• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyerapan Cairan pada Bahan Restorasi Resin Komposit Mikrohibrid dan Nanohibrid Setelah Perendaman di Dalam Saliva Buatan selama 2, 4, 6, dan

HASIL PENELITIAN

5.1 Penyerapan Cairan pada Bahan Restorasi Resin Komposit Mikrohibrid dan Nanohibrid Setelah Perendaman di Dalam Saliva Buatan selama 2, 4, 6, dan

8 Jam

Penyerapan cairan pada bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam dilihat dari nilai serapan cairan, kedalaman penyerapan cairan dan kecepatan penyerapan cairan. Nilai serapan cairan pada resin komposit mikrohibrid meningkat seiring bertambahnya waktu perendaman sedangkan nilai serapan cairan resin komposit nanohibrid mengalami penurunan. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Kruskall-Wallis terlihat adanya perbedaan nilai serapan cairan yang signifikan antara resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid (p<0,05). Fenomena ini belum dapat dijelaskan dalam penelitian ini sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mencari penyebabnya.

Penambahan filler ke dalam resin komposit dapat mempengaruhi penyerapan

cairan dan kelarutan, hal ini kemungkinan berkaitan dengan proporsi filler yang

mengurangi volume resin (Ferracane, 2006). Peningkatan jumlah partikel filler dapat

menurunkan penyerapan cairan ke dalam resin komposit (Anusavice, 2008). Selain itu, ukuran partikel filler yang ditambahkan ke dalam resin komposit juga dapat

mempengaruhi penyerapan cairan ke dalam resin komposit. Resin komposit yang mengandung partikel filler lebih kecil memiliki nilai penyerapan cairan lebih rendah

(Powers, 2006). Resin komposit mikrohibrid pada penelitian ini mengandung partikel

filler sebanyak 30-40%volume dengan ukuran partikel filler berkisar 0,2-3 µm sedangkan resin komposit nanohibrid mengandung partikel filler sebanyak

65%volume dengan ukuran partikel filler berkisar 0,01-2,5 µm. Oleh karena itu, nilai serapan cairan pada resin komposit mikrohibrid lebih tinggi dibandingkan resin komposit nanohibrid setelah direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh El Hejazi dkk. (2001) bahwa resin komposit microfilled yang mengandung filler sebanyak 56% berat

menyerap air lebih banyak dibandingkan resin komposit hibrid yang mengandung

filler sekitar 79% berat. Begitu juga Mayform dkk. (2005) yang menggunakan dua

bahan resin komposit dengan kandungan monomer resin yang sama akan tetapi kandungan filler yang berbeda, yaitu resin komposit dengan filler 60% dan resin

menunjukkan penyerapan cairan yang lebih besar dibandingkan resin komposit dengan kandungan filler 60%.

Kedalaman penyerapan cairan pada resin komposit mikrohibrid lebih tinggi dibandingkan dengan resin komposit nanohibrid. Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan uji Kruskall-Wallis terlihat adanya perbedaan kedalaman penyerapan cairan yang signifikan (p<0,005) antara resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid. Nilai penyerapan cairan pada bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid berbanding lurus dengan kedalaman penyerapan cairan.

Data kedalaman penyerapan cairan digunakan untuk menentukan kecepatan penyerapan cairan pada resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam. Kecepatan penyerapan cairan pada resin komposit mikrohibrid lebih tinggi dibandingkan resin komposit nanohibrid setelah direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

Kedalaman dan kecepatan penyerapan air tergantung dari kepadatan polimer, potensial ikatan hidrogen dan interaksi polar. Kualitas jaringan polimer pada resin komposit terbentuk selama proses polimerisasi. Resin komposit yang memiliki kepadatan cross-linking yang tinggi akan mengurangi penyerapan cairan, karena

ikatan kovalen pada cross-linking mempertahankan kedekatan cincin-cincin polimer

(Ferracane, 2006). Proses polimerisasi yang adekuat dipengaruhi oleh lama penyinaran, jarak penyinaran, jenis sinar, kedalaman penyinaran, dan metode polimerisasi (Craig, 2006; Anusavice, 2008). Pada penelitian da Silva dkk. (2008) mendapatkan bahwa penyerapan air dan kelarutan pada resin komposit yang disinar

dengan metode penyinaran konvensional lebih rendah dibandingkan dengan metode penyinaran soft-start. Kemudian da Silva. (2010) dalam penelitiannya mendapatkan

penyerapan air dan kelarutan pada resin komposit nanofiller lebih tinggi

dibandingkan resin komposit midifiller yang direndam di dalam saliva buatan, asam

laktat dan air destilasi. Hal ini disebabkan karena resin komposit nanofiller memiliki

derajat konversi lebih rendah yaitu 55,7%±03,8% dibandingkan resin komposit

midifiller sekitar 59,0%±04,6%.

Pada penelitian ini, penyinaran dilakukan dengan waktu penyinaran 20 detik dan jarak penyinaran 2 mm dengan arah sinar tegak lurus. Penyinaran dilakukan pada 5 titik pada permukaan atas sampel, yaitu di tengah, atas, bawah, samping kiri dan kanan. Hal ini dilakukan karena ukuran diameter sampel lebih besar dari diameter ujung alat sinar, sehingga diharapkan polimerisasi dapat terjadi pada semua bagian dari sampel. Penyinaran dilakukan sama pada seluruh sampel penelitian.

Hasil nilai serapan cairan, kedalaman penyerapan cairan dan kecepatan penyerapan cairan yang diperoleh menunjukkan adanya penyerapan cairan pada bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam. Penyerapan cairan pada resin komposit mikrohibrid lebih tinggi dibandingkan resin komposit nanohibrid. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hegde dkk. (2008) bahwa penyerapan cairan pada resin komposit microfinehybrid lebih tinggi

dibandingkan resin komposit nanofiller pada minggu pertama dan menurun secara

minggu. Berger dkk. (2009) di dalam penelitiannya menemukan penyerapan air pada resin komposit microfiller lebih banyak dibandingkan resin komposit minifiller dan

nanofiller setelah direndam di dalam air selama 7 hari. Akan tetapi kelarutan pada

resin komposit minifiller lebih besar dibandingkan kedua jenis resin yang lain.

Lagouvardos dkk. (2003) mendapatkan resin komposit mikrohibrid dan resin komposit hibrid lebih cepat menyerap air dibandingkan semen ionomer kaca modifikasi resin. Penyerapan cairan yang maksimal dengan level 80% pada resin komposit mikrohibrid dan hibrid dicapai setelah 56 jam sedangkan semen ionomer kaca modifikasi resin dicapai setelah 190 jam. Kandungan air pada resin komposit hibrid 2,03%, resin komposit mikrohibrid 1,01% dan semen ionomer kaca modifikasi resin 1,45%. Nayif dkk. (2005) juga mendapatkan adanya penyerapan air pada bahan restorasi resin komposit setelah direndam di dalam air destilasi selama 180 hari. Jumlah air yang diserap dipengaruhi oleh komposisi bahan dan waktu perendaman. Semen ionomer kaca modifikasi resin mengandung semen ionomer kaca yang memiliki sifat hidrofil, sedangkan pada resin komposit mikrohibrid mengandung monomer resin EBis-GMA yang hidrofobik.

5.2 Kelarutan Elemen-elemen Bahan Restorasi Resin Komposit Mikrohibrid