• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN PERUSAHAAN PERKEBUNAN DIATAS TANAH REGISTER 40

TANAH REGISTER 40 Upaya Penyelesaian Melalui Pengadilan

C. Penyelesaian Melalui Proses Peradilan Perdata

Gugatan perlawanan masyarakat adat Padang Sidempuan dalam hal ini terdiri dari : Baginda Partomuan Hasibuan, H.Rahman Rizki Hasibuan, Baginda Titah Hasibuan, Agus Hasibuan, Raja Manippo Hasibuan, Sutan Martua Hasibuan, Jasman

Lubis, Tongku Sahminan Dalimunthe, Tongku Satia Dalimunthe, Tongku Marausin Harahap48, Khalifa Muhammad Nassir Harahap, Akup, H.Baginda Guru Harahap, Mangaraja Panagaran, Muslim Harahap, Samin Harahap, Borahim Harahap, Siti Mahkota Harahap, Marija Harahap, Saera Harahap, Musa Harahap, Jahara Harahap, Sarifuddin Harahap, Sutan Humia Harahap, Famber, Jumbang Siregar, Mawan Siregar, Abdul Harahap, Halomoan Gultom, Asnan Gultom, Sarni Harahap, Naek Gultom, Jabeda Harahap, Sutan Bahari Harahap, Pangihutan Siregar, Dongan Hasibuan, Nesa Harahap, Ramli Siregar, Bahnarim Sagala, Rizal Sagala, Oloan Harahap, Tongku Batara Harahap, Gunung Tua Siregar, Agus Salim Siregar, Hormat Nasution, Maskut Daulay, Bangkit Nasution, Guntur Harahap, Amlan Nasution, Baung Siregar, Tongku Pagar Siregar, Riswan, Tongku Hairuddin Harahap, Mangaraja Samsuddin Siregar, T.Seralam Harahap, Siti Robun, Lele, Mangaraja Pinang Harahap, Samadan Siregar, Juki, Safaruddin Harahap, Alam Harahap, Rawan, Panentuan, Bandaharo Raja, Bangar, Ahmad Siregar, Mara Lohot Harahap, Alimansyah, Siti Hasanah, Sutan Nalobi Harahap, Jabeda, Denggan, Tunggal Harahap, Pendi Harahap, Raja Pengadilan, Ompu Sulenggangon Harahap, Siti Fatimah Harahap, H.Martua Harahap, Megawati Harahap, Tiasia, Jiman Harahap, Halifah Toat Siregar, Dame Siregar, Ramli, Nurgahara Harahap, Badaruddin Siregar, Hakim Tanjung, Muktar Siregar, Jaminar Nainggolan, Khalifah Nainggolan, Sutan Hakim Hasibuan, Sutan Namora Hasibuan, Baginda Hasibuan, Mangaraja Hadomuan Nasution, Tongku Raja Mulia, Tongku Parlindungan Hasibuan, Baginda Sair Mulia Hasibuan, Pinayungan Hasibuan, Sutan Malim Hasibuan, Mandailing Nasution, Guston Hasibuan, Nurlihan Pohan, Dumia, Baginda Hadomuan Hasibuan, Samsir Harahap, Kalimuda Hasibuan, Baginda R. Amas Harahap, Tongku Pagaruyung

Nasution, M.G.R Nahombang Harahap, Amiruli Purba, Pagar Hasibuan, Baginda Diaksa Hasibuan, Ismail Harahap, Khaeruddin Harahap, Lembang Harahap, Aris, Malik Ibrahim Hasibuan, Baginda Sari Muda Hasibuan, Lindung Nasution, Mukhlis Harahap, Hidir Hasibuan, Riana Nasution, Makhler Harahap, Sampe Bata Hasibuan, Gugun Hasibuan, Ahmad Yani Hasibuan, Baginda Panyahatan Hasibuan, Lina Dalimunthe, Tohir Hasibuan, Baginda Gaharu Tanjung, Ganti Harahap, Maradoli Hasibuan, Mangaraja Lubuk Torop Siregar, Edi Gusti Siregar, Sutan Naparas Hasibuan, Parluhutan Siregar, Parluhutan Siregar, Baginda Setia Siregar, Sutan Humala Hasibuan, Rahim Siregar, Sutan Somail Hasibuan, Mangatar Bilang Siregar, Tiolizah Siregar, Aguan Siregar, Mohon Siregar, Akhmal Sendi Tua Hasibuan, Lahamit Dalimunthe, Sutan Guru Hasibuan, Marlono, Juliner Panjaitan, Bongsa Sinaga, Baginda Sitimbalon Hasibuan, Hasbi Hasibuan, Mara Datuk Tanjung, Sutan Pakih Tanjung, Bandaharo Tanjung, Samsul Tanjung49 terhadap Kejaksaan Agung Republik Indonesia sebagai terlawan, Darianus Lungguk Sitorus sebagai terlawan I, Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit (KPKS) Bukit Harapan sebagai terlawan II, PT. Torganda sebagai terlawan III.

Masyarakat Adat telah mengajukan perlawanan melalui Kepaniteraan Pengadilan Negeri Padang Sidempuan terhadap para Terlawan dan Turut Terlawan sesuai dengan Surat Perlawanannya tertanggal 14 Juni 2007 yang terdaftar dalam register nomor 26/Pdt.Plw/2007/PN.Psp telah mendalilkan sebagai berikut :

Adapun masyarakat adat tersebut adalah anggota Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit Bukit Harapan dan sekaligus pemilik dan satu-satunya pihak yang paling berhak atas bidang-bidang tanah dimana masing-masing bidang seluas 20.000 M2 (2 Ha).

Keseluruhan bidang-bidang tanah tersebut terletak di desa Gunung Manaon Sim, desa Simangambat Julu, desa Tanjung Botung, desa Sigagan, dan desa Aek Raru, seluruhnya berada di kecamatan Simangambat kabupaten Tingkat II Tapanuli Selatan, provinsi Sumatera Utara.

Dalam perkembangannya tidak seluruh lahan tersebut dapat dikelola serta dimanfaatkan oleh Turut Terlawan II dan III, hal itu disebabkan karena dana yang dibutuhkan untuk mengelola lahan tanah seluas ± 800.000.000 M2 (± 80.000 Ha) sangatlah besar. Oleh karenanya hingga saat ini Turut terlawan II dan III hanya mampu menguasai, mengelola, dan memanfaatkan lahan seluas ± 230.000.000 M2 (± 23.000 Ha) termasuk memanfaatkan tanah milik.

Pada tahun 2005 para masyarakat adat dihadapkan dengan persoalan hukum, karena bidang-bidang tanah tersebut telah diletakkan penyitaan oleh Kejaksaan Agung RI berdasarkan Berita Acara Penyitaan tertanggal 22 November 2005 jo. Penetapan Pengadilan Negeri Padang Sidempuan No. 548.PEN.PID/2005/PN.PSP tertanggal 27 Oktober 2005 karena adanya perkara pidana atas nama Darianus Lungguk Sitorus dalam kapasitasnya selaku Direktur Utama PT. Torganda. Dalam perkara pidana tersebut dituduh telah melakukan tindak pidana korupsi dan perambahan hutan dengan cara merubah status dan fungsi kawasan hutan Padang Lawas.

Dalam Berita Acara Penyitaan disebutkan bahwa Pihak Kejaksaan Agung telah melakukan penyitaan atas : Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas ± 23.000 Ha yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya serta Perkebunan Kelapa Sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas ± 24.000 Ha yang dikuasai oleh Koperasi Parsub dan PT. Torganda.

Setelah melalui proses persidangan di Pengadilan Tingkat Pertama, Banding kemudian Kasasi, maka Mahkamah Agung RI dalam putusannya halaman 106 dalam perkara pidana atas nama Darianus Lungguk Sitorus No.2642.K/Pid/2006 tertanggal 12 Pebruari 2007 jo. No.194/Pid/2006/PT.DKI Jakarta tertanggal 11 Oktober 2006 jo. No. 481/Pid.B/2006/PN.JKT.PST tertanggal 28 Juli 2006.

Tindakan penyitaan yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung RI tersebut jelas keliru dan tidak berdasarkan hukum, karena pemilik dan satu-satunya yang berhak atas sebagian tanah yang diletakkan sita tersebut yaitu seluas 2.940.000 M2 (294 Ha) tersebut adalah pemilik anggota masyarakat adat berdasarkan atas bukti kepemilikan sertifikat-sertifikat hak atas tanah tersebut diatas, dan bukan milik Darianus Lungguk Sitorus. Oleh karena itu, masyarakat adat secara yuridis merupakan pemilik yang beritikad baik dan benar.

Oleh karena amar putusan Mahkamah Agung RI No.2642 K/Pid/2006 jo. No. 194/Pid/2006/PT.DKI jo. No.481/Pid.B/2006/PN.Jkt.Pst halaman 106 yang isinya merampas perkebunan seluas ± 23.000 Ha yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda adalah amar yang tidak berdasarkan hukum dan keliru dikuasai oleh DL.Sitorus dan KPKS Bukit Harapan adalah milik masyarakat adat.

Para masyarakat adat (± 1.673 pemilik yang sama pada areal yang sama) khawatir akan kehilangan hak atas tanah tersebut. Kedudukan Darianus Lungguk Sitorus dalam hal ini sebagai “Bapak Angkat” dari KPKS, sedangkan KPKS dengan Darianus Lungguk Sitorus adalah kerjasama dalam bentuk Pola Perkebunan Inti Rakyat/PIR);

Selanjutnya karena Amar Putusan Mahkamah Agung RI. No.2642 K/Pid/2006 tertanggal 12 Pebruari 2007 Jo No.194/Pid/2006/PT. DKI Jakarta tertanggal 11 Oktober 2006 Jo. No. 481/Pid.B/2006/PN.Jkt.Pst tertanggal 28 Juli 2006 halaman 106

tentang Perampasan Perkebunan yang merupakan kelanjutan dari sita yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung yang tidak berdasarkan hukum, maka amar putusan pidana tersebut demi hukum tidak mengikat dan tidak dapat diberlakukan terhadap tanah-tanah milik masyarakat adat.

Untuk mencegah agar kerugian yang dialami oleh masyarakat adat akibat penyitaan dan adanya putusan perkara pidana atas nama Kejaksaan Agung tersebut tidak semakin besar maka sangat berdasarkan hukum apabila Pengadilan menghukum Darianus Lungguk Sitorus untuk melakukan penggangkatan sita terhadap atas lahan tersebut dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diputuskan.

Hasil Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidempuan Nomor 13/ PDT.PLW/2007/ PN PSP tgl 19 Desember 2007 adalah :

1. Menyatakan Masyarakat Adat adalah Pemilik yang sah dan yang berhak atas bidang-bidang tanah perkebunan tersebut sesuai dengan sertifikat hak milik yang dimiliki masyarakat adat tersebut.

2. Menyatakan tidak berkekuatan hukum dan tidak sah penyitaan yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung seperti yang tertera dalam berita acara penyitaan tanggal 22 November 2005, penyitaan mana telah dilaksanakan berdasarkan izin penyitaan Ketua Pengadilan Negeri Padang Sidempuan No. 548/Pen.Pid/2005/PN.Psp tertanggal 25 Oktober 2005, khusus bagi tanah-tanah Pelawan.

Hasil Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.301/PDT/2008/PT-MDN 1. Menguatkan Putusan PN Padang Sidempuan.

2. Menyatakan masyarakat adat pemilik yang sah dan yang berhak atas bidang-bidang tanah perkebunan tersebut sesuai dengan sertifikat hak milik yang dimiliki masyarakat adat tersebut.

3. Menyatakan tidak berkekuatan hukum dan tidak sah penyitaan yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung seperti yang tertera dalam Berita Acara Penyitaan tanggal 22 November 2005, penyitaan mana telah dilaksanakan berdasarkan ijin penyitaan Ketua PN Padang Sidempuan No.548/Pen.Pid/2005/PN.Psp tertanggal 25 Oktober 2005, khusus bagi tanah-tanah pelawan.

Di tingkat kasasi hingga saat ini Mahkamah Agung masih memeriksa kasasi Jaksa Agung selaku terlawan terhadap Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidempuan dan Pengadilan Tinggi Medan tersebut, belum jelas kapan Keputusan Mahkamah Agung tersebut dikeluarkan.

Selama sertifikat-sertifikat tersebut belum dicabut, maka sertifikat tersebut masih berlaku karena sebelum ada pihak-pihak yang berkeberatan terhadap terbitnya sertifikat tersebut, dan apabila ada pihak yang berkeberatan harus melalui prosedur gugatan ke PTUN, secara normatif selama pembatalan terhadap sertifikat belum diajukan maka sertifikat-sertifikat tersebut masih sah dan berlaku. Namun demikian, bagaimana cara pemilik sertifikat tersebut memperoleh tanah adalah harus dipertimbangkan. Adapun sekali lagi kelambanan pemerintah untuk tanggap pada situasi seperti ini, tidaklah tepat dipakai dasar atau alasan untuk melegalkan sesuatu yang tidak legal. Bahwa seandainya Kawasan Padang lawas Register 40 adalah benar Hutan Adat yang tentunya berada pada hutan negara, tetapi berdasarkan UU Kehutanan pemanfaatannya atau penggunaannya tidak boleh bertentangan dengan fungsi hutan tersebut.

2.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Dominan dalam Penerapan

Sanksi Pemidanaan Perundang-undangan Terhadap Penyelesaian

Konflik Pertanahan

Dokumen terkait