• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Daerah Tertinggal

2.2.3 Penyebab Daerah Tertinggal

Menurut (Rosalina, 2008) ketertinggalan suatu daerah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) faktor alam dan lingkungan, (2) faktor kelembagaan, (3) faktor prasarana dan sarana, serta (4) faktor sosial ekonomi penduduk yang tercermin dari rendahnya rata-rata pengeluaran perkapita penduduk di wilayah tersebut.

Sedangkan beberapa faktor yang mempengaruhi ketertinggalan suatu daerah di negara berkembang (Edy, 2004) adalah :

a. Ekonomi

Pada aspek ekonomi, tingkat pendapatan perkapita penduduk di daerah tertinggal di negara berkembang menunjukkan masih berada di bawah rata-rata tingkat nasional. Kegiatan utama penduduknya terutama adalah pertanian dan sebagian besar merupakan pertanian sehingga sebagian besar merupakan pertanian sehingga tidak dapat menimbulkan efek dimana peningkatan pengeluaran nasional mempengaruhi pendapatan dan konsumsi menjadi lebih tinggi dibandingkan jumlah sebelumnya (multipler effect) di daerah tersebut.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan cerminan kemajuan proses pembangunan ekonomi dalam suatu wilayah dan dapat pula mengindikasi kondisi perekonomian di suatu wilayah. Hal ini dikarenakan PDRB dalam suatu

wilayah dapat menggembarkan pertumbuhan ekonomi sektoral dan regional serta tingkat kemakmuran wilayah yang bersangkutan. Menurut Moowow dan Alwosabi dalam Rosalina (2008), besarnya PDRB akan mendorong tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah meningkat karena ada peningkatan dari pendapatan masyarakat di wilayah tersebut.

b. Sumber Daya Manusia

Penduduk yang tinggal di daerah tertinggal pada negara berkembang umumnya berada dalam kondisi yang buruk. Tingginya angka buta huruf, kematian bayi, dan wabah penyakit merupakan hal yang lumrah ditemukan di daerah tertinggal pada negara berkembang. Tingginya angka ketergantungan (dependency ratio) dan sex ratio kat ketergantungan menjadikan faktor pendorong banyaknya penduduk di usia produktif untuk meninggalkan daerah atau wilayahnya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Pengukuran terhadap kriteria sumber daya manusia didasarkan pada tiga kriteria, yaitu tenaga kerja, kesehatan, dan tenaga pendidikan. Indikator tenaga kerja yang digunakan merupakan indikator persentase jumlah penduduk yang menganggur di sebuah kabupaten. Pada pengukuran tingkat kesehatan penduduk indikatornya adalah angka harapan hidup (jumlah rata-rata tahun penduduk suatu kabupaten yang dapat diartikan sebagai perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selaam hidup secara rata-rata) (BPS, 2008). Indikator ini merupakan tolak ukur yang digunakan pemerintah dalam mengevaluasi dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk di bidang kesehatan yang merupakan salah satu komponennya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Untuk

mengukur tingkat pendidikan masyarakat, indikator yang digunakan adalah angka melek huruf (persentase jumlah penduduk dengan usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan di suatu Kabupaten) serta jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditempuh di sebuah kabupaten.

c. Sarana dan Prasarana

Pada umumnya infrastruktur dan pelayanan dasar mendukung kehidupan manusia yang berada di daerah tertinggal masih dalam kondisi baik atau buruk dalam segi kualitas dan kuantitas. Pelayanan seperti sanitasi, air bersih, dan tenaga listrik masih dalam kondisi yang sangat buruk. Selain itu, keadaan fasilitas seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan baik secara kualitas dan kuantitas masih buruk merupakan penyebab ketertinggalan daerah di negara berkembang.

Ketersediaan infrastruktur sangat menentukan apakah suatu wilayah dapat dikategorikan sebagai wilayah tertinggal atau tidak. Ketersediaan infrastruktur dapat diukur berdasarkan tingkat ketersediaan fasilitas kesehatan, pendidikan, jaringan jalan, jaringan listrik, dan jaringan air bersih. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan (drainase), fasilitas pelayanan publik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Kondoatie, 2003). Infrastruktur juga berperan dalam peningkatan daya saing wilayah dengan meningkatkan keterkaitan antara wilayah sebagai lokasi investasi misalnya daerah industri lebih menarik daripada lahan industri individual serta

dapat mempengaruhi minat investor dalam menanamkan modalnya (Suprihardjo, 2000).

d. Kondisi Fisik Lingkungan

Pada umumnya daerah tertinggal di negara berkembang berlokasi di daerah terpencil, daerah perbatasan negara, atau daerah rawan bencana. Kondisi lahan yang kurang produktif untuk pertanian yang masih sangat tergantung dengan kondisi alam juga menjadi faktor penyebab ketertinggalan suatu daerah. Dearah yang tertinggal tidak selalu tertinggal dalam potensi sumber daya alamnya, tetapi banyak daerah tertinggal yang kaya akan potensi sumber daya alam akan tetapi tertinggal karena dieksploitasi sumber daya alamnya secara berlebihan.

Berdasarkan pembahasan diatas, terdapat beberapa kesamaan dari pendapat dari para pakar di atas.Menurut (Edy, 2004) menyatakan ketertinggalan sebuah daerah disebabkan kerena perekonomian wilayah di bawah rata-rata nasional, kualitas sumber daya manusia yang rendah, ketersediaan prasarana dan sarana yang kurang memadai, dan lokasi geografis yang rawan bencana.Menurut (Rosalina, 2008) menyatakan bahwa ketertinggalan suatu daerah terjadi karena kondisi wilayah yang kurang menguntungkan, ketersediaan prasarana dan sarana yang kurang memadai, dan kondisi ekonomi wilayah.

Dari indikator-indikator yang telah disebutkan diatas, indikator yang sesuai dengan ruang lingkup dalam penelitian ini menurut pakar (Edy, 2004) indikator yang sesuai perekonomian wilayah, sumber daya manusia, ketersediaan sarana dan prasarana, serta menurut pakar (Rosalina, 2008) adalah indikator ketersediaan prasarana dan sarana dan kondisi ekonomi wilayah. Dari pemaparan tersebut dapat dilihat kesamaan indikator dari pakar-pakar tersebut sehingga secara keseluruhan indikator dari pembahasan pada subbab ini yang digunakan dalam penelitian adalah indikator sumber daya

manusia, ketersediaan prasana dan sarana, dan kondisi ekonomi wilayah.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.7 Faktor Penyebab Daerah Tertinggal (Edy, 2004) (Rosalina, 2008) Indikator yang

digunakan Ekonomi Sumber Daya Manusia Ketersediaan Sarana dan Prasarana Kondisi Geografis Kondisi Wilayah Ketertsediaan prasarana dan sarana Kondisi ekonomi wilayah Kondisi sosial Sumber Daya Manusia Ketersediaan Sarana dan Prasarana Kondisi Ekonomi Wilayah Sumber : Hasil Tinjauan Pustaka, 2016

2.2.4 Pengembangan Daerah Tertinggal

Pengembangan daerah tertinggal merupakan sebuah upaya terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan sosial seperti rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), permasalahan ekonomi, dan keterbatasan infrastruktur.Pembangunan daerah tertinggal meliputi pembangunan pada aspek ekonomi, sosial budaya dan keamanan serta kesejahteraan masyarakat (Kaputra dll, 2013).

Pengembangan daerah tertinggal dilakukan menggunakan tiga indikator yaitu (1) tingkat produktivitas sektoral (sektor pertanian, pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, dan lainnya), (2) Tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan pendapatan perkapita, (3) kemampuan berkembangnya suatu wilayah yang diukur dari tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (Adisasmita, 2011).

Tingkat produktivitas sektoral yang terdiri-dari sektor pertanian, pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, dan lainnya pada wilayah tertinggal adalah rendah.Tingkat produktivitas sektoral di suatu wilayah dapat diukur melalui pertumbuhan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).Demikian pula dengan tingkat pendapatan perkapitanya, daerah tertinggal termasuk rendah dibanding daerah maju. Tingkat kemajuan dan pertumbuhan wilayah yang rendah tersebut dipengaruhi banyak faktor, yaitu (a) ketersediaan infrastruktur seperti jalan, listrik, dan air minum) yang terbatas dan kondisinya buruk, (b) sarana produksi yang digunakan sudah berumur tua dan sudah using, (c) kemampuan sumberdaya manusia (SDM) adalah rendah, (d) produk dan komodias yang dihasilkan mutunya rendah dan pasarnya terbatas, interaksi antar wilayah dalam kegiatan jasa dan distribusi yang meliputi jasa perdagangan dan jasa transportasi terbatas, (f) akses memperoleh sumberdaya modal usaha sangat terbatas kepada usaha kecil dan koperasi yang merupakan sebagaian besar dari pelaku ekonomi di wilayah tertinggal (banyak daerah tertinggal tidak memiliki bank pengkreditan), (g) tidak tersedia program bantuan untuk pengembangan usaha lokal, (h) terbatasnya akses untuk mendapatkan informasi pasar dan teknologi bagi pengembang produksi dan usaha, dan (i) faktor-faktor ekonomi lainnya, misalnya belum berkembangnya kewiraswastaan lokal.

Sedangkan menurut (Malik dkk 2008), pengembangan daerah tertinggal merupakan upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal dapat dilakukan dengan langkah strategis sebagai berikut:

a. Pembangunan Ekonomi

Pengembangan ekonomi daerah tertinggal perlu mempertimbangkan potensi dan peluang yang tersedia secara terintegrasi dan sinergis. Namun demikian, mengingat persebaran penduduk yang tidak merata dan terpencar, diperlukan strategi khusus dalam membangun perekonomian di daerah tertinggal. Kondisi yang demikian menjadi tidak efisien dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat, baik dari aspek pendidikan, puskesmas, pasar, dan yang lainnya.

b. Pembangunan Sumber Daya Manusia

Kemajuan suatu daerah ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, disamping kekayaan sumber daya alam. Sumber daya manusia yang berkualitas dibutuhkan untuk menghadapi persaingan global serta mengejar ketertinggalan dari daerah lain. Tinggi-rendahnya kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi masyarakat.

c. Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan, serta memperlancar mobilitas pendistribusian barang dan jasa. Prasarana bidang ketenagalistrikan digunakan untuk mendukung pengembangan industri, jasa dan bidang telekomunikasi. Bidang ketelekomunikasian dikembangkan guna mempercepat mendapatkan informasi, baik dalam bidang perdagangan, pasar, pendidikan, teknologi dan pelayanan jasa. Selain itu, prasarana perumahan dan air bersih merupakan upaya memberikan akses secara adil dan terjangkau kepada masyarakat agar berperikehidupan sehat, bersih, dan produktif, serta terjangkau bagi semua golongan masyarakat sangat diperlukan.

d. Kelembagaan

Pendukung keberhasilan pembangunan ditentukan oleh kondisi pelaksanaan pemerintahan yang adil dan demokratis sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan memaksimalkan pengelolaan potensi sumberdaya pembangunan dan bersifat transparan. Sedangkan hukum, pada dasarnya memastikan munculnya aspek positif dari kemanusiaan dan menghambat aspek negatif dari kemanusiaan. Selain itu langkah strategis

yang dapat mendorong berhasilnya pembangunan adalah menciptakan sistem pemerintahan yang baik (good governance), yakni diperlukan etika birokrasi dan budaya kerja yang tinggi diikuti peningkatan pengetahuan dan pemahaman para penyelenggara pemerintahan terhadap prinsip-prinsip ketata-pemerintahan yang baik. Langkah lainnya adalah membangun kelembagaan masyarakat yang kuat,yakni perlunya mengubah perilaku dan cara pandang masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai universal kemanusiaan (moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan dan pembangunan berkelanjutan. Perubahan cara pandang masyarakat ini merupakan dasar yang kokoh bagi terbangunnya lembaga masyarakat yang mandiri, melalui pemberdayaan para pelakunya dapat bertindak sesuai harkat dan martabat manusia. Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan, dalam rangka mendorong partisipasi masyarakat agar menjadi obor perjuangan bagi daerah tertinggal.

Berdasarkan pendapat dari para pakar pada subbab pengembangan daerah tertinggal ini dapat dirumuskan indikator-indikator dalam pengembangan daerah tertinggal.Menurut ahli (Kaputra dkk, 2013) melihat bahwa kondisi ekonomi wilayah, sumber daya manusia (SDM), dan keterbatasan infrastruktur merupakan indikator dalam pengembangan daerah tertinggal.Menurut ahli (Adisasmita, 2011) melihat kesejahteraan masyarakat dan dan kemampuan berkembangnya kawasan atau ekonomi wilayah sebagai indikator penting dalam pengembangan daerah tertinggal.Menurut ahli (Malik dkk, 2008), ekonomi wilayah, sumber daya manusia, infrastruktur dan kelembagaan merupakan indikator yang harus diperhatikan dalam pengembangan daerah tertinggal.

Berdasarkan pemaparan dari para pakar mengenai pengembangan daerah tertinggal tersebut, indikator yang digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan pembatasan ruang lingkup pada penelitian ini.Untuk indikator kelembagaan tidak digunakan pada penelitian ini karena kelembagaan merupakan bagian dari aspek pemerintahan (Malik dkk,2008). Sedangkan untuk indikator kemampuan berkembangnya wilayah dapat digabungkan dengan indikator ekonomi wilayah, karena (Adisasmita, 2011) melihat kemampuan berkembangnya wilayah menggunakan pertumbuhan PDRB wilayah dan (Aswandi dan Kuncoro, 2003) melihat kondisi ekonomi menggunakan pertumbuhan PDRB di suatu wilayah, sedangkan untuk indikator kesejahteraan masyarakat dan indikator kemiskinan dapat digabungkan karena tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu wilayah mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut,sehingga dapat menggunakan salah satu indikator saja. Dalam penelitian ini menggunakan indikator kemiskinan karena di daerah tertinggal permasalahan kemiskinan menjadi salah satu permasalahan utama yang menghambat pertumbuhan ekonomi wilayah.

Secara keseluruhan, indikator dari subbab pengembangan daerah tertinggal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah indikator kondisi ekonomi wilayah, sumber daya manusia, ketenagakerjaan, infrastruktur ekonomi, dan indikator infrastruktur sosial. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.8Pengembangan Daerah Tertinggal (Kaputra dll, 2013) (Adisasmita, 2011) (Malik dkk, 2008) Indikator yang Digunakan Ekonomi wilayah Kondisi SDM Keterbatasan Infrastruktur Kesejahteraan masyarakat Kemampuan berkembangnya wilayah Ekonomi wilayah Sumber Daya Manusia Infrastruktur ekonomi Infrastruktur Kondisi ekonomi wilayah Kondisi Sumber Daya Manusia Infrastruktur

sosial

Kelembagaan

Ekonomi

Infrastruktur

sosial Sumber : Hasil Tinjauan Pustaka, 2016

2.3 Desa Tertinggal

Dokumen terkait