• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN PERUSAHAAN PERKEBUNAN DIATAS TANAH REGISTER 40

TANAH REGISTER 40 Upaya Penyelesaian Melalui Pengadilan

A. Penyelesaian Melalui Proses Pidana

Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2005 Darianus Lungguk Sitorus dan mulai ditahan di Rumah Tahanan Kejaksaan Agung. Senin tanggal 06 Maret 2006 di adili di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan dakwaan pertama bahwa terdakwa Darianus Lungguk Sitorus, untuk dan atas nama perusahaan miliknya atau perusahaan milik keluarganya yaitu : PT. Torganda dan atau untuk dan atas nama Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit Bukit Harapan, bertindak sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan Sutan Bahruddin Hasibuan, Sutan Malim Hasibuan, Tongku Muda Hasibuan, Baginda Partomuan Hasibuan, Rongkaya Sutan Siregar, Tongku Mara Usin Harahap, Tongku Satia Dalimunthe, Tongku Maraudin Hasibuan, Tongku Mahmud Hasibuan, Baginda Junjungan Dalimunthe, Tongku Iskandar Hasibuan, Raja Asli Hasibuan, Abdul Aziz Harahap, Raja Manipo Hasibuan, Tonku Saibun Harahap alias Baginda Huaya Harahap serta dengan Latong S/ Ketua KPKS Bukit Harapan (masing-masing diperiksa dalam berkas perkara terpisah), pada waktu-waktu yang tidak dapat ditentukan lagi. Perbuatan terdakwa Darinus Lungguk Sitorus melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 1 ayat (1) sub a jo. Pasal 28 jo. Pasal 34 c Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP dan kedua bahwa terdakwa Darianus Lungguk Sitorus untuk dan atas nama perusahaan miliknya atau perusahaan milik keluarganya yaitu PT. Torganda dan atau untuk dan atas nama Koperasi

Perkebunan Kelapa Sawit Bukit Harapan dan atau untuk atas nama Koperasi Persadaan Masyarakat Ujung Batu (Parsub), bertindak sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan Yonggi Sitorus selaku Bendahara KPKS Bukit Harapan dan selaku Ketua KPKS Bukit Harapan yang menggantikan Latong S, serta dengan Sangkot Hasibuan selaku Ketua Kantor Pertanahan Tapanuli Selatan (masing-masing diperiksa dalam berkas terpisah) telah melakukan atau turut serta melakukan beberapa perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga dipandang sebagai perbuatan berlanjut, serta melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu koperasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Perbuatan terdakwa Darianus Lungguk Sitorus melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 50 ayat (3) huruf a jo. Pasal 78 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP, melanggar Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, merugikan keuangan negara dan dakwaan ketiga membayar uang pengganti sebesar Rp. 323.655.640.000 (tiga ratus duapuluhtiga milyar enamratus limapuluh lima juta enamratus empatpuluh ribu rupiah) jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut, maka dipidana penjara 5 (lima) tahun. dan keempat menyatakan barang bukti yang disita berupa perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas ± 47.000 Ha yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan, Koperasi Parsub dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya dirampas untuk negara dalam hal ini Departemen Kehutanan dengan

melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan dan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yakni dengan sengaja mengerjakan atau menduduki kawasan hutan tanpa ijin Menteri Kehutanan. Pada hari senin 26 Juni 2006 terdakwa dituntut 12 tahun penjara, denda Rp.200.000.000,- dengan membayar uang pengganti sebesar Rp.323.000.000.000,-. Pada hari Jum’at tanggal 21 juli 2006 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memvonis terdakwa bersalah melakukan tindak pidana mengerjakan dan menggunakan kawasan hutan secara tidak sah yang dilakukan secara bersama-sama dan berlanjut. Dengan pidana penjara 8 (delapan) tahun, denda Rp. 5.000.000.000,- subsider 6(enam) bulan kurungan, barang bukti berupa perkebunan kelapa sawit seluas 23.000 Ha yang dikuasai KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya dan perkebunan kelapa sawit seluas 24.000 Ha yang dikuasai oleh Koperasi Parsub dan PT.Torus Ganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya dirampas untuk Negara dalam hal ini Departemen Kehutanan (Dakwaan pertama dan kedua tidak terbukti). Pada hari selasa tanggal 10 Oktober 2006 Pengadilan Tinggi DKI membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut Menyatakan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diterima, memerintahkan terdakwa segera dikeluarkan dari tahanan. Barang bukti yang dinyatakan dirampas dikembalikan kepada terdakwa. Pertimbangan Majelis Hakim, karena perselisihan/ persengketaan hak atas area belum ada putusan peradilan perdata yang berkekuatan hukum tetap, maka objek perkara belum mempunyai status hukum yang pasti. Pada hari senin tanggal 12 Pebruari 2007 Putusan Mahkamah Agung membatalkan putusan bebas Pengadilan Tinggi DKI menghidupkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pada hari senin tanggal 16 Juni 2008 Mahkamah Agung menolak permohonan Peninjauan Kembali dan

mengembalikan hukuman terpidana sesuai vonis Mahkamah Agung tanggal 12 Pebruari 2007.

Untuk menganalisis penerapan sanksi pemidanaan perundang-undangan di luar kodifikasi hukum pidana dalam konflik pertanahan di samping analisis normatif yang terkait dengan substansi hukum sebagaimana telah dijelaskan pada analisis sebelumnya, juga akan dianlisis fakta-fakta empiris dan analisis putusan pengadilan yang terkait dengan penerapan sanksi pemidanaan.

Adapun duduk perkaranya adalah Terdakwa Darianus Lungguk Sitorus, untuk dan atas namanya sendiri dan atau untuk dan atas nama perusahaan miliknya atau perusahaan milik keluarganya yaitu PT. Torganda, dan atau untuk dan atas nama Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit (KPKS) Bukit Harapan, bertindak sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan Sutan Bahruddin Hasibuan, Sutan Malim Hasibuan, Tongku Muda Hasibuan, Minan Hasibuan, Tongku Soripada Hasibuan, Baginda Partomuan Hasibuan, Rongkaya Sutan Siregar, Tongku Maraudin Harahap, Tongku Mahmud Hasibuan, Baginda Junjungan Satia Dalimunthe, Tongku Iskandar Hasibuan, Raja Asli Hasibuan, Abdul Azis Harahap, Raja Manippo Hasibuan, Sutan Tua Hasibuan, Zamhuri Hasibuan, Sutan Bandaharo Harahap, Tongku Saibun Harahap, serta Latong S (Ketua KPKS)

Pada waktu yang tidak ditentukan lagi antara bulan April 1998 sampai dengan tanggal 15 Agustus 1999, bertempat di hutan negara Kawasan Hutan Produksi Padang lawas kecamatan Simangambat (dahulu kecamatan Barumun Tengah) kabupaten Tapanuli Selatan yang berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : KMA/ 003/SK/I/2006 tanggal 5 Januari 2006, Pengadilan Jakarta Pusat ditunjuk untuk memeriksa dan mengadilinya, telah melakukan beberapa perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan

berlanjut, dengan melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain, atau suatu badan, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara dan atau perekonomian negara, yang dilakukan dengan cara-cara antara lain :

1. Sejak bulan April 1998 atau setidak-tidaknya sejak bulan September 1998, terdakwa D.L Sitorus tanpa hak dan tanpa ijin dari Menteri Kehutanan telah menduduki/ menguasai Hutan Negara Kawasan Hutan Produksi Padang Lawas seluas ± 80.000 Ha yang berada di kecamatan Simangambat kabupaten Tapanuli Selatan mengetahui atau patut dikira bahwa kawasan hutan seluas tersebut yang diperuntukkan sebagai hutan tetap dan berfungsi sebagai hutan produksi yang ditetapkan berdasarkan :

a. Gouvernement Besluit (GB) No.50/1924 tanggal 25 Juni 1924;

b. Berita Acara Penyerahan Tanah Kawasan Hutan Padang Lawas dari Masyarakat kepada Gubernur tertanggal 20 Mei 1981 seluas 12.000 Ha, tertanggal 26 Mei 1981 seluas 10.000 Ha, tertanggal 6 Juni 1981 seluas 8.000 Ha

c. Keputusan Menteri Kehutanan No. 923/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 tentang Penunjukkan Areal Hutan di wilayah Provinsi Dati I Sumatera Utara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK);

d. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 7 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Tk. I Sumatera Utara tahun 2003-2018;

e. Peraturan Daerah kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 14 Tahun 1998 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan.

Yang dilarang untuk diduduki tanpa ijin dari Menteri Kehutanan RI sesuai ketentuan Pasal 6 ayat (!) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan.

Hutan Negara Kawasan Hutan Produksi Padang Lawas seluas ± 80.000 Ha yang dikuasai / diduduki terdakwa D.L Sitorus diperoleh dengan cara yang tidak sah yaitu :

a. Tanpa dasar hukum dan tidak memiliki kewenangan telah menyatakan bahwa Kawasan Hutan Produksi Padang Lawas seluas ± 72.000 Ha adalah tanah ulayat marga Hasibuan Luhat Simangambat yang kemudian diserahkan oleh Raja Manippo Hasibuan yang mengaku sebagai Raja Panusunan Bulung Luhat Simangambat, beserta Sutan Tua Hasibuan dan Zamhuri Hasibuan masing-masing mengaku sebagai Hatobangon / cerdik pandai Luhat Simangambat ) dan dengan Sutan Bandaharo Harahap yang mengaku sebagai Anak Boru Luhat Simangambat serta dengan Tongku Saibun Harahap alias Baginda Huayan Harahap yang mengaku sebagai Hatobangon/ cerdik pandai Hutabaringin kepada terdakwa D.L Sitorus dengan cara ganti rugi/ pago-pago sejumlah uang, dan seolah-olah penyerahan kawasan tersebut bertujuan memajukan usaha perkebunan/ pembudidayaan kelapa sawit serta untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat, yang dituangkan dalam akte tanggal 23 Juli 1998 No. 186/L/ 1998 dihadapan Notaris Setiawati di Rantau Parapat.

b. Sebelum Hutan Negara Kawasan Hutan Produksi Padang Lawas seluas ± 80.000 Ha yang telah dikuasai oleh terdakwa Darianus Lungguk Sitorus tersebut dikerjakan (dirubah fungsi dan peruntukkan menjadi

areal perkebunan kelapa sawit), terdakwa Darianus Lungguk. Sitorus membentuk dan mendirikan Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit Bukit Harapan dengan maksud untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan. c. Setelah KPKS Bukit Harapan terbentuk, kemudian terdakwa Darianus

Lungguk Sitorus seolah-olah menyerahkan Hutan Negara Kawasan Hutan Produksi Padang lawas seluas ± 80.000 Ha tersebut (tertulis dalam akte No. 323/L/1998 seluas ± 84.000 Ha) kepada Pengurus KPKS Bukit Harapan untuk dikerjakan (dirubah fungsi dan peruntukkan menjadi areal perkebunan kelapa sawit) dengan sistem pola “Bapak Angkat” dimana terdakwa Darianus Lungguk Sitorus berperan sebagai penyandang dana, padahal pendirian KPKS Bukit Harapan serta penyerahan dan pengelolaan kawasan tersebut untuk dijadikan areal perkebunan kelapa sawit kepada pengurus KPKS Bukit Harapan agar pengurus KPKS Bukit Harapan bertanggung jawab penuh atas segala akibat yang telah timbul dan akan timbul dari kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit tersebut kepada pihak manapun yang dituangkan dalam Akte tanggal 30 September 1998 No.323/L/1998, dihadapan Notaris Setiawati di Rantau Parapat, padahal penyerahan Hutan Negara tersebut kepada Pengurus KPKS Bukit Harapan adalah untuk kepentingan dan keuntungan terdakwa Darianus Lungguk Sitorus dan atau perusahaan miliknya atau perusahaan milik keluarganya yaitu PT. Torganda.

d. Untuk mengerjakan (merubah fungsi dan peruntukkan) Hutan Negara Kawasan Hutan Produksi Padang Lawas seluas ± 80.000 Ha tersebut dijadikan areal perkebunan kelapa sawit, terdakwa Darianus Lungguk

Sitorus menyediakan alat-alat berupa greider untuk membuat jalan, mesin pemotong untuk memotong tegakkan dan menyediakan peralatan-peralatan lain yang diperlukan, padahal terdakwa Darianus Lungguk Sitorus mengetahui atau patut mengira bahwa selain dari petugas-petugas kehutanan atau orang-orang yang karena tugasnya atau kepentingannya dibenarkan berada di dalam kawasan hutan, siapa pun dilarang membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk memotong, menebang, dan membelah pohon di dalam kawasan hutan, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 9 ayat (1) PP Nomor 28 Tahun 1985.

e. Selanjutnya terdakwa Darianus Lungguk Sitorus bersama-sama dengan Latong S dan Yonggi Sitorus membuka hutan untuk membuat jalan dan mengkavling-kavling Kawasan Hutan Produksi Padang Lawas yang bertujuan imas tumbang dan pembersihan (istilah yang lazim digunakan untuk menebang pepohonan, membabat ilalang / semak belukar dan membakar habis hingga bersih), padahal terdakwa Darianus Lungguk Sitorus mengetahui atau patut mengira bahwa

setiap orang dilarang melakukan penebangan pohon-pohon dalam

hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang, sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan Pasal 9 ayat (2) PP Nomor 28 Tahun 1985 dan setiap orang dilarang membakar hutan kecuali dengan kewenangan yang sah, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 10 ayat (1) PP Nomor 28 Tahun 1985

f. Setelah imas tumbang dan pembersihan, kemudian terdakwa Darianus Lungguk Sitorus bersama-sama dengan Latong. S dan Yonggi Sitorus

mengolah lahan yang sudah dibersihkan dan kemudian dilanjutkan dengan penanaman dan pemeliharaan kelapa sawit, padahal terdakwa Darianus Lungguk Sitorus mengetahui atau patut mengira bahwa penggunaan kawasan hutan harus sesuai dengan fungsi dan peruntukkannya sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 yaitu berfungsi sebagai Hutan Produksi dan peruntukkannya sebagai hutan tetap, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 5 ayat (1) PP Nomor 28 Tahun 1985, dan penggunaan kawasan hutan yang menyimpang dari ketentuan ayat (1) (untuk pengembangan budi daya pertanian) harus mendapat persetujuan Menteri, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 5 ayat (2) PP Nomor 28 Tahun 1985 dan untuk pengembangan usaha pertanian harus terlebih dahulu memperoleh pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan, sesuai Surat Keputusan Bersama Menteri Kehutanan RI, Menteri Pertanian RI dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 364/ Kpts-II/90, Nomor : 519/Kpts/HK/050/70/90 dan Nomor : 23-VII-1990 tentang Ketentuan Pelepasan Kawasan Hutan dan Pemberian Hak Guna Usaha untuk pengembangan usaha pertanian. Perbuatan terdakwa Darianus Lungguk Sitorus, Latong. S dan Yonggi Sitorus dilakukan secara bertahap, berlanjut dan berlangsung terus menerus, dan hingga bulan Pebruari 1999 telah selesai ditanami kelapa sawit seluas ± 12.000 Ha atau setidak-tidaknya lebih dari 8.000 Ha telah selesai ditanami kelapa sawit dan lebih dari 4.000 Ha telah selesai imas tumbang dan pembersihan (keadaan ini sesuai surat yang dibuat dan ditandatangani oleh Latong.

S dan Arif Prabowo selaku Pengurus KPKS Bukit Harapan dalam suratnya No. 05/LP/KPKS/II tanggal 11 Pebruari 1999). Perbuatan terdakwa Darianus Lungguk Sitorus, Latong. S dan Yonggi Sitorus telah menyebabkan berkurangnya luas Hutan Negara Kawasan Hutan Produksi Padang Lawas seluas ± 12.000 Ha dan menyebabkan hilangnya tegakan kayu bulat besar (KBB) jenis kayu meranti berdiameter 30 cm keatas yang diperhitungkan sebanyak 27,99 m3/ Ha dan kayu bulat sedang (KBS) berdiameter antara 20-29 cm yang diperhitungkan sebanyak 2,10m3/ Ha.

g. Selain telah menyebabkan berkurangnya luas areal hutan negara kawasan hutan produksi Padang Lawas seluas ± 12.000 Ha dan menyebabkan hilangnya tegakan jenis kayu meranti sebagaimana diuraikan diatas, perbuatan terdakwa Darianus Lungguk Sitorus tersebut juga telah menimbulkan hilangnya perolehan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR) serta menimbulkan kerugian Rehabilitasi yang harus ditanggung oleh Pemerintah Cq. Departemen Kehutanan RI.

h. Perbuatan terdakwa Darianus Lungguk Sitorus, Latong. S dan Yonggi Sitorus yang telah melakukan :

- perbuatan menduduki / menguasai hutan negara;

- pembukaan hutan (membuat jalan dan mengkavling-kavling); - imas tumbang dan pembersihan (istilah yang lazim digunakan untuk

menebang pepohonan, membabat ilalang/ semak belukar dan membakar habis hingga bersih);

- penanaman dan pemeliharaan kelapa sawit;

di Hutan Negara Kawasan Hutan Produksi Padang Lawas, Pemerintah Daerah setempat (Dinas Kehutanan Kabupaten Tapanuli Selatan, Kantor Wilayah Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, Gubernur Sumatera Utara, DPRD Sumatera Utara dan Kapolda Sumatera Utara) maupun Pemerintah Pusat (Departemen Kehutanan RI dan Menteri Pertahanan dan Keamanan/ Panglima ABRI) telah melakukan berbagai upaya agar terdakwa Darianus Lungguk Sitorus atau PT. Torganda dan KPKS Bukit Harapan menghentikan perbuatannya.

Selain bersama-sama dengan Yonggi Sitorus, pada tanggal 16 September 2003 terdakwa Darianus Lungguk Sitorus selaku Direktur Utama PT. Torus Ganda juga bersama-sama dengan Sangkot Hasibuan (Ketua Koperasi Parsadaan Ujung Batu) membuat perjanjian dihadapan Notaris Setiawati di Rantau Prapat sesuai Akte tanggal 16 September 2003 No. 139, untuk membuka hutan, mengelola serta membudidayakan (perkebunan kelapa sawit) seluas ± 24.000 Ha yang terletak di desa Aek Raru, desa Paran Padang, desa Janji Matogu, desa Mandasip dan desa Langkimat.

Atas ajakan dan janji terdakwa Darianus Lungguk Sitorus tersebut sebanyak 1.820 orang anggota masyarakat antara lain Sutan Namora Tandang, Mangaraja Sidikal Harahap, Baginda Sunanggulon Harahap, Rustam Hasibuan, Sutan Mandugu Hasibuan, Ompu Sulenggangon, Mangaraja Sutan Harahap, Baginda Batota Harahap, Baginda Partomuan Hasibuan dan Tongku Raja Malim Simamora masuk menjadi anggota KPKS Bukit Harapan dan masing-masing bersedia mengakui seolah-olah memiliki tanah seluas 2 (dua) Ha serta bersedia menandatangani permohonan hak atas

tanah kepada Kepala Kantor Pertanahan kabupaten Tapanuli Selatan yang pengajuan permohonannya dikordinir oleh terdakwa Darianus Lungguk Sitorus bersama-sama Yonggi Sitorus.

Permohonan penerbitan sertifikat hak atas tanah/ lahan hutan negara kawasan hutan Padang Lawas diproses dan ditindaklanjuti oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Selatan yang waktu itu dijabat oleh Irwan Nasution (mantan Kepala Pertanahan kabupaten. Tapanuli Selatan) mengetahui dan telah diingatkan oleh staf Kantor Pertanahan kabupaten Tapanuli Selatan bahwa tanah yang dimohonkan tersebut adalah Hutan Negara Kawasan Hutan Produksi Padang Lawas, namun Irwan Nasution tetap memproses permohonan 1.820 orang tersebut dan menandatangani Buku Tanah Sertifikat Hak Milik sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan kabupaten Tapanuli Selatan. Sertifikat tersebut dikuasai oleh terdakwa Darianus Lungguk Sitorus dan disimpan di Kantor KPKS Bukit Harapan.

Perbuatan terdakwa Darianus Lungguk Sitorus langsung atau tidak langsung telah merugikan keuangan negara cq. Departemen Kehutanan RI (sesuai perhitungan Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Badan Planologi dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Departemen Kehutanan dan Perkebunan sebagaiamana diubah dan ditambah dengan Peraturan Pemerintah No.92 Tahun 1999 jo. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 858/Kpts-II/1999 tentang Besarnya Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Per satuan Hasil Hutan Bukan Kayu jo. Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 258/MPP/6/1998 tanggal 08 Juni 1998 tentang Harga Patokan untuk kayu bulat yang mempunyai ukuran diameter 30 cm keatas untuk jenis meranti di wilayah Sumatera sebesar $ 59,00 US/m3, dan untuk

kayu bulat yang mempunyai ukuran kurang dari diameter 30 cm untuk jenis meranti di wilayah Sumatera sebesar $ 11,00 US/M3

dan perhitungan oleh ahli dari Institusi Pertanian Bogor (IPB) serta ahli dari BPKB) yaitu sebagai berikut :

No Uraian Kerugian per Ha Luas (Ha) Kerugian berkisar antara 1 Kerugian atas hilangnya tegakan

besarannya antara USD 1655, 36 per Ha hingga USD 1795,32 per Ha atau Rp. 16.553.600,- per Ha hingga Rp.17.953.200,- per Ha (apabila kurs Rp./USD=Rp. 10.000.-/USD

12.000 Rp.198.643.200.000-Rp.215.438.400.000,-

2 Kehilangan perolehan PSDH&DR besarnya antara Rp.3.967.668,- per Ha hingga Rp. 4.225.176 per Ha

12.000 Rp.47.612.016.000,- -Rp.50.702.112.000,- 3 Kerugian rehabilitasi yang didekati

dengan standar biaya rehabilitasi lahan sebesar Rp. 4.500.000,- per Ha

12.000 Rp.54.000.000.000,- -Rp.54.000.000.000,-

4 Kerugian atas tanah/lahan yang dikuasai oleh pihak lain dengan perkiraan harga tanah di Padang Lawas adalah Rp.7.500.000,- per Ha

12.000 Rp.90.000.000.000,- - Rp. 90.000.000.000,-

Total Rp.390.255.216.000,-

-Rp.410.140.512.000,-

Sehingga total kerugian negara cq. Departemen Kehutanan RI diperhitungkan berkisar antara Rp.390.255.216.000,- - Rp.410.140.512.000,-

Dokumen terkait