• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Kajian Pustaka

2.2.4 Narkoba

2.2.4.2 Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba sungguh sangat marak walau para pelaku sesungguhnya tahu dampak negatif dan bahaya yang ditimbulkannya.

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum. Dalam khazanah intelektual Widjono, penyalahgunaan berarti pemakaian narkoba secara terus menerus atau sekali-kali atau kadang-kadang dan berlebihan serta tidak merujuk kepada petunjuk dokter dan praktek kedokteran. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan gangguan-gangguan tertentu pada badan dan jiwa seseorang dengan akibat sosial yang merugikan. Sebagaimana diketahui bahwa

ada banyak sekali dampak buruk yang dialami jika narkoba dikonsumsi, diantaranya:

1. Dampak narkoba terhadap fisik dan kesehatan

Dalam konteks ini adanya gangguan pada sistem syaraf (neurologis), seperti:

kejang-kejang,imajinasi, dan halusinasi.Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), gangguan pada kulit (dermatologis), gangguan pada paruparu (pulmoner), sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati, dan insomnia. Gangguan terhadap kesehatan reproduksi yaitu gangguan pada endokrin, seperti penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.

Gangguan terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid). Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV. Bahaya narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.

2. Dampak narkoba terhadap psikologi

Pada psikologi juga adanya dampak yang signifikan seperti kerja lamban dan ceroboh, sering tegang, dan gelisah. Hilang rasa percaya diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal, Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan dan cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman,bahkan bunuh diri.

3. Dampak narkoba terhadap lingkungan sosial

Dalam tataran sosial dampak buruk narkoba dapat kita lihat seperti gangguan mental, anti-sosial, dan asusila. Dikucilkan oleh lingkungan, merepotkan dan menjadi beban keluargaserta pendidikan menjadi terganggu dan masa depan suram. Terakhir yang paling berbahaya bila suatu saat si pecandu narkoba ingin tobat memakai narkoba, sayang sekali tapi efek dari pemakaian narkoba tidak bisa sembuh total. Jadi, si pemakai tetap akan terkontaminasi

dengan berbagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan, seperti HIV (Ihsan Nurul:2015).

2.2.5 Model Teoritik

2.1 Model Teoritik Penelitian KOMUNIKASI

KELUARGA (X)

ANAK KORBAN NARKOBA

(Y)

a. Pola Komunikasi Fungsional b. Pola

Komunikasi Disfungsional

(i)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Ditinjau dari sudut filsafat, metodologi penelitian merupakan epistemologi penelitian, yaitu yang menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian (Usman & Akbar, 2009: 41). Metode penelitian juga merupakan analisis teori atau ilmu yang membahas tentang metode dalam melakukan penelitian. Metode penelitian komunikasi untuk menemukan hal-hal baru, membuktikan atau menguji temuan penelitian sebelumnya atau untuk pengembangan ilmu komunikasi (Pujileksono, 2015: 4).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Deskriptif merupakan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis, atau membuat prediksi. Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif itu sendiri adalah untuk menggambarkan suatu fenomena atau gejala sosial dengan jalan menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, akurat, dan faktual mengenai fakta-fakta keadaan subjek atau objek penelitian. Ciri-ciri metode deskriptif ini adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian (Pujileksono, 2015: 21).

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian kualitatif merujuk pada masalah atau tema yang sedang diteliti. Menurut Nyoman Kutha Ratna (dalam Fitrah &

Luthfiyah, 2017:156), objek adalah keseluruhan gejala yang ada di sekitar manusia. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian adalah pola komunikasi keluarga.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan informan yang memiliki informasi yang berhubungan dengan peneliti untuk melakukan proses penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah keluarga yang mempunyai anak korban narkoba di Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.

3.4 Unit Analisis

Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi dan sosial yang diteliti objek penelitian. Ada tiga komponen dalam unit penelitian ini:

1. Tempat (place), yaitu dimana penelitian ini berlangsung. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.

2. Pelaku (actor), yaitu subjek penelitian sebagai informasi yang sesuai dengan penelitian ini. Dalam hal ini adalah keluarga yang mempunyai anak korban narkoba.

3. Kegiatan (activity), yaitu kegiatan yang dilakukan pelaku dalam situasi yang sedang berlangsung. Kegiatan yang akan diteliti adalah pola komunikasi keluarga dalam menghadapi anak korban narkoba.

3.5 Kerangka Analisis

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif model Miles dan Huberman. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Berdsarkan model teknik analisis data lapangan Miles dan Huberman, analisis data kualitatif memiliki tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (Pujileksono, 2015:

152).

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data (Sugiyono, 2016 : 224).

3.6.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan interaksi langsung antara pengumpul data dan sumber data (Erlina, 2011: 31). Data primer dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan, baik langsung atau tidak langsung dengan sumber data. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan jumlah pertemuan yang tidak ditentukan, bergantung pada informasi yang dibutuhkan.

Wawancara yang dilakukan secara mendalam, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respon informan, artinya informan bebas memberikan jawaban. Karena itu periset mempunyai tugas berat agar informan bersedia memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam, bila perlu tidak ada yang sembunyikan. Caranya dengan mengusahakan wawancara berlangsung informal seperti orang sedang ngobrol (Kriyantono, 2006:100). Dengan demikian, peneliti akan melakukan wawancara mendalam dengan subjek penelitian yaitu keluarga yang mempunyai anak korban narkoba.

2. Metode Observasi

Observasi yaitu saat peneliti turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas-aktivitas individu di lokasi penelitian. Selama pengamatan peneliti merekam/mencatat baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur (misalnya dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh

peneliti) serta aktivitas-aktivitas di lokasi penelitian (Creswell, 2016:254).

Kegiatan observasi adalah kegiatan yang setiap saat kita lakukan. Observasi biasa dilakukan untuk memahami lingkungan, selain membaca koran, mendengarkan televisi, radio atau berbicara dengan orang lain. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada riset kualitatif. Dimana observasinya adalah interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi diantara subjek yang diriset. Keunggulan metode ini adalah data yang dikumpulkan dalam dua bentuk : interaksi dan percakapan (conversation), artinya selain perilaku nonverbal juga mencakup perilaku verbal dari orang-orang yang diamati (Kriyantono, 2006: 108-109).

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh seseorang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, di mana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya (Erlina, 2011: 31). Data sekunder dalam penelitian selain data cetak dan online adalah studi kepustakaan yaitu, suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan menelaah teori-teori, pendapat-pendapat serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam media cetak, khususnya buku-buku yang menunjang dan relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian (Sarwono, 2010: 34).

3.6.3 Keabsahan Data

Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian keabsahan hasil penelitian. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal; (1) subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif; (2) alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi (apapun bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka, apalagi tanpa kontrol (dalam observasi partisipasi), (3) sumber data kualitatif yang kurang credible akan mengurangi hasil akurasi peneliti. Adapun beberapa teknik keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: (Bungin:2007)

1. Perpanjangan Keikutsertaan Dalam setiap penelitian kualitatif, kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. Karena hampir dipastikan bahwa peneliti kualitatif adalah orang yang langsung melakukan wawancara dan observasi dengan informan-informannya.

Karena itu peneliti kualitatif adalah peneliti yang memiliki waktu yang lama bersama dengan informan dilapangan, bahkan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.

2. Ketekunan Pengamatan Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka jalan penting lainnya adalah dnegan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan dilapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan pancaindra, namun juga menggunakan semua pancaindra termasuk adlah pendengaran, perasaan dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan dilapangan, maka derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses menyusun data agar dapat ditafsirkan.

Bogdan Biklen mengatakan bahwa analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (dalam Pujileksono, 2015: 151). Menurut Miles dan Huberman, langkah-langkah teknik pengumpulan data adalah sebagi berikut:

1. Mereduksi Data

Mereduksi artinya merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan hal yang dianggap penting untuk penelitian. Banyaknya data yang diperoleh di lapangan perlu dianalisis dan dirangkum agar memberi gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data.

2. Penyajian Data

Setelah mereduksi data, maka proses selanjutnya yaitu menyajikan data.

Data yang peneliti dapatkan dari pengamatan, observasi, wawancara

maupun yang diperoleh dari studi pustaka akan disajikan berupa teks naratif, grafik (chart) dan lain sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan yang telah didapat harus didukung oleh data-data yang valid dan konsisten yang ditemukan di lapangan. Kegiatan analisis data ini dimulai dengan mengumpulkan data kemudian dilanjutkan dengan menelaah dan memverifikasi data yang terkumpul, baik itu data primer maupun data sekunder.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian adalah hasil yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil dari wawancara, observasi dan data yang didapatkan peneliti selama proses penelitian.

Proses wawancara mendalam dilakukan dengan delapan orang informan, yang merupakan empat orang ibu dan satu orang bapak dari orang tua korban narkoba, kemudian tiga orang anak laki-laki korban narkoba. Hasil penelitian dan pembahasan akan disampaikan berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai untuk mengetahui pola komunikasi keluarga dalam menghadapi anak korban narkoba di Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Kabupaten Langkat merupakan kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini berada di Stabat. Langkat dipimpin oleh bupati yakni Terbit Rencana Perangin Angin, dengan motto wilayahnya ―Bersatu Sekata Berpadu Berjaya‖. Luas wilayah yang dimiliki 6.272 km2. Total populasi adalah 1.013.385 jiwa pada 2015, kepadatan penduduknya 161,57 jiwa/km2. Suku asli masyarakat langkat adalah suku Melayu Langkat, Karo, Jawa, Batak Mandailing, Banjar, Aceh dan lain-lain.

Kabupaten Langkat memiliki 23 kecamatan salah satunya adalah Pangkalan Susu. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pangkalan Susu yang memiliki 9 desa dan 2 kelurahan diantaranya Desa Alur Cempedak, Desa Pangkalan Siata, Desa Paya Tampak, Desa Pintu Air, Desa Pulau Kampai, Desa Pulau Sembilan, Desa Sei Meran, Desa Sei Siur, Desa Tanjung Pasir, Kelurahan Beras Basah dan Kelurahan Bukit Jengkol. Luas wilayah yang dimiliki 272,31 km² dengan jumlah penduduk 43.486 jiwa tahun 2015, kepadatan penduduknya sebanyak 287jiwa/km2 tahun 2015.

4.1.2 Proses Penelitian

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan proses penelitian dan hasil penelitian yang sudah peneliti lakukan selama sekitar satu bulan sejak tanggal 04 November s/d 29 November 2019. Peneliti menentukan informan penelitian dengan cara purposive sampling atau penentuan informan dengan sengaja yang berasal dari suatu populasi (Keluarga Korban Narkoba) karena memenuhi syarat tertentu. Dimana dalam penelitian ini, syarat yang wajib dipenuhi oleh informan terpilih adalah keluarga yang memiliki anak korban narkoba. Karena dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pola komunikasi keluarga yang dilakukan terhadap anak-anak mereka yang sudah pernah menggunakan narkoba. .

Tahap awal, peneliti mendapatkan informasi dengan melakukan observasi langsung melalui informasi yang disampaikan orang sekitar. Peneliti bertanya kepada orang-orang terdekat dahulu seperti orang tua dan adik yang lebih mengenal penduduk sekitar. Kemudian memastikan bahwa informan yang disampaikan sesuai dengan kriteria yang sudah peneliti tentukan. Seperti yang sudah peneliti jelaskan diatas bahwa peneliti menentukan informan penelitian dengan cara purposive sampling yaitu informan adalah yang terpilih berdasarkan kriteria yang ditemukan oleh peneliti, dalam penelitian ini informan berjumlah lima orang. Empat orang keluarga korban narkoba adalah seorang Ibu Rumah Tangga dan satu orang keluarga korban narkoba adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Lima orang informan ini adalah orang-orang yang dirasa peneliti layak digali informasinya, kesediaan mereka menjadi informan pun tidak lupa peneliti tanyakan karena itu merupakan hak masing-masing individu. Keempat informan merupakan orangtua yangg memiliki anak korban narkoba dan satu informan merupakan adik korban narkoba.

Peneliti memulai penelitian pada hari Kamis, tanggal 07 November 2019 tepat pukul 10.00 WIB pagi hari. Informan pertama yang ditemui peneliti adalah Ibu Suprati atau biasa akrab dipanggil Ayu. Bu Ayu merupakan suku Jawa, logat bicaranya cukup medok. Lokasi penelitiannya adalah kediaman bu Ayu di Jalan Tambang Minyak Gg. Buntu. Ketika peneliti sampai dirumah bu Ayu, ternyata bu

Ayu masih masak dan keadaan dirumahnya cukup ramai ada anak laki-laki dewasa sedang menonton tv, ada wanita sedang menggendong anak kecil yang sekitaran umur 2tahun dan beberapa anak kecil yang sedang bermain. Peneliti menunggu sekitar 20 menit hingga wawancara dimulai. Sebelumnya peneliti memperkenalkan diri walaupun satu daerah tapi informan tidak begitu mengenal peneliti jadi peneliti memberitahu nama dan tempat tinggal peneliti, selanjutnya peneliti menyampaikan maksud dan tujuan datang kerumahnya. Tak lupa peneliti meminta izin terlebih dahulu kepada informan karena percakapan akan direkam.

Informan pun mengiyakan dan wawancara mulai berjalan. Selama wawancara berlangsung sesekali bu Ayu terlihat meneteskan air mata, wawancara mendalam berjalan cukup lancar namun bu Ayu tidak terlalu komunikatif mengingat usianya yang sudah tua. Waktu yang dihabiskan peneliti untuk wawancarai informan pertama sekitar 45 menit. Pada sesi akhir peneliti menyalami informan kemudian pamit pulang dan mengucapkan terima kasih. Namun tak lupa peneliti juga meminta kesediaan informan jika nanti dibutuhkan data yang lebih peneliti akan datang lagi dan bu Ayu mengizinkannya.

Informan kedua dilakukan pada tanggal 08 November 2019. Informan kedua bernama Sarifah Lydia Ardhani biasa akrab dipanggil Lia. Bu Lia bersuku Jawa. Lokasi penelitiannya adalah kediaman bu Lia di Jalan Melati. Sebelumnya peneliti menghubungi bu Lia melalui telepon, peneliti memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuan peneliti serta menanyakan kesediaan bu Lia.

Karena pada saat itu bu Lia sedang tidak berada dirumah jadi peneliti disuruh datang ke kediamannya pada pukul 13.00 WIB siang hari. Pada saat saya datang, ternyata bu Lia sedang menyusui anaknya yang bayi dan keadaan dirumahnya hanya ada bu Lia menyusui anaknya dan anak kecil perempuan yang umurnya sekitaran 4 tahun. Sama seperti sebelumnya peneliti meminta izin kepada informan karena percakapan akan direkam. Bu Lia merupakan seorang adik yang memiliki abang pengguna narkoba. Wawancara berjalan dengan lancar, ia cukup komunikatif. Wawancara berjalan sekitar 30 menit.

Informan ketiga merupakan salah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Bukit Rata Gg.Lokasi. Informan bernama Fatmawati biasa dipanggil Wak Ipat.

Peneliti datang kerumah informan pada tanggal 10 November 2019 pada sore hari tepatnya pukul 17.30 WIB. Terlihat Wak Ipat sedang bersantai duduk didepan teras rumahnya, sambil bersenandung dan sekaligus memperhatikan cucunya bermain pasir bersama teman-temannya. Kali ini peneliti juga menjelaskan identitas serta maksud dan tujuan datang kerumahnya yaitu untuk menggali informasi mengenai pola komunikasi yang terjalin di keluarga Wak Ipat dan tentu saja wawancara ini juga percakapannya direkam melalui smartphone peneliti dan informan tidak keberatan sama sekali. Wawancara juga berjalan lancar dengan suasana yang tenang dan beliau juga menjawabnya dengan sikap yang singkat dan lugas. Tanya jawab ini menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit. Ketika peneliti baru saja mau meninggalkan kediaman informan, peneliti sempat bertemu dengan anak perempuanya dan sedikit berbincang santai mengingat anaknya dari informan ini juga termasuk tetangga peneliti.

Informan keempat merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil berusia 56 tahun bernama Junaidi yang kerap disapa Pak Adi. Beliau tinggal di Jl. Tambang Minyak, Gg. B. Peneliti datang pada tanggal 15 November 2019 pada pukul 8 malam dan mengucapkan salam. Namun yang pertama keluar adalah istrinya dan peneliti mendapati informasi bahwa Pak Adi tidak sedang dirumah dan istrinya menyarankan untuk menunggu sebentar sekitar 30 menit. Waktu menunggu pun sangat terasa karena peneliti hanya termenung dan tidak ada teman bicara, dan istri Pak Adi sedang sibuk menelepon kerabatnya. Pak Adi pun tiba, wawancara dimulai. Sebelumnya peneliti juga mengenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan peneliti serta meminta izin agar wawancara ini dapat direkam. Selama wawancara berlansung, istri dari Pak Adi ikut mendampingi dan menyimak percakapan antara peneliti dengan suaminya. Wawancara berlangsung kurang lebih 1 jam, pada wawancara kali ini peneliti cukup terkesima dikarenakan dalam percakapan kami beliau juga banyak memberikan arahan serta nasehat yang sangat berarti hingga menyentuh perasaan peneliti dan membuat suasana wawancara mendalam ini lebih emosional lagi.

Peneliti sedikit mengalami kesulitan dalam menentukan informan yang kelima. Pada awalnya informan terakhir ini adalah seorang pedagang nasi goreng yang memiliki anak laki-laki pengguna narkoba. Beberapa kali peneliti membuat janji dengan informan ini, selalu saja batal karena Ia tidak berada dirumah, namun terakhir kalinya bertemu beliau malah mengatakan tidak bersedia untuk diwawancarai karena istrinya masih sangat sensitif untuk bersinggungan dengan cerita penggunaan narkoba tersebut. Peneliti sangat menghargai alasan itu karena untuk beberapa orang tidak mudah untuk menggali kembali cerita kelam yang sudah diusahakan untuk dikubur dalam-dalam. Puji syukur, tak sampai kelang satu hari peneliti berhasil menemukan informan lainnya yaitu tepat pada tanggal 21 November 2019 siang hari pukul 2 siang. Informan berkediaman di Jl.

Suratman Desa Sei Siur. Beliau bernama Ibu Fitriani yang merupakan salah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak. Ketika pertama kali bertamu, peneliti disambut dengan hangat, peneliti juga disuguhkan makanan dan minuman. Wawancara berjalan sangat kondusif dengan sikap ramah informan yang sangat memudahkan peneliti merasa nyaman hingga tidak merasakan kecanggungan apapun. Wawancara menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit dan peneliti pun izin untuk pamit pulang serta tak lupa mengucapkan terima kasih atas kesediaan waktunya dalam membantu peneliti.

4.1.3 Deskripsi Informan

Deskripsi informan adalah penjelasan mengenai data diri dari informan dalam penelitian ini. Data diri ini berkaitan dengan kriteria yang telah peneliti tetapkan di awal penelitian. Adapun deskripsi informan dari penelitian ini sebagai berikut:

4.1.3.1 Informan Pertama

Informan pertama yang peneliti wawancara adalah Suprati. Suprati yang biasa dipanggil Ayu merupakan wanita yang sudah berusia cukup tua yakni 61 tahun. Sukunya adalah Jawa, hal ini terdengar dari suaranya yang cukup medok saat ia berbicara. Agama ibu Suprati adalah Islam. Ibu Suprati merupakan wanita yang memiliki tinggi rata-rata sekitar 160 cm, berkulit sawo matang dan badannya berisi. Wajahnya sudah cukup tua, karena terlihat garis-garis penuaan di pinggir

matanya juga rambutnya yang rata-rata sudah berwarna putih. Pekerjaannya adalah Ibu Rumah Tangga. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Dasar (SD).

Suprati sudah janda selama 20 tahun. Usia pernikahannya hanya sampai 24 tahun saja. Suprati memiliki rumah didalam gang. Dengan keadaan rumah yang tidak besar Suprati tinggal bersama 2 anaknya yang sudah berkeluarga dan satu orang anak dari adiknya yang sudah meninggal dikarenakan musibah tsunami di aceh pada tahun 2004 lalu. Suprati memiliki lima orang anak, ada dua orang anak yang belum menikah yakni, Yeti dan Bambang. Yeti saat ini berusia 24 tahun dan

Suprati sudah janda selama 20 tahun. Usia pernikahannya hanya sampai 24 tahun saja. Suprati memiliki rumah didalam gang. Dengan keadaan rumah yang tidak besar Suprati tinggal bersama 2 anaknya yang sudah berkeluarga dan satu orang anak dari adiknya yang sudah meninggal dikarenakan musibah tsunami di aceh pada tahun 2004 lalu. Suprati memiliki lima orang anak, ada dua orang anak yang belum menikah yakni, Yeti dan Bambang. Yeti saat ini berusia 24 tahun dan

Dokumen terkait