• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan Bab III diatas tentang kredit

TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT BERMASALAH

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA PT. BANK SUMUT CABANG KISARAN

G. Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan Bab III diatas tentang kredit

bermasalah maka penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran terdiri dari beberapa tahapan yang dalam prakteknya dilakukan oleh dua seksi yaitu : Seksi Pemasaran Kredit dan Seksi Administrasi Kredit.

58

1. Seksi Pemasaran Kredit

Seksi pemasaran kredit ini, secara khusus melakukan penagihan terhadap kredit bermasalah yang kualitas kreditnya dikategorikan kualitas sandi dalam perhatian khusus (special mention/sandi 2). Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan kunjungan kepada debitur dan usahanya guna menagih pembayaran yang tertunggak. Dalam melakukan kunjungan kepada debitur, petugas penagih dibekali dengan formulir kunjungan yang isinya terdiri dari data debitur, data kredit dan janji debitur. Apabila kunjungan kepada debitur tidak berhasil maka bank menyampaikan surat peringatan pertama.

2. Seksi Administrasi Kredit

Seksi Administrasi Kredit dalam hal ini melakukan penagihan kredit bermasalah dengan kualitas kredit Kurang Lancar (sandi 3), Diragukan (sandi 4) dan Macet (sandi 5). Selain kualitas kredit sandi 2, sandi 3, sandi 4 dan sandi 5 juga melakukan penagihan kredit yang telah dihapus buku (write off). Metode penagihan yang dilakukan sama dengan metode penagihan kredit sandi 2. Apabila penagihan dengan cara kunjugan dinilai tidak berhasil maka pihak bank membuat surat teguran II dan III

Dalam hal penagihan melalui kunjungan kepada debitur dan melalui surat peringatan I, II dan III dinilai juga tidak berhasil maka tahapan selanjutnya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Restrukturisasi Kredit

Restrukturisasi kredit adalah merupakan suatu upaya untuk menghindarkan kredit menjadi bermasalah terhadap debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik, dan telah atau diperkirakan akan

mengalami kesulitan pembayaran pokok/bunga pinjaman. Kegiatan restrukturisasi kredit tersebut dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :59

1) Penurunan suku bunga kredit

2) Pengurangan tunggakkan bunga kredit 3) Pengurangan tunggakan pokok kredit 4) Perpanjangan jangka waktu kredit

5) Konfersi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur.

b. Pemberian Keringanan Pembayaran Hutang Bunga dan Denda

Salah satu kebijaksanaan bank didalam penyelesaian kredit bermasalah dilakukan dengan cara memberikan keringanan pembayaran hutang bunga dan denda dengan mempertimbangkan terlebih dahulu :60

1) Keadaan dan usaha debitur

2) Kondisi agunan dari berbagai aspek kepemilikan (legal aspek), penguasaan, pemasaran dan penjualan agunan

3) Jumlah tagihan yang telah dan akan diterima dibandingkan dengan biaya untuk penagihan

4) Upaya-upaya penagihan/penyelesaian yang telah dilaksanakan

5) Sumber pelunasan kredit bukan berasal dari fasilitas kredit baru PT.Bank Sumut

59

DPK-Bidang Restrukturisasi Kredit, PT.Bank Sumut, 2004, hal.1

60

Surat Edaran Direksi PT.Bank Sumut Nomor : 019/DIR/DPK-ADL/SE/2009 Tanggal 30 April 2009 Tentang Kewenangan Pemberian Keringanan Pembayaran Hutang Bunga Dan Denda Untuk Tujuan Penyelesaian Kredit Bermasalah

6) Setelah diberikan keringanan, kepada debitur tertutup fasilitas kredit baru kecuai utang bunga dan denda yang telah dibebaskan disetorkan kembali atau setelah memperoleh persetujuan Direksi

7) Memperhitungkan bahwa jumlah penyetoran lebih besar atau sama dengan jumlah penyerahan hutang ke KPKNL.

Kewenangan pemberian keringanan pembayaran hutang pokok dan denda ditetapkan berdasarkan jabatan secara hirarki sebagai berikut : 1) Pemimpin Cabang

Pemimpin Cabang diberikan wewenang untuk memberikan keringanan pembayaran hutang bunga sebesar 25% dari total hutang bunga atas kredit yang akan diselesaikan dengan ketentuan kredit yang akan diselesaikan tersebut dinyatakan macet atau telah administrative (write off) dan flapon kredit maksimal sebesar wewenang pimpinan cabang dalam persetujuan pemberian kredit untuk setiap debitur dan atau group debitur.

2) Pemimpin Divisi Penyelamatan Kredit

Pemimpin Divisi Penyelamatan Kredit diberikan wewenang untuk memberikan wewenang untuk memberikan keringanan pembayaran hutang bunga sebesar 75% dari total hutang bunga atas kredit yang akan diselesaikan dengan ketentuan kredit yang akan diselesaikan tersebut dinyatakan macet atau administratif (write off) dan plafon kredit maksimal sebesar wewenang pemimpin Divisi Kredit dalam persetujuan pemberian kredit untuk setiap debitur dan atau group debitur.

3) Pemimpin Divisi Penyelamatan Kredit dan Pemimpin Cabang

Pemimpin Divisi Penyelamatan Kredit dan Pemimpin Cabang diberikan wewenang untuk memberikan keringanan pembayaran denda keterlambatan penyetoran atas kredit angsuran sebesar 100% dengan ketentuan kredit yang akan diselesaikan tersebut dinyatakan macet atau telah administratif (write off).

4) Direksi

Untuk pemberian keringanan pembayarab hutang bunga dan denda diluar ketentuan yang diuraikan diatas harus terlebih dahulu meminta persetujuan Direksi secara tertulis melalui Divisi Penyelamatan Kredit. c. Penjualan Barang Jaminan

Berdasarkan pertimbangan bahwa usaha debitur dianggap sudah tidak mampu untuk membayar pengembalian kredit maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan cara menyarankan kepada debitur untuk menjual sebagian atau seluruhnya barang jaminan yang diperjanjikan secara dibawah tangan. Dari hasul penjualan barang jaminan tersebut diperhitungkan kepada seluruh kewajiban debitur dan apabila berlebih dikembalikan kepada debitur bersangkutan.

d. Pengambil Alihan Barang Agunan

Salah satu upaya penyelesaian kredit bermasalah dapat juga dilakukan dengan cara pengambil alihan barang agunan dengan cara memberikan kesempatan kepada debitur agar menyerahkan asset yang dikuasainya sebagai konpensai untuk melunasi kewajibannya kepada bank.

Dalam perjanjian penyerahan jaminan selain menyebut angka konpensasinya,biasanya bank memberikan kesempatan kepada debitur dengan mencantumkan jangka waktu/opsi untuk menjual jaminan tersebut. Dokumen-dokumen yang diperlukan dalam proses penyerahan agunan adalah sebagai berikut :

1) Persetujuan untuk menjual

Persetujuan untuk menjual ini diperlukan untuk supaya pada saat penjualan kepada pihak lain tidak menimbulkan permasalahan. Persetujuan untuk menjual ini, harus ditandatangani oleh pemilik agunan (suami istri) jika barang agunan tersebut belum berupa harta warisan, namun bila agunan tersebut statusnya sudah menjadi harta waris maka persetujuan untuk menjual tersebut harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dan atau ditanda tangani seluruh ahli waris yang mustahaq.

2) Kuasa untuk menjual

Untuk memudahkan pihak bank dalam hal melakukan penjualan walaupun pemilik /ahli waris telah menyetujui penjualan dimaksud diperlukan kuasa untuk menjual secara notarial akta. Selain mempermudah penjualan juga berfungsi sebagai kekuatan hokum dalam pengalihan hak atas agunan yang akan dijual oleh pihak bank kepada pihak lain. Dalam hal pelaksanaannya pihak bank menghuntuk salah satu pejabat bank untuk menerima kuasa jual dan biasanya diberikan kepada Pemimpin Divisi Penyelamatan Kredit, Pemimpin Cabang dan Pemimpin Cabang Pembantu.

3) Perjanjian Pengosongan

Walaupun persetujuan menjual dan kuasa menjual sudah ditandatangani debitur atau pemilik barang agunan masih ada kekhawatiran yang setelah dilakukan transaksi jual beli penghuni/pemakai tidak bersedia mengosongkan atau melepaskan agunan yang haknya telah berpindah kepada pihak lain atau si pembeli. Untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya keberatan atas pengambil alihan agunan maka diperlukan suatu perjanjian pengosongan baik oleh pemilik/pewaris maupun pemakai. Perjanjian pengosongan tersebut juga dilakukan secara notarial akta.

Dengan terpenuhinya ketiga unsur diatas maka semenjak itu hutang debitur dinyatakan lunas. Selanjutnya pihak bank telah mempunyai kewenangan penuh untuk melakukan penjualan barang agunan dimaksud sekalipun didalamnya masih terkandung unsur resiko yaitu resiko penurunan nilai, resiko perubahan fisik dan resiko-resiko lainnya yang dianggap akan mempengaruhi nilai jual daripada agunan yang dimaksud. Untuk itu pihak bank harus benar-benar melakukan penilaian dan bila diperlukan harus menggunakan appraisal (Konsultan Penilai). Sebaliknya apabila dari hasil penjualan agunan tersebut melebihi nilai hutang maka selisihnya akan menjadi pendapatan bagi bank.

e. Penagihan Melalui Jasa Pihak Ketiga

Bila di dalam pelaksanaan penagihan kredit sebagaimana yang diuraikan diatas menghadapi kendala sehubungan dengan tingkat kesulitan

tertentu dan diharuskannya ada keahlian khusus, maka dalam hal ini dapat menggunakan bantuan jasa pihak ketiga Pengacara. Biasanya pihak ketiga ini diperlukan apabila sudah sampai dalam tahap bersengketa di pengadilan baik secara perdata maupun pidana. Untuk pelaksanaan teknisnya dibuat suatu perjanjian kerjasama yang dilengkapi dengan surat kuasa dari bank kepada pengacara yang ditunjuk.

f. Pengadilan/Eksekusi

Pihak bank dapat mengajukan permohonan teguran lewat pengadilan (aanmaning) kepada Ketua Pengadilan Negeri sesuai dengan domisili hukum yang tertera dalam Akta Hak Tanggungan dengan melampirkan :

1) Copy Perjanjian Kredit dan Akta Pengakuan Hutang 2) Copy Sertifikat Hak Tanah dan Hak Tanggungan 3) Copy Surat Peringatan/teguran kepada debitur 4) Copy catatb besarnya jumlah hutang debitur

Apabila pengadilan menganggap permohonan tersebut dapat diterima, maka Pengadilan Negeri mengeluarkan Penetapan aanmaning kepada debitur dan atau penjamin

g. Penetapan Sita Eksekusi

Apabila batas waktu yang diberikan debitur dan atau penjamin untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban telah melampaui batas waktu, maka selanjutnya bank mengajukan permohonan sita eksekusi atas tanah yang dijaminkan kepada Ketua Pengadilan Negeri. Pengadilan negeri

berdasarkan permohonan sita dri bank mengeluarkan Penetapan Sita Eksekusi dan memerintahkan Jursita untuk melaksanakan sita atas tanah/bangunan yang menjadi objek hak tanggungan dan atas pelaksanaan sita tersebut dibuat Berita Acara Sita Eksekusi.

H. Prosedur Dan Pelimpahan Hukum Kredit Bermasalah Pada PT. Bank