• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Perselisihan Bila Terjadi Wanprestasi Dalam

BAB IV PERJANJIAN BERLANGGANAN MULTIMEDIA

B. Penyelesaian Perselisihan Bila Terjadi Wanprestasi Dalam

Di dalam suatu perjanjian, tidak terkecuali perjanjian berlangganan multimedia televisi berbasis satelit, ada kemungkinan salah satu pihak tidak melaksanakan prestasi dalam perjanjian tersebut atau tidak memenuhi isi perjanjian sebagaimana yang telah mereka sepakati bersama-sama.

Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, atau lebih jelas apa yang merupakan kewajiban menurut perjanjian yang mereka perbuat, maka dikatakan bahwa pihak tersebut wanprestasi, yang artinya tidak memenuhi prestasi yang diperjanjikan dalam perjanjian.

Wirjono Prodjodikoro, mengatakan: “Wanprestasi adalah berarti ketiadaan suatu prestasi dalam hukum perjanjian, berarti suatu hal harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali dalam Bahasa Indonesia dapat dipakai istilah pelaksanaan janji untuk prestasi dan ketiadaan pelaksanaan janji untuk wanprestasi”.28

Lebih tegas Mariam Darus Badrulzaman, mengatakan bahwa : “Apabila dalam suatu perikatan si debitur karena kesalahannya tidak melaksanakan apa

yang diperjanjikan, maka dikatakan debitur itu wanprestasi”.29

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas kita dapat mengerti apa sebenarnya yang dimaksud dengan wanprestasi itu. Untuk menentukan apakah seorang (debitur) itu bersalah karena telah melakukan wanprestasi, perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana seseorang itu dikatakan lalai atau alpa tidak memenuhi prestasi.

R. Subekti, mengemukakan bahwa: Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat berupa 4 (empat) macam:

2. Melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan

3. Melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi terlambat

4. Melaksanakan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilaksanakannya.30

Dari klausul perjanjian yang didapatkan maka jika perbuatan wanprestasi itu dilakukan oleh Perusahaan Jasa Penyiaran

Dalam suatu perjanjian berlangganan multimedia televisi berbasis satelit, baik itu pihak perusahaan jasa penyiaran televisi berlangganan maupun pelanggan tidak melaksanakan isi perjanjian yang mereka sepakati, berarti pihak tersebut telah melakukan wanprestasi.

28

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Penerbit Sumur, Bandung, 1991, hal. 44.

Berlangganan berbasis satelit sebagai suatu bentuk Badan Hukum yang tunduk kepada Hukum Negara Indonesia, yang dalam hal ini

dipergunakan Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Maka kedudukan pengurus yang dalam hal ini Dewan Direksi tersebut adalah sebagai wakil pihak perusahaan yang dapat dimintai pertanggung jawabannya atas kerugian yang dialami pelanggan.

Selanjutnya dalam mengkaji masalah wanprestasi ini, perlu

dipertanyakan apakah akibat dari wanprestasi salah satu pihak merasa dirugikan? dan apabila ak-hirnya timbul perselisihan di antara keduanya akibat wanprestasi tersebut, Upaya apa yang dapat ditempuh pihak yang dirugikan agar dia tidak merasa sangat dirugikan? Pasal 1238 KUH Perdata menjelaskan bahwa apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak atau dalam undang-undang maka wanprestasinya si debitur resmi terjadi setelah debitur dinyatakan lalai oleh kreditur yakni dengan dikeluarkannya akta lalai oleh pihak kreditur.

Sebagaimana biasanya akibat tidak dilakukannya suatu prestasi oleh salah satu pihak dalam perjanjian, maka pihak lain akan mengalami kerugian. Tentu saja hal ini sama sekali tidak diinginkan oleh pihak yang menderita kerugian, namun kalau sudah terjadi, para pihak hanya dapat berusaha supaya kerugian yang terjadi ditekan sekecil mungkin.

Terjadinya wanprestasi, maka pihak lain sebagai pihak yang menderita

29

Mariam Darus Abdrulzaman, Op.Cit, hal. 44.

30

kerugian dapat memilih antara beberapa kemungkinan, yaitu : 1. Pihak yang dirugikan menuntut pelaksanaan perjanjian 2. Pihak yang dirugikan menuntut ganti rugi

3. Pihak yang dirugikan menuntut pelaksanaan perjanjian disertai ganti rugi

4. Pihak yang dirugikan menuntut pembatalan perjanjian

5. Pihak yang dirugikan menuntut pembatalan perjanjian disertai dengan ganti rugi.31

Dari beberapa kemungkinan penuntutan dari pihak yang dirugikan tersebut di atas bagi suatu perjanjian timbal-balik oleh ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata diisyaratkan apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dapat dimintakan pembatalan perjanjian kepada hakim.

Dengan demikian berdasarkan Pasal 1266 KUH Perdata, dalam perjanjian berlangganan multimedia televisi berbasis satelit salah satu pihak wanprestasi maka pihak yang dirugikan dapat menempuh upaya hukum dengan menuntut pembatalan perjanjian kepada hakim.

Dalam kenyataannya pada bentuk perjanjian berlangganan multimedia televisi berbasis satelit ini apabila timbul perselisihan di antara meraka maka para pihak tersangkut pada isi perjanjian yang telah disetujui mereka yaitu dengan cara:

1. Dilakukan penyelesaian secara musyawarah dan jika belum selesai 2. Dilakukan lewat pengadilan dimana lokasi pekerjaan dilakukan.

Penentuan jalan atau tata cara penyelesaian perselisihan di atas baik itu akibat wanprestasi atau akibat-akibat lainnya tersebut diterangkan dalam isi

31

surat perjanjian yang mereka perbuat adalah untuk mengantisipasi hal-hal yang terbit dari perjanjian tersebut, hal ini adalah sangat penting agar dapat ditindak lanjuti jika timbul suatu hal yang merugikan salah satu pihak. Hal ini diatur oleh para pihak dalam Pasal 12 Perjanjian Berlangganan Indovision. (Terlampir).

Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diatur dalam Bab X dan Bab XI, Pasal 45 sampai dengan Pasal 58. Terbitnya istilah penyelesaian sengketa konsumen itu sendiri disebabkan adanya ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 45 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang berbunyi :

(1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.

(2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

(3) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghilangkan tanggungjawab pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang.

(4) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.

Sedangkan dalam Penjelasan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dijelaskan :

Ayat (2)

Penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat ini tidak menutup kemungkinan penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa. Pada setiap tahap diusahakan untuk menggunakan penyelesaian damai oleh kedua belah pihak yang bersengketa.

Yang dimaksud dengan penyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa (pelaku usaha dan konsumen) tanpa melalui pengadilan atau Badan Penyelesaian Sengkata Konsumen dan tidak bertentangan dengan undang-undang ini.

Melalui ketentuan Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen dapat diketahui bahwa untuk menyelesaikan sengketa konsumen, terdapat dua pilihan yaitu :

1. Melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha, atau.

2. Melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.

Penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan di dalam pengadilan (peradilan umum) maupun di luar pengadilan. Gugatan dapat dilakukan oleh seorang konsumen yang dirugikan atau gugatan kelompok yang dilakukan oleh:

a. Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama, b. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

Dalam Pasal 47 Undang-Undang Perlindungan Konsumen disebutkan : Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen.

Selanjutnya diterangkan dalam penjelasannya bahwa bentuk jaminan yang dimaksud dalam hal ini berupa pernyataan tertulis yang menerangkan bahwa tidak akan terulang kembali perbuatan yang telah merugikan konsumen.

C. Berakhirnya Perjanjian Berlangganan Multimedia Televisi Berbayar

Dokumen terkait