• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYELESAIAN HUKUM JIKA TERJADI WANPRESTAS

E. Penyelesaian Perselisihan Dalam Perjanjian Kerjasama Penjualan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap isi perjanjian kerjasama penjualan voucher hotel antara PT. Eka Sukma Tour dengan Hotel JW Marriot Medan, bahwa

klausul-klausul dalam perjanjian tersebut tidak seimbang, sehingga tidak

mencerminkan asas atau prinsip keseimbangan. Ketidakseimbangan adalah dalam hal hak dan kewajiban, dimana perjanjian tersebut lebih menenkankan kewajiban travel dengan segala akibat hukumnya, tanpa menjelaskan hak-hak travel atau kewajiban hotel kepada travel.

Seharusnya dalam perjanjian tercantum hak dan kewajiban para pihak secara seimbang, khususnya dalam hal wanprestasi harus memegang prinsip keseimbangan berupa perlindungan pihak yang melakukan wanprestasi. Hal didasarkan karena ada kemungkinan bahwa sungguhpun salah satu pihak telah melakukan wanprestasi, tetapi sebagian prestasi telah dilakukan atau terdapat cukup alasan untuk menunda sementara pelaksanaan prestasi ataupun ada alasan-alasan lain yang menyebabkan kepentingan pihak yang melakukan wanprestasi pun dilindungi.

Dalam rangka pelaksanaan perjanjian, peranan itikad baik (te goeder trouw), sungguh mempunyai arti yang sangat penting sekali. Bahkan oleh Subekti, itikad baik itu dikatakan sebagai suatu sendi yang terpenting dalam hokum perjanjian. Hal ini

113

Hasil wawancara dengan Josephine L. Sutjipta, Sales Manager Hotel JW Marriot Medan pada tanggal 5 Agustus 2011 di Medan

dapat dipahami karena itikad baik merupakan landasan utama untuk dapat melaksanakan suatu perjanjian dengan sebaik-baiknya dan sebagaimana mestinya.

Dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, mengatur bahwa “suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Asas itikad baik ini sangat mendasar dan penting untuk diperhatikan terutama didalam membuat perjanjian maksud itikad baik di sini adalah bertindak sebagai pribadi yang baik. Itikad baik dalam pengertian yang sangat subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang, yaitu apa yang terletak pada seseorang pada waktu diadakan perbuatan hukum. Sedangkan itikad baik dalam pengertian obyektif yaitu bahwa pelaksanaan suatu perjanjian itu harus didasarkan pada norma kepatutan atau apa-apa yang dirasa sesuai dengan yang patut dalam masyarakat.

Dalam hal terjadinya perselisihan sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ternyata bahwa penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia tidak terlaksana. Pihak Hotel JW Marriot Medan

secara langsung memutuskan hubungan kerjasama dengan travel, tanpa

memperhatikan dan menerima penjelasan dari pihak travel tentang penyebab wanprestasi tersebut. Karena konsumen di travel pada umum nya tidak bisa diperkirakan pada saat kapan konsumen itu bisa ramai melakukan pembelian voucher hotel.

Sebaliknya pihak PT. Eka Sukma Tour tidak melakukan upaya hukum sebagaimana haknya dalam suatu perjanjian. Hal ini menyebabkan kerugian bagi pihak PT. Eka Sukma Tour, karena dengan terjadinya pemutusan hubungan

kerjasama secara sepihak, pihak PT. Eka Sukma Tour tidak dapat mengajukan klaim atas prestasi yang telah diperoleh. Hal ini juga akan menimbulkan pengaruh lain terhadap Sukma Tour, berupa menurunnya kepercayaan pelanggan (tamu hotel).114

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam penyelesaian perselisihan tersebut perlu memberikan perlindungan hukum kepada pihak-pihak terkait, dalam hal ini adalah PT. Eka Sukma Tour. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam praktek selanjutnya perjanjian kerjasama penjualan voucher hotel antara PT. Eka Sukma Tour dengan Hotel JW Marriot Medan seharusnya dilakukan dalam bentuk akta notariil.

Kekuatan maupun kelemahan akta dibawah tangan dengan akta notariil adalah akta bawah tangan mempunyai kekuatan bukti materil setelah dibuktikan atau formalnya,penentuan bukti formal ini baru terjadi jika pihak yang bersangkutan mengakui akan kebenaran isi akta tersebut.dan yang menjadi kelemahan nya adalah bahwa perjanjian ini adalah dibuat hanya oleh para pihak,disini perjanjian dibuat oleh pihak hotel.maka bukan tidak mungkin terdapat kekurangan data-data yang lengkap untuk membuat perjanjian,hal-hal ini yang dapat merugikan pihak hotel,dimana apabila terjadi wanprestasi pihak hotel tidak memungkiri tandatangan nya,maka akan berakibat hilang nya kekuatan hukum perjanjian yang telah dibuat tersebut.dan diatur dalam Pasal 1877 KUH Perdata.

Apabila menggunakan akta notariil akan mempunyai kekuatan karena akta otetntik adalah merupakan alat bukti tertulis yang sempurna, oleh karena akta

114

mempunyai kekuatan pembuktian secara lahiriah, formal dan materiil dan akta otentik dapat dikatakan alat bukti yang sempurna Karena akta otentik memberikan kepada para pihak itu menjamin kepastian tanggal, waktu dan tempat, ini berarti bahwa

kekuatan bukti sedemikian rupa, karena dianggap melekat pada akta itu

sendiri,sehingga tidak perlu dibuktikan lagi bagi hakim.

Dalam setiap perbuatan hukum khususnya hukum perdata, akta memegang peranan yang sangat penting karena dapat dipergunakan sebagai alat bukti terjadinya suatu perbuatan hukum, disamping sebagai batasan tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak. Perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian kerjasama operasi ini apabila ditinjau maka syarat-syarat baku yang dicantumkan dalam perjanjian tersebut merupakan syarat yang layak dan wajar dalam perjanjian yang memuat hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian. Hal ini perlu, karena aturan dan syarat-syarat perjanjian yang ditentukan secara sepihak oleh Hotel JW Marriot belum cukup melindungi kepentingan hukum para pihak yang terlibat dalam perjanjian kerjasama ini.

Pada dasarnya setiap perjanjian yang dibuat para pihak harus dapat dilaksanakan dengan sukarela atau etikad baik, namun dalam kenyataanya kontrak yang dibuatnya seringkali dilanggar. Persoalannya, bagaimanakah cara penyelesaian sengketa yang terjadi diantara para pihak. Secara yuridis pola penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (1) melalui pengadilan, (2) alternatif penyelesaian sengketa, dan (3) musyawarah.

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian sengketa yang terjadi antara para pihak yang diselesaikan oleh pengadilan. Putusannya bersifat mengikat. Sedangkan penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa (ADR) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli (Pasal 1 ayat (10)) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 maka cara penyelesaian sengketa melalui ADR dibagi menjadi lima cara, yaitu : Konsultasi, Negoisasi, Mediasi, Konsiliasi atau Penilaian Hukum.115

Dokumen terkait