• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN. pdf"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

DASAR-DASAR

PERLINDUNGAN TANAMAN

Disusun oleh:

Ir. Sulistiya, MP

Fakultas Pertanian

UNIVERSITAS JANABADRA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Perlunya Perlindungan Tanaman

M

anusia membudidayakan tanaman tentunya mempunyai tujuan tertentu, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan pangan, sandang, maupun papan, serta kebutuhan lainnya seperti rasa estetika, kesehatan lingkungan, dan sebagainya. Agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara memuaskan, manusia berusaha untuk menjaga dan merawat tanaman yang dibudidayakannya itu sehingga terhindar dari segala macam gangguan yang dapat mengakibatkan munculnya kerugian yang tidak diharapkannya.

Walaupun usaha manusia untuk meminimalisasi dampak negatif gangguan pada tanaman telah dilakukan, tidak jarang usaha tersebut tetap tidak memberikan hasil sebagaimana yang menjadi dambaannya. Serangan hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu jenis gangguan yang hingga saat ini masih terus mendapat perhatian dari berbagai kalangan, baik para ahli maupun warga masyarakat umumnya. Hal ini disebabkan karena kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit tanaman ini sering begitu besar.

Menurut badan dunia yang membidangi masalah pangan dunia (FAO – Food and Agricultural Organization), kerugian yang terjadi akibat serangan hama dan penyakit pada tanaman petani di seluruh dunia rata-rata mencapai 35 persen. Jumlah spesies hama dan penyakit tanaman yang menyerang adalah lebih dari 20.000 spesies (sebagaimana dikutip oleh Endah, J. & Novizan 2002). Dari contoh beberapa jenis tanaman, terlihat tingkat kerugiannya bervariasi. Misalnya, untuk kentang 40 persen, kapas 60 persen, tembakau 62 persen, dan gula bit 24 persen.

Di Amerika Serikat, yang teknologi pengendalian hama dan penyakitnya sudah cukup maju, kerugian akibat serangan hama dan penyakit pada tanaman pertanian meskipun lebih rendah daripada rata-rata dunia, namun belum dapat ditekan hingga nol persen. Contohnya: kerugian pada tanaman alfalfa masih sekitar 15 persen, jagung 12 persen, apel 13 persen, kapas 19 persen, jeruk enam persen, padi empat persen, kedele tiga persen, simpanan jagung 5,5 persen, dan simpanan gandum tiga persen. Di Indonesia, penurunan hasil padi secara kuantitas sebagai akibat serangan hama wereng masih mencapai 17 hingga 24 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan India yang telah mampu menekan menjadi 15 persen (Untung, K. 2001).

Dengan melihat besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit tersebut, manusia merasa perlu untuk melindungi pertanamannya dari serangan hama dan penyakit. Karena perkembangan dunia pertanian ini tidak pernah bisa lepas dari problematik serangan hama dan penyakit, maka manusia terus berusaha mengembangkan ilmu mengenai cara mengendalikan serangan hama dan penyakit tersebut. Salah satu istilah yang digunakan untuk ilmu pengendalian serangan hama dan penyakit tanaman ini adalah Ilmu Perlindungan Tanaman.

(3)

manusia, misalnya pengubahan menjadi areal pertanian, merupakan salah satu unsur utama yang memicu munculnya hama dan penyakit tanaman. Dalam ekosistem hutan yang ideal, dalam arti unsur penyusunnya dalam keadaan seimbang, sebenarnya tidak ada istilah hama dan penyakit tanaman. Organisme yang sering disebut hama dan penyakit tanaman itu, dalam ekosistem hutan yang ideal sesungguhnya tidaklah pernah ada. Dalam lingkungan ekosistem yang ideal ini, organisme tersebut sekadar melakukan aktivitas untuk mempertahankan kehidupannya. Dalam kondisi demikian, keseimbangan ekosistem hutan akan tetap terjaga. Dengan singkat kata, istilah hama dan penyakit tanaman hanya ada dalam referensi manusia, karena keterkaitannya dengan kepentingan manusia, yaitu untuk mempertahankan kehidupannya.

Gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit pada umumnya akan menimbulkan kerusakan pada tanaman yang terserang. Namun demikian, kerusakan tanaman tidak hanya disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Ada faktor lain yang juga ikut berpengaruh terhadap munculnya kerusakan tanaman. Hal ini terjadi karena pertumbuhan tanaman selain dipengaruhi faktor genetik, juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama ketersediaan air dan unsur hara. Gejala kerusakan tanaman akan timbul bila tanaman mengalami kekurangan atau kelebihan air dan unsur hara.

Walaupun manusia telah berusaha untuk mengoptimalkan ketersediaan air dan unsur hara, namun sering terjadi tanaman tetap mengalami gangguan pertumbuhan karena pengaturan ketersediaan air dan unsur hara tersebut masih belum sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kerusakan yang timbul akibat kondisi lingkungan yang tidak optimal ini disebut kerusakan fisiologis.

Permasalahannnya, bahwa seringkali terjadi gejala kerusakan fisiologis ini sama dengan gejala yang ditimbulkan oleh adanya serangan hama dan penyakit. Perbedaannya hanyalah bahwa penyakit fisiologis ini tidak dapat ditularkan ke tanaman lain. Penyakit fisiologis ini seringkali timbul akibat tanaman kelebihan atau kekurangan unsur hara dan air, perubahan suhu yang ekstrim (terlalu rendah atau tinggi), adanya bahan kimia seperti herbisida dan pestisida, serta kelebihan atau kekurangan energi surya.

Karena gejala yang timbul pada kerusakan fisiologis dan kerusakan akibat hama dan penyakit ini hampir sama, maka sering orang mengalami kesulitan untuk membedakan kerusakan yang ada pada tanamannya. Untuk itu diperlukan adanya pengalaman yang cukup, sehingga tidak timbul kesalahan penafsiran atas penyebab kerusakan tanaman. Ketepatan penafsiran atas penyebab kerusakan pada tanaman ini penting untuk pengambilan keputusan tentang langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya.

1.2. Sejarah Perlindungan Tanaman dari Gangguan Hama

P

ada awal abad ke-20, upaya pengendalian hama tanaman mulai dikembangkan

manusia. Hal ini ditandai dengan terbitnya buku berjudul “Insect Pest of Farm, Garden, and Orchard” yang ditulis oleh E. Dwigt Sanderson pada tahun 1915 (Triwidodo, H.

(4)

efisien. Namun dalam perkembangannya, anggapan demikian mulai ditinggalkan, yaitu setelah adanya laporan penelitian dan kasus yang muncul sebagai akibat dampak dari penggunaan DDT (Kusnaedi 2003).

Pada mulanya, seorang peneliti berkebangsaan Swedia, pada tahun 1946 membuat laporan yang menyimpulkan bahwa dalam waktu 20 tahun terdapat 224 spesies serangga yang menjadi resisten (kebal) terhadap DDT. Kemudian kasus serupa bermunculan, misalnya yang dilaporkan oleh para entomolog dari California. Dari beberapa jurnal penelitian entomologi dan ahli lingkungan juga dilaporkan bahwa DDT dan sejenisnya, dapat menimbulkan beberapa dampak negatif sebagai berikut (lihat Kusnaedi 2003).

(1)meningkatnya resistensi (kekebalan) hama terhadap daya bunuh insektisida oleh beberapa hama penting.

(2) timbulnya ledakan hama yang tiba-tiba dengan intensitas serangan lebih besar dibandingkan sebelum disemprot, yang dikenal dengan istilah target pest resurgence. Hal ini dapat dimengerti karena daya bunuh DDT meluas hingga mematikan musuh alami serangga.

(3) timbulnya hama sekunder. Hal ini dapat terjadi bila spesies herbivora yang pada mulanya bukan hama telah berkembang cepat hingga pada tingkat merusak. Ledakan ini diakibatkan oleh terbunuhnya musuh alami hama tersebut.

(4) kontaminasi lingkungan karena DDT dan sejenisnya memiliki efek residu, sehingga lingkungan dipenuhi dengan berbagai spesies yang penuh dengan zat racun. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan di California yang megungkapkan bahwa persistensi insektisida di Danau Clear masih tertinggal 40 persen setelah jangka waktu 14 tahun. Bahkan, untuk DDT masih tersisa 39 persen pada saat 17 tahun setelah penyemprotan.

(5) terdapat efek residu pada hasil pertanian dan peternakan. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa makanan yang disemprot dengan DDT dan sejenisnya ternyata mengandung bahan tersebut. Bahkan, ikan yang memakan plankton di Danau Clear yang mengandung 0,02 ppm DDD (Dichloro Diphenil Dichlorethana, yaitu sejenis DDT yang sifat toksiknya lebih rendah), ternyata mengandung 2.000 ppm DDD pada jaringan ikan tersebut. Bahkan, DDD tersebut ditemukan lebih banyak lagi pada burung Grebe (jenis burung pemakan ikan) yang memangsa ikan di danau tersebut.

(5)

tahun 1962, Rachel Carson mempublikasikan buku berjudul Silent Spring. Dampak positif adanya publikasi ini sangat besar, karena masyarakat menjadi tahu dan sadar akan bahaya penggunaan DDT. Melalui buku ini pula masyarakat menjadi tahu bahwa di berbagai lingkungan dan mahluk hidup, seperti pinguin di Antartika, katak yang berada di bawah tanah, ikan, buah, dan sayur yang dikonsumsi, terkandung racun DDT. Bahkan, racun ini juga ditemukan dalam air susu ibu.

Pada tahun 1972, akhirnya Amerika Serikat melarang rakyatnya untuk menggunakan DDT, termasuk Aldrin, Endrin, Heptaklor, DBCP, dan Chlordane. Adapun di Indonesia, saat itu sedang gencar-gencarnya dilaksanakan program Bimas yang salah satunya metodenya adalah penggunaan bahan tersebut. Baru pada tahun 1986, melalui Inpres Nomor 3/1986 diberlakukan larangan penggunaan 57 macam insektisida organofosfat yang menyebabkan meledaknya hama wereng coklat.

Setelah penggunaan DDT dan bahan kimia sejenisnya itu dilarang, para ahli mulai memikirkan suatu konsep pengendalian hama yang efektif, namun aman bagi lingkungan. Lahirlah kemudian konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang dikenal dalam istilah

internasional sebagai “Integrated Pest Management”. Di seluruh dunia, program PHT ini

kemudian diperkenalkan dengan harapan agar penggunaan pestisida ditekan serendah mungkin atau kalau bisa dihindari penggunaannya. Di Indonesia, program PHT mulai diberlakukan sebagai program nasional sejak tahun 1979.

1.3. Sejarah Perlindungan Tanaman dari Gangguan Penyakit

D

ilihat dari sejarahnya, sudah lama sekali penyakit tumbuhan diketahui oleh manusia. Dilaporkan, bahwa penyakit tumbuhan ini sudah ada sebelum manusia memulai membudidayakan tumbuhan. Kitab suci maupun filosof besar, seperti Aristoteles, Homer, dan Theophrastus, telah mengemukakan beberapa penyakit tumbuhan seperti hawar, embun bulu, karat, dan gosong (Sinaga, MS. 2003).

Seperti dikutip Sinaga, MS, (2003), Bangsa Yunani dan Yahudi (500 hingga 280 SM), meyakini bahwa adanya penyakit tanaman merupakan hukuman atas dosa yang dilakukan manusia. Pada saat itu, penyakit tumbuhan sudah dikaitkan dengan cuaca atau iklim yang buruk dan kondisi tanaman yang kurang baik. Theophratus (370 hingga 280

SM), seorang filosof Yunani terbesar yang dikenal sebagai “Bapa Botani”, telah

mengemukakan beberapa penyakit pada bijan, pohon, dan sayuran dalam bukunya

“Historia Plantarum”. Pliny juga telah merekomendasikan bahwa panen awal pada gandum

dan barley akan meloloskan tanaman dari infeksi karat.

Sekitar tahun 875 hingga beberapa tahun kemudian, epidemik ergot pada rye (semacam gandum) dilaporkan telah menyebabkan epidemik penyakit manusia di berbagai negara Eropa. Ergot pada rye disebabkan oleh Claviceps purpurea (cendawan). Cendawan ini menggantikan isi dari butir rye dengan struktur sklerotium patogen tersebut. Sklerotium

C. purpurea mengandung senyawa alkaloid yang dapat menyumbat sirkulasi darah dan menyebabkan gangrene, putusnya tangan, kaki, kuku, jari, dan akhirnya menimbulkan kematian manusia yang memakan rye yang terinfeksi cendawan tersebut. Penyakitnya

disebut “api suci” (holy fire), yang pada saat itu diyakini sebagai hukuman bagi orang berdosa.

(6)

Tournefort, Zallinger, Fabricus, dan Franz Unger mulai memberi perhatian pada klasifikasi penyakit tumbuhan. Franz Unger mengemukakan teori “The Autogenetic Theory Disease

yang menyatakan bahwa dalam stadia penuaan tumbuhan, unsur sel dengan energi vital tertentu menimbulkan bentukan baru dari kehidupan. Dalam teori ini sebenarnya telah dipertimbangkan adanya patogen sebagai suatu kehidupan lain dalam inang yang terinfeksi, tetapi belum dikemukakan sebagai suatu bentuk kehidupan atau tubuh yang independent, artinya patogen masih dianggap sebagai akibat dari penyakit, bukan

penyebabnya. Konsep “generasi yang bersifat spontan” (spontaneous generation) diterima untuk waktu yang lama karena mikroorganisme belum dapat dilihat manusia.

Pada tahun 1590, Hans dan Zacharias Jansen menemukan mikroskop compound. Hooke (1655) merupakan orang pertama yang mampu melihat sel tumbuhan dan mengilustrasikan secara rinci suatu cendawan mikroskopik patogenik tumbuhan. Selanjutnya, pada tahun 1683, ditemukan bakteri, protozoa, dan mikroorganisme lain

dalam air dan substrat lain. Sejak itu, mulai populer “The Germ Theory of Disease” yang

merupakan dasar dari ilmu penyakit tumbuhan.

Ilmu penyakit tumbuhan terus berkembang, tahun 1729 hingga 1800, berbagai ilmuwan mempelajari taksonomi dari cendawan, terutama penyebab karat dan gosong, serta cendawan dari kelas Ascomycetes. Henrich Anto de Bary (1853) membuktikan melalui demonstrasi dan mengemukakan kesimpulan bahwa cendawan adalah penyebab penyakit, bukan akibat atau hasil dari penyakit tumbuhan. Penelitian yang banyak dikerjakannya adalah mengenai Phtophthora infestans, penyebab hawar daun kentang, dan siklus hidup Puccinia graminis triciti, penyebab karat pada gandum. Dari hasil penelitiannya, dilaporkan juga bahwa diperlukan kehadiran inang alternatif (barberry) untuk perkembangan Basidiospora dan tanaman gandum untuk perkembangan Aeciospora. Berkat hasil penelitiannya, Henrich Anton de Bary dijuluki “Bapak Ilmu Penyakit

Tumbuhan”.

Tahun 1858 merupakan tahun diterbitkannya pertama kali buku teks dalam ilmu penyakit tumbuhan. Buku tersebut ditulis oleh Julius Kuhn dengan judul: Die Kranheiten der Kulturewachse ihre Ursachen un ihre Verhutung (Penyakit Tanaman, Penyebabnya dan Pencegahannya). Selanjutnya, Thomas J. Burrial (1878 hingga 1883) membuktikan bahwa fireblight pada apel dan pear disebabkan oleh bakteri. Smith, EF juga mempelajari beberapa bakteri penyebab penyakit penting pada berbagai tanaman. Iwanoski (1892) dan Beijerinck (1898) merupakan peneliti yang paling awal membuktikan bahwa virus (partikel yang sangat kecil) sebagai penyebab penyakit pada tumbuhan. Penemuan ini merupakan awal dari bidang virology. Stanley (1935) adalah orang pertama yang berhasil mengkristalisasi virus (TMV) sebagai protein katalitik yang mampu melakukan multiplikasi dalam sel hidup inang. Partikel virus dilihat pertama kali oleh Kaushe dkk, pada tahun 1939 dengan mikroskop elektron.

(7)

sebagai penyebab spindle tuber disease pada tahun 1971, kemudian dilaporkan juga

sebagai penyebab penyakit “kadang-kadang” pada kelapa dan exocuritus pada jeruk. Viroid adalah patogen paling kecil berupa molekul asam ribonukleik yang menular dan sersifat obligat. Penyebab penyakit tanaman lain yang ditemukan adalah ricketsia like organism (RLO) oleh Windsor dan Black (1972) sebagai penyebab club leaf disease pada

clover.

Studi mengenai ilmu penyakit tumbuhan berawal dari benua Eropa. Menjelang akhir abad ke-19, titik berat studi fitopatologi bergeser ke Amerika Utara. Pada saat itu, Amerika Serikat masih dalam taraf pengembangan diri, namun setelah Perang Dunia II, studi mengenai fitopatologi semakin meluas ke seluruh dunia.

Di Indonesia, penyakit tanaman mulai mendapat perhatian dari Pemerintah Hindia Belanda baru pada tahun 1877, yaitu saat epidemik berat penyakit karat daun kopi (Hemileia vastatrix) di Srilanka. Untuk mencegah penyebaran karat kopi ke Indonesia, Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Ordonansi 19 Desember 1877 yang melarang pemasukan tanaman kopi dari Srilanka. Ordonansi tersebut merupakan peraturan pertama dalam bidang penyakit tumbuhan, khususnya dalam bidang karantina tumbuhan. Walaupun demikian, karena dapat disebarkan melalui angin, akhirnya penyebab karat daun (uredospora) masuk juga ke Indonesia dan menghancurkan pertanaman kopi Arabica yang berkualitas tinggi di Pulau Jawa. Pada saat itu, di Jawa sedang berlangsung peraturan

“tanam paksa”. Dengan susah payah pekebun mengganti tanamannya dengan kopi Liberica

(Coffea liberica) yang awalnya mempunyai ketahanan tinggi, tetapi kemudian juga musnah karena karat daun. Akhirnya, pada tahun 1900, tanaman kopi yang ada diganti dengan kopi Robusta (Coffea canephora) yang tahan karat daun hingga sekarang, tetapi mutunya tidak sebaik kopi Arabika.

Pada tahun 1887, dimulailah kegiatan penelitian di bidang fitopatologi yang dipelopori oleh Treub, Burch, dan Warburg yang meneliti penyakit sereh pada tebu, karat daun kopi, dan kanker pada kina. Kemudian, van Breda de Haan meneliti berbagai penyakit tembakau (cendawan dan nematode). Pada tahun 1897, didirikan Balai Penelitian Kopi dan tahun 1906, berdirilah Balai Penelitian Tembakau Swasta. Hubungan antara balai penelitian dan perkebunan berlangsung baik sehingga hasil penelitian dapat segera disebarluaskan.

Berbeda dengan hubungan antara balai penelitian dan perkebunan yang berlangsung baik, hubungan antara balai penelitian dan pamong praja agak kaku. Untuk mengadakan penelitian di lapangan, diperlukan ijin dari Gubernur Jenderal. Keadaan ini mulai berubah dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Jenderal tertanggal 5 Februari 1897. Pada tahun 1912, berdirilah Afdeeling voor Plantenziekten yang dipimpin oleh van Hall. Pada tanggal 1 Januari 1919, berdiri pula Institut voor Plantenziekten (Balai Penyelidikan Hama dan Penyakit Tumbuhan) di Bogor, sebagai tempat awal penelitian penyakit tumbuhan. Peneliti yang perlu dicatat sebagai pelopor di bidang ini adalah van Breda de Haan, Rutgers, Palm, Schwarz, Muller, Thung, Reitsman, dan Tojib Hadiwidjaja. Sejak tahun 1913 hingga 1936, secara teratur setiap tahun Lembaga Penyakit Tumbuhan di Bogor menerbitkan laporan tahunan mengenai hama dan penyakit pertanian, perkebunan, dan kehutanan di Indonesia.

(8)

tumbuhan; dan berbagai cara pengendalian penyakit. Ilmu penyakit tumbuhan juga memiliki aspek seni, yaitu dalam aplikasi pengetahuan yang diperoleh dari mempelajari ilmu tersebut.

Jadi tujuan utama dalam mempelajari ilmu penyakit tumbuhan adalah mencegah atau menekan seminimal mungkin terjadinya serangan penyakit tumbuhan, meningkatkan produksi makanan, menjaga kuantitas dan kualitas hasil panen. Dengan demikian, hasil panen aman digunakan, terutama tanaman untuk bahan serat, obat, dan komoditas yang memiliki nilai estetika.

Telah dikemukakan bahwa ketergantungan manusia kepada tanaman sangat tinggi, karena hanya tumbuhan berhijau daun yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi energi kimia. Jika penyakit mematikan tumbuhan, maka mahluk hidup yang lain akan sangat menderita dan mati.

(9)

BAB II

HAMA TANAMAN

H

ama adalah semua binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman yang diusahakan manusia. Apabila asalnya bukan dari binatang, gangguan itu disebut penyakit tanaman. Binatang dikelompokkan ke dalam beberapa golongan yang disebut phylum. Di antaranya: phylum Chordata, yaitu binatang yang bertulang belakang, misalnya kera, babi hutan, tikus, dan burung; phylum Arthropoda, yaitu binatang yang badannya beruas, misalnya tungau dan serangga; phylum Annelida, misalnya cacing tanah dan nematoda; phylum Mollusca, misalnya siput dan bekicot.

Jumlah spesies binatang kurang lebih 916.000. Phylum Chordata sebanyak 60.000 spesies, phylum Arthopoda sebanyak 713.000 spesies, phylum Annelida sebanyak 8.000 spesies, dan phylum Mollusca sebanyak 80.000 spesies. Selebihnya adalah spesies lain yang dikelompokkan ke dalam 12 phylum lainnya (Pracaya 2003).

.

2.1. Phylum Arthopoda1

P

hylum Arthopoda merupakan salah satu phylum yang sangat penting karena terdiri atas enam kelas, di antaranya kelas serangga (hexapoda) yang terdiri dari 640.000 spesies. Serangga (insecta) merupakan golongan binatang yang spesiesnya terbesar. Kira-kira 75 persen dari jumlah binatang yang ada adalah serangga. Serangga ada yang menguntungkan manusia, misalnya lebah, tetapi lebih banyak yang merugikan karena merusak tanaman dan menyebarkan penyakit pada manusia dan binatang.

Ukuran serangga cukup bervariasi. Serangga terkecil besarnya kurang dari 0,25 mm, sedang yang terbesar mencapai 15 hingga 25 cm. Jumlah serangga dalam tanah seluas satu hektar bisa mencapai 2,5 juta sampai 10 juta individu. Di dalam 45 cm lapisan tanah hutan seluas satu hektar, terdapat sejumlah 150 juta serangga. Pada waktu pagi hari, terdapat serangga beterbangan sejumlah kira-kira 7.000 ekor di udara dalam areal satu ha, sedang pada sore hari, terdapat lebih kurang 27.000 serangga (Pracaya 2003).

Serangga mudah beradaptasi dengan keadaan sekitarnya. Walaupun serangga pada dasarnya menyukai tanaman tertentu, namun bila tanaman yang disukai itu tidak ada, serangga itu masih dapat bertahan hidup dengan memakan jenis tanaman lain.

Tubuh serangga terdiri atas tiga bagian, yaitu: kepala, dada (thorax), dan perut (abdomen). Kepala serangga terdiri atas enam ruas (segmen). Pada kepala terdapat (a) satu pasang mata majemuk yang terletak di kiri dan kanan kepala. Mata majemuk itu terdiri atas beberapa puluh sampai ribuan kesatuan mata faset yang menyerupai lensa yang berbentuk

hexagonal, (b) satu pasang antena, sebagai alat perasa. Dengan antena, serangga dapat mengetahui keberadaan makanan, arah perjalanan, pasangan, bahaya, dan dapat mengadakan hubungan komunikasi dengan serangga lain, (c) mulut, yang mempunyai beberapa kegunaan, yaitu: sebagai alat untuk menggigit atau mengunyah; sebagai alat untuk menyerap (absorb); sebagai alat untuk menusuk dan mengisap cairan tanaman, alat ini disebut stylet, dan sebagai alat untuk mengunyah dan menjilat.

Adapun dada (thorax) terdiri atas tiga ruas, yaitu: prothorax, mesothorax, dan

netathorax. Dada merupakan tempat melekatnya kaki dan sayap. Pada setiap ruas dada

1

(10)

serangga yang berkaki enam, terdapat sepasang kaki, walaupun ada pula serangga yang pada tingkatan masih muda sama sekali tidak berkaki. Di lain pihak, ada pula serangga yang dalam tingkatan muda sudah mempunyai tiga pasang kaki dan tambahan dua sampai delapan pasang kaki yang lunak pada bagian perut. Kaki demikian disebut kaki semu yang di kemudian hari setelah dewasa akan hilang, misalnya pada ulat (caterpillar). Kaki serangga terdiri atas enam ruas yang dapat digerakkan.

Serangga adalah binatang yang tidak bertulang belakang dan mempunyai sayap. Pada umumnya, sayap dimiliki oleh binatang bertulang belakang, misalnya burung atau kelelawar. Serangga dewasa umumnya berkaki enam, tetapi tidak demikian dengan sayapnya. Jumlah sayap serangga ini bervariasi. Serangga yang belum dewasa, sayapnya belum berfungsi, kemudian baru berfungsi setelah dewasa. Ada juga serangga dewasa yang tak pernah mempunyai sayap, misalnya semut. Tidak ada serangga yang mempunyai sayap lebih dari dua pasang (empat sayap). Beberapa serangga hanya mempunyai sepasang sayap, misalnya lalat. Seringkali ada jenis serangga yang berjenis kelamin jantan mempunyai sayap, tetapi serangga yang betina tidak mempunyai sayap, dan sebaliknya.

Karena bentuk sayap setiap golongan berbeda-beda, maka kemudian hal ini digunakan untuk menentukan klasifikasi serangga. Pada umumnya, nama ordo serangga pada akhiran kata ada istilah ptera yang artinya sayap. Misalnya, Diptera (lalat) merupakan serangga bersayap dua; Coleoptera (kumbang) adalah serangga bersayap penutup; Lepidoptera (kupu) adalah serangga yang sayapnya bersisik; Hemiptera (kutu busuk) adalah serangga yang bersayap setengah; Hymenoptera (lebah) adalah serangga yang bersayap selaput (membrane); dan Orthoptera (belalang) adalah serangga yang mempunyai sayap lurus.

Mengenai bagian perut serangga (abdomen), umumnya terdiri atas 11 atau 12 ruas, dan tidak mempunyai kaki seperti pada bagian dada. Pada ruas perut yang terakhir (yang ke-11), terdapat tambahan ruas yang disebut circus. Wujudnya berupa sepasang ruas yang sederhana, menyerupai antenna. Circus yang sangat panjang menyerupai ekor yang jumlahnya dua atau tiga, misalnya pada lalat sehari (Ephemera varia Eaton). Ada pula circus yang berbentuk seperti catut atau paruh burung kakatua, misalnya cocopet (Dermaptera).

Segmen perut yang ke-12 disebut telson atau periproct dan tidak pernah ada tambahan (appendages). Lubang untuk buang kotoran (anus) terletak pada telson. Alat reproduksi betina terletak di antara ruas ketujuh dan kedelapan pada permukaan bawah (ventral), alat reproduksi jantan terdapat pada batas belakang ruas perut yang kesembilan yang terletak pada permukaan bawah (ventral).

2.1.1. Sistem Pernafasan

(11)

trunks). Saluran ini akan terbagi lagi menjadi saluran kecil yang disebut tracheoles, yang dapat mencapai setiap bagian alat tubuh, jaringan, dan sel tubuh. Tracheoles tersebut berliku-liku membentuk jaringan ke seluruh tubuh dan membawa udara langsung ke bagian tubuh serangga, sebagai pengganti hemoglobin dari darah untuk transportasi oksigen dan karbondioksida.

Sel hidup serangga, untuk pernafasannya (respirasi) menarik oksigen melalui dinding yang tipis dari tracheoles secara difusi. Demikian sebaliknya, dengan cara yang sama, sisa gas (karbondioksida, dan sebagainya) hasil dari metabolisme dikembalikan ke tracheae dan keluar melalui spiracle. Pada tepi spiracle sering terdapat rambut, bibir atau sumbat yang berguna untuk menghambat benda asing yang akan masuk. Kadang tracheae yang terletak di dalam spiracle pada beberapa serangga mempunyai alat seperti kelep (katup) untuk penutup. Pada tracheae dan tracheoles ada lapisan kutikula yang bersambungan dengan kutikula yang terletak di luar badan. Lapisan kutikula bentuknya seperti benang spiral yang halus, tampak ada alur yang berselang-seling, yang berfungsi untuk menjaga tabung tracheae dari kerusakan.

Apabila serangga disemprot dengan pestisida yang berbentuk asap, uap, atau kabut, dengan bahan aktif nikotin, fosfat organik, azodrin, phosdrin, diazinon, ambush, dan sebagainya, maka zat aktif tersebut akan masuk ke dalam badan serangga melalui sistem pernafasan. Pestisida yang berbentuk tepung atau minyak bisa menyumbat lubang tracheae dan meracuni serangga. Peredaran udara dalam tracheae pada sebagian besar serangga terjadi dengan cara difusi, tetapi banyak pula serangga yang bernafas dengan cara mengembang dan mengempiskan dinding dorsal dan ventral perut, sehingga terjadi gelombang pasang udara sepanjang tracheae. Penarikan nafas serangga demikian bersifat pasif, sedangkan pengeluaran pernafasan bersifat aktif, yaitu dengan menggerakkan otot. Ini berlawanan dengan gerakan pernafasan pada manusia.

2.1. 2. Perlindungan Diri

Untuk melindungi diri dari serangan musuh dan iklim yang tidak baik, serangga memerlukan alat perlindungan atau cara menghindari bahaya, sehingga jenis serangga yang bersangkutan tidak akan punah. Ada beberapa cara perlindungan diri pada serangga, yaitu: (1) struktur perlindungan diri; (2) konstruksi perlindungan diri; (3) besar, bentuk, dan warna sebagai perlindungan diri; (4) tempat kedudukan untuk perlindungan diri; dan (5) reaksi perlindungan diri.

2.1.2.1. Struktur perlindungan diri

Serangga mempunyai kerangka luar (exoskeleton) yang fleksibel dan kuat yang disebut kutikula. Kutikula yang paling luar (epicuticula) tebalnya kurang lebih satu hingga dua mikron dan sangat tahan terhadap bahan kimia dan tidak larut dalam pelarut biasa (termasuk asam mineral yang pekat). Di bawah epicuticula terdapat exocuticula yang tebal. Lapisan ini tebalnya lebih kurang 10 mikron, warnanya hitam (gelap), dan berstruktur keras. Di bawah exocuticula terdapat lapisan endocuticula. Bagian utama kutikula adalah

chitin dan arthropodin. Keras tidaknya kutikula ditentukan oleh jumlah chitin.

(12)

penguat badan, terdapat kerangka luar yang mempunyai chitine. Kerangka luar ini mempunyai dua fungsi, yaitu untuk melindungi otot, urat syaraf, dan alat tubuh lain, dan sebagai kerangka untuk melekatnya otot.

2.1.2.2. Konstruksi perlindungan diri

Pada waktu ulat akan berubah menjadi kupu atau ngengat, dibuatlah kepompong dari benang sutera yang keluar dari mulutnya untuk melindungi diri. Kadang juga ada jenis ulat yang pada waktu masih tingkatan larva, sudah berada dalam kepompong, misalnya ulat kantung pada pohon jambu. Untuk melindungi diri sering juga serangga menggunakan tanah, daunan, serpihan kayu, pasir, atau kerikil kecil, dan bahan lain untuk menutupi badannya. Cairan atau kotoran yang dikeluarkan dari dinding badan, misalnya berupa zat seperti lilin, tepung, atau bulu pada kutu dan jenis aphis, berfungsi sebagai perlindungan diri. Serangga yang berkelompok, sering mendirikan sarang dari gundukan tanah untuk perlindungan diri, misalnya semut, rayap. Ada juga sarang bola kertas dari tabuhan dan sarang yang dibuat dari daun yang dihubungkan dari semut rangrang, dan lainnya.

Larva kumbang ubi jalar, menumpuk kotorannya pada punggungnya sebagai tempat perlindungan. Banyak lalat yang tidak meninggalkan kulitnya pada waktu masa larva, tetapi kulit tetap melekat pada larva sampai tingkatan pupa, untuk membentuk kantung pelindung yang baik. Ada juga lalat yang melekatkan telur pada ujung benang untuk perlindungan dirinya.

2.1.2.3. Ukuran, bentuk, dan warna sebagai perlindungan diri

Besar dan kecilnya serangga juga bisa merupakan suatu bentuk perlindungan terhadap musuh. Serangga yang sangat kecil, tidak terlihat oleh musuhnya yang lebih besar, sedangkan sebaliknya serangga yang besar akan ditakuti oleh musuhnya yang kecil. Serangga yang bentuknya menyeramkan akan menakutkan musuhnya. Serangga yang bentuknya menyerupai ranting kering, yang disebut tongkat berjalan atau yang mempunyai bentuk dan warna sayap seperti daun, biasanya tidak terlihat oleh musuh, kecuali kalau serangga itu berjalan.

Ada juga serangga yang dapat mengadakan penyamaran warna (mimicry), misalnya kupu atau lalat yang disukai burung dan katak, dapat mempunyai bentuk atau warna yang menyerupai kupu lain yang beracun atau yang rasanya pahit. Bisa juga mereka menyerupai tabuhan yang mempunyai sengat, sehingga musuhnya tidak berani mengganggu. Hal ini disebut penyamaran warna untuk melindungi diri (protective mimicry). Namun demikian, apabila penyamaran warna itu justru untuk menangkap mangsa, disebut penyamaran penyerangan (aggressive mimicry). Serangga yang mempunyai sengat atau rasa tidak enak untuk musuhnya (predator), ada tandanya. Misalnya, pada badan tabuhan ada garis kuning cerah yang disebut pewarna peringatan (warning coloration).

2.1.2.4. Tempat kedudukan untuk perlindungan diri

(13)

2.1.2.5. Reaksi perlindungan diri

Serangga yang biasa makan di tempat yang terbuka akan belajar melarikan diri atau menyembunyikan diri dari musuhnya. Misalnya, dengan terbang, meloncat, berenang, menyelam, menjatuhkan diri, dan berpura-pura mati. Ada juga yang lari sambil membawa telur atau larvanya, agar tidak dimakan oleh musuhnya.

2.1.3. Makanan dan Pencernaan Serangga

Makanan serangga terdiri atas bermacam-macam bahan organik yang terdapat di alam. Bahan organik tersebut ada yang masih hidup dan ada yang sudah mati dan kering. Ada serangga yang makan selulosa dari kayu yang telah kering dan keratin dari bulu. Ada pula yang makan tembakau, lada, cabai, ataupun jahe. Mungkin di dalam perut rayap dan lipas terdapat bakteri atau protozoa yang dapat mengadakan simbiosis di dalam usus, sehingga dapat membantu pencernaan. Flora dan fauna dalam usus tersebut mungkin dapat menggunakan nitrogen dari udara, sebab yang dimakan rayap hanya selulose yang tidak ada nitrogennya. Dengan cara demikian, di dalam usus rayap akan tersedia makanan yang mengandung nitrogen, misalnya vitamin dan asam amino yang berguna untuk pertumbuhan badan rayap. untuk pencernaan makanan diperlukan enzym. Jenis enzym tersebut bermacam-macam, tergantung makanan yang dimakan. Serangga yang makan madu tidak perlu bermacam-macam jenis enzym, karena madu tersebut tersusun dari gula yang sederhana, sehingga mudah dicerna. Lipas yang memakan segala jenis makanan, memerlukan bermacam-macam enzym untuk membantu pencernaannya.

Saluran makanan serangga, dimulai dari mulut sampai anus (lubang pembuangan kotoran), di ujung perut. Mulut serangga terletak di antara ruas kepala yang ketiga dan keempat, sedangkan anus terletak pada ruas perut yang ke-12 (telson). Struktur tubuh serangga menyerupai sebuah tabung dalam tabung. Tabung di luar merupakan dinding badan, sedangkan tabung sebelah dalam merupakan saluran makanan. Ruangan antara dua tabung tersebut disebut rongga badan, rongga darah atau hemocoele, rongga tersebut sebagian besar dipenuhi dengan darah. Panjang saluran makanan pada serangga berbeda-beda. Ada yang panjang dan ada yang pendek, tergantung dari jenis makanannya.

Pada umumnya, serangga tidak mempunyai butir darah merah, tetapi agas (nyamuk kecil) yang termasuk keluarga Chironomidae, ordo Diptera, darahnya berwarna merah, karena adanya hemoglobin. Sistem tracheae tidak berkembang sempurna (rudimenter). Nampaknya darah serangga tersebut mempunyai fungsi untuk pernafasan, seperti binatang yang lebih tinggi tingkatannya (ikan, burung). Apabila darah menyelimuti saluran makanan, zat makanan yang telah dicernakan akan terserap secara osmose, dan kemudian akan dibawa ke otot, kelenjar, dan jaringan lain untuk diubah menjadi protoplasma dan zat lain.

2.1.4. Perkembangbiakan Serangga

(14)

kelamin serangga kadang tidak bisa dibedakan dari luar karena perbedaannya hanya sedikit sekali, tetapi kalau diteliti secara mendalam, perbedaan jantan dan betina akan dapat dikenali. Misalnya, pada lalat, mata majemuk jantan yang terletak di kiri dan kanan kepala, bersentuhan satu dengan yang lain. Seringkali ujung perut juga dapat dipakai untuk mengenali jenis kelamin serangga.

Alat kelamin serangga biasanya terdapat pada ujung perut, yaitu pada ruas kedelapan atau kesembilan. Alat kelamin betina dilengkapi dengan ovipositor, yaitu alat untuk memasukkan telur ke dalam tanah atau jaringan tanaman. Alat kelamin jantan dilengkapi dengan clasper atau alat pemeluk yang digunakan untuk memegang betina selama perkawinan. Serangga jantan menghasilkan sperma, sedangkan yang betina menghasilkan telur. Telur yang telah dibuahi akan bersatu menjadi satu sel yang akan berkembang menjadi serangga baru. Ada juga serangga yang tanpa kawin dapat menghasilkan individu baru. Hal ini disebut parthenogenesis. Contoh parthenogenesis adalah lebah madu. Telur yang tidak dibuahi akan menghasilkan lebah jantan, biasanya juga disebut drene, yang perannya hanya membuahi lebah betina, tanpa pernah bekerja. Telur yang telah dibuahi akan menghasilkan lebah pekerja dan betina (ratu). Pada aphis, telur yang tidak dibuahi menjadi betina.

Besarnya telur serangga pada umumnya tidak lebih dari 3,5 mm, sehingga tidak kelihatan jelas dengan mata telanjang. Telur serangga bervariasi jumlah, bentuk, maupun besarnya. Kadang serangga betina hanya menghasilkan satu telur, tetapi dalam keadaan luar biasa (ekstrim), serangga dapat bertelur lebih dari satu juta. Ratu lebah dapat bertelur antara 2.000 sampai 3.000 butir setiap hari, sedangkan ratu rayap (anai-anai) dalam satu menit dapat menghasilkan 60 juta telur. Pada umumnya, serangga dapat bertelur lebih dari 100 butir.

Cara bertelur serangga ada yang sekaligus dalam waktu sehari, ada pula yang berlangsung dalam beberapa hari. Serangga jenis lainnya ada yang bertelur memakai jarak antara dua hingga lima hari, setiap bertelur lebih kurang 125 butir. Pada umumnya telur diletakkan di tempat yang cukup banyak makanan, sehingga pada waktu menetas serangga muda sudah mendapat makanan yang memadai dan tempat yang aman serta sesuai untuk perkembangannya. Induk serangga biasanya tidak memperhatikan telurnya. Biasanya sesudah selesai masa bertelur, serangga betina lalu mati.

Perkembangan serangga begitu cepat, karena beberapa faktor, seperti jumlah telur yang demikian banyak dan daur hidup yang pendek, serta kecepatan tumbuh generasi baru yang pesat. Ada sejenis serangga yang daur hidupnya hanya berlangsung 10 hari. Sepasang lalat rumah, bila tidak ada yang mati dalam jangka waktu lebih kurang empat hingga lima bulan sudah akan menjadi lebih dari satu triliun. Hama sisik yang mula-mula jumlahnya hanya satu pasang, dalam jangka waktu tiga bulan sudah dapat mencapai lebih dari satu juta.

Ada beberapa cara perubahan bentuk dalam perkembangan serangga, sejak menetas hingga dewasa, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks:

(15)

Kedua, perkembangan dengan metamorfosa sederhana atau bertahap. Metamorfosa adalah perubahan yang nyata dalam bentuk dan rupa binatang sesudah menetas (lahir) dan dewasa. Misalnya, berudu (anak katak), berbeda sekali dengan katak dewasa, maka anak katak tersebut disebut mengalami metamorfosa. Adapun burung, kelinci, kucing, harimau, tidak mengalami metamorfosa. Banyak spesies serangga yang bentuk mudanya menyerupai serangga dewasa. Hanya bedanya, serangga muda belum mempunyai sayap. Sayap akan tumbuh secara bertahap, makin lama makin besar dan akhirnya akan menyerupai serangga dewasa. Misalnya, jengkerik dan gangsir. Perkembangan demikian disebut metamorfosa sederhana atau metamorfosa bertahap. Serangga muda yang akan mengalami metamorfosa bertahap disebut nimfa (nymph). Pada umumnya, sifat serangga muda dan dewasa hampir sama. Mereka makan bersama-sama satu jenis makanan. Nimfa belalang dan belalang dewasa, sama-sama makan rumput. Metamorfosa sederhana tersebut disebut juga heterometabola atau perubahan yang berbeda. Termasuk dalam golongan ini adalah ordo Orthoptera, Isoptera, Mallophaga, Thysanoptera, Homoptera, Hemiptera, dan Anoptera.

Ketiga, perkembangan dengan metamorfosa sempurna. Golongan serangga ini mempunyai kebiasaan yang berbeda sewaktu masih muda. Misalnya nyamuk, pada waktu masih muda hidup di air dalam bentuk jentik. Demikian halnya ulat, pada waktu masih muda makan daun, tetapi setelah dewasa menjadi kupu yang memakan madu. Pada jenis serangga ini, bentuk waktu muda berbeda sekali dengan serangga dewasa. Serangga muda biasa disebut larva, yang tidak mempunyai sayap, dan tanda calon sayap juga tidak nampak. Larva atau nimfa mula-mula kecil, kemudian menjadi besar. Tingkatan pertumbuhan ini disebut dengan instar. Larva setelah dewasa mengalami perubahan bentuk, lalu menjadi pupa. Larva ada yang langsung membuat pupa, tetapi ada juga yang sebelum menjadi pupa lebih dahulu membuat pelindung dari daun yang dilipat, tanah (pasir) halus, sayatan kayu halus, rambut dari badan larva atau bahan lainnya, yang dapat untuk melindungi diri. Tempat perlindungan di sekeliling pupa disebut kepompong atau kokon (cocon). Apabila tempat berlindung tersebut dibuat dari kulitnya sendiri yang kering, sehingga membentuk kantung yang tahan air dan kedap udara, disebut puparium.

2.2. Phylum Annelida2

K

elas Nematoda. Nematoda berbentuk seperti cacing kecil. Panjangnya 200 hingga 1.000 milimikron. Ada beberapa perkecualian yang panjangnya melebihi satu cm. Nematoda dapat hidup di dalam atau di atas tanah, di dalam tanaman (endoparasit) atau di luar tanaman (ectoparasit). Umumnya hidup dalam lapisan atas tanah sampai sedalam 30 cm. Ada nematoda yang makan tanaman yang masih hidup, ada pula yang makan tanaman yang telah mati. Jenis yang saprofit sangat menguntungkan, karena mempercepat proses tanaman yang telah mati menjadi tanah dan biasanya tidak mempunyai stylet, sedangkan nematoda jenis parasit atau predator mempunyai stylet. Nematoda yang di atas tanah sering terdapat dalam jaringan tanaman atau di antara daun yang melipat, di tunas daun, di dalam buah, di batang, atau di bagian tanaman yang lainnya.

Nematoda dapat bergerak, tetapi tidak begitu cepat, kira-kira hanya 30 m setiap tahunnya, tergantung struktur tanah, udara, air tanah, suhu, dan lain-lain. Umumnya, di

2

(16)

dalam tanah yang jenuh air dan oksigennya hanya sedikit, perkembangannya terhambat. Kecuali beberapa jenis yang dapat hidup dalam tanah yang jenuh air, karena dapat bantuan oksigen dari akar tanaman padi. Dalam tanah yang teksturnya terbuka dan cukup mengandung air yang terikat, perkembangannya cepat. Di tanah yang berat dan keras, perkembangannya terhambat. Suhu optimal untuk hidupnya kira-kira 15 hingga 30oC dan suhu maksimal 43,5oC.

Badan nematoda berbentuk benang, mempunyai mulut dan saluran makanan yang baik. Mulutnya dilengkapi dengan bintil, bibir, kait, atau duri dalam mulut yang berhubungan dengan kerongkongan yang sempit. Biasanya, mempunyai dinding otot kerongkongan yang tebal dengan lapisan kutikula dan mengembang menjadi satu atau lebih gelembung kerongkongan yang berotot atau pharynx. Dengan klep dan dinding berotot, kerongkongannya akan memompa larutan makanan atau butiran makanan padat dan dengan gerakan peristaltis, cairan makanan akan terus masuk dalam usus. Ususnya biasanya berbentuk tabung lurus yang akan membuka di dekat ujung badan belakang pada permukaan ventral.

Dinding badan tersebut berotot dan menutupi ruangan badan yang berisi cairan darah, saluran makanan, alat pengeluaran kotoran, dan alat reproduksi. Tidak ada sistem sirkulasi dan alat pernafasan yang sempurna. Badan nematoda tidak mempunyai ruas, tetapi kadang ada kutikula yang keras melingkar seperti cincin. Dinding badan yang berotot akan memungkinkan nematoda membengkok dan melengkung dengan gerakan yang mengombak. Serangan nematoda ada yang menimbulkan gejala di bawah permukaan tanah dan ada pula yang menyebabkan gejala di atas permukaan tanah.

2.2.1. Gejala di bawah permukaan tanah

a. Karena ada nematoda yang masuk ke akar, maka akar bereaksi membentuk hyperplasia (tumor atau bisul) yang cukup besar, seperti bonggol. Nematoda tinggal bersama-sama dengan telurnya. Nematoda demikian disebut endoparasit. Serangan ini menyebabkan nekrosis, ujung akar mati, kemudian terjadi lagi pembentukan akar serabut baru yang jumlahnya lebih banyak. Bila serangan terjadi di satu sisi, maka akar tumbuh membengkok dan berbelit-belit. Waktu nematoda masuk ke akar, akan menimbulkan luka akibat styletnya. Luka tersebut mendorong munculnya cendawan dan bakteri yang menyebabkan penyakit sekunder, yaitu akar menjadi busuk dan dapat menjadi sumber penyakit yang akan meluas ke seluruh kebun.

b. Kalau nematoda hanya tinggal di luar tanaman dan hanya memasukkan stylet atau kepalanya saja untuk menghisap air sel tanaman dan mengeluarkan enzyme untuk menghancurkan sel tanaman, disebut ectoparasit. Akibat luka tusukan stylet, bagian luar tanaman berubah warna menjadi coklat. Luka tersebut juga mengakibatkan timbulnya penyakit sekunder akibat bakteri atau cendawan.

2.2.2. Gejala di atas permukaan tanah

(17)

pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil, klorosis, dan sering diikuti kelayuan, daun gugur, atau ujung tanaman mati.

b. Unsur hara yang tidak terserap maksimal dapat pula mengakibatkan titik tumbuh mengalami kelainan, daun keriting, membengkok, berbelit, kadang pada batang ada tumor atau pembengkakan.jaringan parenchyma daun dan batang mengalami kematian, sehingga timbul bercak yang warnanya coklat (nekrosis).

Nematoda dibagi menjadi lima ordo, yaitu: (1) Dorylaimida, yang merupakan ectoparasit, biasanya juga menjadi vector beberapa penyakit tanaman, (2) Mononchida, yang memangsa binatang kecil lain termasuk nematoda. Nematoda yang termasuk ordo ini menjadi predator, (3) Rhabditida, pada umumnya yang termasuk ordo ini bersifat saphrofit, tidak mempunyai stylet, tetapi ada pula yang menjadi predator serangga, (4) Tilenchida, umumnya nematoda yang termasuk dalam ordo ini menjadi parasit tanaman, (5) Enoplida, banyak yang menjadi parasit serangga.

Berdasarkan tempat hidupnya, nematoda diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (1) nematoda yang hidup di dalam tanah. Nematoda ini dapat termasuk semi endoparasit, endoparasit, atau ectoparasit. Nematoda memasukkan kepalanya ke dalam akar tanaman, tetapi bagian badannya masih di luar akar, sehingga disebut semi-endoparasit. Bila nematoda hidupnya di dalam tanah dan hanya menghisap cairan tanaman dengan styletnya yang dimasukkan ke dalam akar, disebut ectoparasit. Ada nematoda yang dapat keluar masuk akar, bersifat endoparasit atau ectoparasit, (2) nematoda yang hidup di dalam tanaman. Nematoda ini boleh dikatakan sebagian besar hidupnya berada dalam tanaman atau endoparasit. Tempatnya dapat di dalam bisul atau puru akar, dalam daun atau tunas, dalam buah, dalam batang, dan di bagian tanaman lainnya lagi.

(18)

tanaman, selanjutnya menetap di permukaan akar. Tanaman yang diserang menjadi layu, pembentukan akar serabut yang tidak normal, produksinya merosot. Misalnya: Heterodera marioni (Cornu) Goodey yang menyerang tanaman tomat dan kentang; H. glycines pada tanaman kedelai; H. rostochiensis pada tanaman kentang; H. schachtii pada tanaman bit, kentang, dan lainnya.

Nematoda akar ectoparasit banyak merugikan petani karena serangannya pada akar dengan menusuk dan menghisap cairan sel. Luka akibat tusukan ini akan mengundang bakteri dan cendawan yang menyebabkan busuk akar, pertumbuhan tanaman terhambat, dan mengurangi hasil. Nematoda ini bentuknya seperti benang, panjangnya 0,5 hingga empat mm. Contohnya: Xiphinema sp dan Longidorus sp dapat menularkan virus.

Nematoda daun dan kuncup (Aphelenchoides) dapat hidup dalam daun dan kuncup, masuknya melalui mulut daun. Bila keadaan lembab, nematoda dapat naik melalui batang terus masuk dalam mulut daun. Nematoda ini bertelur pada ketiak daun atau pada bunga, sehingga bijinya juga dapat menjadi alat penular. Akibat serangannya, pertumbuhan tanaman terhambat, bahkan dapat mati. Pada tanaman padi, malai dapat hampa bila terserang Aphelenchides besseyi, sedangkan yang menyerang tanaman kol bunga adalah A. Fragariae.

Nematoda batang (Ditylenchus), dapat hidup dalam batang tanaman, juga dalam daun atau bagian tanaman di bawah permukaan tanah. Nematoda ini dapat menyebabkan batang membengkak, ruas menjadi pendek, batang dan daun dapat terpilin, malai menjadi hampa atau tidak keluar dari pelepah. Contohnya: Ditylenchus angustus pada tanaman padi.

Pengendalian nematoda dilakukan sebagai berikut. (1) usahakan penggunaan benih bebas nematoda dari tanaman yang sehat, (2) biji yang diragukan kesehatannya diperlakukan dengan air panas. Caranya: biji direndam air biasa, digoyang-goyangkan selama satu jam, kemudian masukkan dengan segera dalam air panas 52oC selama 20 menit; 54oC selama 15 menit atau 56oC selama 10 menit, (3) dilakukan rotasi tanaman, dengan tanaman yang tidak diserang nematoda dalam tiga tahun, misalnya dengan tanaman leguminosae yang diikuti tanaman jagung, dan seterusnya dengan tanaman lain yang tidak diserang nematoda, (4) dengan obat kimia (nematisida), seperti Furadan, Temik, Curater, Cynem, Nemagon, dan Nemacide.

2.3. Phylum Mollusca3

B

inatang yang termasuk Mollusca pada umumnya tidak beruas, badannya lunak, dapat mengeluarkan lendir, ada yang mempunyai pelindung (rumah) dan ada yang tidak. Mollusca termasuk binatang yang menyukai kelembaban. Biasanya, pada waktu siang hari bersembunyi di tempat yang teduh. Mollusca memakan bahan organik yang telah membusuk ataupun tanaman yang masih hidup; alat untuk makan berbentuk seperti lidah yang kasar atau parut yang disebut radula. Mollusca adalah binatang malam dan mencari makan pada umumnya waktu malam hari. Jejak perjalanan mollusca dapat diketahui dengan adanya bekas lendir sedikit mengkilat. Ada dua macam mollusca. Mollusca yang mempunyai rumah biasanya disebut bekicot, sumpil, atau keong, sedangkan yang tidak mempunyai rumah (pelindung) atau rumahnya kerdil, biasanya disebut siput. Bekicot atau

3

(19)

siput pada umumnya hermaphrodit, mempunyai alat kelamin jantan dan betina. Meskipun demikian, sering juga terlihat mollusca mengadakan perkawinan dengan sesamanya.

Ada beberapa jenis siput dan bekicot, di antaranya adalah: (1) siput telanjang (tidak berumah) (Vaginula bleekeri (Keferst) atau Filicaulis bleekeri (Keferst). Warna siput coklat keabuan, pada punggungnya ada bercak coklat tua yang tidak teratur dan ada garis sepasang memanjang, panjangnya lima cm. Siput ini sering merusak pesemaian kol, sawi, tembakau, tomat, dan lainnya, (2) siput setengah telanjang (Parmarion pupillaris Humb). Warnanya coklat kekuningan atau coklat keabuan. Rumah pada punggungnya kerdil dan sedikit menonjol. Jenis yang telanjang halus, tidak ada tonjolannya. Panjangnya lima cm. Siput tersebut polyphag, pemakan segala tanaman. Sering merusak pesemaian atau tanaman yang baru saja tumbuh seperti kol, sawi, tomat, tembakau, ubi jalar, kentang, dan lainnya, (3) sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt, sinonimnya Opeas gracilis Hutt dan

Subulina octona Brug. Sumpil mempunyai rumah yang bentuknya silindris, berukuran kecil, warnanya kuning muda, panjangnya 11 mm. Kedua jenis sumpil ini biasanya tercampur menjadi satu populasi. Banyak merusak semai tembakau, kol, sawi, bermacam-macam sayuran, sering juga ada di balik pot tanaman anggrek di tempat yang lembab, di dalam rumah kaca, dan lainnya, (4) bekicot (Achatina fulica Bowd atau A. variegata). Bekicot ini mempunyai rumah, panjangnya 10 hingga 13 cm, berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan. Menjalar ke Indonesia melewati Malaysia, antara tahun 1921 hingga 1930. Pada waktu siang hari, bekicot sering istirahat pada batang pepaya, pisang, dinding rumah, dan lainnya. Pada waktu malam hari, bekicot mencari makanan. Siang hari, bekicot mencari tempat perlindungan di lubang tanah, kaleng atau bambu. Apabila diganggu, bekicot akan menarik kepalanya masuk ke dalam rumahnya. Kadang dapat mengeluarkan suara. Waktu musim kemarau yang panjang dan udara panas, kepala dan seluruh badan dimasukkan dalam rumah dan lubangnya ditutup dengan suatu lapisan membran yang tebal, sehingga bekicot tersebut dapat bertahan hidup selama musim kemarau, kurang lebih enam bulan. Bila musim hujan tiba, dalam beberapa jam bekicot dapat segera mengakhiri masa istirahatnya dan mulai mencari makanan. Bekicot yang baru saja menetas dapat tahan tidak makan selama satu bulan. Bekicot yang besar dapat tahan terendam air tawar selama 12 jam, tetapi kalau air mengandung garam, bekicot akan mati dengan pelan. Telurnya berwarna kuning dengan diameter lima mm, biasanya terdapat dalam kelompok telur yang jumlahnya 100 hingga 500 butir gumpalan telur yang diameternya dapat sampai lima cm. Biasanya terletak di bawah batu, tanaman, atau dalam tanah gembur. Telur ini akan menetas dalam 10 hingga 14 hari.

Bekicot banyak merusak tanaman, di antaranya tanaman bunga bakung, bunga dahlia, pepaya, dan tomat. Selain itu, bekicot juga makan tanaman yang telah mati. Musuh alami bekicot misalnya Gonaxis dan Euglandina. Kunang-kunang Lamprophorus juga makan bekicot muda. Bakteri Aeromonas liquefacicus sering juga menyerangnya.

(20)

BAB III PENYAKIT TANAMAN

T

anaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat, penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab sakitnya tanaman bermacam-macam. Ada yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus, dan lain-lain.

Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

Pertama, penyakit lokal. Penyakit ini hanya terdapat di suatu tempat atau bagian tanaman tertentu. Misalnya, pada buah, bunga, daun, cabang, batang, atau akar. Kedua, penyakit sistemik penyakit ini menyebar ke seluruh tubuh tanaman, sehingga seluruh tubuh tanaman menjadi sakit. Misalnya, penyakit CVPD pada tanaman jeruk. Dalam penyembuhannya, seluruh tubuh tanaman harus diobati. Misalnya, dengan infus yang obatnya dapat segera menyebar ke seluruh tubuh tanaman.

Ilmu yang mempelajari penyakit tanaman disebut Phytopathology. Kata ini berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu phyton yang berarti tanaman dan pathos yang berasal dari kata pathein, yang artinya menderita sakit atau penyakit, serta logos (ilmu).

Penyakit tanaman dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: penyakit parasit dan penyakit non-parasit atau penyakit fisiologis. Istilah parasit berasal dari bahasa latin parasitus, artinya pembonceng atau benalu. Kata parasit juga berasal dari bahasa Yunani parasitos, yang artinya makan bersama-sama dengan lainnya dalam satu meja. Dewasa ini istilah parasit dalam dunia pertanian berarti mahluk yang memperoleh makanan atau keuntungan dari mahluk lain, tetapi tidak mau memberi imbalan. Dalam ilmu penyakit, parasit adalah tanaman atau binatang yang hidup di dalam atau pada mahluk hidup lain dan memperoleh makanan tanpa memberikan kompensasi sedikitpun. Tanaman atau binatang yang ditempati parasit disebut inang atau tuan rumah. Parasit dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: Pertama, parasit sejati, yang mengambil seluruh makanan dari inang; kedua, setengah parasit, yang memenuhi kebutuhan makannya hanya sebagian yang mengambil dari inang, selebihnya diusahakannya sendiri.

Parasit penyebab penyakit tanaman meliputi: cendawan, bakteri riketsia, mikoplasma, virus, viroid, ganggang, dan benalu serta tali putri. Selain itu ada istilah hiperparasit, yaitu parasit yang hidup dari parasit yang lain. Saprofit, yaitu organisme yang hidup dari organisme yang telah mati, misalnya cendawan yang hidup pada kayu mati. Epifit, yaitu tanaman, cendawan, atau bentuk lain yang hidup pada tanaman, tetapi makanannya mengambil dari udara, sehingga tidak mengganggu tanaman inang. Misalnya, anggrek, lumut, lichen (kerjasama antara ganggang dan cendawan).

3.1. Gejala Tanaman yang Terserang Penyakit4

S

etiap tanaman yang sakit, akan memperlihatkan gejala atau simptomnya. Gejala sebenarnya adalah perubahan bagian tanaman yang merupakan reaksi tanaman atas masuknya benda asing seperti cendawan, bakteri, virus atau akibat kekurangan unsur hara.

4

(21)

Dengan melihat gejalanya saja, belumlah cukup untuk memastikan penyebab sakitnya tanaman, karena ada penyebab penyakit yang berbeda ternyata menunjukkan gejala sakit yang sama. Untuk memastikan penyebab penyakit dengan benar, harus diteliti keadaan tubuh tanaman atau keadaan tanah. Gejala penyakit tanaman tersebut ada bermacam-macam, yaitu:

1). Layu. Di musim kemarau, pada siang hari, sering ada tanaman yang layu karena kekurangan air. Setelah disiram air, ternyata tanaman tersebut segar kembali. Kelayuan seperti ini bukan karena penyakit. Kalau kelayuan tersebut karena terserang penyakit, walaupun disiram air tidak akan mau segar kembali, karena perakaran tanaman atau jaringan dalam batang tanaman telah rusak akibat serangan cendawan atau bakteri, sehingga pengangkutan air dari dalam tanah tidak dapat lancar.

2). Rontok. Bila daun, ranting, bunga atau buah banyak yang rontok sampai berlebihan, dapat dipastikan bahwa tanaman menderita kelainan. Mungkin karena penyakit parasit, non-parasit atau hama. Jeruk yang cabang atau pohonnya terserang jamur upas, pada umumnya daunnya banyak yang rontok bahkan dapat sampai habis.

3) Perubahan warna. Daun mula-mula berwarna hijau cerah, selanjutnya menjadi kuning, hijau redup (pucat), yang disebut klorose. Perubahan warna ini disebabkan oleh rusak atau tidak berfungsinya klorofil. Bisa diakibatkan oleh kekurangan cahaya matahari atau karena serangan penyakit. Perubahan warna juga terjadi dalam bentuk bercak coklat karat, ungu, hitam, kelabu, keputihan, atau kombinasinya.

4). Daun berlubang-lubang. Bercak berbentuk lingkaran pada tanaman kentang (disebut bercak kering Alternaria solani), dapat menjadi kering dan rontok, sehingga terjadi lubang yang disebut perforasi atau lubang peluru (shot hole).

5). Nekrosis. Sekelompok sel di suatu bagian tanaman mati dan warnanya berubah menjadi coklat, sehingga terjadi bercak coklat. Bila bercak ini terjadi di beberapa tempat, akhirnya akan merata di seluruh permukaan bagian tanaman. Misalnya, pada daun, umbi, cabang, ranting, kuncup, bunga, dan buah. Pada umbi kentang, terjadi nekrosis karena serangan virus.

6). Kerdil atau atrophy. Daun, buah atau bagian tanaman lainnya menjadi kecil. Kadang seluruh tubuh tanaman menjadi kerdil, misalnya pada tanaman padi yang diserang wereng dan kemudian kena virus akan menjadi kerdil seperti rumput sehingga disebut penyakit kerdil rumput.

7). Hypertrophy. Adalah parasit atau faktor lain yang merangsang membesarnya bagian tanaman melebihi normal, misalnya pada akar, daun, dan buah. Hal ini diperkirakan karena pembelahan sel yang bertambah banyak dan membentuk sel yang lebih besar jumlahnya dan selanjutnya menambah besarnya organ tanaman tersebut. Gejala tersebut disebut hyperplasia. Hal ini terjadi misalnya pada akar leguminosae yang berbintil-bintil karena adanya bakteri Rhizobium sp.

8) Etiolasi. Pertumbuhan tanaman memanjang kecil, pucat, dan lemah, karena kekurangan sinar surya. Misalnya yang terjadi pada semaian kol yang terlindung. Gejala tersebut disebut etiolasi. Tanaman yang terkena etiolasi mudah terserang penyakit semai roboh.

(22)

sapu. Ada yang menyebut hal ini sebagai gejala sapu setan, misalnya yang terjadi pada tanaman kacang panjang yang diserang virus.

10). Kanker. Luka pada batang berkayu sering mengakibatkan kulit menjadi rapuh dan mudah lepas, kemudian luka tersebut menjadi terbuka, sehingga akhirnya terlihat kayunya. Kanker dapat berjangkit semusim atau tahunan, sehingga dari musim ke musim makin bertambah besar. Tanaman apel, sering terserang penyakit kanker pada batang, cabang, dan buahnya.

11). Semai roboh (dumping off). Tanaman semai selada sering terkena penyakit semai roboh, dengan gejala batang menjadi lunak, lalu roboh, busuk, dan mati. Biasanya penyakit tersebut disebabkan oleh udara lembab dan kekurangan sinar surya, karena atap pesemaian tidak dibuka.

12). Daun mengeriting. Daun tomat dan kentang sering mengeriting karena serangan virus.

13). Eksudasi (exudate). Tanaman yang sakit mengeluarkan cairan, bentuk dan warna cairan berbeda-beda, tergantung tanaman dan penyakitnya. Misalnya, gummosis

yang mengeluarkan cairan jernih (warna seperti coklat) atau blendok pada tanaman jeruk yang sakit karena Phytopthora parasitica. Bila yang dikeluarkan cairan resin, misalnya pada tanaman pinus, penyakit tersebut disebut resinosis. Bila yang dikeluarkan getah atau lateks, disebut lateksosis.

14). Busuk. Ada dua macam penyebabnya, yaitu busuk kering dan busuk basah. Penyakit tersebut dapat menyerang akar, batang, kuncup, dan buah.

15). Mumifikasi. Buah menjadi kering mengkerut seperti mumi. Mula-mula buah menjadi busuk basah, kemudian terisi benang cendawan parasit, sehingga mulai mengkerut dan kering. Mumi biasanya tetap tergantung di pohon atau dapat juga rontok, kemudian menghasilkan spora yang dapat tersebar kemana-mana.

16). Kudis. Daun, ranting, cabang, dan kulit buah jeruk sering diserang kudis, berupa bintik berwarna kuning kecoklatan dan bergabus. Penyakit tersebut disebabkan oleh cendawan Sphaceloma fawcetti. Umbi kentang yang diserang kudis warnanya menjadi coklat tua, bentuk bercaknya tidak teratur, sedikit menonjol, dan bergabus. Penyebabnya

Streptomyces scabies.

17). Tepung. Pada daun, batang, atau buah kapri kelihatan warna putih karena tertutup tepung. Tepung tersebut merupakan spora yang dapat berhamburan kemana-mana, bila dihembus angin. Penyebabnya adalah cendawan Erysiphe polygoni.

3.2. Cendawan

(23)

cendawan jelaga. Miselium yang masuk ke dalam tubuh inang berwarna hitam atau transparan (hyaline). Ada yang masuk ke dalam sel, tetapi ada juga yang hanya berada di ruangan antarsel. Cabang hifa yang masuk ke dalam inang adalah sel yang berguna untuk menghisap zat makanan dan air, disebut dengan haustorium atau appressorium.

Cendawan tidak berhijau daun, sehingga tidak dapat berasimilasi C. Oleh karena itu, makanannya diperoleh dari organisme yang telah mati (saprofit) atau dari organisme yang masih hidup (parasit). Bila miselium dalam bentuk parasit atau saprofit mulai berkembang dari satu titik, maka perkembangan selanjutnya akan terjadi secara radial menuju ke segala arah (kecuali untuk beberapa substrat). Banyak bercak daun karena cendawan, berbentuk bulat sesuai dengan sifat berkembangnya cendawan secara radial menuju ke segala arah. Pada buahan yang busuk, kelihatan juga bercak yang bulat. Pada kulit kayu, umumnya lukanya sedikit memanjang atau agak elips. Ini disebabkan oleh pertumbuhan membujur dari cendawan lebih cepat daripada pertumbuhan melintang.

Hifa dari satu miselium kadang berkumpul menjadi satu membentuk ikatan menyerupai benang berwarna coklat tua, merah kekuningan atau putih. Bentuk berubah-ubah dari tipis sampai tebal. Rhizomorph dapat bercabang banyak atau sedikit dan sering bercampur dan membentuk suatu jaringan. Rhizomorph tersebut dapat memanjang dan menyimpan bahan makanan yang dapat dibawa ke bagian lain. Hal tersebut membantu untuk penyebaran cendawan dalam satu pohon ke pohon lain yang berdekatan. Misalnya, rhizomorph yang terdapat pada cendawan Armillaria mellea (Vahl). Sacc. yang menyebabkan busuk akar pada tanaman buahan seperti jeruk, alpokat, dan apel.

Sclerotia disebut organ penyimpanan makanan. Terjadi karena adanya kumpulan hifa yang padat dan berisi bahan makanan berbentuk minyak atau senyawa lain. Sclerotia ada yang agak sulit dilihat mata, tetapi ada juga yang mudah dilihat. Bentuknya bermacam-macam. Ada yang memanjang, silindris, bulat, datar, dan bentuk tidak teratur. Umumnya berwarna tua, coklat tua atau hitam. Sclerotia dapat bertahan dalam keadaan buruk seperti udara kering, temperatur sangat tinggi atau sangat rendah. Sclerotia dapat melekat pada biji, setek, tanah, dan sebagainya, sehingga sangat efektif menyebarkan cendawan parasit. Misalnya, pada penyakit Rhizoctonia solani Kuhn yang menyerang umbi tanaman kentang.

3.2.1. Perkembangbiakan cendawan

Cendawan berkembangbiak dengan berbagai cara, baik secara aseksual maupun secara seksual. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan tanpa penggabungan sel kelamin betina dan kelamin jantan, tetapi dengan pembentukan spora atau kembangbiak secara vegetatif (pemutusan hifa atau miselium yang kemudian dapat berkembang biak lagi). Perkembangbiakan cendawan pada umumnya dengan menggunakan spora yang kecil sekali yang hanya terlihat dengan mikroskop. Dari hifa akan tumbuh spora yang di dalamnya terdapat banyak sekali spora. Pembentukan sel baru menyerupai induknya.

(24)

Spora tersebut terbentuk dengan bermacam-macam cara, di antaranya adalah: (1) Konidi. Spora aseksual yang dibentuk dari ujung hifa. Ujung cabang hifa yang ada konidianya disebut konidiofora; (2) Klamidospora. Dibentuk langsung dari sel-sel tertentu dari hifa; (3). Zoospora atau spora yang dapat bergerak. Terdiri atas massa protoplasma yang telanjang dan mempunyai bulu halus yang dapat bergetar, sehingga dapat berenang seperti binatang. Bulu halus tersebut disebut cilia. ; (4). Askospora. Spora yang dihasilkan dari penggabungan sel kelamin jantan dan betina yang berkembang dalam suatu alat seperti kantung yang disebut ascus; (5) Basidiospora. Spora pada Basidiomycetae; (6). Zygospora. Spora yang terbentuk dari penggabungan dua sel yang mirip atau gamet; (7). Oospora. Spora yang dibentuk dengan cara penggabungan dari gamet betina besar dan pasif dengan gamet jantan, kecil tetapi aktif.

3.2.2. Klasifikasi Cendawan

Cendawan ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Cendawan yang menguntungkan di antaranya, adalah: Volavaria volvaceae (jamur merang yang enak dimakan); Monilia sitophila (jamur oncom merah); Rhizopus oryzae (jamur tempe);

Saccharomyces cerevisiae (cendawan yang dapat mengubah tepung menjadi gula). Adapun cendawan yang merugikan di antaranya: Phytophthora parasitica (penyakit blendok pada pohon jeruk; Corticium salmonicolor (penyakit jamur upas pada tanaman karet, jeruk, dan lain-lain); Helminthosporium oryzae (penyakit bercak coklat pada tanaman padi); Ustilago maydis (penyakit gosong bengkak pada tanaman jagung).

Cendawan dibagi dalam empat golongan yang penting, yaitu: (1) Phycomycetes, (2) Ascomycetes; (3) Basidiomycetes; dan (4) Fungi imperfecti. Berikut ini akan diuraikan macam-macam penyakit pada berbagai jenis tanaman akibat cendawan yang dikelompokkan berdasar golongannya.

3.2.2.1. Penyakit yang disebabkan Phycomycetes

Hifa phycomycetes tidak bersekat. Cendawan yang termasuk dalam golongan ini di antaranya mengakibatkan penyakit:

a. Akar gada pada tanaman kol (kubis)

Tanaman kol, sawi, kol bunga, dan semua yang termasuk keluarga Cruciferae

(25)

Tanaman yang terserang menjadi kerdil, warna daunnya menjadi abu-abu. Bila terbentuk akar adventif, tanaman dapat lebih segar sedikit dan ada kemungkinan dapat sembuh. Akar yang pernah terkena infeksi, bila terkena infeksi lagi dapat menjadi busuk.

Faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit tersebut, antara lain adalah (1) tanah yang masam, sehingga merangsang pertumbuhan cendawan; (2) temperatur optimum untuk perkembangan penyakit, terletak antara 25 hingga 30oC; (3) tanah yang selalu basah, hujan yang banyak, mengakibatkan semakin ganasnya serangan.

Sumber penyakit tersebut adalah (1) sisa spora yang masih banyak terdapat dalam tanah; (2) bekas tanaman sakit; (3) pesemaian yang telah tercemar penyakit.

Pencegahannya adalah sebagai berikut. (1) tanah yang asam dijadikan basa, dengan jalan memberi kapur pertanian sedini mungkin sampai pH lebih kurang 7,2; (2) rotasi tanaman. Patogen dapat hidup dalam tanah tiga hingga enam tahun, maka jangan menanam kol dan tanaman yang tergolong Cruciferae selama enam tahun; (3) drainase yang baik, jangan sampai air menggenangi tanaman kol; (4) tanamlah strain (jenis) yang tahan; (5) kebersihan harus dijaga, semua tanaman yang diduga menjadi sumber penyakit dibersihkan; (6) berilah persenyawaan air raksa, sublimate (mercuri chloride) atau calomel (mercuro chlorida). Setiap lubang tanaman diberi larutan sublimate 0,05 hingga 0,10 persen sebanyak 125 hingga 250 CC. sebelum ditanam, akar tanaman dicelup lebih dahulu dalam larutan calomel empat persen.

b. Busuk daun kentang

Penyebabnya adalah cendawan Phytophthora infestans (Mont.) De Bary. Penyakit daun kentang ini merupakan salah satu penyakit yang paling merusak tanaman kentang. Cendawan ini asalnya dari pegunungan Andes sebelah utara, kemudian menyebar ke seluruh Amerika, Eropa, dan seluruh dunia. Cendawan ini juga menyerang tanaman tomat.

Gejala (simtom) yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. Daun yang sakit terlihat bercak pada ujung dan tepi daunnya dan dapat meluas ke bawah serta mematikan seluruh daun dalam waktu satu hingga empat hari. Hal ini terjadi bila udara lembab. Bila udara kering, jumlah daun yang terserang terbatas, bercak tetap kecil dan jadi kering serta tidak menular ke daun lainnya. Bila serangan menghebat, daun yang kering akan mengeriting dan mengerut, tetapi bila keadaan udara tetap basah, maka daun akan membusuk dan sering mengeluarkan bau yang tidak enak. Bila udara panas dan kelembaban tinggi, perkembangan penyakit sangat cepat. Seluruh daun akan menghitam, layu, dan menjalar ke seluruh batang. Dalam keadaan lembab, pada sisi bagian bawah daun akan kelihatan cendawan kelabu, yang terdiri atas conidiophore dengan konidianya, tetapi bila udara kering dan ada sinar surya, tidak ada cendawan atau kalau ada hanya sedikit.

Umbi dapat terserang juga menjadi busuk basah atau busuk kering. Pada permukaan umbi terdapat bercak yang sedikit cekung sedalam tiga hingga enam mm, warnanya coklat atau hitam keunguan dan bagian yang terserang relatif keras.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini memungkinkan tanaman pala maupun pohon pelindung dan pohon lain yang kehadirannya tidak diinginkan lebih banyak menyerap air dan dapat tumbuh dengan

Berat buah tanaman terung pada jarak tanam yang terlalu rapat berpengaruh terhadap hasil dan produksi tanaman terung dikarenakan populasi tanaman lebih banyak pada jarak tanam

Jenis rambutan ini tidak menghasilkan terlalu banyak buah, namun rambutan ini sangat berkualitas.Ciri-ciri buahnya mempunyai kulit berwarna kuning kemerahan, rambut

pembelajaran, yakni; 1) siswa terlalu terburu-buru dalam menangkap informasi dari guru, siswa banyak yang berebutan untuk bertanya sehingga kelas terkesan gaduh

Dalam memilih roost biasanya kelelawar pemakan buah lebih suka tinggal di pohon yang tidak terlalu terbuka tutupannya sedangkan kelelawar pemakan serangga biasanya lebih

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,