• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelidikan KLB pada keracunan pestisida di Indonesia 1 Langkah-langkah Investigasi KLB Keracunan

1. Persiapan lapangan

Penyelidikan KLB dikerjakan secepat mungkin karena diharapkan dalam 24 jam pertama sudah adanya informasi mengenai kejadian tersebut.

Persiapan lapangan meliputi :

a. Pemantapan (konfirmasi) Informasi.

b. Pembuatan rencana kerja penyelidikan, minimal berisikan :

-Tujuan penyelidikan KLB meliputi mamastikan diagnosis penyakit, menetapkan KLB, menentukan sumber dan cara penularan, mengetahui keadaan penyebab KLB.

-Definisi kasus awal, merupakan arahan pada pencarian kasus

-Hipotesis awal mengenai agent penyebab penyakit, cara dan sumber penularan

-Macam dan sumber data yang diperlukan

-Startegi penemuan kasus

-Sarana dan tenaga yang diperlukan

c. Pertemuan dengan pejabat setempat untuk membicarakan rencana dan pelaksanaan penyelidikan KLB, kelengkapan sarana dan tenaga di daerah serta memperoleh ijin dan pengamanan.

2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB

Kejadian keracunan pestisida dapat di suatu kelompok masayrakat yang dapat menyebabkan kesakitan ataupun kematian dapat di tetapkan suatu kejadian luar biasa.

3. Memastikan diagnosis etiologis

Laporan tentang adanya peristiwa keracunan pestisida dapat berasal dari berbagai sumber. Seriap laporan dari manapun datangnya hendaknya di cek kebenarannya dan dicoba untuk menegakan diagnosa dengan anamnesa yang baik, bila mungkin disesuaikan gejala, hasil pemeriksaan laboratorium dan masa Inkubasi

Penetapan etiologi KLB keracunan dapat dilakukan berdasarkan 4 langkah kegiatan yaitu :

a) Wawancara dan pemeriksaan fisik terhadap kasus-kasus yang dicurigai

Pada saat berada di lapangan, dilakukan wawancara dan pemeriksaan pada penderita yang berobat ke unit pelayanan. Dari hasil pemeriksaan ini dapat diperkirakan gejala dan tanda penyakit yang paling menonjol diantara penderita yang berobat dan kemudian dapat ditetapkan diagnosis banding awal.

b) Distribusi gejala-tanda kasus-kasus yang dicurigai

Wawancara kemudian dapat dilakukan pada kasus-kasus yang lebih luas dan sistematis terhadap semua gejala yang diharapkan muncul pada penyakit keracunan yang termasuk dalam diagnosis

banding. Dari seluruh gejala tersebut di atas disusun sebuah daftar pertanyaan. Wawancara dengan daftar pertanyaan ini dilakukan terhadap kasus yang dicurigai (definisi kasus), dan kemudian dipindahkan dalam tabel distribusi gejala sebagai berikut :

Tabel 2. Distribusi gejala kercunan akibat pestisida

No Gejala dan tanda Jumlah kasus Persentasi (%)

1 Mual

2 Muntah 3 Pusing Dst Dst

c) Gambaran epidemiologi

Setiap daerah mempunyai pengalaman epidemiologi yang berbeda dengan daerah lain. Data epidemiologi ini diketahui berdasarkan surveilans KLB keracunan di daerah tersebut. Misalnya KLB keracunan malation (insektisida), akan banyak terjadi di daerah dengan program penanggulangan malaria atau demam berdarah, sedang pada daerah lain akan sangat kecil kemungkinan terjadi KLB keracunan pangan malation. Golongan umur juga seringkali dapat digunakan untuk identifikasi etiologi KLB keracunan pestisida Gambaran epidemiologi menurut ciri pekerjaan, kebiasaan makan dan minum, serta ciri epidemiologi lain, dapat digunakan sebagai cara untuk identifikasi etiologi KLB keracunan pestisida.

d) Pemeriksaan pendukung, termasuk laboratorium

Pemeriksaan spesimen urine, darah atau jaringan tubuh lainnya, serta pemeriksaan muntahan dapat igunakan sebagai cara untuk identifikasi etiologi KLB keracunan pestisida. Tim penyelidik mengambil, menangani, mengemas dan mengirimkan spesimen ke laboratorium dengan tepat dan cepat. Kondisi spesimen diharapkan tidak berubah, baik secara fisik, kimia dan biologis, selama pengiriman sampai saat dianalisis. Penanganan spesimen harus dilakukan secara aseptis. Secara sistematis, seharusnya spesimen yang diambil dan diperiksa laboratorium adalah digunakan untuk memperkuat pemeriksaan etiologi yang telah ditetapkan dalam

diagnosis banding. sebaiknya pemeriksaan laboratorium diarahkan oleh investigator untuk identifikasi kemungkinan penyebab tersebut sebagai penyebab, termasuk prosedur pengambilan sampel dan pengamanan dalam penyimpanan dan pengiriman spesimen.

4. Mengidentifikasi dan menghitung kasus atau paparan

Identifikasi kasus digunakan untuk mengitung jumlah kasus yang selanjutnya mendeskripsikan KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang dengan lebih teliti, sedangkan identifikasi paparan dapat mengarahkan untuk identifikasi sumber penularan yang lebis spesifik dan membantu dalam penegakan diagosis suatu penyakit/keracunan.

Gambaran epidemiologi KLB deskriptif dapat ditampilkan menurut karakteristik tempat dan orang dan akan lebih banyak ditampilkan dengan menggunakan bentuk tabel dan peta.

Attack rate

Attack rate adalah sama dengan incidance rate tetapi hanya dalam periode KLB saja.

Jumlah kasus keracunan pestisida

Attack Rate = --- x k Jumlah polulasi risk keracunan pestisida

Case Fatality Rate

Jumlah yang meninggal karena keracunan pestisida Case Fatality Rate = --- x k

Jumlah kasus keracuan pestisida

Identifikasi kelompok rentan (attack rate) dimanfaatkan untuk menuntun kepada sumber keracunan dengan mengajukan pertanyaan :

- Adakah suatu kondisi yang menyebabkan kelompok tertentu lebih rentan dibandingkan kelompok lain ?”

- Adakah keadaan yang dicurigai tersebut berhubungan dengan sumber keracunan ?”

Identifikasi sumber keracunan berdasarkan karakteristik pada langkah pertama, seringkali tidak langsung menemukan sumber keracunan tetapi menemukan karakteristik lain yang dicurigai berhubungan dengan sumber keracunan yang dicari (hipotesis). Kemudian hasil analisis pada identifikasi karakteristik terakhir ini dapat juga menghasilkan karakteristik baru yang dicurigai berhubungan dengan sumber keracunan yang dicari (hipotesis), demikian seterusnya.

Seorang penyelidik, setelah mencermati berbagai kondisi yang berhubungan dengan sumber keracunan, dapat saja sekaligus memperkirakan beberapa karakteristik yang dicurigai berhubungan dengan sumber keracunan yang dicari (beberapa hipotesis).

5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu dan tempat (analisis data)

Merupakan penggambaran kasus berdarkan waktu pada peroide lamanya KLB berlangsung dalam bentuk kurva epidemik. kurva ini berguna untuk menentukan/memperkirakan sumber atau cara penularan dan mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus awal dengan cara menghitung berdasarkan masa inkubasi rata-rata atau masa inkubasi minimum dan maksimum.

Gambar 1. Kasus keracunan pestisida menurut masa inkubasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0 5 10 15 20 25

Jam Mulai sakit

Ju m la h Ka su s

Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status kekebalan, tingkah laku atau kebudayaan setempat. Tempat dideskripsikan berdasarkan tempat tinggal, tempat kerja, tempat-tempat umum seperti sekolah, tempat rekreasi, tempat pembuangan limbah, dan

sebagainya. sedangkan waktu dideskripsikan berdasarkan jam, hari, bulan dan tahun.

Contoh tabel distribusi kasus :

Tabel 3. Kecarunan Pestisisda Menurut Golongan umur Gol

Umur

Populasi Rentan

Kasus Meninggal Atteck Rate

CFR

Tabel 4. Keracunan pestisida menurut Jenis kelamin Jenis

Kelamin

Populasi Rentan

Kasus Meninggal Atteck Rate

CFR Laki-laki

Perempuan Total

Tabel 5. Keracunan pestisida menurut Jenis pekerjaan Jenis

pekerjaan

Populasi Rentan

Kasus Meninggal Atteck Rate CFR Pengangkut pestisida Tenaga pencampur Tenaga Penyemprot Pencuci alat yg digunakan Dst Total

6. Membuat cara menanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)

Penatalaksanaan keracunan pestisida:

a. Bila organofospat tertelan dan penderita sadar, segera muntahkan penderita dengan mengorek dinding belakang tenggorokan dengan jari atau alat lain dan atau memberikan larutan garam dapur satu sendok

makan penuh dalam segelas air hangat. Bila penderita tidak sadar, tidak boleh dimuntahkan karena bahaya spirasi

b. Bila penderita berhenti bernapas, segeralah dimulai pernapasan buatan, terlebuh dahulu bersihkan mulut dari airliur, lendir atau makanan yang mneyumbat jalan napas. Namun bila organofospat tertelan jagan lakukan pernapasan dari mulut ke mulut.

c. Bila kulit yang terkena, segera lepaskan pakaian yang terkena dan kulit di cuci dengan air sabun

d. Bila mata yang terkena, segera cuci dengan banyak air selama 15 menit.

7. Mengidentifikasi sumber dan cara penularan

Identifikasi sumber penularan dan cara penularan dilakukan dengan membuktikan adanya agent pada sumber penularan keracunan pestisida, golongan pestisida yang digunakan, apakah keracunan terjadi karena tertelan pestisida atau keracunanan melalui pernapasan, bagaimana dengan alat pelinding diri yang digunakan pada saat bekerja menggunakan pestisida.

8. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB

Mengecek kondisi lingkungan, apakah proses kerja dengan menggunakan pestisida di lakukan di dalam ruangan atau di luar ruangan, jika di dalam ruangan bagaimana kondisi ruangan (keadaan ventilasi), jika di luar ruangan bagaimana kondisi lingkungan misalnya pada saat melakukan penyemprotan apakah berlawanan arah dengan arah angin.

9. Merencanakan penelitian lain yang sistemati KLB merupakankejadian yang alami (natural), oleh karenanya selain untuk mencapai tujuan utamanya penyelidikan epidemiologi KLB merupakan kesempatan baik untuk melakukan penelitian.Mengingat hal ini sebaiknya pada penyelidikan epidemiologi KLB selalu dilakukan:

a. Pengkajianterhadapsystemsurveilans yang ada, untuk mengetahui kemampuannya yang ada sebagai alat deteksi dini adanya KLB, kecepatan ini formasi dan pemenuhan kewajiban pelaksanaan system surveilans.

b. Penelitian factor risiko kejadian penyakit KLB yang sedang berlangsung.

c. Evaluasi terhadap program kesehatan.

10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan Cara-cara pencegahan keracunan pestisida :

a. Penyimpana pestisida : pestisida harus disimpan dalam wadah tertutup yang diberi tanda, sebaiknya tertutup dan dalam lemari terkunci, campuran pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpandekat makanan (tanda harus jelas juga untuk mereka yang buta huruf), tempat bekas penyimpanan yang tidak dipakai lagi harus dibakaragar sisa pestisida musnah sama sekali.

b. Pemakaian alat pelindung diri (APD)

- Menggunakan masker dan ruangan tempat melakukan pencampuran harus mempunyai ventilasi yang cukup,

- Memakai pakaian pelindung, kacamata, dan sarung tangan terbuat dari neopren (karet) dalam melakukan pencampuran maupunpenyemprotan.

- Penyemrotan dilakukan mengikuti arah angin, sehingga perstisida tidak terhitup atau mengenai kulit pekerja.

- Bekerja dengan menggunakan pestisida tidak boleh lebih dari 8 jam perhari dalam ruangan tertutup.

- Sasaran penyemprotan tidak boleh pada tempat yang bisa bersentuhan langsung dengan manusia.

11. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi Dengan melakukan sitem survailens yang bertujuan untuk mengevaluasi tindakan penanggulangan yang telah dijalankan serta dapat memantau kasus baru dan komplikasinya. Tenaga survailens terdiri dari tenaga kesehatan maupun dari masyarakat.

12. Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepada sistem pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Isi laporan terebut meliputi :

b. Latar belakang (geografis, politis, ekonomi, demografis, historis) c. Uraian tentang investigasi yang dilakukan (alasan,metode, sumber

informasi)

d. Hasil investigasi (fakta, karakteristik kasus, angka serangan, tabulasi, kalkulasi, kurva, pemeriksaan laboratorium, kemungkinan sumber infeksi)

e. Analisis data dan simpulan

f. Uraian tentang tindakan (penanggulangan) g. Uraian dampak dan rekomendasi

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait