II. TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Teori Tenaga Kerja
2.2.3. Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri
Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang
digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan
tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha.
Menurut Simanjuntak (1985), penyerapan tenaga kerja di sektor industri kecil
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari tiap-tiap unit usahanya. Faktor
internal dipengaruhi oleh tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal, dan
pengeluaran non upah lainnya. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh
tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga.
Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Dalam dunia usaha tidaklah
memungkinkan mempengaruhi kondisi eksternal, maka hanyalah pemerintah yang
dapat menangani dan mempengaruhi faktor eksternal tersebut. Dengan melihat
keadaan tersebut maka dalam mengembangkan sektor industri kecil dapat
dilakukan dengan menggunakan faktor internal dari industri yang meliputi
tingkat upah, produktivitas tenaga kerja,dan modal. Adapun faktor tersebut
diuraikan sebagai berikut:
2.2.3.1. Tingkat Upah
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan
dalam melaksanakan proses produksi. Dalam proses produksi tenaga kerja
memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari usaha yang telah dilakukannya
yakni upah.
Dewan Penelitian Pengupahan Nasional memberikan definisi upah ialah
yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan menurut suatu persetujuan
Undang-Undang dan Peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja
antara pemberi kerja dengan penerima kerja (Sarjanaku.com, 2012).
Upah merupakan penghargaan dari tenaga karyawan/tenaga kerja yang
dimanifestasikan sebagai hasil produksi yang berwujud uang, atau suatu balas
jasa yang dianggap sama dengan itu, tanpa suatu jaminan yang pasti dalam
tiap-tiap minggu atau bulan.
Gaji sebenarnya juga upah, tetapi sudah pasti banyaknya dan waktunya.
Artinya banyaknya upah yang diterima itu sudah pasti jumlahnya pada setiap
waktu yang telah ditetapkan. Dalam hal waktu yang lazim digunakan di Indonesia
adalah bulan. Gaji merupakan upah kerja yang dibayar dalam waktu yang
ditetapkan. Sebenarnya bukan saja waktu yang ditetapkan, tetapi secara relatif
banyaknya upah itu pun sudah pasti jumlahnya. Di Indonesia, gaji biasanya untuk
pegawai negeri dan perusahaan-perusahaan besar. Jelasnya di sini
bahwa perbedaan pokok antara gaji dan upah yaitu dalam jaminan ketepatan
waktu dan kepastian banyaknya upah. Namun keduanya merupakan balas jasa
yang diterima oleh para karyawan atau tenaga kerja (Sarjanaku.com, 2012).
Pengupahan sendiri merupakan salah satu faktor yang paling sensitif karena upah
merupakan salah satu faktor pendorong untuk bekerja dan berpengaruh terhadap
moral dan disiplin tenaga kerja. Oleh karena itu, setiap perusahaan atau organisasi
manapun seharusnya dapat memberikan upah yang seimbang dengan beban kerja
yang dipikul tenaga kerja.
Ehrenberg (1998) menyatakan apabila terdapat kenaikan tingkat upah
berarti akan terjadi pengangguran. Sebaliknya, dengan turunnya tingkat upah
rata-rata akan diikuti oleh meningkatnya kesempatan kerja, sehingga dapat dikatakan
bahwa kesempatan kerja mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat upah.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Kuncoro (2001), dimana
kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari kenaikan upah. Apabila tingkat upah naik sedangkan harga input lain tetap,
berarti harga tenaga kerja relatif lebih mahal dari input lain. Situasi ini mendorong
pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan
input-input lain yang harganya relatif lebih murah guna mempertahankan
keuntungan yang maksimum.
Adapun beberapa faktor penting yang mempengaruhi besarnya upah yang
diterima oleh para karyawan/tenaga kerja, yaitu:
1. Penawaran dan permintaan karyawan
2. Organisasi buruh
3. Kemampuan untuk membayar
4. Produktivitas
5. Biaya hidup
6. Peraturan pemerintah
2.2.3.2 Produktivitas Kerja
Produktivitas pada dasarnya adalah sikap mental yang mempunyai
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari
esok lebih baik dari hari ini. Seperti yang dikemukakan Afrida (2003) dan
Simanjuntak (1998) produktivitas mengandung pengertian filosofis-kualitatif,
pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk miningkatkan mutu
kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan mutu
kehidupan besok harus lebih baik daripada hari ini. Pandangan hidup dan sikap
mental demikian akan mendorong menusia untuk tidak cepat merasa puas, akan
tetapi terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. Definisi
kerja secara kuantitatif, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang
dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumberdaya (masukan) yang dipergunakan
per satuan waktu. Sedangkan pengertian secara operasional mengandung makna
peningkatan produktivitas yang dapat terwujud dalam empat bentuk:
a. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber
daya yang lebih sedikit
b. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber
daya yang kurang
c. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber
daya yang sama
d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber
daya yang relatif lebih kecil.
Produktivitas tenaga kerja merupakan gambaran kemampuan pekerja
dalam menghasilkan output (Ananta, 1993). Hal ini karena produktivitas
merupakan hasil yang diperoleh oleh suatu unit produksi dengan jumlah tenaga
kerja yang dimiliki, dengan produktivitas kerja yang tinggi menunjukkan
kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja juga tinggi.
Produktivitas juga didefinisikan sebagai perbandingan antara hasil
dalam waktu tertentu. Satuan ukurannya adalah angka yang menunjukkan
rasio antara output dan input. Kenaikan produktivitas berarti pekerja dapat
menghasilkan lebih banyak dalam jangka waktu yang sama, atau suatu tingkat
produksi tertentu dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih singkat.
Produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudarsono, 1988) :
PRTK = Q ...(2.3) TK
dimana:
PRTK = Produktivitas
Q = Volume produksi yang dihasilkan sebagai akibat dari
penggunaan tenaga kerja
TK = Banyaknya tenaga kerja yang digunakan
Peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan
rata-rata yang semakin membaik, memberi dampak positif terhadap produktivitas
tenaga kerja. Begitupula dengan upaya peningkatan keterampilan dan pelatihan
tenaga kerja yang disertai dengan penerapan teknologi yang sesuai, berdampak
pula terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja (Mulyadi, 2006).
Menurut Mulyadi (2006), semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka
akan semakin rendah penyerapan tenaga kerja. Sebaliknya semakin rendah
produktivitas tenaga kerja, maka penyerapan tenaga kerja akan semakin
meningkat.
2.2.3.3. Modal
Pengertian modal meliputi dua aspek. Dalam teori ekonomi istilah modal
memproses dan memproduksikan berbagai jenis barang. Mesin penggiling padi,
berbagai jenis peralatan untuk menghasilkan tekstil dan pakaian, dan alat-alat
berat yang digunakan untuk membuat jalan dan bangunan digolongkan sebagai
modal. Dalam kegiatan bisnis dan sistem finansial, modal diartikan pula sebagai
dana yang digunakan untuk melakukan investasi di sektor keuangan seperti
membeli saham dan obligasi. Sering juga dikatakan mengenai modal kerja dalam
membincangkan kegiatan usaha, dan istilah modal tersebut diartikan sebagai dana
yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha sehari-hari. Dengan mengamati
penggunaan istilah modal di atas dapat disimpulkan bahwa modal meliputi tiga
pengertian berikut: (1) barang dan peralatan fisik yang digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa, (2) dana keuangan yang disisihkan untuk
diinvestasikan dalam harta-harta keuangan (seperti saham dan obligasi), dan
(3) dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan memproduksi dan
menyalurkan barang kepada pembeli (Sukirno et al. 2004).
Modal menurut Smith dalam Hakim (2002) merupakan unsur produksi
yang secara aktif menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam
proses pertumbuhan output, sehingga jumlah dan pertumbuhan output bergantung
pada laju pertumbuhan modal. Pengaruh modal terhadap tingkat output total bisa
secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung, maksudnya adalah
peningkatan produktivitas perkapita yang dimungkinkan karena adanya
spesialisasi dan pembagian kerja yang semakin tinggi.
Besarnya modal akan mementukan tingkat output secara aktif dan hal
tersebut berarti dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Secara teoritis,
bersifat padat karya maka modal pun akan bertambah, sehingga kesempatan kerja
yang diciptakan semakin tinggi. Berdasarkan pemikiran tersebut maka dapat
dilihat penyerapan tenaga kerja yaitu elastis terhadap modal (Hakim, 2002).
Tersedianya modal kerja yang cukup mempunyai efek yang besar terhadap
penggunaan tenaga kerja. Modal dapat digunakan untuk membeli mesin-mesin
atau peralatan untuk melakukan peningkatan proses produksi. Dengan
penambahan mesin-mesin atau peralatan produksi maka akan berpengaruh
terhadap peningkatan produksi. Makin besar skala produksi, kegiatan perusahaan
juga bertambah sehingga permintaan terhadap tenaga kerja juga meningkat.
Modal dapat digunakan untuk memperbesar perusahaan atau mendirikan
usaha baru. Usaha baru tersebut bisa merupakan perluasan dari usaha yang lama.
(Komarudin, 1981). Penambahan modal terhadap setiap industri akan dapat
meningkatkan bahan baku atau dapat mengembangkan usaha (menambah jumlah
usaha). Dengan semakin banyak usaha yang berkembang atau berdiri maka akan
dapat menyerap tenaga kerja yang banyak pula ( Zamrowi, 2007).
Menurut Haryani (2002), dalam prakteknya faktor-faktor produksi baik
sumberdaya manusia maupun yang non sumberdaya manusia seperti modal tidak
dapat dipisahkan dalam menghasilkan barang atau jasa. Pada suatu industri,
dengan asumsi faktor- faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar
modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga kerja.