V
irus berasal dari bahasa Latin, artinya lender yang beracun dan dapat menular. Dulu virus dianggap bukan kehidupan, tetapi hanya racun yang tersusun dari jenis protein yang dapat berkembang biak bila berada dalam sel yang hidup. Saat ini diketahui bahwa virus adalah organisme yang hidup karena ternyata dapat berkembang biak secara besar- besaran. Karena virus tersebut kecil sekali, maka tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa dan harus dengan mikroskop electron. Jenis virus banyak sekali. Ada yang menyerang tanaman, tetapi juga ada yang menyerang manusia dan binatang. Virus walaupun kecil sekali, tetapi banyak yang merugikan mahluk hidup. Virus mempunyai sifat parasit yang mutlak (obligat), yaitu hanya dapat hidup dan berkembang di dalam organisme hidup, tetapi ada beberapa virus yang dapat tahan dalam keadaan tidak aktif (dorman) dalam waktu yang lama sekali di dalam daun tembakau kering, tanah, atau lainnya. Virus yang dorman tersebut bila menjumpai organisme yang sesuai akan bangun lagi, aktif lagi, menjadi parasit dan berkembang lagi seperti semula.Cara pemberian nama virus masih belum teratur. Pada umumnya, digunakan nama tenaman yang diserang, biasanya dalam bahasa Inggris, lalu disingkat. Misalnya, Potato Virus X, disingkat PVX dan Potato Leaf Roll virus, disingkat PLRV. Ada pula yang diberi nama secara cryptogram, ditulis dengan kode. Belum ada dasar yang dapat diterima untuk klasifikasi virus. Banyak virus yang dapat membentuk strain, gejalanya berbeda-beda.
Gejala tanaman yang terserang virus bermacam-macam, tergantung dari jenis virus yang menyerang. Tanaman yang diserang ada yang daunnya menjadi keriting, belang- belang kuning hijau, jadi kerdil, daun menggulung, kematian pucuk, ruas-ruas menjadi pendek sekali, warna bunga berubah, buah menjadi menggeliat, dan lain-lain. Gejalanya sering bersama-sama timbul dalam satu jenis tanaman. Gejala penyakit virus dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) klorose, pembuluh tulang daun menjadi jelas (menguning) atau daun belang-belang setempat atau mosaic. Jaringan yang dekat pembuluh lebih pucat warnanya, (2) nekrosis, ada bercak-bercak coklat mati, atau garis coklat mati, dalam
6
Sumber utama penulisan sub bab ini adalah Pracaya (2003), Sinaga, MS (2003), dan Endah, J (2002), kecuali disebut secara khusus.
keadaan serangan berat dapat seluruh atau sebagian tubuh organ tanaman mati, (3) kerdil, bentuk tubuh tidak normal, sebagian organ atau seluruh tubuh tanaman menggeliat. Strain yang berbeda-beda dari satu jenis virus dapat juga menimbulkan bermacam-macam gejala pada kultivar tanaman yang berbeda-beda, atau suatu virus mungkin menyebabkan gejala yang berbeda-beda pada kultivar tanaman yang sama; atau virus yang tidak ada hubungannya sama sekali mungkin menyebabkan gejala yang hampir menyerupai dalam suatu tanaman inang. Oleh karena itu, mengidentifikasinya harus benar-benar teliti. Di antaranya: morphologi partikel penularan, tanaman inang, reaksi spesies terhadap infeksi, sifat bio-fisika, serology, sifat-sifat pertikel virus yang murni, dan lain-lain.
Pengendalian penyakit virus amat sulit. Dalam pengendalian penyakit akar yang disebabkan cendawan atau bakteri, dapat dilakukan dengan penyambungan atau okulasi dengan batang bawah yang tahan penyakit akar. Namun, tanaman tomat, misalnya, yang disambung dengan takokak, dapat berhasil tidak layu , tetapi ternyata di kemudian hari malahan penyakit virus menyerang, terutama pada waktu musim kering dan panas. Cara- cara yang mungkin dapat dikerjakan dalam pengendalian, yaitu: (1) penyemprotan dengan insektisida untuk mengurangi vector pembawa virus, (2) penanaman varietas yang tahan virus, (3) penanaman bibit/benih yang bebas virus, (4) penanaman tepat waktu sehingga perkembangbiakan virus tidak begitu hebat, (5) tanaman liar yang menjadi inang virus atau vector dibersihkan dari sekitar tanaman yang dibudidayakan, (6) diadakan penanaman tanaman yang mungkin dapat menahan gerakan vector, (7) diadakan tanaman campuran yang mungkin dapat menahan gerakan virus atau vector, (8) bila kelihatan ada gejala penyakit, tanaman segera dicabut dan dibakar. Jangan menunggu sampai virus merajalela, (9) dilakukan rotasi dengan tanaman yang tidak terserang virus, (10) penelitian cara hidup vector dan virus, sehingga dapat menentukan kapan harus menyemprot dan menanam tanaman dengan kondisi baik, sementara kondisi vector dan virus sedang buruk, (11) penelitian mengenai pupuk yang dipakai.
Penularan virus bervariasi. (1) melalui biji. Walaupun biji tidak membawa banyak virus, tetapi juga dapat merupakan sumber penyakit virus. Misalnya, pada mosaic selada, timun, petunia, leguminosae, bercak dua, cincin tembakau., (2) tepungsari. Tepungsari tanaman buncis yang terserang penyakit mosaic bila menyerbuki putik tanaman sehat akan menularkan virus, (3) setek dan umbi. Tanaman yang telah sakit bila diambil seteknya atau ditanam umbinya dapat menularkan virus, (4) sambungan dan okulasi. Mata temple atau mata sambungan yang berasal dari tanaman sakit juga dapat menularkan virus ke batang pokok (bawah), (5) pemindahan secara bersinggungan. Bila memegang tanaman yang sakit, kemudian memegang tanaman yang sehat, maka tanaman yang sehat juga akan terkena infeksi. Pekerja yang menyiang tanaman tembakau, tomat, atau lainnya,harus mengetahui hal ini, (6) serangga vector virus. Persentase tertinggi penularan virus dilakukan oleh serangga. Serangga yang menularkan virus dibagi dalam dua golongan, yaitu: (a) mulut untuk menggigit. Termasuk dalam golongan ini hanya sedikit yang menularkan, yaitu beberapa kumbang dan belalang pada tanaman buncis, (b) mulut untuk menghisap (menusuk dengan stylet), (7) nematode menjadi vector virus. Beberapa nematode ada yang menjadi vector virus, di antaranya bercak cincin tomat oleh Xiphinema americanum Cobb., (8) tanaman parasit berbiji. Di antarana tali puteri, Cuscuta campestris
Yuncker, yang dapat menjadi vector virus bila hidup pada tanaman yang telah terserang penyakit virus, kemudian hidup di tanaman yang sehat. Tali puteri tersebar di daerah sedang dan panas.
a. Penyakit tungro
Penyakit ini menyerang padi. Disebut juga penyakit virus tungro padi. Tungro artinya pertumbuhannya mengalami degenerasi. Di Malaysia, disebut Penyakit Merah dan di Indonesia disebut penyakit Mentek, serta sudah dikenal sejak tahun 1859. Penyakit ini telah menyerang tanaman padi di Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia, Bangladesh, India, dan lainnya. Selain menyerang padi, juga menyerang berbagai macam rumput di sawah.
Gejalanya: padi yang diserang tungro, tumbuh kerdil dan anakannya sedikit. Daun muda yang baru muncul mengalami klorose di antara tulang-tulang daunnya, sehingga terjadi perubahan warna dari ujung ke pangkal. Daun padi akan menjadi kuning atau kuning jingga, tergantung pada varietasnya. Daun yang muda sering berbintik dan bergaris-garis hijau pucat sampai hijau keputihan. Bulir padi sering tidak keseluruhannya dapat membuka, sehingga hasil gabah berkurang. Bila serangan telah lewat umur 60 hari, biasanya gejala-gejala tersebut tidak ada, makin lambat serangan terjadi, maka pengaruh terhadap hasil panen tidak begitu nyata. Tanaman yang terinfeksi, perkembangan akarnya terhambat. Tanaman muda dapat mati atau dapat juga sampai dewasa walaupun kerdil. Berbunganya terhambat, sehingga akan menunda panen. Malai menjadi kecil, steril, dan tidak sempurna keluarnya. Butir gabah sering tertutup dengan bercak-bercak coklat dan lebih ringan daripada tanaman yang sehat.
Pengendalian yang dapat dilakukan: (1) menanam varietas yang tahan, misalnya IR 36, yang lebih baru. Kalau varietasnya tidak terus-menerus diperbaharui, makin lama dapat menjadi makin tidak tahan terhadap virus ini, (2) tanaman yang terserang parah, sebaiknya dicabut dan dibakar, (3) semprotlah dengan insektisida yang cocok, sehingga vector benar- benar mati. Insektisida yang cocok selalu berubah-ubah kemanjurannya. Vector serangga makin lama makin kebal terhadap insektisida, sehingga obatnya harus selalu bergantian dengan kadar yang mematikan, (4) tanaman liar atau rumput yang menjadi sumber penyakit dihilangkan, (5) melakukan penanaman secara serentak dan diadakan pergiliran tanaman, (6) secara biologis, dicarikan serangga yang menjadi predator (pemakan) vector serangga. Kalau cara ini dilakukan, jangan menyemprot dengan insektisida. Dengan parasit serangga, cendawan atau bakteri, sehingga vector akan mati dengan perlahan-lahan.
b. Penyakit ujung keriting
Penyakit ini menyebabkan ujung daun semangka, tomat, cabai, buncis, bayam, dan lainnya menjadi keriting, sehingga sangat merugikan petani. Gejalanya adalah sebagai berikut.
Tanaman muda yang terkena infeksi, daunnya menjadi kuning dan mengeriting. Tanaman yang lebih tua, daunnya menggulung ke atas dan memutar atau memilin daun yang muda. Pada umumnya, daun menjadi lebih lebih kaku dan warnanya menjadi kuning redup. Tangkai daunnya mengeriting ke bawah, berdirinya batang tidak normal. Tanaman muda yang terserang menjadi kerdil. Tanaman tomat pada semua tingkatan pertumbuhan dapat terserang penyakit ini, tetapi yang paling peka adalah tanaman yang muda. Buah tomat akan menjadi masak lebih awal sebelum waktunya.
Pengendaliannya: (1) tanamlah bibit yang resisten, (2) semprotlah secara rutin seminggu sekali dengan insektisida untuk mengendalikan vector penular, sehingga populasinya dapat ditekan seminimum mungkin, (3) dilakukan rotasi tanaman, jangan menanam tanaman yang dapat terkena penyakit virus ujung keriting. Jagalah kebersihan sekeliling kebun dari kemungkinan tumbuhnya tanaman liar yang dapat terserang penyakit, (4) tanaman yang sudah terlanjur terserang dicabut dan dibakar.
c. Penyakit TMV
TMV adalah singkatan dari Tomato Mosaic Virus. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia yang sudah ditumbuhi tanaman tomat. Bentuk virusnya seperti batang, dengan ukuran lebar 18 dan panjang 300 nanometer (1 nanometer = 0,001 mikron).
Daun yang terserang, warnanya menjadi mosaic hijau muda dan hijau tua dengan batas yang tidak jelas. Berbelang hijau tua dan muda, serta kadang-kadang daun yang lebih muda menjadi menggeliat dan berkerut. Bila suhu tinggi, daun yang berbelang-belang tambah banyak dan perkembangannya sedikit terhambat. Kalau suhu rendah, belang- belangnya hanya sedikit, tetapi pertumbuhannya sangat terhambat, daunnya menggeliat seperti daun paku atau sulur. Buah hanya sedikit dan kecil, kadang-kadang tidak berbentuk buah. Mosaic daun juga mempengaruhi buah. Strain yang berbeda juga akan menghasilkan gejala yang berbeda, tergantung dari panas, lamanya hari, intensitas sinar, umur tanaman, cultivar tomat, dan strain virus itu sendiri. Ada strain virus yang menimbulkan gejala garis nekrosis memanjang pada batang atau tangkai daun. Kadang-kadang tanaman dapat mati. Pada buah terjadi nekrose cekung dan kadang-kadang mencapai bagian dalam buah yang telah masak.
Pengendaliannya: (1) tanamlah tomat yang resisten, (2) tanaman yang terserang dicabut dan dibakar, (3) tanaman liar di sekeliling kebun dibersihkan, (4) tanamlah biji yang bebas virus, dengan direndam larutan 10 persen natrium phosphate selama 20 menit untuk menghilangkan virus yang letaknya di luar biji. Untuk menghilangkan virus yang letaknya di dalam biji dipanasi dengan suhu 70oC selama 2 – 4 hari, (5) daun disemprot dengan susu untuk menghambat berpindahnya virus secara mekanis, (6) dilakukan sterilisasi tanah, dan (7) dilakukan rotasi tanaman.
d. Penyakit CVPD
CVPD adalah singkatan dari Citrus Vein Phloem Degeneration. Penyakit ini menyerang tanaman jeruk. Pertama kali menyerang jeruk di Jawa, kemudian menyebar ke propinsi lain. Sudah lebih dari 11 propinsi dengan ratusan ribu tanaman jeruk yang telah mati. Penyebab penyakit ini ada yang mengatakan virus, tetapi akhir-akhir ini dikatakan BLO (Bacterium Like Organism) atau Mikroplasma.
Gejalanya: tanaman yang terserang akan mengalami klorosis, yang menyerupai defisiensi (kekurangan) unsure hara, seperti Nitrogen), seng (Zn), mangan (Mn), besi (Fe). Sebelum ada CVPD, di Indonesia sudah ada serangan virus tristeza dengan gejala serupa, sehingga mula-mula dikira tanaman jeruk yang mengalami klorosis disebabkan virus tristeza. Biasanya yang diserang CVPD adalah jeruk okulasi dan sambungan. Tanaman jeruk yang mengalami serangan CVPD menunjukkan gejala luar di antaranya: (1) daun menguning, klorosis, tulang daun menjadi lebih tua daripada sekitarnya. Makin pucat
daunnya maka makin jelas tulang daunnya, (2) daun menjadi lebih tebal dan kaku, biasanya menjadi kecil, (3) pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, tanaman muda menjadi kerdil, (4) tanaman jeruk yang daunnya menguning, perlu juga dicurigai telah terserang CVPD.perlu diketahui bahwa tanaman jeruk yang terserang virus tristeza, tulang daunnya menjadi pucat, sedangkan kalau terserang CVPD, tulang daunnya menjadi lebih gelap warnanya (hijau tua).
Pengendaliannya: (1) tanamlah bibit jeruk yang bebas CVPD, (2) semprotlah dengan insektisida dan akarisida yang dapat menekan Diophorina citri dan tungau
Tetranychus telarius L, misalnya dengan Dimecron 50 EW, Bayrusil, Diazinon, Sandoz 6538, Tamaron, dan lain-lain, (3) pupuklah yang cukup, terutama dengan pupuk organic, misalnya pupuk kandang, kompos, dan dapat ditambah pupuk majemuk, dengan unsure hara yang cukup, maka tanaman akan mempunyai daya tahan yang lebih kuat, (4) pada waktu habis panen, segera dipupuk dengan cukup dan penyiraman yang cukup pula, (5) tanaman jeruk yang telah berat sakitnya lebih baik dicabut dan dibakar, (6) tanaman jeruk yang sakitnya masih ringan, dapat diobati dengan oxytetracycline-HCl 5 g dalam 10 liter air, yang dapat dipakai untuk 10 -20 pohon. Caranya, diinfus, seperti menginfus orang sakit. Waktu menginfus, sebaiknya dilakukan pada sore hari sampai malam dan pagi-pagi sudah selesai, lebih kurang dalam 12 jam selesainya. Sore hari berikutnya diinfus lagi, dua malam berturut-turut. Oabt ini bila terkena sinar surya akan rusak dan tidak ada gunanya, sehingga jangan menginfus pada waktu siang hari. Setiap pohon diperlukan 0,5 sampai 1 liter larutan oxytetracycline-HCl. Pengobatan ini harus disertai dengan pemupukan yang cukup, terutama pupuk organic, yaitu pupuk kandang dan kompos yang telah matang. Dapat pula ditambah dengan pupuk pabrik, misalnya diberi pupuk majemuk NPK sebanyak 1-3 kg, tergantung besar kecilnya tanaman jeruk. Pengobatan tanpa pemupukan yang cukup tidak ada gunanya, tanaman jeruk akan tetap sakit dan akhirnya mati. Sesudah pengobatan dan pemupukan, semprotlah secara rutin dengan insektisida, misalnya seminggu sekali, sampai tanaman sehat betul. Selain diinfus, juga dapat diobati dengan sistem dipompakan dengan tekanan tinggi.