• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

D. Penyebab Miskonsepsi

Menurut para peneliti miskonsepsi adalah salah konsep yang sebabkan oleh berbagai hal, yang tidak sesuai dengan konsep yang telah ditemukan oleh ahli sebelumnya. Banyak terjadi miskonsepsi dalam pembelajaran fisika karena berbagai peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan fisika sudah didapatkan terlebih dahulu dalam kehidupan sehari-hari, seperti mendorong meja, memasak air, bersepeda dan lain sebagainya. Ketika suatu konsep yang tidak tepat telah terbentuk di kepala maka di sini peran guru dibutuhkan untuk membantu membetulkan miskonsepsi yang terjadi dengan memberikan konsep baru yang sesuai dengan konsep para ahli fisika.

Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok yaitu: siswa, guru, buku teks, pengalaman kehidupan, dan metode mengajar. Penyebab yang berasal dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal, seperti prakonsepsi awal, kemampuan,

14

tahap perkembangan, minat, cara berpikir, dan teman lain. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar tidak tepat atau sikap guru dalam berelasi dengan siswa yang kurang baik. Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya terdapat pada penjelasan atau uraian yang salah dalam buku tersebut. Konteks seperti budaya, agama, dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa, sedangkan metode mengajar yang hanya menekankan kebenaran satu segi sering memunculkan salah pengertian pada siswa. Penyebab-penyebab itu berdiri sendiri, tetapi kadang-kadang saling berkaitan satu sama lain, sehingga salah pengertiannya menjadi kompleks. Hal ini menyebabkan semakin tidak mudah untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi mereka. Penyebab-penyebab tersebut, kemudian dijabarkan sebagai berikut :

1. Siswa

Miskonsepsi dalam bidang fisika paling banyak berasal dari diri siswa sendiri. Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam beberapa hal, antara lain:

• Prakonsepsi atau konsep awal siswa

Banyak siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang suatu bahan sebelum siswa mengikuti pelajaran formal dibawah bimbingan guru. Konsep awal ini sering kali mengandung miskonsepsi. Salah konsep awal ini jelas akan menyebabkan miskonsepsi pada saat mengikuti pelajaran fisika berikutnya, sampai

kesalahan diperbaiki. Miskonsepsi ini biasanya diperoleh dari orangtua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di lingkungan siswa.

• Pemikiran asosiatif siswa

Asosiasi siswa terhadap istilah sehari-hari kadang juga membuat miskonsepsi (Arons, 1981; Gilbert, Watts, Osborne, 1982; Marioni, 1989, dalam Suparno, 2005). Contohnya, siswa mengasosiasikan gaya dengan aksi atau gerakan. Gaya oleh banyak siswa dianggap selalu menyebabkan gerakan, maka jika siswa tidak melihat suatu benda bergerak, maka mereka memastikan tidak ada gaya yang bekerja. Padahal dalam fisika sebuah benda yang diam bukan berarti tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut, contohnya saja buku diletakan diatas meja, ada gaya normal dan gaya gravitasi yang bekerja pada buku tersebut.

• Pemikiran humanistik

Siswa kerap kali memandang semua benda dari pandangan manusiawi (Gilbert, Watss, Osborne, 1982 dalam Suparno 2005). Benda-benda dan situasi dipikirkan dalam konteks pengalaman orang dan secara manuasiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup, sehingga tidak cocok. Contohnya adalah miskonsepsi siswa akan kekekalan energi. Sebagai manusia, bila bekerja terus atau bermain terus akan menjadi lelah dan lapar. Dari pengalaman sebagai manusia yang menjadi lapar dan kehabisan energi

16

bila terus bekerja, siswa beranggapan bahwa kekekalan energi itu tidak mungkin terjadi. Energi yang ada pasti berkurang dan lenyap.

Reasoning yang tidak lengkap/salah

Menurut Comins (1993 dalam Suparno, 2005), miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh penalaran siswa yang tidak lengkap, atau salah. Alasan yang tidak lengkap dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh atau data yang didapatkan tidak lengkap. Akibatnya, siswa menarik kesimpulan secara salah dan ini menyebabkan timbulnya miskonsepsi siswa. Pengamatan yang tidak lengkap dan telitipun dapat menyebabkan kesimpulan yang salah dan mengakibatkan miskonsepsi.

• Intuisi yang salah

Intuisi yang salah dan perasaan siswa juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasan tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti. Pemikiran atau pengertian akan benda atau kejadian yang terus-menerus, akhirnya secara spontan bila menghadapi persoalan tertentu yang muncul dalam benak siswa adalah pengertian spontan.

• Tahap perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi siswa. Siswa yang belum sempurna perkembangan kognitifnya secara formal akan mengalami kesulitan dalam merumuskan dan memahami konsep

yang abstrak. Miskonsepsi ini kadang muncul apabila guru terburu- buru merumuskan konsep fisika dengan rumusan formal atau matematis tanpa disertai dengan contoh kejadian sehari-hari (Suparno, 2005 dalam Nanda, 2015).

• Kemampuan siswa

Menurut Suparno siswa dapat mengalami miskonsepsi karena siswa kurang berbakat di bidang fisika. Siswa yang mengalami kesulitan menangkap konsep fisika dalam proses pembelajaran, dapat mempunyai miskonsepsi walaupun sudah dijelaskan secara perlahan dan berulang-ulang oleh gurunya. Siswa yang IQ-nya rendah dengan mudah melakukan miskonsepsi karena mereka sulit untuk mengkontruksi pengetahuan fisika secara lengkap dan utuh.

• Minat belajar

Berbagai studi menunjukan bahwa minat siswa terhadap fisika juga berpengaruh dalam miskonsepsi. Secara umum dapat dikatakan siswa yang berminat pada fisika cenderung mempunyai miskonsepsi lebih rendah daripada siswa yang tidak berminat pada fisika. Siswa yang tidak tertarik atau benci pada fisika, biasanya kurang bisa memperhatikan penjelasan guru mengenai pengertian fisika yang baru. Mereka bahkan tidak mau mendengarkan gurunya menjelaskan bahan fisika. Mereka juga tidak mau mempelajari sendiri bahan-bahan fisika dari buku dengan sungguh-sungguh. Akibatnya, mereka akan lebih mudah salah menangkap dan membentuk miskonsepsi.

18

2. Guru atau pengajar

Miskonsepsi selain dapat terjadi karena siswa, juga terjadi karena guru atau pengajar. Miskonsepsi ini terjadi karena guru kurang menguasai materi, kurang berkompeten, atau bukan lulusan dari pendidikan fisika, akibatnya mereka mengajarkan secara keliru pada siswa.

3. Buku teks

Pengunaan buku sebagai media pembelajaran juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Penyebab miskonsepsi ini adalah bahasa yang sulit dipahami, penjelasan yang kurang benar, penggunaan gambar dan tabel yang kurang tepat membuat siswa menjadi salah mengerti sehingga terjadi miskonsepsi (Suparno, 2005).

4. Pengalaman kehidupan

Miskonsepsi bisa terjadi karena pengalaman, bahasa sehari-hari, teman lain, keyakinan dan ajaran agama (Suparno, 2005). Miskonsepsi yang disebabkan oleh pengalaman contohnya dalam kehidupan sehari-hari siswa mengalami, bahwa mereka merasa lelah setelah bekerja keras. Motor akan mengalami kehabisan bahan bakar bila dipakai terlalu lama. Tampak bahwa energi hilang dan tidak kekal. Di sini siswa berpikir tentang kekekalan energi dalam pengertian yang terbatas dan tidak dalam pengertian luas (Stavy, 1991 dalam Suparno, 2005). Miskonsepsi yang datang dari pengunaan bahasa sehari-hari misalnya, dalam bahasa sehari- hari siswa mengerti dan mengunakan istilah berat dengan satuan kg, tetapi dalam fisika berat adalah suatu gaya, dan satuanya adalah newton.

Teman lain atau teman dalam kelaspun dapat memicu terjadinya miskonsepsi. Misalnya ketika belajar temannya menjelaskan suatu konsep fisika yang sebenarnya salah, tapi karena dijelaskan dengan sangat meyakinkan, teman-teman yang lain tidak kritis untuk membantah atau membenahi konsep tersebut, sehingga konsep tersebut akan diyakini sebagai konsep yang benar. Miskonsepsi dapat disebabkan oleh keyakinan dan agama. Menurut kitab suci ada beberapa hal yang berbeda dengan konsep para ahli sehingga terjadi miskonsepsi.

5. Metode pengajaran

Beberapa metode mengajar yang digunakan guru, terlebih yang menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan, tetapi sering mempunyai dampak jelek yaitu memunculkan miskonsepsi siswa. Guru perlu kritis dalam menggunakan metode pembelajaran, dengan tidak membatasi pengunaan metode pembelajaran dengan satu metode saja.

Dokumen terkait