• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III WANPRESTASI DALAM KONTRAK PRODUCTION SHARING

B. Wanprestasi Dan Penyelesaiannya Menurut Kontrak Production Sharing

2. Penyelesaian Sengketa dalam Kontrak Production Sharing

Apabila terjadi sengketa antara kedua belah pihak, mereka sepakat untuk menyelesaikan semua sengketa, baik yang terjadi sebelum ataupun sesudah pengakhiran perjanjian melalui : perujukan (konsiliasi) dan badan arbitrase. Dalam hal kedua belah pihak hendak mencari penyelesaian sengketa melalui cara konsiliasi, maka bagi Kontraktor asing, konsiliasi dilakukan sesuai dengan Peraturan Konsiliasi dari United Nations Commision on International Trade Law (UNCITRAL) yang terdapat dalam Resolusi 35/52 Majelis Umum PBB tanggal 4 Desember 1980. Bagi Kontraktor nasional, konsiliasi dilakukan sesuai dengan peraturan konsiliasi yang dianut oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia.

Dalam Article 22 The PSA Law of Russia telah ditentukan cara penyelesaian sengketa yang muncul antara Pemerintah Russia dengan investor dalam kaitannya dengan pelaksanaan Kontrak Production Sharing. Dalam ketentuan itu diitentukan bahwa penyelesaian sengketa dilakukan melalui Pengadilan Rusia atau arbitrase International yang berkedudukan di Paris.

      

102

Konsiliasi diatur di dalam Pasal 33 ayat (1) Piagam PBB dan International Chamber of Commerce (ICC). Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pengertian konsiliasi yaitu : suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut. Sementara itu menurut Oppenhaim, konsiliasi adalah :

“ Suatu proses penyelesaian sengketa dengan menyerahkannya kepada suatu komisi orang-orang yang bertugas menguraikan/ menjelaskan fakta-fakta dan (biasanya setelah mendengar para pihak dan mengupayakan agar mereka mencapai suatu kesepakatan), membuat usulan– usulan suatu penyelesaian, namun keputusan tersebut tidak mengikat103.

Di dalam UU No 22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi tidak kita temukan Pasal yang mengatur tentang penyelesaian sengketa, jika terjadi sengketa antara Badan Pelaksana dengan Badan Usaha atau bentuk usaha tetap terhadap substansi Kontrak Production Sharing. Pola penyelesaian sengketa telah ditentukan dan dituangkan dalam Kontrak Production Sharing yang dibuat para pihak.

Sebagai contoh, pola penyelesaian sengketa ini dapat kita temukan dalam standar Kontrak tentang Kontrak Production Sharing, yang dibuat antara Pertamina dengan Kontraktor, hal ini dituangkan dalam Section XI tentang Consultation dan Arbitration. Dalam section ini ada 2 hal yang diatur, yaitu tentang konsultasi antara Pertamina dengan Kontraktor dan arbitrase.

Konsultasi ini diatur dalam Section XI.I. konsultasi antara Pertamina dan Kontraktor dapat dilakukan pada masa-masa atau waktu-waktu tertentu. Tujuannya untuk :

1. Membahas perkembangan pengoperasian minyak dan gas 2. Membuat pertimbangan baru atau kebijakan baru

3. Kemungkinan risiko yang akan dihadapi pada masa mendatang

Pola penyelesaian sengketa yang diatur dalam section XI.2 dapat dilakukan dengan tahap yaitu Perdamaian dan Arbitrase. Pada tahap perdamaian, para pihak harus menjelaskan dan       

103

memusyawarahkan tentang perselisihan yang timbul diantara mereka. Mereka akan melihat pada penafsiran terhadap substansi kontarak dan pelaksanaan Kontrak. Mereka tetap berusaha untuk menyelesaikan persoalan itu secara damai. Jika cara damai tidak dapat diselesaikan di antara mereka, Pertamina dan Kontraktor dapat menyelesaikannya melalui cara arbitrase. Jumlah wasitnya terdiri dari 3 orang dengan komposisi diantaranya :

1. Satu orang wasit yang berasal dari Pihak Pertamina 2. Satu orang wasit yang berasal dari Pihak Kontraktor

3. Satu orang wasit (arbiter) yang netral, yang dipilih dan ditunjuk oleh Pihak Pertamina dan Kontraktor.

Pola penyelesaian sengketa ini kita temukan dalam standar Kontrak Production Sharing yang dibuat antara SKK Migas dengan Kontraktor. Pola penyelesaian sengketa diatur dalam seksi XI tentang Consultation and arbitration. Ada dua hal yang diatur dalam Seksi XI tersebut, yaitu :

1. Konsultasi 2. Arbitrase

Konsultasi adalah perundingan yang dilakukan antara SKK Migas dengan Kontraktor. Dalam seksi 11.1 ditentukan dua hal yang dikonsultasikan antara SKK Migas dengan Kontraktor, yaitu :

1. Pelaksanaan operasi pengeboran minyak dan gas bumi

2. Penyelesaian masalah yang timbul antara SKK Migas dengan Kontraktor

Timbulnya perselisihan antara SKK Migas dengan Kontraktor adalah karena SKK Migas atau Kontraktor tidak dapat melaksanakan prestasinya dengan baik sesuai dengan substansi Kontrak Production Sharing yang dibuat oleh para pihak. Apabila hal itu terjadi, cara pertama yang dilakukan oleh para pihak menyelesaikan secara damai dan persuasif. Artinya, para pihak melakukan perundingan untuk mencari kesepakatan tentang hal-hal yang dipersoalkannya. Cara

yang dilakukan adalah mengirimkan surat teguran dari salah satu pihak tentang hal-hal yang dipersoalkan. Dan dalam waktu 90 hari akan dilakukan perundingan antara kedua belah pihak (Seksi 11.2 KPS).

Apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan cara damai, upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan hal itu adalah menggunakan arbitrase (Seksi 11.3 sampai dengan Seksi 11.5). jumlah wasitnya terdiri dari atas tiga orang, dengan komposisi diantaranya :

1. Satu orang wasit yang berasal dari pihak SKK Migas 2. Satu orang wasit yang berasal dari pihak Kontraktor

3. Satu orang wasit (arbiter) yang netral, yang dipilih dan ditunjuk oleh SKK Migas dan Kontraktor.

Keberadaan arbiter dari para pihak dan seorang yang netral diharapkan nantinya untuk dapat menyelesaikan para arbiter (wasit) yang ditunjuk tidak dapat menyelesaikan persoalan atas mereka, para pihak dapat mengajukan persoalan tersebut kepada Presiden dari International Chamber of Commerce (ICC)/kamar Dagang International di Paris. Kegiatan International Chamber of Commerce (ICC) dalam bidang arbitrase, yaitu dengan memberikan suatu metode penyelesaian sengketa yang murah dan cepat ( an inexpensive and quick method for settlement of dispute)104. ICC inilah yang merupakan aturan hukum untuk menyelesaikan sengketa antara Pertamina dan Kontraktor.

International Chamber of Commerce (ICC) merupakan lembaga yang berkedudukan di Paris. International Chamber of Commerce (ICC) adalah suatu organisasi yang tidak mencari keuntungan. fungsi organisasi ini adalah meningkatkan kerja sama perdagangan dunia, menentang proteksionisme dan menetapkan standar perdaganganinternasional yang luas,       

penurunan kendala-kendala perdagangan internasional serta berbagai sarana untuk saling menukar pandangan/pikiran diantara para pengusaha. disamping fungsi itu, ICC memberikan pula jasa-jasa bisnis melalui organ atau lembag-lembaganya. salah satu organnya adalah The Court of Arbitration (Peradilan Arbitrase) yang berkedudukan di Paris. peradilan ini dibentuk 1923. lembaga ini merupakan pusat penyelesaian sengketa international di antara pihak-pihak yang tunduk pada Kontrak international. keputusan yang dikeluarkan oleh ICC adaalah keputusan yang final, maksudnya putusan itu merupakan putusan akhir dan tidak boleh diadakan banding atau kasasi.

Di dalam UU No 22 tahun 2001, para pihak dalam Kontrak Production Sharing, yaitu badan pelaksana dengan badan usaha atau bentuk usaha tetap. Apabila terjadi sengketa antara badan usaha dengan badan pelaksana, hukum yang digunakan adalah hukum Indonesia karena kedua belah pihak merupakan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan mereka tunduk kepada hukum Indonesia. Akan tetapi, apabila terjadi sengketa antara Bentuk Usaha tetap dengan Badan Pelaksana, para pihak menggunakan aturan dalam International Chamber of Commerce (ICC) karena Bentuk Usaha Tetap ini merupakan perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Dengan kata lain, dalam Kontrak itu adalah adanya unsur asing sehingga aturan hukum yang digunakan adalah International Chamber of Commerce (ICC). Perusahaan Minyak dan Gas Bumi dengan Kontraktor telah ditentukan pola penyelesaian sengketa, yaitu dengan cara mediasi, konsiliasi, dan arbitrase. didalam model Kontrak itu tidak diatur secara lengkap tentang prosedur dan syarat-syarat di dalam penyelesaian sengketa itu berdasarkan konvensi internasional tersebut. BP Migas (SKK migas memilih dalam bentuk konsultasi).

Dokumen terkait