%

penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit tidak menular dan 4%

meninggal sebelum usia 70 tahun. Seluruh kematian akibat penyakit tidak menular terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% di negaranegara berkembang, sedangkan di negaranegara maju sebesar 13% (Remais, 2012). Menurut WHO, 1 dari 3 orang menderita hipertensi atau darah tinggi dan data lainnya menyebutkan bahwa 1 dari 10 orang menderita hipertensi juga teserang diabetes. Data statistik yang dikeluarkan WHO tahun 2012 juga menyebutkan dapat memicu stroke yang menyebabkan kematian hingga 51% dan memicu jantung koroner yang menyebabkan kematian hingga 45%. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%.

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer

(19)

kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia (Riskesdas, 2013).

Menurut Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2011, hipertensi menduduki peringkat kedua dari sepuluh penyakit terbesar di Kota Medan dengan jumlah penderita sebanyak 60.628 orang. Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi selalu menduduki peringkat lima teratas dalam hal penyakit terbesar di Kota Medan dengan jumlah penderita yang sangat tidak bisa diprediksi jumlahnya (Dinkes Kota Medan, 2011).

Menurut data Dinas Kesehatan Pemeritah Kota Medan selama tahun 2008-2012 berdasarkan laporan 14 rumah sakit di Kota Medan, jumlah kasus hipertensi adalah sebesar 51.354 pasien dengan mortalitas/kematian sebesar 442 pasien dan rata-rata pertumbuhan jumlah pasien per tahun adalah sebesar 3,37%. Untuk kasus penyakit jantung adalah sebesar 38.051 pasien dengan kematian sebesar 582 pasien dan rata-rata pertumbuhan jumlah pasien per tahun adalah sebesar 6,49%. Sedangkan untuk penyakit stroke adalah sebesar 8.970 pasien dengan kematian sebesar 1.313 pasien dan rata-rata pertumbuhan jumlah pasien per tahun adalah sebesar 3.07% (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2013).

Salah satu kegiatan pengendalian dan pencegahan hipertensi yang dilakukan yaitu monitoring dan deteksi dini penyakit hipertensi di Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) (PTM Kemenkes RI, 2014).

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan salah satu program Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) dan merupakan salah satu tuntutan dari Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 Bab X Pasal 158 bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat melakukan upaya pencegahan, pengendalian, penanganan PTM beserta akibat yang ditimbulkan (UU RI no. 36 tahun 2009).

(20)

Posbindu dilakukan untuk seluruh masyarakat yang berusia 15 tahun ke atas dengan pelaksana masyarakat dan dibantu oleh petugas puskesmas setempat. Saat ini sudah terdapat 7.225 posbindu di seluruh Indonesia (Depkes, 2013). Dilakukan secara berkala dengan menggunakan sistem 5 meja, yaitu pendaftaran; wawancara terarah; pengukuran TB, BB, IMT, Lingkar perut dan analisa lemak tubuh; pengukuran tekanan darah gula, kolesterol total dan trigliserida darah, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin; serta konseling, edukasi dan tindak lanjut lainnya (Petunujuk Teknis PTM Kemenkes RI, 2014).

Prevalensi penyakit yang terdiagnosa oleh Pelayanan Kesehatan di posbindu lansia di Indonesia yaitu; Sumatera Utara : DM (1,8%), Hipertensi (6,6%), Lampung : DM (0,7%), Hipertensi (7,4%), Kalimantan Barat : DM (0,8%), Hipertensi (8,0%), dan Yogyakarta : DM (2,6%), Hipertensi (12,8%). (Riskesda, 2013).Prevalensi penyakit yang terdiagnosa oleh Pelayanan Kesehatan di posbindu lansia di Sumatera Utara yaitu; Kota Medan : Asma (2,1%), Jantung (1,2%), DM (1,2%),Tumor (0,7%), Kota Binjai : Asma (0,4%), Jantung (0,7%) DM (0,8%), Tumor (1,1%), Deli Serdang : Asma (1,0%), Jantung (0,9%) DM (0,8%), Tumor (4,9%), Langkat : Asma (0,4%), Jantung (0,6%) DM (0,5%), Tumor (1,2%)(Riskesda, 2013).

Berikut ini adalah hasil studi terdahulu tentng permasalahan yang terdapata pada inputdan proses kegiatan posbindu. Kendala dalam pelaksanaan posbindu adalah sarana dan

prasarana yang kurang memadai, kurangnya petugas, belum ada kerja sama lintas program dan sektoral serta ketidakpahaman masyaratakat terhadap manfaat posbindu sehingga banyak yang belum menerima pelayanan (Nirmalasari, 2009). Permasalahan lain terkait kegiatan posbindu adalah kemampuan kader dalam menilai status gizi lansia dan melakukan upaya promosi gizi masih kurang. Permasalahan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dan keterampilan kader yang dapat ditingkatkan melalui pelatihan (Fatmah, 2013).

(21)

Menurut Sunartyasih et al. (2012) dan Bratanegara et al. (2012), menyatakan bahwa banyak lansia anggota posbindu yang tidk datang di posbindu untuk memeriksakan kesehatan secara rutin setiap bulannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan posbindu masih rendah dikarenakan banyak faktor salah satunya adalah faktor sosial dukungan keluarga.

Penelitian-penelitian tersebut dapat menjelaskan bahwa banyak permasalahan dalam pelaksanaan posbindu yang terdapat pada input yang dapat mempengaruhi proses.

Hasil penelitian Handayani Dewi Eka (2012), menunjukkan bahwa ketidaktahuan adanya posbindu lansia sebanyak 165 responden (76,4%), alasan malas karena tidak sedang sakit sebanyak 2 responden (0,9%), alasan sudah punya tempat berobat sendiri sebanyak 4 responden (1,9%), alasan lupa jadwal posbindu lansia sebanyak 1 orang responden (0,5%), alasan sibuk 1 responden (0,5%), dan alasan malu ke posbindu 1 responden (0,5%).

Alasan peneliti melakukan penelitian di Puskesmas Padang Bulan karena jumlah kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan sangat banyak. Dimana wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan mencakup enam kelurahan yakni; Kelurahan Padang Bulan, Babura, Darat, Merdeka, Petisah Hulu, dan Titi Rantai. Sehingga untuk memudahkan pasien hipertensi datang ke posbindu maka dibentuklah kegiatan posbindu di enam kelurahan tersebut, namun kenyataannya pasien yang datang ke posbindu masih sangat sedikit yakni 8-10 orang. Hal tersebut tidak sesuai dengan harapan petugas yaitu 50-70% dari jumlah penderita hipertensi.

Menurut salah satu petugas posbindu bahwa terdapat dua kelurahan yakni Kelurahan Merdeka dan Babura yang programnya tidak berjalan dengan baik dikarenakan kader yang kurang kreatif. Sedangkan berdasarkan penuturan salah seorang petugas posbindu, cukup sulit untuk berkoordinasi dengan lurah setempat agar mau berpartisipasi dalam mendirikan posbindu di kelurahan tersebut. Oleh karena itu pasien hipertensi di Kelurahan tersebut tidak rutin melakukan pemeriksaan hipertensi. Hal tersebut menyebabkan penanganan hipertensi di

(22)

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, rekapitulasi penyakit tidak menular di Puskesmas Padang Bulan menunjukkan jumlah kasus penderita hipertensi pada tahun 2014 sebanyak 1978 kasus dan terjadi peningkatan di tahun 2015 sebanyak 2381 kasus. Pada tahun 2015, ditemukan sebanyak 1 kasus pada kelompok umur <18 tahun, 153 kasus pada kelompok umur18-45 tahun, 232 kasus pada kelompok umur 45-54 tahun, 1895 kasus pada kelompok umur ≤55 tahun, akan tetapi yang mau datang ke posbindu dan mengikuti program-program yang ada di puskesmas tersebut hanya 10-15 orang penderita hipertensi tiap bulannya (Profil Puskesmas Padang Bulan, 2015).

Berdasarkan uraian di atas. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) pada penderita hipertensi di Puskesmas Padang Bulan tahun 2016 untuk melihat bagaimana sesungguhnya pelaksanaan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) pada penderita hipertensi di Puskesmas Padang Bulan tahun 2016?”

1.3 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) pada penderita hipertensi di Puskesmas Padang Bulan tahun 2016.

(23)

1.4 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pelaksanaan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) sesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasional) di Puskesmas Padang Bulan.

2. Mengetahui tenaga kesehatan pada program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Puskesmas Padang Bulan.

3. Mengetahui pendanaan pada program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Puskesmas Padang Bulan.

4. Mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana dan peralatan pada program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Puskesmas Padang Bulan.

5. Mengetahui hambatan dan strategi untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Puskesmas Padang Bulan.

6. Mengetahui pemantauan dan evaluasi program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Puskesmas Padang Bulan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai penanggulangan penyakit hipertensi sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi penanggulangan hipertensi di Kota Medan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi puskesmas dan kader posbindu mengenai pelaksanaan penanggulangan hipertensi, sehingga dapat meningkatkan perannya dalam upaya preventif dan promotif.

3. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan secara nyata bagi penulis.

(24)

4. Menjadi wawasan baru bagi peneliti lain dalam penelitian mengenai penanggulangan penyakit hipertensi dengan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM).

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular) 2.1.1 Pengertian

Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Program kesehatan diadakan sebagai realisasi dari rencana program kesehatan di bidang kesehatan yang akan memberikan dampak pada peningkatan kesehatan. Blum membedakan ruang lingkup penilaian program atas enam macam, yaitu: Pelaksanaan program, pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan, efektivitas program dan efisiensi program. Penilaian pelaksanaan program memiliki pertanyaan pokok yang akan dijawab pada penilaian tentang pelaksanaan program ialah apakah program itu terlaksana atau tidak, bagaimana pelaksanaannya serta faktor-faktor penopang dan penghambat apakah yang ditemukan dalam pelaksanaan program (Azwar, 2010).

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko penyakit tidak menular secara mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap penyakit tidak menular mengingat hampir semua faktor risiko penyakit tidak menular tidak memberikan gejala pada yang mengalaminya. Faktor resiko penyakit tidak menular meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, stress, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol, serta menindaklanjuti secara dini faktor resiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasiitas pelayanan kesehatan dasar (Azwar, 2010).

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif

(26)

perencanaan, pelaksanaan dan monitoring-evaluasi. Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan, target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai sumber daya. Dalam pelaksanaan selanjutnya kegiatan posbindu menjadi Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM), dimana kegiatan ini diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya, kemampuan, dan kebutuhan masyarakat (Kemenkes, 2012).

2.1.2 Tujuan

Meningkatkan peran serta masyarakat sehat, berisiko dan penyandang penyakit tidak menular berusia 15 tahun ke atas (Rahajeng, 2012).

2.1.3 Sasaran Kegiatan

Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang penyakit tidak menular berusia 15 tahun ke atas (Rahajeng, 2012).

2.1.4 Wadah Kegiatan

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau klinik di perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain dimana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja klub olahraga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan. Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan posbindu dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang sudah ada (Pudiastuti, 2011).

2.1.5 Pelaku Kegiatan

Pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/ organisasi/ lembaga/ tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular di masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria kader

(27)

posbindu antara lain, berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan posbindu (Pudiastuti, 2011).

2.2.6 Bentuk Kegiatan

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) meliputi 10 (sepuluh) kegiatan (Maryam, 2010) :

1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat penyakit tidak menular pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya penyakit tidak menular. Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.

2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.

3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi yang sehat, sementara yang beresiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih.

4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko penyakit tidak menular atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/ bidan/analis laboratorium dan lainnya).

(28)

5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko penyakit tidak menular 6 bulan sekali dan penderita dislipedemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali.

Untuk pemeriksaan gula darah dan kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok masyarakat tersebut.

6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan tindakan pengobbatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di puskesmas.

7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin bagi kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan(dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).

8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan posbindu. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.

9. Kegiatan aktifitas fisik atau olahraga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan posbindu namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.

10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam penanganan pra rujukan.

(29)

2.1.7 Pengelompokan Tipe Posbindu

Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh posbindu, maka dapat dibagi menjadi 2 kelompok tipe posbindu, yaitu (Maryam, 2010):

a. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko sederhana, yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrument untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, perilaku beresiko, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks Masa Tubuh (IMT), alat analisa lemak tubuh, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan uji fungsi paru sederhana serta penyuluhan mengenai pemeriksaan payudara sendiri.

b. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) utama yang meliputi pelayanan Posbindu PTM Dasar ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol total dan trigliserida, pemeriksaan klinis payudara, pemeriksaan IVA (Inspeksi Asam Asetat), pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin bagi kelompok pengemudi umum, dengan pelaksana tenaga kesehatan terlatih (Dokter, bidan, perawat kesehatan/tenaga analis laboratorium/lainnnya) di desa/kelurahan, kelompok masyarakat, lembaga/institusi. Untuk penyelenggaraan posbindu utama dapat dipadukan dengan pos Kesehatan Desa atau Kelurahan siaga aktif, maupun di kelompok masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia tenaga kesehatan tersebut sesuai dengan kompetensinya.

(30)

2.1.8 Kemitraan

Dalam penyelenggaraan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) tatanan desa/kelurahan perlu dilakukan kemitraan dengan forum desa/kelurahan Siaga, industry, dan klinik swasta untuk mendukung implementasi dan pengembangan kegiatan.

Kemitraan dengan forum desa/kelurahan siaga aktif, pos kesehatan desa/kelurahan serta klinik swasta bermanfaat bagi posbindu untuk komunikasi dan koordinasi dalam mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah (Kemenkes, 2014).

Dukungan dapat berupa sarana/prasarana lingkungan yang kondusif untuk menjalankan pola hidup sehat misalnya fasilitas olahraga atau sarana pejalan kaki yang aman dan sehat.

Melalui klinik desa siaga (jika sudah ada) dapat dikembangkan sistem rujukan dan dapat diperoleh bantuan teknis medis untuk pelayanan kesehatan. Sebaliknya bagi forum desa siaga penyelenggaraan posbindu merupakan akselerasi pencapaian desa/kelurahan siaga aktif (Kemenkes, 2014).

Kemitraan dengan industri khususnya industri farmasi bermanfaat dalam pendanaan dan fasilitas alat. Misalnya pemberian alat glukometer, tensimeter, sangat bermanfaat untuk pelaksanaan posbindu dengan standar lengkap. Sedangkan kemitraan dengan klinik swasta, bagi posbindu bermanfaat untuk memperoleh bantuan tenaga untuk pelayanan medis atau alat kesehatan lainnya. Bagi klinik swasta, kontribusinya dalam penyelenggaraan posbindu dapat meningkatkan citra dan fungsi sosialnya (Kemenkes, 2014).

2.2 Langkah-Langkah Penyelenggaraan Posbindu PTM 2.2.1 Persiapan

A. Kabupaten/Kota berperan untuk melakukan inisiasi dengan berbagai rangkaian kegiatan (Simbolon, 2016).

1. Langkah persiapan diawali dengan pengumpulan data dan informasi besaran masalah PTM, sarana-prasarana pendukung dan sumber daya manusia. Hali ini dapat diambil dari data RS

(31)

kabupaten/kota, puskesmas, profil kesehatan daerah, riskesdas atau hasil survey lainnya.

Informasi tersebut dipergunakan oleh fasilitator sebagai bahan advokasi untuk mendapatkan dukungan kebijakan maupun dukungan pendanaan sebagai dasar perencanaan kegiatan posbindu.

2. Selanjutnya dilakukan identifikasi kelompok potensial, baik ditingkat kabupaten/kota maupun lingkup puskesmas. Klompok potensial antara lain kelompok/organisasi masyarakat, tempat kerja, sekolah, koperasi, klub olahraga, karang taruna dan kelompok lainnya. Kepada kelompok masyarakat potensial terpilih dilakukan sosialisasi tentang besarnya masalah penyakit tidak menular, dampaknya bagi masyarakat dan dunia usaha, strategi pengendalian serta tujuan dan manfaat posbindu. Hal ini dilakukan sebagai advokasi agar diperoleh dukungan dan komitmen dalam menyelenggarakan posbindu. Apabila jumlah kelompok potensial terlalu besar pertemuan sosialisasi dan advokasi dapat dilakukan beberapa kali. Dari pertemuan sosialisasi tersebut diharapkan telah teridentifikasi kelompok/ lembaga/ organisasi yang bersedia menyelenggarakan posbindu.

3. Tindak lanjut yang dilakukan pengelola program di kabupaten/kota adalah melakukan pertemuan koordinasi dengan kelompok potensial yang bersedia menyelenggarakan posbindu. Pertemuan ini diharapkan mengahasilkan kesepakatan bersama berupa kegiatan penyelenggaraan posbindu, yaitu:

a. Kesepakatan menyelenggarakan posbindu.

b. Menetapkan kader dan pembagian peran, fungsinya sebagai tenaga pelaksana posbindu.

c. Menetapkan jadwal pelaksanaan posbindu.

d. Merencanakan besaran dan sumber pembiayaan.

e. Melengkapi sarana dan prasarana.

f. Menetapkan tipe posbindu sesuai kesepakatan dan kebutuhan.

(32)

g. Menetapkan mekanisme kerja antara kelompok potensial dengan petugas kesehatan pembinanya.

B. Puskesmas berperan untuk;

Dalam pelaksanaan posbindu, Puskesmas berperan untuk (Simbolon, 2016):

1. Memberikan informasi dan sosialisasi tentang PTM (termasuk DM), upaya pengendalian serta manfaat bagi masyarakat, kepada pimpinan wilayah misalnya camat, kepala desa/lurah.

2. Mempersiapkan sarana dan tenaga di puskesmas dalam menerima rujukan dari posbindu.

3. Memastikan ketersediaan sarana, buku pencatatan hasil kegiatan dan lainnya untuk kegiatan posbindu di kelompok potensial yang telah bersedia menyelenggarkan posbindu.

4. Mempersiapkan pelatihan tenaga pelaksana posbindu.

5. Menyelenggarkan pelatihan bersama pengelola program di kabupaten/kota 6. Mempersiapkan mekanisme pembinaan.

7. Mengidentifikasi kelompok potensial untuk menyelenggarkan posbindu serta kelompok yang mendukung terselenggaranya posbindu, misalnya swasta/dunia usaha, PKK, LPM, koperasi desa, yayasan kanker, yayasan Jantung Indonesia, organisasi profesi seperti PPNI, PPPKMI, PGRI, serta lembaga pendidikan misalnya Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Psikologi, Fakultas Keperawatan dan lainnya.

2.2.2 Pelatihan PTM Tenaga Pelaksana/Kader Posbindu PTM

a. Tujuan pelatihan penyakit tidak menular pada posbindu (Maryam, 2010):

1. Memberikan pengetahuan tentang penyakit tidak menular, faktor risiko, dampak, dan pengendalian penyakit tidak menular.

2. Memberikan pengetahuan tentang posbindu.

3. Memberikan kemampuan dan keterampilan dalam memantau faktor risiko penyakit tidak menular.

(33)

4. Memberikan keterampilan dalam melakukan konseling serta tindak lanjut 5. lainnya.

b. Materi pelatihan kader/pelaksana Posbindu

Tabel 2.1 Materi pelatihan kader/pelaksana Posbindu PTM

NO MATERI PELATIHAN

1 PTM dan faktor resiko

2 Posbindu PTM dan pelaksanaannya 3 Tahapan kegiatan posbindu PTM :

a. Meja 1 : pendaftaran, pencatatan b. Meja 2 : tehnik wawancara terarah

c. Meja 3 : pengukuran TB, BB, IMT, lingkar perut dan analisa lemak tubuh, tekanan darah

d. Meja 4 : pengukuran tekanan darah gula, kolestrol total dan trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara, uji fungsi paru sederhana, IVA, kadar alkohol pernafasan, dan tes amfetamin urin e. Meja 5 : konseling, edukasi, dan tindak lanjut lainnya

4 Cara pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, IMT, analisa lemak tubuh, tekanan darah

5 Pengukuran kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin 6 Pemeriksaan glukosa darah

7 Pemeriksaan kolestrol dan trigliserida darah 8 Pemeriksaan uji fungsi paru sederhana

9 Pemeriksaan klinis payudara dan IVA (khusus dokter/ bidan) 10 Pencatatan

11 Rujukan dan respon cepat sederhana

Sumber: Kemenkes RI, 214c

c. Peserta pelatihan : Jumlah peserta maksimal 30 orang agar pelatihan berlangsung efektif.

d. Waktu pelaksanaan pelatihan : selama 3 hari atau disesuaikan dengan kondisi setempat dengan modul yang telah dipersiapkan.

e. Standar Sarana pos pelayanan terpadu penyakit tidak menular

Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarkan posbindu adalah sebagai berikut:

a) Untuk standar minimal 5 set meja-kursi, pengukur tinggi badan, timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan tensi meter serta buku pintar kader tentang cara pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran lingkar perut, alat ukur analisa lemak tubuh dan

(34)

pengukuran tekanan darah dengan ukuran maset dewasa dan anak, alat uji fungsi paru sederhana (peakflowmeter) dan media bantu edukasi.

b) Sarana standar lengkap diperlukan alat ukur kadar gula darah, alat ukur kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar pernafasan alkohol, tes amfetamin urin kit, dan IVA kit.

c) Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA) dibutuhkan ruangan khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih dan tersertifikasi.

d) Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan posbindu diperlukan kartu menuju sehat Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (KTMS FR-PTM) dan buku pencatatan.

e) Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan media KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) yang memadai, seperti serial buku pintar kader, lembar balik, leafleat, brosur, model makanan (Food Model) dan lainnya.

Tabel 2.2 Standar sarana Posbindu PTM

Tipe Posbindu PTM Peralatan Deteksi Dini dan Monitoring

Media KIE dan Penunjang Posbindu PTM Dasar Alat Ukur Lingkar Perut : 1 buah

Alat Ukur Tinggi Badan : 1 buah Alat Analisa Lemak Tubuh : 1 buah

Tensimeter digital : 1 buah Peakflowmeter : 1 buah

Lembar balik : 1 buah Leaflet/brosur : 1 buah Buku panduan : 1 buah Buku Pencatatan : 1 buah Formulir Rujukan : 1 Buah

Posbindu PTM Utama

Alat Ukur Gula darah, : 1 buah Kolesterol Total dan Trigliserida Peralatan Posbindu PTM Plus : 1 paket

KMS FR-PTM : Sesuai kebutuhan

Kursi dan Meja : Sesuai kebutuhan

(35)

Alat Ukur Kadar Alkohol Pernafasan : 1 buah

Tes Amfetamin Urin : 1 buah Bahan IVA, alat kesehatan : 1 set dan penunjang lainnya

Kamar Khusus : 1 ( untuk pemeriksaan IVA)

Alat Tulis Kantor : 1 Paket

Sumber : Kemenkes RI, 2014c

2.2.3 Kegiatan Kader/Pelaksana Posbindu PTM

Setelah kader pelaksana dilatih langkah yang dilakukan:

1. Melaporkan kepada pimpinan organisasi/ lembaga atau pimpinan wilayah.

2. Mempersiapkan dan melengkapi saran yang dibutuhkan.

3. Menyusun rencana kerja.

4. Memberikan informasi kepada sasaran.

5. Melaksanakan wawancara, pemeriksaan, pencatatan dan rujukan bila diperlukan setiap bulan.

6. Melaksanakan konseling.

7. Melaksanakan penyuluhan berkala.

8. Melaksanakan kegiatan aktifitas fisik bersama.

9. Membangun jejaring kerja.

10. Melakukan konsultasi dengan petugas bila diperlukan.

2.3 Pelaksanaan Posbindu PTM 2.3.1 Waktu Penyelenggaraan

Posbindu PTM dapat diselenggarkan dalam sebulan sekali, bila diperlukan dapat lebih dari 1 kali dalam sebulan untuk kegiatan pengendalian faktor risiko PTM lainnya, misalnya olahraga bersama, sarasehan dan lainnya. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan

(36)

kesepakatan serta dapat saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat (Pudiastuti, 2011).

2.3.2 Tempat

Tempat pelaksanaan sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau dan nyaman bagi peserta. Posbindu PTM dapat dilaksanakan pada salah satu rumah warga, balai desa/

kelurahan, salah satu kios di pasar, salah satu ruang perkantoran/klinik perusahaan, ruangan khusus di sekolah, salah satu ruangan di dalam lingkungan tempat ibadah, atau tempat tertentu yang disediakan oleh masyarakat secara swadaya (Pudiastuti, 2011).

2.3.3 Pelaksanaan Kegiatan

Pos pelayanan terpadu penyakit penyakit menular dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut sistem 5 meja, namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini dan tindak lanjut sederhana serta monitoring terhadap faktor risiko penyakit tidak menular, termasuk rujukan ke puskesmas. Dalam pelaksanaannya pada setiap langkah secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2013):

Gambar 2.1 Proses kegiatan Posbindu PTM

(37)

Pembagian peran kader posbindu idealnya sebagai berikut, namun sebaiknya setiap kader setiap kader memahami semua peranan tersebut, pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kesepakatan.

Tabel 2.3 Pembagian peran kader

No Peran Kriteria dan Tugas

1 Koordinator Ketua dari perkumpulan dan

penanggungjawab

kegiatan serta berkoordinasi terhadap Puskesmas dan

Para Pembina terkait di wilayahnya.

2 Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang

aktif,berpengaruh dan

komunikatif bertugas menggerakkan masyarakat,

sekaligus melakukan wawancara dalam penggalian

informasi

3 Kader Pemantau Anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif

bertugas melakukan pengukuran Faktor risiko PTM

4 Kader Konselor/

Edukator

Anggota perkumpulan yang aktif, komunikatif dan

telah menjadi panutan dalam penerapan gaya hidup

(38)

sehat, bertugas melakukan konseling, edukasi,

motivasi serta menindaklanjuti rujukan dari Puskesmas

5 Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif

bertugas melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dan melaporkan kepada koordinator

Posbindu PTM

Sumber: Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posbindu PTM, 2013.

Peran Para Pihak:

1. Kader Posbindu ;

Dari sejumlah kader yang telah dilatih ditetapkan koordinator dan penanggung jawab untuk penggerak, pemantau, konselor/edukator serta pencatat.

Tugas yang dilakukan oleh kader Pada H-1, tahap persiapan:

a. Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan jadwal kegiatan.

b. Menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan.

c. Membuat dan menyebarkan pengumuman mengenai waktu pelaksanaan.

Pada hari H, tahap pelaksanaan :

a. Melakukan pelayanan dengan sistem 5 meja atau modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.

(39)

b. Aktifitas bersama seperti olahraga bersama, demo masak, penyuluhan, konseling, sarasehan atau peningkatan keterampilan bagi para anggotanya termasuk rujukan ke puskesmas/klinik swasta/RS.

Pada H+1, Tahap Evaluasi

a. Menilai kehadiran(para anggotanya, kader dan undangan lainnya) b. Mengisi catatan pelaksanaan kegiatan.

c. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi.

d. Mencatat hasil penyelesaian masalah.

e. Melakukan tindak lanjut berupa kunjungan ke rumah bila diperlukan.

f. Melakukan konsultasi teknis dengan Pembina posbindu..

2. Petugas Puskesmas

Puskesmas memiliki tanggung jawab pembinaan posbindu. di wilayah kerjanya sehingga kehadiran petugas puskesmas dalam kegiatan posbindu sangat diperlukan dalam wujud peran:

a. Memberikan bimbingan teknis kepada para kader posbindu dalam penyelenggaraannya.

b. Memberikan materi kesehatan terkait dengan permasalahan faktor risiko PTM dalam penyuluhan maupun kegiatan lainnya.

c. Mengambil dan menganalisa hasil kegiatan posbindu.

d. Menerima, menangani dan memberi umpan balik kasus rujukan dari posbindu.

e. Melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan lain terkait.

3. Para Pemangku Kepentingan (Para Pembina Terkait) a. Camat

Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut posbindu di wilayah kerjanya selaku penanggung jawab wilayah kecamatan serta melakukan pembinaan dalam mendukung

(40)

b. Lurah/kepala desa atau sebutan lainnya

Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut posbindu di wilayah kerjanya selaku penanggung jawab wilayah kecamatan serta melakukan pembinaan dalam mendukung kelestarian kegiatan posbindu.

c. Para pimpinan kelompok/ lembaga/instansi/organisasi

Mendukung dan berperan aktif dalam kegiatan posbindu sesuai dengan minat dan misi kelompok/lembaga/instansi/ organisasi tersebut.

d. Tokoh/penggerak masyarakat

Menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dan mendukung dengan sumberdaya yang dimiliki terhadap penyelenggaraan posbindu.

e. Dunia Usaha

Mendukung penyelenggaraan posbindu dalam bentuk sarana dan pembiayaan termasuk berperan aktif sebagai sukarelawan sosial.

2.3.4 Pembiayaan

Dalam mendukung terselengggaranya posbindu, diperlukan pembiayaan yang memadai baik dana mandiri dari perusahaan, kelompok masyarakat/lembaga atau dukungan dari pihak lain yang peduli terhadap persoalan penyakit tidak menular di wilayah masing-masing.

Puskesmas juga dapat memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang potensial. Pembiayaan ini untuk mendukung dan memfasilitasi Posbindu PTM, salah satunya melalui pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan. Pembiayaan bersumber daya dari masyarakat dapat melalui Dana Sehat atau mekanisme pendanaan lainnya. Dana juga bisa didapat dari lembaga donor yang umumnya didapat dengan mengajukan proposal/usulan kegiatan (Rahajeng, 2012).

Pihak swasta dapat menyelanggarakan Posbindu PTM di lingkungan kerja sendiri maupun dapat berperan serta dalam Posbindu PTM di wilayah sekitarnya dalam bentuk kemitraan melalui CSR (Corporate Social Responsibility)/ Tanggung jawab Sosial Perusahaan.

(41)

Pemerintah Daerah setempat berkewajiban melakukan pembinaan agar Posbindu PTM tetap tumbuh dan berkembang melalui dukungan kebijakan termasuk pembiayaan secara berkesinambungan. Dana yang terkumpul dari berbagai sumber dapat dipergunakan untuk mendukung kegiatan Posbindu PTM seperti (Rahajeng, 2012);

a. Biaya operasional Posbindu PTM.

b. Pengganti biaya perjalanan kader.

c. Biaya penyediaan bahan habis pakai.

d. Biaya pembelian bahan Pemberian Makanan Tambahan ( PMT).

e. Biaya penyelenggaraan pertemuan.

f. Bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan.

g. Bantuan biaya duka bila ada anggota yang mengalami kecelakaan atau kematian.

2.3.5 Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan hasil kegiatan posbindu dilakukan oleh kader. Petugas Puskesmas mengambil data hasil kegiatan posbindu yang digunakan untuk pembinaan, dan melaporkan ke instansi terkait secara berjenjang. Untuk pencatatan digunakan (Pudiastuti, 2011):

1. Kartu Menuju Sehat (KMS) FR-PTM

Pada pelaksanaan pemantauan, kondisi faktor risiko PTM harus diketahui oleh yang diperiksa maupun yang memeriksa. Masing-masing peserta harus mempunyai alat pantau individu berupa Kartu Menuju Sehat (KMS) FR-PTM. Untuk mencatat kondisi faktor risiko PTM. Kartu ini disimpan oleh masing-masing peserta, dan harus selalu dibawa ketika berkunjung ke tempat pelaksanaan posbindu. Tujuannya agar setiap individu dapat melakukan mawas diri dan melakukan tindak lanjut, sesuai saran Kader/ Petugas. Sedangkan bagi Petugas dapat digunakan untuk melakukan tindakan dan memberi saran tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan kondisi peserta posbindu.

(42)

Format KMS FR-PTM mencakup nomor identitas, data demografi, waktu kunjungan, jenis faktor risiko PTM dan tindak lanjut. Pada KMS FR-PTM ditambahkan keterangan golongan darah dan status penyandang penyakit tidak menular yang berguna sebagai informasi medis jika pemegang kartu mengalami kondisi darurat di perjalanan. Hasil dari setiap jenis pengukuran/ pemeriksaan faktor risiko PTM pada setiap kunjungan peserta ke posbindu dicatat pada KMS FR-PTM oleh masing-masing kader faktor risiko. Demikian pula tindak lanjut yang dilakukan oleh kader.

2. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu PTM

Buku pencatatan diperlukan untuk mencatat identitas dan keterangan lain mencakup nomor, No KTP/ kartu identitas lainnya, nama, umur, dan jenis kelamin. Buku ini merupakan dokumen/file data pribadi peserta yang berguna untuk konfirmasi lebih lanjut jika suatu saat diperlukan. Melalui buku ini, dapat diketahui karakteristik peserta secara umum. Buku Pencatatan Faktor Risiko PTM diperlukan untuk mencatat semua kondisi faktor risiko PTM dari setiap anggota/peserta. Buku ini merupakan alat bantu mawas diri bagi koordinator dan seluruh petugas Posbindu dalam mengevaluasi kondisi faktor risiko PTM seluruh peserta.

Hasil pengukuran/pemeriksaan faktor risiko yang masuk dalam kategori buruk diberi tanda warna yang menyolok. Melalui buku ini kondisi kesehatan seluruh peserta dapat terpantau secara langsung, sehingga koordinator maupun petugas dapat mengetahui dan mengingatnya serta memberikan motivasi lebih lanjut. Selain itu buku tersebut merupakan file data kesehatan peserta yang sangat berguna untuk laporan secara khusus misalnya ketika diperlukan data kesehatan untuk kelompok usia lanjut atau data jumlah penderita PTM, dan juga merupakan sumber data surveilens atau riset/ penelitian secara khusus jika suatu saat diperlukan.

(43)

2.3.6 Tindak Lanjut Hasil Posbindu PTM

Tujuan dari penyelenggaran Posbindu PTM , yaitu agar faktor risiko PTM dapat dicegah dan dikendalikan lebih dini. Faktor risiko PTM yang telah terpantau secara rutin dapat selalu terjaga pada kondisi normal atau tidak masuk dalam kategori buruk, namun jika sudah berada dalam kondisi buruk, faktor risiko tersebut harus dikembalikan pada kondisi normal.

Tidak semua cara pengendalian faktor risiko PTM, harus dilakukan dengan obat-obatan (Maryam, 2010).

Pada tahap dini, kondisi faktor risiko PTM dapat dicegah dan dikendalikan melalui diet yang sehat, aktifitas fisik yang cukup dan gaya hidup yang sehat seperti berhenti merokok, pengelolaan stres dan lain-lain. Melalui konseling dan/atau edukasi dengan kader konselor/edukator, pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko PTM dapat ditingkatkan. Dengan proses pembelajaran di atas secara bertahap, maka setiap individu yang mempunyai faktor risiko akan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat secara mandiri (Maryam, 2010).

Tabel 2.4 Frekuensi dan Jangka Waktu Pemantauan Faktor Risiko PTM Faktor Risiko Orang sakit Faktor

Risiko

Penderita PTM Glukosa darah puasa 3 tahun sekali 1 tahun sekali 1 bulan sekali Glukosa darah 2 jam 3 tahun sekali 1 tahun sekali 1 bulan sekali Glukosa darah sewaktu 3 tahun sekali 1 tahun sekali 1 bulan sekali Kolesterol darah total 5 tahun sekali 6 bulan sekali 3 bulan sekali Trigliserida 5 tahun sekali 6 bulan sekali 3 bulan sekali Tekanan darah 1 bulan sekali 1 bulan sekali 1 bulan sekali Indeks Masa Tubuh (IMT) 1 bulan sekali 1 bulan sekali 1 bulan sekali Lingkar Perut 1 bulan sekali 1 bulan sekali 1 bulan sekali Arus Puncak Ekspirasi 1 bulan sekali 3 bulan sekali 1 bulan sekali

IVA 1 tahun sekali

Cedera dan Kekerasan dalam rumah tangga

6 bulan sekali 3 bulan sekali 3 bulan sekali Kadar Alkohol Pernafasan dan tes

amfetamin urin

1 tahun sekali 6 bulan sekali 1 bulan sekali

Sumber: Kemenkes RI, 2014c

(44)

a. Pada kunjungan pertama, semua faktor risiko peserta diperiksa. Untuk pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dilakukan pada perempuan telah berhubungan seksual/menikah usia >35 tahun/riwayat pernikahan>1 kali dan dilakukan oleh bidan terlatih.

b. Pada kunjungan berikutnya bagi peserta yang tidak beresiko dan berisiko faktor risiko PTM dilakukan pemantauan pada faktor risiko perilaku, BB, lingkar perut, IMT, Analisa Lemak tubuh, Tekanan darah setiap bulan.

c. Untuk peserta yang beresiko merokok dan gejala batuk dilakukan pemeriksaan arus puncak respirasi setiap tiga bulan.

d. Untuk peserta yang mempunyai faktor risiko dislipidemia, pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida diperiksa setiap 6 bulan sekali.

e. Untuk peserta yang beresiko kegemukan, adanya riwayat keluarga dengan DM kadar gula darah diperiksa setiap tahun.

f. Untuk penyandang PTM, semua faktor risiko dipantau setiap bulan serta pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida diperiksa setiap 3 bulan.

g. Pemantauan faktor risiko cedera dan tindak kekerasan dalam rumah tangga dilakukan setiap bulan, sementara untuk pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan amfetamin urin bagi kelompok pengemudi umum dilakukan setiap bulan bagi yang bernilai positif dan 6 bulan sekali yang beresiko.

2.3.7 Rujukan Posbindu PTM

Apabila pada kunjungan berikutnya (setelah 3 bulan) kondisi faktor risiko tidak mengalami perubahan (tetap pada kondisi buruk), atau sesuai dengan kriteria rujukan, maka untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik harus dirujuk ke puskesmas atau klinik swasta sesuai dengan kebutuhan dan keinginan yang bersangkutan. Meskipun telah mendapatkan pengobatan yang diperlukan, kasus yang telah dirujuk tetap dianjurkan untuk melakukan pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular di posbindu (Kemenkes, 2014).

(45)

Gambar 2.2 Alur Tindak Lanjut dan Rujukan Hasil Deteksi Dini di Posbindu PTM Pelaksanaan pospandu dimulai dengan layanan pendaftaran dilanjutkan dengan wawancara dan pengukuran faktor risiko penyakit tidak menular. Kader posbindu akan melakukan konseling dan edukasi terhadap permasalahan kesehatan yang dijumpai pada peserta posbindu termasuk melaksanakan sistem rujukan puskesmas bila diperlukan sesuai dengan kriteria. Hasil pelaksanaan posbindu tercatat secara tertib dan diberikan kepada petugas puskesmas atau unsur pembina lainnya yang memerlukan sebagai bahan informasi.(Kemenkes, 2013).

2.4 Penyakit Tidak Menular (PTM)

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang sangat substansual, mengingat pola kejadian sangat menentukan status kesehatan di suatu daerah dan juga keberhasilan peningkatan status kesehatan di suatu negara (Sudoyo, 2006). Penyakit tidak menular adalah jenis penyakit yang tidak menular seperti cacat fisik, gangguan mental, kanker, penyakit degeneratif, penyakit gangguan metabolisme, dan kelainan-kelainanorgan tubuh lain;

(46)

penyakit jantung, pembuluh darah, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis, berat badan lebih, osteoporosis, kanker usus, depresi dan kecemasan (Sutomo, 2010).

Aikins (2006) mendefinisikan penyakit tidak menular dengan sebutan chronicnon- communicable disease (NCDs), yaitu penyakit non-infeksi yang berlangsung seumur hidup dan

membutuhkan pengobatan dan perawatan jangka panjang.

Secara global WHO (World Health Organization) memperkirakan penyakit tidak menular menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia. Perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan pola fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarat diduga sebagai hal yang melatar belakangi prevalensi penyakit tidak menular, sehingga kejadian penyakit tidak menular semakin bervariasi dalam transisi epidemiologi (Mirza, 2010).

Penyakit tidak menular saat ini yang banyal berkembang di masyarakat seperti hipertensi atau darah tinggi, diabetes melitus, hiperkolesterolemia, asam urat, penyakit jantung, paru-paru kronis, bahkan kanker. penyakit tidak menular dapat juga disebabkan kareana kecelakaan termasuk cedera, luka dan bennturan akibat kecelakaan (Sutomo,2010).

2.5 Hipertensi

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu jenis penyakit pembunuh paling terbesar di dunia saat ini. Usia merupakan salah satu faktor risiko hipertensi.

Lebih banyak dijumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia senja (Fauzi, 2014).

Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten, dimana diagnosa hipertensi pada orang dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg (WHO 2011).

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2006). Peningkatan tekanan

(47)

darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginja, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes, 2013).

Hipertensi atau darah tinggi sangat bervariasi bergantung bagaimana seseorang memandangnya. Secara umum hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal. Hipertensi disebut juga pembunuh gelap atau silent killer. Hipertensi dengan secara tiba-tiba dapat mematikan seseorang tanpa diketahui gejalanya terlebih dahulu (Susilo, 2011).

2.5.1 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar (Udjianti, 2011).

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anakanak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik (Ruhyanudin, 2007).

Gambar

Gambar 2.1 Proses kegiatan Posbindu PTM
Gambar 2.2 Alur Tindak Lanjut dan Rujukan Hasil Deteksi Dini di Posbindu PTM  Pelaksanaan  pospandu  dimulai  dengan  layanan  pendaftaran  dilanjutkan  dengan  wawancara  dan  pengukuran  faktor  risiko  penyakit  tidak  menular
Tabel 2.5 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran penelitian dalam penelitian ini adalah koordinator surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi; pelaksana kegiatan Posbindu PTM di Puskesmas Sempu

PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) DALAM DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS GLUGUR DARAT TAHUN 2014.. Nama Mahasiswa : SITI

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program Posbindu PTM dalam deteksi dini dan pencegahan komplikasi DM di Puskesmas

Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa: Efektivitas Program Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Pnyakit Tidak Menular (PTM) di Desa Anggaswangi Kecamatan Sukodono

Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa: Efektivitas Program Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Pnyakit Tidak Menular (PTM) di Desa Anggaswangi Kecamatan Sukodono Sidoarjo

Puskesmas Sempu mempunyai Posbindu PTM yang pertama di Kabupaten Banyuwangi dengan mendirikan Posbindu PTM Al-Mubarok, namun mempunyai cakupan kegiatan Posbindu PTM

penanggung jawab Posbindu PTM di masing-masing wilayah kerjanya sebaiknya mengadakan refreshing kader khususnya dalam pengukuran faktor risiko PTM, pemeriksaan, tindak

Tujuan  Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM TUJUAN DAN SASARAN Sasaran  • Kelompok Masyarakat Sehat, Berisiko dan