SOSIOLOGI KEMATIAN
D. PENYEBAB KEMATIAN
Kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistem pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di sesuatu daerah.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dibagi menjadi dua yaitu:
1. Faktor langsung (faktor dari dalam) a. Umur,
Misalnya seseorang yang berumur 80 tahun umurnya kemungkinan meninggalnya lebih cepat dibandingkan orang berumur 20 tahun.
b. Jenis kelamin,
Orang-orang yang maju ke medan perang kemungkinan meninggal lebih besar dari pada istri-istri mereka menunggu di rumah.
c. Penyakit,
d. Kecelakaan, kekerasan, bunuh diri.
2. Faktor tidak langsung (faktor dari luar) a. Tekanan, baik psikis maupun fisik,
Sejumlah keadaan psikologis juga meningkatkan risiko bunuh diri, meliputi: keputusasaan, hilangnya kesenangan dalam hidup, depresi dan kecemasan Kurangnya kemampuan untuk memecahkan masalah, hilangnya kemampuan seseorang yang dahulu dimilikinya, dan kurangnya pengendalian impuls juga berperan. Pada orang dewasa lanjut usia, persepsi tentang menjadi beban bagi orang lain merupakan hal yang penting.
b. Kedudukan dalam perkawinan, c. Kedudukan sosial-ekonomi, d. Tingkat pendidikan,
e. Pekerjaan,
f. Beban anak yang dilahirkan,
Seorang anak yang dilahirkan dari keluarga miskin banyak yang tidak mampu membiayai anaknya sendiri biasanya dapat menyebabkan orang tua dari bayi tersebut membunuh anaknya sendiri.
g. Tempat tinggal dan lingkungan, h. Tingkat pencemaran lingkungan,
i. Fasilitas kesehatan dan kemampuan mencegah penyakit, j. Politik dan bencana alam.
http://rahma-kurnia.blogspot.com/2006/09/kematian-mortalitas.html E. SUMBER DATA KEMATIAN
Sumber data mortalitas penduduk di Indonesia ialah registrasi penduduk. Cara pengumpulan prospektif, yaitu pencacatan yang kontinyu terhadap tiap-tiap peristiwa kematian. Hasil registrasi penduduk masih jauh dari memuaskan, banyak peristiwa kematian ang belum tercatat, kualitas datanya rendah. Penduduk sering merasa tidak ada suatu keharusan untuk melapor dan mencatatkan setiap peristiwa kematian ini kepada
kepala desa atau kepala dukuh. Namun demikian, kalau dibandingkan dengan pencatatan kelahiran, pencatatan kematian lebih lengkap.
Di Indonesia pelapor kematian dikerjakan oleh kepala keluarga atau salah satu anggota keluarga kepada kepala dukuh. Laporan ini kemudian diteruskan ke kantor desa pada saat diadakannya rapat kepala dukuh yang biasanya berlangsung seminggu sekali.sering terjadi bahwa pelaporan itu tidak dilaporkan oleh kepala keluarga dan tidak pula diterima oleh kepala dukuh. Kalau kepala dukuh pada hari rapat tidak datang, maka kematian ini akan dibawa pada rapat yang melaporkan dan waktu melaporkannya menyebabkan adanya angka pelaporan yang jumlahnya kurang dari keadaan sebenarnya (under reporting).
Sumber ain dari data kematian, adalah penelitian (survei). Biasanya peneliti kematian penduduk ini dijadikan satu dengan penelitian kelahiran (fertilitas) yang disebut dengan penelitian statistik vital.
Sejak tahun 1911, beberapa kali telah dikeluarkan peraturan yang mewajibkan penduduk mencatat peristiwa kelahiran dan kematian, tetapi usaha-usaha tersebut tidak pernah berjalan dengan baik (Heligman, 1976). Daerah-daerah di Jawa dan Madura berganti-ganti telah dipilih sebagai daerah sampel registrasi, dan kira-kira setengah dari jumlah kematian dari daerah-daerah yang diteliti itu tidak tercatat.
Untuk mengatasi kesulitan dari data kematian, sering dibuat perhitungan perkiraan berdasarkan data yang tidak langsung dari data hasil sensus penduduk, mengenai kelahiran dan kematian penduduk, ditanyakan: jumlah perempuan yang pernah kawin menurut umur, jumlah anak yang dilahirkan hidup, jumlah anak yang meninggal dan jumlah anak yang masih hidup. Dari informasi di atas dibuatlah perkiraan (estimasi) mengenai tingkat kematian bayi, dan tingkat kematian anak. (Ida Bagoes,2003: 93-94)
Idealnya data kematian dapat diperoleh dari hasil Registrasi Vital, karena menyajikan data kematian secara langsung. Namun data registrasi di Indonesia masih belum dapat menyajikan data kematian secara lengkap. Beberapa sumber data kematian yaitu Sensus Penduduk, Survey, dan sumber-sumber lain seperti Rumah Sakit, dinas pemakaman, kantor polisi dan lain-lain.
Cara mengetahui sumber data kematian dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, antara lain :
1. Sistem registrasi fital
Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan sumber data kematian yang ideal. Di sini, kejadian kematian dilaporkan dan dicatat segera setelah peristiwa kematian tersebut terjadi. Di Indonesia, belum ada sistem registrasi vital yang bersifat nasional, yang ada hanya sistem registrasi vital yang bersifat bersifat lokal, dan inipun tidak sepenuhnya meliputi semua kejadian kematian pada kota-kota itu sendiri. Dengan demikian di Indonesia tidak mungkin memperoleh data kematian yang baik dari sistem registrasi vital.
2. Sensus dan survei penduduk
Sensus dan survei penduduk merupakan kegiatan sesaat yang bertujuan untuk mengumpulkan data penduduk, termasuk pula data kematian. Berbeda dengan sistem registrasi vital, pada sensus atau survei kejadian kematian dicacat setelah sekian lama peristiwa kejadian itu terjadi. Data ini diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan menjadi dua bagian :
a. Bentuk langsung (Direct Mortality Data)
Data kematian bentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada responden tentang ada tidaknya kematian selama kurun waktu tertentu. Apabila ada tidaknya kematian tersebut dibatasi selama satu tahun terakhir menjelang waktu sensus atau survei dilakukan, data kematian yang diperoleh dikenal sebagai „Current mortality Data‟.
b. Bentuk tidak langsung (Indirect Mortalilty Data)
Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan tentang
„Survivorship‟ golonga penduduk tertentu misalnya anak, ibu, ayah dan sebagainya.
Dalam kenyatan data ini mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan dengan data bentuk langsung. Oleh sebab itu data kematian yang sering dipakai di Indonesia adalah data kematian bentuk tidak langsung dan biasanya yaitu data „Survivorship‟ anak. Selain sumber data di atas, data kematian unutk penduduk golongan tertentu di suatu tempat, kemungkinan dapat diperoleh dari rumah sakit, dinas pemakaman, kantor polisi lalu lintas dan sebagainya.
c. Penelitian
Penelitian kematian penduduk biasanya dilakukan bersamaan dengan penelitian kelahiran yang disebut dengan penelitian statistik vital.
d. Perkiraan (estimasi)
Perkiraan tentang jumlah kematian dan kelahiran ini didapatkan dari sensus penduduk yang dilakukan.