• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis

2.1.3. Penyebab Utang Luar Negeri

Utang luar negeri dari banyak negara berkembang (NB) disebabkan terutama oleh tiga jenis defisit: defisit transaksi berjalan (TB) atau dalam literatur umum disebut trade gap, yakni ekspor (X) lebih sedikit dari pada impor (M); defisit investasi (I-S gap), yakni dana yang dibutuhkan untuk membiayai investasi (I) di dalam negeri lebih besar dari pada tabungan nasional atau domestik (S); dan defisit fiskal (fiscal gap). Dari faktor-faktor tersebut, defisit transaksi berjalan (TB) sering disebut di dalam literatur sebagai penyebab utama membengkaknya utang luar negeri (ULN) dari banyak negara berkembang (NB). Besarnya defisit transaksi berjalan melebihi surplus neraca modal (CA) (kalau saldonya memang positif) mengakibatkan defisit neraca

pembayaran, yang berarti juga cadangan devisa (CD) berkurang. Apabila saldo transaksi berjalan setiap tahun negatif, maka cadangan devisa dengan sendirinya akan habis jika tidak ada sumber-sumber lain (misalnya modal investasi dari luar negeri), seperti yang dialami oleh negara-negara paling miskin dibenua Afrika. Padahal devisa sangat dibutuhkan terutama untuk membiayai impor barang-barang modal dan pembantu untuk kebutuhan kegiatan produksi di dalam negeri. (Tambunan, 2008).

Permintaan utang luar negeri dari negara berkembang dapat ditulis sebagai berikut:

ULNd = d1Y-d2X+d3M+d4G+d5LS-d6SP…………...…(2.1) ULN = Utang Luar Negeri

Y = Pendapatan Nasional X = Ekspor Barang dan Jasa M = Impor Barang dan Jasa G = Pengeluaran Pemerintah LS = Kenaikan Pelunasan Utang SP = Suku Bunga Pasar Uang

Kenaikan pendapatan dan selanjutnya belanja masyarakat cenderung menaikkan impor (M), baik barang konsumsi maupun barang modal dan penolong (atau umum disebut produk-produk antara) serta bahan baku untuk keperluan industri dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya di dalam negeri.

Banyak negara berkembang (NB), impor (M) selalu lebih besar daripada ekspor

(X) sehingga kenaikan impor cenderung menaikkan utang luar negeri (ULN).

Kenaikan defisit APBN juga cenderung meningkatkan arus utang luar negeri (ULN). Kecuali jika pemerintah tidak mempunyai akses ke pasar uang internasional atau bantuan dari pemerintah negara lain. Pengeluaran pemerintah (G) membutuhkan dana yang besar, jadi membutuhkan pinjaman utang luar negeri untuk menutupi kekurangan dana tersebut.

Negara yang mempunyai masalah dalam pelunasan utang luar negerinya cenderung untuk tidak menunda membayar utangnya karena pilihan menunda akan menghadapi risiko gangguan dalam perdagangan internasional dan arus modal masuk oleh karena itu, kenaikan dalam pelunasan utang (LS) cenderung menaikan utang luar negeri (ULN). Tingkat suku bunga di pasar uang internasional atau lebih tepatnya selisih (SP), yaitu margin di atas LIBOR (London Interbank Offered Rate) mempengaruhi permintaan utang luar negeri ketika suku bunga naik mengurangi permintaan atas utang luar negeri.

Sedangkan persamaan penawaran utang luar negeri (ULN) kenegara berkembang :

ULNS = e1Y + e2X - e3M - e4G + e5LS + e6SP + e7PK…...….(2.2) ULN = Utang Luar Negeri.

Y = Pendapatan Nasional.

X = Ekspor Barang dan Jasa.

M = Impor Barang dan Jasa.

G = Pengeluaran Pemerintah.

LS = Kenaikan Pelunasan Utang.

SP = Suku Bunga Pasar Uang.

PK = Peringkat Kredit Negara Bersangkutan.

Penawaran utang luar negeri oleh negara peminjam kepada negara yang meminjam juga melihat hal yang sama dari permintaan utang luar negeri, yang berbeda pada penawaran utang luar negeri dilihat dari peringkat kredit negara yang akan meminjam dana, ketika kredit bagus atau baik maka penawaran utang akan meningkat.

Idealnya, jika sebuah negara telah mencapai tingkat pembangunan tertentu atau pada tahap akhir proses pembangunan, ketergantungan negara, tersebut terhadap utang luar negeri (ULN) akan lebih rendah dibandingkan pada saat negara itu baru mulai membangun.

Menurut Latumaerissa (2015:241) utang luar negeri dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain:

1. Dari segi jangka waktu, pinjaman luar negeri terdiri atas pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan 5 tahun. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 5 tahun sampai dengan 15 tahun. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 15 tahun.

2. Dari segi status dana pinjaman, terdiri atas pinjaman pemerintah dan pinjaman swasta. Dari segi sumber dana pinjaman, terdiri atas

pinjaman dari negara-negara dalam kerangka IGGI/CGI berupa pinjaman multilateral, yaitu pinjaman yang berasal dari badan-badan keuangan internasional dan regional seperti World Bank, International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan Asian Development Bank (ADB) yang pada dasarnya pinjaman bersyarat ringan. Pinjaman bilateral, yaitu pinjaman yang berasal dari pemerintah suatu negara melalui suatu lembaga atau badan keuangan yang dibentuk oleh negara bersangkutan. Pinjaman dari negara-negara yang tergabung dalam kelompok non IGGI/CGI berupa pinjaman yang berasal dari negara maupun lembaga atau badan keuangan internasional dan regional yang bukan anggota CGI, baik dari pinjaman multilateral maupun pinjaman yang berasal dari pemerintah suatu negara dari segi persyaratan pinjaman.

2.1.4.

Macam-macam Utang Luar Negeri a. Pinjaman lunak (Concessional Loan)

Merupakan pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral maupun negara bilateral yang dananya berasal dari iuran anggota (untuk multilateral) atau dari anggaran negara yang bersangkutan (untuk bilateral) dan ditujukan untuk meningkatkan pembangunan, sehingga tingkat tingkat bunganya rendah (maksimum 3.5%), jangka waktu pengembalian 25 tahun atau lebih, dan masa tenggang (grace period)

cukup panjang (sekurang-kurangnya tujuh tahun). Selain itu, biasanya pinjaman lunak mengandung hibah (grant) sekurang-kurangnya 35% (persen) dari total pinjaman setengah lunak (Semi-concessional Loan) Merupakan pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman yang sebagian lunak dan sebagian lagi komersial. Bentuk pinjaman yang masuk dalam kategori ini adalah fasilitas kredit ekspor dan Purchasing and Installment Sales Agreement (PISA).

b. Pinjaman komersial

Merupakan pinjaman yang bersumber dari bank atau lembaga keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada umumnya.

c. Fasilitas Kredit Ekspor

Fasilitas Kredit ekspor adalah pinjaman komersial yang diberikan lembaga keuangan atau lembaga non-keuangan di negara pengekspor yang dijamin oleh lembaga penjamin kredit ekspor. Sebagai contoh, fasilitas ini diberikan untuk UKM pada sektor furniture, pangan, dan perikanan.

d. Pinjaman Campuran

Pinjaman Campuran adalah kombinasi antara dua unsuratau komersial dari hibah, pinjaman lunak, fasilitas kredit ekspor, dan pinjaman komersial.

2.1.5. Pandangan Kritis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan

Dokumen terkait