• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Disesuaikan dari badan UNICEF, 1998: The State of the World,s Children 1998, Oxford Univ, Press).

KURANG GIZI

Makan Tidak Seimbang Penyakit Infeksi t Tidak Cukup Persediaan Pangan Pola Asuh Anak Tidak Memadai

Sanitasi dan Air bersih/Pelayanan

Kesehatan Dasar Tidak Memadai

Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan

sumberdaya masyarakat

Krisis Ekonomi, Politik dan Sosial

II. PRAMUKA PENGGALANG

A. Tanda-tanda Penyakit Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)

GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kurang unsure yodium secara terus menerus dalam jangka waktu lama. Kekurangan yodium saat ini tidak terbatas pada gondok dan kretinisme saja, tetapi ternyata juga berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia secara luas, meliputi tumbuh kembang termasuk perkembangan otak sehingga terjadi penurunan potensi tingkat kecerdasan. Adanya pembesaran pada kelenjar di leher bagian bawah. Pembesaran ini tidak selalu jelas terlihat pada GAKY ringan dan hanya dapat diketahui dengan meraba/palpasi leher bagian bawah. Pada tingkat yang lebih berat, tanpa meraba leher, GAKY sudah dapat terlihat sikap kepala normal.

B. Tanda – tanda Anemia Gizi Besi (AGB): 5 L (LESU, LEMAH, LETIH, LELAH, LALAI)

Sering disertai dengan pusing, mata berkunang-kunang, muka dan tangan pucat. 1. Kepucatan terlihat pada muka. bibir, lidah, telapan tangan dan kaki, dan kuku.

Lipatan mata sebelah dalam juga terlihat pucat.

2. Sering mengeluh lekas lelah, nafas pendek, jantung berdenyut kencang, nafsu makan kurang dan kepala pusing. Anemia gizi banyak terdapat pada anak pra-sekolah, anak pra-sekolah, wanita hamil dan ibu menyusui serta pekerja wanita berpenghasilan rendah.

BAGI IBU HAMIL Anemia Gizi Besi akan:

- Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan akan membahayakan jiwa ibu terutama waktu melahirkan.

- Mengganggu pertumbuhan bayi dalam kandungan dan berisiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

BAGI IBU – MENYUSUI

Anemia Gizi Besi, akan melemahkan ibu dan keadaan tersebut mengganggu pertumbuhan bayi dan anak yang sedang disusui

C. Kurang Energi Protein (KEP)

Pada KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Penggolongan klisis KEP berat/gizi buruk dapat dibedakan sebagai berikut: a. Kwashiorkor

b. Merasmus

c. Merasmus-kwashiorkor

Tanda-tanda dan gejala Kwashiorkor :

 Edema umumnya diseluruh tubuh, terutama pada punggung kaki,  Wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu,

 Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok,

 Perubahan status mental, apatis, dan rewel,

 Pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa berdiri atau duduk,

 Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas,

 Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare. Tanda-tanda Marasmus:

1. Sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit 2. Wajahnya seperti orang tua.

3. Cengeng, rewel, kulit keriput

4. Jaringan lemak bawah kulit sangat sedikit sampai tidak ada, pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/ baggy pants

5. Perut cekung, iga gambang

6. Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang), diare. Tanda-tanda Marasmus-Kwasiorkor:

Tanda-tanda Marasmus-Kwasiorkor merupakan gabungan tanda-tanda kedua jenis KEP berat/gizi buruk dari kwasiorkor dan marasmus.

D. Tanda – tanda Kurang Vitamin A

1. Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang setelah lama berada di cahaya terang.

2. Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat melihat di lingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.

3. Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur/ menabrak benda didepannya, karena tidak dapat melihatnya.

4. Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak tersebut buta senja. Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila didudukkan ditempat yang kurang cahaya, karena tidak dapat melihat benda atau makanan didepannya.

Pada keadaan yang lebih berat, ada beberapa klasifikasi gejala klinis Kurang Vitamin A, menurut WHO/ USAID, antara lain

1. Xerosis konjungtiva = X1A

- Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat/ terlihat sedikit kering, berkeriput dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam

- Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah warna kecoklatan

2. Xerosis konjuntiva dan bercak bitot = X1B

- Tanda-tanda pada X1A ditambah bercak bitot yaitu bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama terutama di daerah celah mata sisi luar

- Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan tanda khas pada penderita xerofthalmia, sehingga dipakai sebagai kriteria penentuan prevalensi kurang vitamin A dalam masyarakat

- Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva

- Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut

- Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik 3. Xerosis Kornea = X2

Tanda-tanda :

- Kekeringan pada konjuntiva berlanjut sampai kornea

- Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar

- Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita penyakit infeksi dan sistemik lain)

5. Keratomalasia dan ulkus kornea = X3A, X3B

- X3A = bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea

- X3B = bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 1/3 permukaan kornea

- Keadaan umum penderita sangat buruk

- Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah) 6. Xeroftalmia scar (XS) = sikatriks (jaringan parut) kornea

- Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil. Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut.

7. Xeroftalmia Fundus (XF)

- Dengan alat opthalmoscope pada fundus tampak gambar seperti cendol. III. PRAMUKA PENEGAK

A. Menilai keadaan gizi diri sendiri

Cara yang paling mudah untuk mengetahui keadaan gizi diri sendiri ialah dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Alat untuk menimbang berat badan antara lain adalah timbangan. Dikenal jenis timbangan yaitu dacin dan timbangan injak (balance scale).

Alat untuk mengukur tinggi badan adalah microtoise atau alat ukur panjang badan

Caranya adalah sebagai berikut :

- Timbang berat badanmu, tanpa sepatu dan menggunakan pakaian seringan mungkin.

- Ukur tinggi badanmu dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan (microtoise) untuk anak yang sudah bisa berdiri atau alat ukur panjang badan untuk bayi atau anak yang belum bisa berdiri.

B. Mengenali keadaan gizi balita dan anak remaja.

Menilai keadaan gizi balita dan anak remaja dengan menggunakan kriteria berat badan menurut umur.

- Balita maupun anak remaja dicatat dan dilihat umurnya dan ditimbang berat badannya.

- Melihat tabel pada lampiran, bandingkan berat badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan

- Menyimpulkan keadaan gizi: apakah termasuk gizi lebih, gizi baik, gizi kurang atau gizi buruk.

C. Menilai Keadaan Gizi Pada orang Dewasa (> 18 tahun) menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh)

Dengan IMT, akan diketahui gambaran gizi pada orang dewasa, apakah seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk, IMT digunakan untuk orang dewasa berusia 18-55 tahun dan tidak diterapkan untuk ibu hamil dan olahragawan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat badan (kg)

IMT = --- Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang untuk orang Indonesia adalah:

KATEGORI IMT

KURUS

Kekurangan berat badan tingkat berat

< 17,0

Keterangan berat badan tingkat ringan

17,0 – 18,4

NORMAL 18,5 – 25,0

GEMUK

Kelebihan berat badan tingkat ringan

25,1 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat

> 27,0

IV. PRAMUKA PANDEGA

Cara menilai keadaan gizi balita dan menggunakan KMS Balita. A. Balita ditimbang berat badannya secara berkala (sebulan sekali).

B. KMS dipergunakan untuk memantau pertumbuhan berat badan balita dari bulan ke bulan. Setiap kali balita ditimbang, hasilnya dicatat dalam grafik KMS, demikian pula hal tersebut dilakukan pada penimbangan-penimbangan bulan-bulan berikutnya. Status pertumbuhan balita dapat diketahui dengan 2 cara yaitu dengan menilai garis pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM).

C. Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan balita yaitu Naik (N) atau Tidak Naik (T).

D. Naik (N) apabila grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan; atau kenaikan berat badan sama dengan KBM atau lebih.

E. Tidak naik (T) apabila grafik berat badan mendatar atau menurun memotong garis pertumbuhan di bawahnya; atau kenaikan berat badan kurang dari KBM.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Pramuka Pandega 1. Memantau Berat Badan dan Tinggi Badan

Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

a. Memberikan penjelasan teknis tentang materi antropometri gizi

b. Menyiapkan alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk keperluan penilaian status gizi dengan cara antropometri (timbangan, microtoise, formulir pencatatan data).

c. Sesama Pramuka Pandega untuk melakukan pengukuran berat dan tinggi badan terhadap Pramuka Siaga yang sudah dikumpulkan di tempat latihan dan melakukan pencatatan hasilnya pada formulir pencatatan.

d. Bandingkan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan dengan tabel pada lampiran dan simpulkan keadaan gizinya.

2. Cara menilai pembesaran kelenjar gondok.

Melakukan Palpasi/perabaan kelenjar gondok dan menggolongkannya (di daerah gondok endemik).

a. 8-10 penderita gondok dari berbagai tingkat pembesaran gondok dikumpulkan di tempat latihan.

b. Dengan bimbingan petugas kesehatan (instruktur). Pramuka Pandega, melakukan pengamatan dan palpasi/perabaan terhadap leher bagian bawah dari semua penderita.

c. Berdasarkan hasil pengamatan dan perabaan, dibuat penggolongan penderita gondok, sesuai dengan tingkat pembesaran kelenjar gondok, (tingkat I, tingkat II, tingkat III).

3. Merujuk anak ke Puskesmas atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan

a. Balita yang tidak naik sesuai kenaikan berat badan minimum dua kali berturut-turut (2T) dan Bawah Garis Merah (BGM)

b. Gizi kurang pada anak usia sekolah yang ditemukan perlu mendapat makanan tambahan

Dokumen terkait