ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL
YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA
(Studi Kasus pada Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi
di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai)
TESIS
Oleh
SITI KHADIJAH HIDAYATI NASUTION
077018046/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL
YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA
(Studi Kasus pada Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi
di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SITI KHADIJAH HIDAYATI NASUTION
077018046/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA (Studi Kasus pada Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai)
Nama Mahasiswa : Siti Khadijah Hidayati Nasution Nomor Pokok : 077018046
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Ketua
(Dr. Rahmanta, M.Si) (
Anggota Dr. Rujiman, MA)
Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan,
Direktur
Sekolah Pascasarjana,
(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec) (Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc.)
Telah diuji
Pada tanggal: 28 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Rahmanta, M.Si. Anggota : 1. Dr. Rujiman, MA.
2. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec. 3. Prof. Dr. Ramli, M.Si.
LEMBARAN PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang berjudul : “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA
KERJA (Studi Kasus pada Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi di Kecamatan
Binjai Utara Kota Binjai)” adalah benar hasil karya Saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi
yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Agustus 2013
Yang membuat pernyataan,
077018046
ABSTRAK
Siti Khadijah Hidayati Nasution, 2013, Analisis Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja (Studi Kasus pada Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai) dibimbing oleh Dr. Rahmanta, M.Si (Ketua) dan Dr. Rujiman, MA (Anggota). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya pengaruh upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, dan modal kerjaterhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha industri kecil konveksi pakaian jadi yang terdapat di Kecamatan Binjai Utara yang dilakukan dengan metode cacah lengkap (sensus). Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 93,50% penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel upah tenaga kerja, variabel produktivitas tenaga kerja, dan variabel modal kerja, sedang sisanya yaitu sebesar 6,5% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian. Variabel upah tenaga kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, variabel produktivitas tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, dan variabel modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
ABSTRACT
Siti Khadijah Hidayati Nasution, 2013. The Analysis of the Internal Factors which Influence the Recruitment of New Employees (A Case Study at the Small Industries of Ready-Made Garment in Binjai Utara Subdistrict, Binjai). The supervisor was Dr. Rahmanta, M.Si (Chairperson) and Dr. Rujiman, M.A. (Member). The objective of the research was to analyze the influence of employees’ wages, employees’ productivity, and working capital on the recruitment of new employees in small industry of Ready-Made Garment in Binjai Utara Subdistrict, Binjai. The population was all small industry businesses of Ready-Made Garment in Binjai Utara Subdistrict which was conducted by using census method. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis. The result of the research showed that 93.50% of the recruitment of new employees in small industries of ready-made garment in Binjai Utara Subdistrict, Binjai, could be explained by the variation of the variable of employee’ wages, the variable of employees’ productivity, and the variable of working capital, while the rest (6.5%) was explained by other variables excluded from the research. The variable of employees’ wages had positive but insignificant influence on the recruitment of new employees, the variable of employees’ productivity had negative but significant influence on the recruitment of new employees, and the variable of working capital had positive and significant influence on the recruitment of new employees.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb. Segala puji bagi Allah SWT, pencipta dan
pemelihara alam semesta beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
mendapat kekuatan dalam penyusunan tesis ini. Shalawat dan salam semoga
senatiasa tercurah kepada Qudwah Hasanah kita, Rasulullah SAW, yang telah
mengajarkan Al-Islam sebagai jalan hidup sehingga membawa keselamatan bagi
umat manusia sejagad raya. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Pembangunan,
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tesis ini adalah
Analisis Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
(Studi Kasus pada Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi di Kecamatan Binjai
Utara Kota Binjai).
Selama mengikuti pendidikan dan penyelesaian tesis ini, penulis banyak
mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec., selaku Ketua Program Studi
Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
4. Bapak Dr. Rahmanta, MSi., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar dan tulus sehingga tesis
ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Dr. Rujiman, MA., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar dan tulus dalam
penulisan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Ramli, MS., dan Bapak Drs. Paidi Hidayat, M.Si., selaku
Dewan Penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam
menyempurnakan penulisan tesis ini.
7. Seluruh staf pengajar maupun staf administrasi serta karyawan Program Studi
Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Medan yang
telah memberi sumbangsihnya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
8. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S., selaku Ketua Departemen Agribisnis, Ibu
Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S., Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D, Ibu Emalisa
SP., M.Si., dan Bapak Ir. Hasman Hasyim, M.Si., serta seluruh staf pengajar
lainnya di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberi saran
dan semangat kepada penulis.
9. Penghargaan tertinggi penulis sampaikan kepada Ayahanda H. Amas Muda
Nasution (Alm) dan Ibunda Hj. Siti Aminah Dalimunthe (Almh) atas
kesabarannya dalam membesarkan, mendidik, dan membimbing penulis serta
selalu mendoakan penulis sepanjang hayatnya (semoga mereka selalu
10. Suamiku Raja Syahputra Bulan, SP., serta anak-anakku tersayang
Rafif Ramadhan Bulan dan Rabihurrahman Bulan, atas pengertian,
kesabaran, dukungan dan doanya.
11. Abangda Khairul Hidayah Nasution, SE., SP., Ir. Syamsul Hidayah Nasution,
Ir. Ahmad Rizal A. Hidayah Nasution, S.Pd., Imam Pengadilan Hidayah
Nasution, SH., M.Hum., Ir. Mukhtar S. Hidayah Nasution, S.Pd., dan
Kakanda Dra. Siti Mardiah Hidayati Nasution, serta seluruh keluarga penulis
yang telah membantu baik moril maupun materil serta doanya yang selalu
mengiringi untuk keberhasilan penulis.
12. Sahabatku Rustiyanti Saleh, Bang Mukhlis Saleh, Mila dan keluarga,
Fitrawan Purwanto, Budi Darmawan dan keluarga, Riantri Barus dan
sahabatku sedari kecil Hernani Sitompul dan Suci Siregar, atas bantuan,
semangat, dorongan dan doa yang kalian berikan.
13. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan
jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf dan
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan ke depannya. Semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Medan, Agustus 2013 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Siti Khadijah Hidayati Nasution, lahir pada tanggal 11 Oktober 1973 di
Medan, anak terakhir dari tujuh bersaudara dari Bapak H. Amas Muda Nasution
(Alm) dan Ibu Siti Aminah Dalimunthe (Almh). Menikah dengan Raja Syahputra
Bulan, SP. dan dikaruniai dua putra yang bernama Rafif Ramadhan Bulan yang
lahir di Binjai pada tanggal 28 Oktober 2003, dan Rabihurrahman Bulan yang
lahir di Binjai pada tanggal 29 Mei 2010.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 1980 masuk Sekolah Dasar pada SD Negeri 060830/31 Medan dan
tamat pada tahun 1986.
2. Pada tahun 1986 masuk Sekolah Menengah Pertama pada SMP Negeri 1
Medan dan tamat tahun 1989.
3. Pada tahun 1989 masuk Sekolah Menengah Atas pada SMA Negeri 1 Medan
dan tamat tahun 1992.
4. Pada tahun 1992 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dan tamat pada tahun 1998.
Sejak tahun 1999 sampai dengan saat ini penulis bekerja sebagai staf
pengajar pada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
DAFTAR ISI
1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ... 8
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 8
2.2.1.1 Fungsi Permintaan Suatu Perusahaan akan Tenaga Kerja ... 13
2.2.1.2. Shift dalam Permintaan Tenaga Kerja ... 16
2.2.2. Penyediaan dan Pasar Tenaga Kerja ... 19
2.2.3. Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri ... 21
2.2.3.1. Tingkat Upah ... 22
2.2.3.2. Produktivitas Kerja ... 24
2.2.3.3. Modal ... 26
2.3. Penelitian Terdahulu ... 28
2.4. Kerangka Konseptual ... 31
2.5. Hipotesis ... 32
III. METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 33
3.2. Lokasi Penelitian ... 33
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
3.4. Jenis dan Sumber Data ... 34
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 34
3.6. Metode Analisis ... 35
3.7. Pengujian Statistik Analisis Regresi ... 36
3.7.1. Koefisien Determinasi (R2 3.7.2. Uji Serempak (Uji Statistik F) ... 36
) ... 36
3.7.3. Uji Statistik t (Uji Parsial) ... 37
3.8. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 38
3.8.1. Uji Normalitas ... 38
3.8.2. Uji Multikolinieritas ... 39
3.8.3. Uji Heteroskedastisitas ... 40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 42
4.1.1. Letak Geografis ... 42
4.1.2. Luas Wilayah Kecamatan Binjai Utara ... 42
4.1.3. Kependudukan ... 43
4.1.4. Pertumbuhan Ekonomi ... 45
4.1.5. Struktur Perekonomian ... 46
4.2. Karakteristik Responden Pengusaha Konveksi Pakaian Jadi ... 48
4.2.1. Jenis Kelamin ... 48
4.2.2. Umur Responden ... 48
4.2.3. Tingkat Pendidikan Responden ... 49
4.2.4. Lama Usaha Responden ... 50
4.3. Tinjauan Umum Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi ... 50
4.3.1. Jenis Produksi ... 50
4.3.7. Produktivitasa Tenaga Kerja ... 60
4.3.8. Modal Kerja ... 61
4.3.9. Penyerapan Tenaga Kerja ... 63
4.4. Analisis Regresi ... 64
4.5. Pengujian Asumsi Klasik ... 65
4.5.1. Uji Normalitas ... 65
4.5.1.1. Uji Normalitas Data Penelitian dengan Metode Grafik Histogram dan Normal P-Plot of Regression Standardized……. 66
4.5.1.2. Uji Normalitas Data dengan Tabel Kolmogorov-Smirnov Test . 67 4.5.2. Uji Multikolinearitas ... 69
4.5.3. Uji Heteroskedastisitas ... 71
4.6. Pengujian Statistik Analisis Regresi ... 72
4.6.1. Koefisien Determinasi (R2 4.6.2. Uji Serempak (Uji Statistik F) ... 73
) ... 72
4.6.3. Uji Statistik t (Uji Parsial) ... 74
4.6.3.1. Variabel Upah Tenaga Kerja ... 74
4.6.3.2. Variabel Produktivitas Tenaga Kerja ... 74
4.6.3.3. Variabel Modal Kerja ... 76
4.7. Interpretasi Hasil dan Pembahasan ... 77
4.7.1. Pengaruh Upah Tenaga Kerja terhadap Penyerapan Tenaga kerja 77 4.7.2. Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 78
4.7.3. Pengaruh Modal Kerja terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 79
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
5.1. Kesimpulan ... 81
5.2. Saran ... 81
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1. Jenis dan Jumlah UMKM Unggulan Kota Binjai, Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2012 ... 6
Tabel 1.2. Jumlah Pengusaha Konveksi Pakaian Jadi Berdasarkan Kecamatan di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara ... 7
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Binjai Utara ... 43
Tabel 4.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Binjai Utara Tahun 2011 ... 44
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur tahun 2011 ... 45
Tabel 4.4. Pertumbuhan Ekinomi Kota Binjai Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2007-2011 (Dalam Jutaan Rupiah) ... 46
Tabel 4.5. Distribusi Kontribusi Prosentase PDRB Kota Binjai Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 ... 47
Tabel 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48
Tabel 4.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 49
Tabel 4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 49
Tabel 4.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 50
Tabel 4.10. Klasifikasi Responden Menurut Rasio Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Jumlah Mesin yang Digunakan ... 54
Tabel 4.11. Klasifikasi Responden Menurut Rata-rata Total Upah Tenaga Kerja per Unit ... 59
Tabel 4.12. Klasifikasi Responden Menurut Rata-rata Produktivitas per Tenaga Kerja ... 60
Tabel 4.13. Klasifikasi Responden Menurut Total Modal Kerja per Bulan .... 62
Tabel 4.14. Klasifikasi Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja ... 63
Tabel 4.15. Hasil Regresi ... 64
Tabel 4.16. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 68
Tabel 4.17. Hasil Uji Korelasi ... 70
Tabel 4.18. Hasil Koefisien Determinasi (R2 Tabel 4.19. Hasil Uji Serempak ... 73
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Fungsi Permintaan Terhadap Tenaga Kerja ... 15
Gambar 2.2. Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja ... 20
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual ... 31
Gambar 4.1. Skema Proses Produksi Kemeja, Rok/Celana ... 56
Gambar 4.2. Grafik Histogram ... 66
Gambar 4.3. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ... 67
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1. Perkembangan Data Usaha Mikro Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2005 - 2011 ... 86 Lampiran 2. Karakteristik Responden Pengusaha Industri Kecil Konveksi
Pakaian Jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai ... 88 Lampiran 3. Rasio Jumlah Tenaga Kerja terhadap Jumlah Mesin pada
Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai ... 89 Lampiran 4. Rincian Biaya Bahan Baku Kain dan Bahan Tambahan pada
Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai ... 90 Lampiran 5. Rincian Modal Kerja pada Industri Kecil Konveksi Pakaian
Jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai ... 93 Lampiran 6. Upah Tenaga Kerja pada Industri Kecil Konveksi Pakaian
Jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai ... 94 Lampiran 7. Harga Rata-rata Produksi pada Industri Kecil Konveksi
Pakaian Jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai ... 100 Lampiran 8. Jumlah Produksi pada Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi
di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai ….….……….. .. 101 Lampiran 9. Nilai Produksi pada Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi di
Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai ... 102 Lampiran 10. Produktivitas Tenaga Kerja pada Industri Kecil Konveksi
ABSTRAK
Siti Khadijah Hidayati Nasution, 2013, Analisis Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja (Studi Kasus pada Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai) dibimbing oleh Dr. Rahmanta, M.Si (Ketua) dan Dr. Rujiman, MA (Anggota). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya pengaruh upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, dan modal kerjaterhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha industri kecil konveksi pakaian jadi yang terdapat di Kecamatan Binjai Utara yang dilakukan dengan metode cacah lengkap (sensus). Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 93,50% penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel upah tenaga kerja, variabel produktivitas tenaga kerja, dan variabel modal kerja, sedang sisanya yaitu sebesar 6,5% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian. Variabel upah tenaga kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, variabel produktivitas tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, dan variabel modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
ABSTRACT
Siti Khadijah Hidayati Nasution, 2013. The Analysis of the Internal Factors which Influence the Recruitment of New Employees (A Case Study at the Small Industries of Ready-Made Garment in Binjai Utara Subdistrict, Binjai). The supervisor was Dr. Rahmanta, M.Si (Chairperson) and Dr. Rujiman, M.A. (Member). The objective of the research was to analyze the influence of employees’ wages, employees’ productivity, and working capital on the recruitment of new employees in small industry of Ready-Made Garment in Binjai Utara Subdistrict, Binjai. The population was all small industry businesses of Ready-Made Garment in Binjai Utara Subdistrict which was conducted by using census method. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis. The result of the research showed that 93.50% of the recruitment of new employees in small industries of ready-made garment in Binjai Utara Subdistrict, Binjai, could be explained by the variation of the variable of employee’ wages, the variable of employees’ productivity, and the variable of working capital, while the rest (6.5%) was explained by other variables excluded from the research. The variable of employees’ wages had positive but insignificant influence on the recruitment of new employees, the variable of employees’ productivity had negative but significant influence on the recruitment of new employees, and the variable of working capital had positive and significant influence on the recruitment of new employees.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang
strategis dalam perekonomian nasional, karena selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan,
UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.
Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu
yang lalu (tahun 1997), banyak Usaha Besar (UB) yang mengalami stagnasi
bahkan berhenti aktifitasnya, namun UMKM terbukti dapat menjadi tumpuan
bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin
bertambahnya jumlah UMKM setiap tahunnya (2005 - 2011).
Pada tahun 2005 jumlah unit UMKM sebanyak 47.017.062 unit (99,99 %
dari total unit usaha yang ada di Indonesia), dan pada tahun 2006 dan seterusnya
hingga tahun 2011 terus mengalami peningkatan, yaitu berturut-turut pada tahun
2006 sebanyak 49.021.803 unit (99,99 %), tahun 2007 sebanyak 50.145.800 unit
(99,99 %), tahun 2008 sebanyak 51.409.612 unit (99,99 %), tahun 2009 sebanyak
52.764.603 unit (99,99 %), tahun 2010 sebanyak 53.823.732 unit (99,99 %), dan
tahun 2011 naik menjadi 55.211.396 unit (99,99 %). Untuk lebih jelasnya,
peningkatan jumlah UMKM setiap tahunnya (2005-2011) dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Sedang Usaha Besar (UB) mengalami penurunan jumlah dari tahun 2005
hingga tahun 2007. Pada tahun 2005 jumlah UB sebanyak 5.022 unit (0,01% dari
dan pada tahun 2007 kembali menurun menjadi 4.463 unit (0,01% dari total unit
usaha di Indonesia). Pada tahun 2008-2011 jumlah UB mengalami peningkatan,
namun peningkatan tersebut relatif rendah (kurang signifikan) karena jumlah UB
masih tetap sebesar 0,01% juga dari total unit usaha yang ada di Indonesia.
Berikut jumlah UB pada tahun 2008 meningkat menjadi sebanyak 4.650 unit
(0,01% dari total unit usaha di Indonesia), tahun 2009 meningkat menjadi
sebanyak 4.677 unit (0,01%), tahun 2010 meningkat menjadi 4.838 unit (0,01%),
dan pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan menjadi sebanyak 4.952 unit
(0,01% dari total unit usaha di Indonesia). Untuk lebih jelasnya penurunan jumlah
UB (2005-2008) dan peningkatan jumlah UB (2009-2011) dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Seiring dengan peningkatan jumlah usaha UMKM (2005-2011), maka
jumlah penyerapan tenaga kerja oleh UMKM juga mengalami peningkatan setiap
tahunnya (2005-2006). Pada tahun 2005 UMKM menyerap tenaga kerja sebanyak
83.586.616 jiwa (96,85% dari total tenaga kerja di Indonesia), kemudian pada
tahun 2006 meningkat menjadi sebanyak 87,909.598 jiwa (97,30% dari total
tenaga kerja di Indonesia) atau pangsanya meningkat sebesar 0,45% dari
penyerapan tenaga kerja tahun 2005. Pada tahun 2007 penyerapan tenaga kerja
UMKM mengalami penurunan yaitu menjadi sebanyak 90.491.930 jiwa (97,27%)
atau pangsanya menurun sebesar 0,03 dari penyerapan tenaga kerja pada tahun
2006 (penurunan relatif rendah). Pada tahun 2008 penyerapan tenaga kerja
UMKM juga masih mengalami penurunan yaitu menjadi sebanyak 94.024.278
(97,15% dari total tenaga kerja di Indonesia) atau menurun sebesar 0,12% dari
penyerapan tenaga kerja UMKM pada tahun 2009-2011 mengalami peningkatan
kembali setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2009 pangsa tenaga kerja meningkat
menjadi sebanyak 97,30% dari total tenaga kerja di Indonesia atau meningkat
sebesar 0,15% dari pangsa penyerapan tenaga kerja pada tahun sebelumnya
(2008) yaitu sebesar 97,15% . Tahun 2010 pangsa penyerapan tenaga kerja
UMKM relatif sedikit menurun yaitu menjadi sebesar 97,22% dari total tenaga
kerja di Indonesia (menurun sebasar 0,08% dari pangsa tenaga kerja 2009 sebesar
97,30%). Sedangkan pangsa penyerapan tenaga kerja UMKM pada tahun 2011
relatif meningkat kembali yaitu menjadi sebesar 97,24% dari total tenaga kerja di
Indonesia (meningkat sebesar 0,02% dari pangsa penyerapan tenaga kerja tahun
2010. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran 1.
Keberadaan UMKM tersebut menunjukkan bahwa UMKM berpotensi
menjadi wadah pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian
nasional karena kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja sangat tinggi
dibandingkan dengan Usaha Besar (UB). Dimana pangsa penyerapan tenaga kerja
sejak tahun 2005-2011 berturut-turut : 3,15% dari total tenaga kerja di Indonesia
(tahun 2005), 2,70% (tahun 2006), 2,73% (tahun 2007), 2,85% (tahun 2008),
2,70% (tahun 2009), 2,78% (tahun 2010) dan 2,76% (tahun 2011), lebih jelasnya
dapat dilihat pada Lampiran 1. Keberadaan UB tersebut menunjukkan bahwa
kontribusi UB sangat rendah terhadap penyerapan tenaga kerja sehingga relatif
kurang berpotensi sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dan penggerak
dinamika perekonomian nasional.
Peran UMKM relatif besar dalam pembangunan ekonomi nasional juga
Berlaku Indonesia yang relatif tinggi setiap tahunnya yaitu pangsanya melebihi
50% dari total PDB Atas Harga Berelaku Indonesia. Kontribusi UMKM terhadap
PDB Atas Harga Berlaku sejak tahun 2005-2011 tercatat berturut-turut sebesar
55,95% (2005), 58,49% (2006), 58,44% (2007), 58,35% (2008), 58,17% (2009),
57,12% (2010) dan 57,94% (2011).
Demikian keberadaan UMKM di Indonesia sangat strategis dalam rangka
peningkatan perekonomian nasional. Ketangguhan UMKM telah terbukti sebagai
jaring pengaman perekonomian nasional, dimana ketika terjadi Krisis Ekonomi
pada tahun 1997 sektor UMKM mampu bertahan dari kolabsnya ekonomi,
sementara sub sektor Usaha Besar (UB) justru tumbang oleh krisis. Hal ini telah
dibuktikan dengan data pada Lampiran 1 dan penjelasan di atas. Untuk itu, sub
sektor UMKM sangatlah layak dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda
utama pembangunan ekonomi nasional.
Menurut Kuncoro (2007) UKM terbukti tahan terhadap krisis dan mampu
survive karena: pertama, tidak memiliki utang luar negeri. Kedua, tidak banyak
utang ke perbankan karena` mereka dianggap unbankable. Ketiga, menggunakan
input lokal. Keempat, berorientasi ekspor.
Menurut Kuncoro (2007) pengembangan industri kecil adalah cara
yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri. Pengembangan
industri kecil akan membantu mengatasi masalah pengangguran mengingat
teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya sehingga bisa
memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang pada gilirannya
Pemberdayaan UMKM menjadi sangat strategis karena potensinya yang
besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dan sekaligus
menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraannya.
Sektor formal sebagai sektor ekonomi yang mendapat bantuan dan
perlindungan dari pemerintah dewasa ini dirasa kurang mampu memberi
kesempatan kerja lebih banyak bagi angkatan kerja. Meskipun penyediaan
kesempatan kerja oleh sektor formal terbuka untuk semua orang, namun dalam
kenyataannya kesempatan kerja ini membutuhkan syarat-syarat pendidikan dan
keterampilan khusus yang tidak dimiliki sebagian besar pencari kerja.
Salah satu usaha kecil informal atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) yang banyak dijumpai di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara adalah
usaha konveksi pakaian jadi yang memproduksi pakaian jadi seperti: kemeja
sekolah putih, kemeja sehari-hari (warna) untuk anak-anak dan dewasa laki-laki,
kemeja pramuka, kameja sekolah batik, rok dan celana seragam sekolah, rok dan
celana pramuka, rok panjang sehari-hari dewasa, dan lain-lain. UMKM ini dapat
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan menggerakkan kegiatan
ekonomi masyarakat serta sekaligus menjadi tumpuan pendapatan sebagian
besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Tabel berikut ini
Tabel 1.1. Jenis dan Jumlah UMKM di Kota Binjai, Provinsi Sumatera
4. Kerupuk/makanan ringan sejenisnya 75
5. Industri alas kaki 15
11. Moulding bahan bangunan (kusen jendela,dll) 4
12. Kerajinan ijuk 2
13. Alat pemotong dari logam 3
14. Industri bahan bangunan (batako, batu bata) 10
15. Industri bordir/sulaman 20
16. Industri logam (jerjak, pagar, kanopi) 26
17. Barang perhiasan pribadi (cincin) 18
18. Percetakan 15
19. Industri makanan 2
20. Industri kemasan dan plastic 12
21. Kain tenun ikat 14
22. Industri alat-alat dapur 13
23. Aneka kue basah 2
Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian, Perdagangan Kota Binjai, 2012
Tabel 1.1 di atas memperlihatkan bahwa industri kecil konveksi pakaian
jadi merupakan industri kecil terbanyak di Kota Binjai, yaitu sebanyak 72 unit.
Industri kecil konveksi pakaian jadi ini didukung oleh para penjahit dan pekerja
konveksi pakaian jadi yang berasal dari sekitar Kota Binjai dan luar Kota Binjai
jahit). Tukang jahit dan pekerja konveksi pakaian jadi tersebut terdiri dari pria, ibu
rumah tangga, dan remaja wanita yang memanfaatkan waktu luangnya untuk
menambah penghasilan keluarga. Pada umumnya mereka bertempat tinggal di
lingkungan di sekitar industri kecil konveksi pakaian jadi tersebut. Industri kecil
konveksi pakaian jadi ini banyak memanfaatkan tenaga kerja yang berasal dari
lingkungan tetangga dan keluarga sendiri. Berikut jumlah pengusaha konveksi
pakaian jadi berdasarkan Kecamatan di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 1.2. Jumlah Pengusaha Konveksi Pakaian Jadi Berdasarkan Kecamatan di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara
No. Kecamatan Jumlah Pengusaha
1. Binjai Kota 13
2. Binjai Utara 36
3. Binjai Timur 13
4. Binjai Selatan 4
5. Binjai Barat 6
Sumber: Dinas Koperasi,UKM,dan Perindustrian, Perdagangan Kota Binjai, 2012
Usaha industri kecil konveksi pakaian jadi di kota Binjai menyebar
di lima kecamatan di Kota Binjai, yaitu di Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan
Binjai Utara, Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan Binjai Selatan, dan Kecamatan
Binjai Barat, dan memiliki sentra produksi di Kecamatan Binjai Utara. Industri
konveksi pakaian jadi di Kota Binjai dijalankan dalam skala kecil atau industri
rumah tangga dan telah berkembang berpuluh tahun lamanya. Keberadaan
industri kecil konveksi pakaian jadi ini mempunyai peranan bagi perekonomian
Kota Binjai karena keberadaannya dalam penyerapan tenaga kerja.
Kendati studi terhadap UMKM telah banyak dilakukan, namun tetap saja
relevan untuk diteliti. Alasan logisnya adalah bahwa UMKM di berbagai daerah
Keberadaan industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai
Utara Kota Binjai menarik perhatian penulis untuk diteliti dengan judul: “Analisis
Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja (Studi
Kasus pada Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi di Kecamatan Binjai Utara,
Kota Binjai).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas,
penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan permasalahan. Adapun
permasalahan dimaksud adalah:
1. Apakah upah tenaga kerja berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja
industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai.
2. Apakah produktivitas tenaga kerja berpengaruh terhadap penyerapan tenaga
kerja industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota
Binjai.
3. Apakah modal kerja berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja industri
kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai.
1.3 . Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis besarnya pengaruh upah tenaga kerja terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan
2. Untuk menganalisis besarnya pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di
Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai.
3. Untuk menganalisis besarnya pengaruh modal kerja terhadap penyerapan
tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai
Utara Kota Binjai.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat yang ingin mendirikan industri
kecil konveksi pakaian jadi.
2. Memberikan masukan kepada para pengambil kebijakan terutama Pemerintah
Kota Binjai dan Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian, Perdagangan Kota
Binjai serta pihak lainnya dalam merumuskan langkah-langkah dan
strategi-strategi untuk pengembangan dan pembinaan industri kecil konveksi pakaian
jadi di Kota Binjai.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang memerlukan dan
berhubungan dengan permasalahan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Kecil
Ada dua definisi industri kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, definisi
industri kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Industri Kecil
adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal
satu milyar rupiah dan memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha paling banyak 200 juta rupiah (Sudisman dan Sari, 1996).
Kedua, menurut Biro Pusat Statistik (1999): klasifikasi industri berdasarkan
jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang,
(2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang, (3) industri menengah dengan
pekerja 20-99 orang, (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.
Walaupun banyak definisi mengenai industri kecil, namun industri kecil
mempunyai karakteristik yang hampir seragam (Kuncoro, 2000):
1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan
operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap
sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga
kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya. Data BPS (1994) dalam Kuncoro
(2000) menunjukkan jumlah pengusaha kecil mencapai 34,316 juta orang
yang meliputi 15,635 juta pengusaha kecil mandiri (tanpa menggunakan
tenaga kerja lain), 18,227 juta orang pengusaha kecil yang menggunakan
tenaga kerja anggota keluarga sendiri, serta 54 ribu orang pengusaha kecil
yang memiliki tenaga kerja tetap.
2. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal
modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang
perantara, bahkan rentenir.
3. Sebagian besar industri kecil ditandai dengan belum dimilikinya status
badan hukum. Menurut catatan BPS (1994) dalam Kuncoro (2000), dari
jumlah perusahaan kecil sebanyak 124.990, ternyata 90,6 persen merupakan
perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris; 4,7 persen tergolong
perusahaan perorangan yang berakta notaris, dan hanya 1,7 persen yang
sudah mempunyai badan hukum (PT/NV, CV, Firma, atau Koperasi).
4. Ditinjau menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian
dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan,
minuman dan tembakau (ISIC 31), industri tekstil (ISIC 32), industri kayu,
bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabot rumah tangga
(ISIC 33) masing-masing berkisar antara 21 persen hingga 22 persen dari
seluruh industri kecil yang ada. Sedangkan yang bergerak pada kelompok
usaha industri kertas (ISIC 34) dan kimia (ISIC 35), diikuti kelompok
industri barang galian bukan logam (ISIC 36) relatif masih sangat sedikit
sekali yaitu kurang dari satu persen. Menurut Kuncoro (2000), pembinaan
pengusaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah. Namun disadari pula bahwa
pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat
kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen sumberdaya manusia,
kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial
dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu
dihadapi pengusaha kecil adalah: (1) kelemahan dalam memperoleh pasar dan
memperbesar pangsa pasar, (2) kelemahan dalam struktur permodalan dan
keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan,
(3) kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumberdaya manusia,
(4) keterbatasan jaringan usaha kerja sama antar pengusaha kecil (sistem
informasi pemasaran), (5) iklim usaha yang kurang kondusif karena
persaingan yang saling mematikan, (6) pembinaan yang telah dilakukan masih
kurang terpadu dan kurang kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap
usaha kecil.
Industri kecil sangat padat karya dan persediaan tenaga kerja di Indonesia
masih sangat banyak, mengikuti laju pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
yang rata-rata pertahun sangat tinggi, sehingga upah minimum tenaga kerja
khususnya dari kelompok berpendidikan rendah di Indonesia masih relatif murah
dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia dengan jumlah penduduk
atau angkatan kerja yang lebih sedikit (Tambunan, 1997).
2.2. Teori Tenaga Kerja
2.2.1. Permintaan Tenaga Kerja
Dalam proses produksi, tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai
balas jasa dari apa yang telah dilakukannya, yaitu berwujud upah. Maka
pengertian permintaan tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah tenaga kerja
yang diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah (Boediono, 1984).
Menurut Ananta (1993) permintaan tenaga kerja merupakan sebuah daftar
berbagai altenatif kombinasi tenaga kerja dengan input lainnya yang tersedia
Permintaan perusahaan atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan
konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang itu
member nikmat (utility) kepada si pembeli. Akan tetapi pengusaha
mempekerjakan seseorang karena seseorang itu membantu memproduksi barang
atau jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Dengan kata lain,
pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari
penambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya.
Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand (permintaan
turunan). Meningkatnya permintaan terhadap rumah misalnya akan menimbulkan
tambahan permintaan terhadap tenaga kerja bangunan, tukang kayu, tukang cat,
tukang instalasi rumah, dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi jumlah
tenaga pengangkutan, pabrik semen dan lain-lain (Simanjuntak, 1998).
2.2.1.1. Fungsi Permintaan Suatu Perusahaan akan Tenaga Kerja
Misalkan jumlah tenaga kerja di suatu perusahaan sebanyak 99 orang.
Pengusaha mempertimbangkan apakah perlu menambah pekerja menjadi 100
orang atau terpaksa mengurangi seorang supaya tinggal 98. Yang menjadi
pertanyaan adalah dasar apa yang perlu dipergunakan pengusaha untuk menambah
atau mengurangi jumlah tenaga kerja tersebut?
Pertama pengusaha perlu memperkirakan tambahan hasil (output) yang
diperoleh pengusaha sehubungan dengan penambahan seorang tenaga kerja.
Tambahan hasil tersebut dinamakan tambahan hasil marjinal atau marginal
physical product dari tenaga kerja, disingkat MPPL
Kedua, pengusaha menghitung jumlah uang yang akan diperoleh
penerimaan marjinal atau marginal revenue, yaitu nilai MPPL tadi. Jadi marginal
revenue sama dengan nilai MPPL, yaitu besarnya MPPL
MR = YMPP
dikalikan dengan
harganya per unit (P) (Simanjuntak, 1998):
L = MPPL
Dimana :
x P……….……….. (2.1)
MR = Marginal Revenue, penerimaan marjinal
VMPPL
MPP
= Value Marginal Physical Product of Labour = nilai pertambahan
hasil marjinal dari tenaga kerja
L
P = Harga jual barang yang diproduksikan per unit = Marginal Physical Product of Labor
Akhirnya pengusaha membandingkan MR tersebut dengan biaya
mempekerjakan tambahan seorang tenaga kerja tadi. Jumlah biaya yang
dikeluarkan pengusaha sehubungan dengan mempekerjakan tambahan seorang
tenaga kerja adalah upahnnya sendiri (W) dan dinamakan biaya marjinal atau
marginal cost (MC). Bila tambahan penerimaan marjinal (MR) lebih besar
daripada biaya mempekerjakan orang yang menghasilkannnya (W), maka
mempekerjakan tambahan orang tersebut akan menambah keuntungan pengusaha.
Dengan kata lain dalam rangka menambah keuntungan, pengusaha akan terus
menambah jumlah tenaga kerja selama MR lebih besar daripada W.
Misalkan tenaga kerja terus ditambah sedangkan alat-alat dan faktor
produksi lain jumlahnya tetap, maka perbandingan alat-alat produksi untuk setiap
pekerja menjadi lebih kecil dan tambahan hasil marjinal menjadi lebih kecil pula.
kecil MPPL nya dan nilai MPPL itu sendiri. Ini yang dinamakan hukum
diminishing returns dan dilukiskan dengan garis DD dalam gambar berikut:
Upah
VMPPL
D
W1
W E
W2
D = MPPL x P
Gambar 2.1. Fungsi Permintaan Terhadap Tenaga Kerja
O A N B Penempatan
Tenaga Kerja
Gambar 2.1. melukiskan fungsi permintaan dari satu perusahaan terhadap
tenaga kerja. Garis DD melukiskan besarnya nilai hasil marjinal tenaga kerja
(value marginal physical product of labor, VMPPL) untuk setiap tingkat
penempatan tenaga kerja. Bila misalnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan
OA = 100 orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke-100 dinamakan VMPPL
-nya dan besar-nya sama dengan: MPPL x P = W1.
Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan
orang hingga ON. Di titik N pengusaha mencapai laba maksimum dimana nilai Nilai ini lebih besar daripada
tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh sebab itu laba pengusaha akan
MPPL
MPP
x P sama dengan upah (W) yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Dengan
kata lain pengusaha mencapai laba maksium (Simanjuntak, 1998) bila:
L
Penambahan tenaga kerja yang melebihi daripada ON misalkan OB, akan
mengurangi keuntungan pengusaha. Pengusaha membayar upah dalam tingkat
yang berlaku (W), padahal nilai hasil marjinal yang diperolehnya hanya sebesar
W
x P = W ………...
(2.2)
2
Aspek lain yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dari hubungan tingkat
upah, MPP
yang lebih kecil daripada W. Jadi pengusaha cenderung untuk menghindari
jumlah tenaga kerja yang lebih besar daripada ON. Penambahan tenaga kerja yang
lebih besar daripada ON dapat dilaksanakan hanya bila pengusaha yang
bersangkutan dapat membayar upah di bawah W atau apabila pengusaha mampu
menaikkan harga jual barang.
L
a. Pengusaha menuntut peningkatan produktivitas kerja tenaga kerja sedemikian
rupa sehingga pertambahan produksi yang dihasilkan tenaga kerja senilai
dengan pertambahan upah yang diterimanya
, harga barang, dan jumlah tenaga kerja yang dapat dipekerjakan
adalah bahwa sebagai reaksi terhadap peningkatan upah (Simanjuntak, 1998):
b. Pengusaha terpaksa menaikkan harga jual barang
c. Pengusaha mengurangi jumlah tenaga kerja yang bekerja
d. Pengusaha melakukan kombinasi dari dua di antara ketiga alternatif di atas
atau kombinasi dari ketiganya.
Perubahan tingkat upah mengakibatkan perubahan dalam permintaan akan
tenaga kerja. Besarnya perubahan yang terjadi dalam jangka pendek tergantung
dari besarnya elastisitas permintaan akan tenaga kerja yang dipengaruhi oleh
kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan faktor produksi yang lain,
elastisitas permintaan akan hasil produksi, proporsi biaya tenaga kerja terhadap
jumlah seluruh biaya produksi dan elastisitas penyediaan faktor-faktor pelengkap
yang lain (Simanjuntak, 1998). Perubahan yang terjadi dalam jangka pendek
seperti itu adalah perubahan yang terjadi sepanjang garis permintaan (garis DD
pada Gambar 2.1).
Sesuai dengan perkembangan waktu, dalam jangka panjang perubahan
permintaan akan tenaga kerja dalam bentuk loncatan (shift) dapat terjadi karena
pertambahan hasil produksi secara besar-basaran, peningkatan produktivitas
kerja tenaga kerja, dan penggunaan teknologi baru (Simanjuntak, 1998):
Pertama, sehubungan dengan usaha-usaha pembangunan ekonomi
nasional, biasanya beberapa sektor bertumbuh dengan cepat sementara beberapa
sektor lainnya bertumbuh dengan lambat. Akibatnya, penghasilan orang yang
bekerja di sektor yang pertumbuhannya cepat juga meningkat dengan cepat
dibandingkan dengan pertambahan penghasilan mereka yang bekerja di sektor
yang pertumbuhannya lambat.
Ketimpangan pertambahan penghasilan seperti itu biasanya mengubah
pola konsumsi. Golongan yang penghasilannya bertambah dengan cepat biasanya
mempunyai tambahan permintaan yang besar akan barang-barang mewah seperti
mobil, TV, Video, alat-alat musik, pendidikan, rekreasi, dan lain-lain. Tambahan
akan tenaga kerja di perusahaan-perusahaan dimana barang tersebut diproduksi
(Simanjuntak, 1998). Jadi, peningkatan hasil produksi menyebabkan peningkatan
permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja).
Kedua, shift terhadap permintaan tenaga kerja dapat terjadi karena
peningkatan produktivitas para tenaga kerja. Kenyataan menunjukkan bahwa
salah satu yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan
produktivitas para tenaga kerja. Akan tetapi seperti halnya dengan perbedaan
pertumbuhan di beberapa sektor, maka peningkatan produktivitas kerja di
sektor-sektor tersebut juga berbeda. Ada sektor-sektor-sektor-sektor dimana terjadi peningkatan
produktivitas kerja yang tinggi, sedangkan di beberapa sektor lain produktivitas
kerja bertambah dengan rendah atau tidak bertambah sama sekali.
Pertambahan produktivitas kerja dapat mempengaruhi kesempatan kerja
melalui tiga cara. Di satu pihak peningkatan produktivitas kerja berarti bahwa
untuk memproduksikan hasil dalam jumlah yang sama diperlukan pekerja dalam
jumlah sedikit. Sebab itu, bila jumlah produksi tetap sama, sebagian pekerja dapat
dilepaskan (Simanjuntak, 1998). Jadi, peningkatan produktivitas kerja melalui
pengurangan jumlah tenaga kerja untuk memperoleh jumlah produksi yang sama
menyebabkan permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja) menurun.
Di pihak lain, peningkatan produktivitas kerja dapat dilakukan dengan
menurunkan biaya produksi per unit barang. Dengan turunnya biaya produksi per
unit, pengusaha dapat menurunkan harga jual barang per unit dan oleh sebab itu
permintaan masyarakat akan barang tersebut bertambah. Pertambahan permintaan
akan barang mendorong pertambahan produksi, dan selanjutnya menambah
produktivitas kerja melalui penurunan biaya produksi per unit barang
menyebabkan permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja) meningkat.
Alternatif lain adalah bahwa pengusaha dapat memilih menaikkan upah
tenaga kerja sehubungan dengan peningkatan produktivitas kerja. Meningkatnya
pendapatan tenaga kerja akan menambah daya beli mereka, sehingga permintaan
mereka akan konsumsi hasil produksi bertambah juga. Selanjutnya pertambahan
permintaan akan hasil produksi tersebut menaikkan permintaan akan tenaga kerja
(Simanjuntak, 1998). Jadi peningkatan produktivitas kerja melalui peningkatan
upah tenaga kerja menyebabkan permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga
kerja) meningkat pula.
Hal ketiga yang mengakibatkan shift dalam permintaan akan tenaga kerja
adalah perubahan dalam metode produksi (penggunaan teknologi baru). Pada
tingkat akhir, permintaan akan tenaga kerja dalam jangka panjang dipengaruhi
oleh perubahan-perubahan dalam metode produksi (teknologi baru). Adanya
kemajuan yang pesat dalam penggunaan komputer menimbulkan permintaan yang
pesat akan tenaga di bidang tersebut. Akan tetapi kebutuhan akan
tenaga-tenaga untuk pembukuan, dokumentasi, dan lain-lain menjadi relatif berkurang.
Jadi perubahan metode produksi di satu pihak menambah permintaan tenaga
dalam keahlian tertentu, akan tetapi di pihak lain mengurangi permintaan tenaga
akan keahlian yang lain (Simanjuntak, 1998).
2.2.2. Penyediaan dan Pasar Tenaga Kerja
Penyediaan atau supply tenaga kerja atau angkatan kerja dalam masyarakat
mereka sebagian sudah aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan barang atau
jasa, mereka dinamakan golongan yang bekerja atau employed persons. Sebagian
lain tergolong yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan, mereka
dinamakan pencari kerja atau penganggur. Jumlah yang bekerja dan pencari kerja
dinamakan angkatan kerja atau labor force (Simanjuntak, 1998):
Penyediaan Tenaga Kerja = Angkatan Kerja = Supply Tenaga Kerja
Angkatan Kerja = Yang Bekerja + Penganggur
Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau
demand dalam masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan
ekonomi dan tingkat upah.
Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan
permintaan tenaga kerja dinamakan pasar kerja. Seseorang dalam pasar kerja,
berarti dia menawarkan jasanya untuk produksi, apakah dia sedang bekerja
ataupun mencari pekerjaan. Besarnya penempatan (jumlah orang yang bekerja
atau tingkat employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan
permintaan tenaga kerja tersebut. Selanjutnya, besarnya penyediaan dan
permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh upah (Simanjuntak, 1998).
Dalam ekonomi Neoklasik diasumsikan bahwa penyediaan atau
penawaran tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Ini
dilukiskan dengan garis SS pada Gambar 2.2. Sebaliknya permintaan terhadap
tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat. Ini dilukiskan dengan
Tingkat
Upah D S
W1
W2
S D
Ld Le Ls Tenaga Kerja, Penempatan, Pengangguran
O
Gambar 2.2. Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja
Dengan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap
mengenai pasar kerja, maka teori neoklasik beranggapan bahwa jumlah
penyediaan tenaga kerja selalu sama dengan permintaan (Le dalam Gambar 2.2.).
Keadaan pada saat penyediaan tenaga kerja sama dengan permintaan tenaga kerja
dinamakan titik ekuilibrium (Titik E). Dalam hal penyediaan tenaga kerja sama
dengan permintaan tenaga kerja, tidak terjadi pengangguran.
Dalam kenyataan, titik ekuilibrium itu tidak pernah tercapai karena
informasi memang tidak pernah sempurna dan hambatan-hambatan institusional
selalu ada. Upah yang berlaku (Wi) pada umumnya lebih besar daripada upah
ekuilibrium (We). Pada tingkat upah Wi, jumlah penyediaan tenaga kerja adalah
Ls, sedang permintaan tenaga kerja hanya sebesar Ld. Selisih antara Ls dan Ld
2.2.3 Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri
Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang
digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan
tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha.
Menurut Simanjuntak (1985), penyerapan tenaga kerja di sektor industri kecil
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari tiap-tiap unit usahanya. Faktor
internal dipengaruhi oleh tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal, dan
pengeluaran non upah lainnya. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh
tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga.
Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Dalam dunia usaha tidaklah
memungkinkan mempengaruhi kondisi eksternal, maka hanyalah pemerintah yang
dapat menangani dan mempengaruhi faktor eksternal tersebut. Dengan melihat
keadaan tersebut maka dalam mengembangkan sektor industri kecil dapat
dilakukan dengan menggunakan faktor internal dari industri yang meliputi
tingkat upah, produktivitas tenaga kerja,dan modal. Adapun faktor tersebut
diuraikan sebagai berikut:
2.2.3.1. Tingkat Upah
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan
dalam melaksanakan proses produksi. Dalam proses produksi tenaga kerja
memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari usaha yang telah dilakukannya
yakni upah.
Dewan Penelitian Pengupahan Nasional memberikan definisi upah ialah
yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan menurut suatu persetujuan
Undang-Undang dan Peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja
antara pemberi kerja dengan penerima kerja (Sarjanaku.com, 2012).
Upah merupakan penghargaan dari tenaga karyawan/tenaga kerja yang
dimanifestasikan sebagai hasil produksi yang berwujud uang, atau suatu balas
jasa yang dianggap sama dengan itu, tanpa suatu jaminan yang pasti dalam
tiap-tiap minggu atau bulan.
Gaji sebenarnya juga upah, tetapi sudah pasti banyaknya dan waktunya.
Artinya banyaknya upah yang diterima itu sudah pasti jumlahnya pada setiap
waktu yang telah ditetapkan. Dalam hal waktu yang lazim digunakan di Indonesia
adalah bulan. Gaji merupakan upah kerja yang dibayar dalam waktu yang
ditetapkan. Sebenarnya bukan saja waktu yang ditetapkan, tetapi secara relatif
banyaknya upah itu pun sudah pasti jumlahnya. Di Indonesia, gaji biasanya untuk
pegawai negeri dan perusahaan-perusahaan besar. Jelasnya di sini
bahwa perbedaan pokok antara gaji dan upah yaitu dalam jaminan ketepatan
waktu dan kepastian banyaknya upah. Namun keduanya merupakan balas jasa
yang diterima oleh para karyawan atau tenaga kerja (Sarjanaku.com, 2012).
Pengupahan sendiri merupakan salah satu faktor yang paling sensitif karena upah
merupakan salah satu faktor pendorong untuk bekerja dan berpengaruh terhadap
moral dan disiplin tenaga kerja. Oleh karena itu, setiap perusahaan atau organisasi
manapun seharusnya dapat memberikan upah yang seimbang dengan beban kerja
yang dipikul tenaga kerja.
Ehrenberg (1998) menyatakan apabila terdapat kenaikan tingkat upah
berarti akan terjadi pengangguran. Sebaliknya, dengan turunnya tingkat upah
rata-rata akan diikuti oleh meningkatnya kesempatan kerja, sehingga dapat dikatakan
bahwa kesempatan kerja mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat upah.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Kuncoro (2001), dimana
kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari
kenaikan upah. Apabila tingkat upah naik sedangkan harga input lain tetap,
berarti harga tenaga kerja relatif lebih mahal dari input lain. Situasi ini mendorong
pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan
input-input lain yang harganya relatif lebih murah guna mempertahankan
keuntungan yang maksimum.
Adapun beberapa faktor penting yang mempengaruhi besarnya upah yang
diterima oleh para karyawan/tenaga kerja, yaitu:
1. Penawaran dan permintaan karyawan
2. Organisasi buruh
3. Kemampuan untuk membayar
4. Produktivitas
5. Biaya hidup
6. Peraturan pemerintah
2.2.3.2 Produktivitas Kerja
Produktivitas pada dasarnya adalah sikap mental yang mempunyai
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari
esok lebih baik dari hari ini. Seperti yang dikemukakan Afrida (2003) dan
Simanjuntak (1998) produktivitas mengandung pengertian filosofis-kualitatif,
pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk miningkatkan mutu
kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan mutu
kehidupan besok harus lebih baik daripada hari ini. Pandangan hidup dan sikap
mental demikian akan mendorong menusia untuk tidak cepat merasa puas, akan
tetapi terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. Definisi
kerja secara kuantitatif, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang
dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumberdaya (masukan) yang dipergunakan
per satuan waktu. Sedangkan pengertian secara operasional mengandung makna
peningkatan produktivitas yang dapat terwujud dalam empat bentuk:
a. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber
daya yang lebih sedikit
b. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber
daya yang kurang
c. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber
daya yang sama
d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber
daya yang relatif lebih kecil.
Produktivitas tenaga kerja merupakan gambaran kemampuan pekerja
dalam menghasilkan output (Ananta, 1993). Hal ini karena produktivitas
merupakan hasil yang diperoleh oleh suatu unit produksi dengan jumlah tenaga
kerja yang dimiliki, dengan produktivitas kerja yang tinggi menunjukkan
kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja juga tinggi.
Produktivitas juga didefinisikan sebagai perbandingan antara hasil
dalam waktu tertentu. Satuan ukurannya adalah angka yang menunjukkan
rasio antara output dan input. Kenaikan produktivitas berarti pekerja dapat
menghasilkan lebih banyak dalam jangka waktu yang sama, atau suatu tingkat
produksi tertentu dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih singkat.
Produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudarsono, 1988) :
PRTK = Q ...(2.3) TK
dimana:
PRTK = Produktivitas
Q = Volume produksi yang dihasilkan sebagai akibat dari
penggunaan tenaga kerja
TK = Banyaknya tenaga kerja yang digunakan
Peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan
rata-rata yang semakin membaik, memberi dampak positif terhadap produktivitas
tenaga kerja. Begitupula dengan upaya peningkatan keterampilan dan pelatihan
tenaga kerja yang disertai dengan penerapan teknologi yang sesuai, berdampak
pula terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja (Mulyadi, 2006).
Menurut Mulyadi (2006), semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka
akan semakin rendah penyerapan tenaga kerja. Sebaliknya semakin rendah
produktivitas tenaga kerja, maka penyerapan tenaga kerja akan semakin
meningkat.
2.2.3.3. Modal
Pengertian modal meliputi dua aspek. Dalam teori ekonomi istilah modal
memproses dan memproduksikan berbagai jenis barang. Mesin penggiling padi,
berbagai jenis peralatan untuk menghasilkan tekstil dan pakaian, dan alat-alat
berat yang digunakan untuk membuat jalan dan bangunan digolongkan sebagai
modal. Dalam kegiatan bisnis dan sistem finansial, modal diartikan pula sebagai
dana yang digunakan untuk melakukan investasi di sektor keuangan seperti
membeli saham dan obligasi. Sering juga dikatakan mengenai modal kerja dalam
membincangkan kegiatan usaha, dan istilah modal tersebut diartikan sebagai dana
yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha sehari-hari. Dengan mengamati
penggunaan istilah modal di atas dapat disimpulkan bahwa modal meliputi tiga
pengertian berikut: (1) barang dan peralatan fisik yang digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa, (2) dana keuangan yang disisihkan untuk
diinvestasikan dalam harta-harta keuangan (seperti saham dan obligasi), dan
(3) dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan memproduksi dan
menyalurkan barang kepada pembeli (Sukirno et al. 2004).
Modal menurut Smith dalam Hakim (2002) merupakan unsur produksi
yang secara aktif menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam
proses pertumbuhan output, sehingga jumlah dan pertumbuhan output bergantung
pada laju pertumbuhan modal. Pengaruh modal terhadap tingkat output total bisa
secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung, maksudnya adalah
peningkatan produktivitas perkapita yang dimungkinkan karena adanya
spesialisasi dan pembagian kerja yang semakin tinggi.
Besarnya modal akan mementukan tingkat output secara aktif dan hal
tersebut berarti dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Secara teoritis,
bersifat padat karya maka modal pun akan bertambah, sehingga kesempatan kerja
yang diciptakan semakin tinggi. Berdasarkan pemikiran tersebut maka dapat
dilihat penyerapan tenaga kerja yaitu elastis terhadap modal (Hakim, 2002).
Tersedianya modal kerja yang cukup mempunyai efek yang besar terhadap
penggunaan tenaga kerja. Modal dapat digunakan untuk membeli mesin-mesin
atau peralatan untuk melakukan peningkatan proses produksi. Dengan
penambahan mesin-mesin atau peralatan produksi maka akan berpengaruh
terhadap peningkatan produksi. Makin besar skala produksi, kegiatan perusahaan
juga bertambah sehingga permintaan terhadap tenaga kerja juga meningkat.
Modal dapat digunakan untuk memperbesar perusahaan atau mendirikan
usaha baru. Usaha baru tersebut bisa merupakan perluasan dari usaha yang lama.
(Komarudin, 1981). Penambahan modal terhadap setiap industri akan dapat
meningkatkan bahan baku atau dapat mengembangkan usaha (menambah jumlah
usaha). Dengan semakin banyak usaha yang berkembang atau berdiri maka akan
dapat menyerap tenaga kerja yang banyak pula ( Zamrowi, 2007).
Menurut Haryani (2002), dalam prakteknya faktor-faktor produksi baik
sumberdaya manusia maupun yang non sumberdaya manusia seperti modal tidak
dapat dipisahkan dalam menghasilkan barang atau jasa. Pada suatu industri,
dengan asumsi faktor- faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar
modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga kerja.
2.3. Penelitian Terdahulu
Irsan dalam Zamrowi (2007), dalam studinya yang berjudul Analisis
Pengolahan di Indonesia, dengan menggunakan analisis regresi linear berganda
secara OLS (Ordinary Least Square) pengujian statistik menunjukkan kemaknaan
(signifikan) yang sangat berarti untuk upah, modal dan nilai tambah mempunyai
signifikansi pada tingkat 1 persen yang berarti bahwa 99 persen kebenaran
daripada upah, modal dan nilai tambah dapat dipercaya, sementara untuk
kemajuan teknologi pada tingkat 10 persen yang berarti kebenaran daripada
kemajuan teknologi dapat dipercaya. Dari hasil estimasi tersebut maka upah
(W), modal (K), dan nilai tambah (Va) berpengaruh secara signifikan terhadap
input tenaga kerja (L).
Sedangkan penelitian yang dilakukan Irwan Ernaro dalam
Zamrowi (2007), disimpulkan bahwa modal mempunyai pengaruh yang signifikan
dan bersifat positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada 33 industri kecil
makanan dan minuman. Untuk nilai tambah mempunyai pengaruh yang
signifikan dan bersifat positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
Zamrowi (2007) dalam studinya yang berjudul Analisis Penyerapan
Tenaga Kerja pada Industri Kecil (Studi di Industri Kecil Mebel di Kota
Semarang) dengan menggunakan analisis regresi linear berganda OLS (Ordinary
Least Square) disimpulkan bahwa variabel upah tenaga kerja (X1), produktivitas
tenaga kerja (X2), dan non upah (X4
Supriadi et al. meneliti Pengaruh Stok Modal dan Upah Minimum
Kabupaten terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada UKM di Kabupaten
Tasikmalaya Periode Tahun 2003-2008 (Studi Kasus pada Industri Komoditi ) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja, sedang modal (X3) berpengaruh positif dan
Unggulan) dengan metode Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel stok modal pada industri bordir, bambu, pandan dan mendong
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Sedang
variabel upah minimum pada industri bordir berpengaruh negatif dan tidak
signifikan, upah minimum pada industri bambu dan mendong berpengaruh positif
dan signifikan, sedangkan untuk upah minimum pada industri pandan berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Sari (2000) dalam penelitiannya berjudul Analisis Pengaruh Keberadaan
Usaha Konveksi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan Medan Area
Kodya Medan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja (X1), jumlah mesin
(X2), dan variabel rencana produksi (X3
Setyadi (2008) dalam penelitiannya Penyerapan Tenaga Kerja pada
Industri Kecil Konveksi (Studi Kasus Desa Sendang Kecamatan Kalinyamatan
Kabupaten Jepara) dengan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja (X
) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja.
1) dan variabel biaya bahan
baku (X2) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja,
sedang variabel nilai produksi (X3
Fadliilah dan Hastarini (2012), dalam penelitiannya Analisis Penyerapan
Tenaga Kerja pada Industri Kecil (Studi Kasus di Sentra Industri Kecil Ikan Asin
di Kota Tegal), dengan metode Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa varibel upah tenaga kerja (X
) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja.
(X2) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedang
variabel modal kerja (X3
Elnopembri (2007) melakukan penelitian Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil di Kabupaten Tanah
Datar Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa upah minimum
regional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja industri kecil. Tingkat suku bunga kredit investasi Bank Pembangunan
Daerah dan Bank Pemerintah di daerah sama-sama memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil, artinya peningkatan
suku bunga kredit akan mengakibatkan turunnya permintaan tenaga kerja industri
kecil. Nilai produksi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja industri kecil. Ekspansi yang dilakukan industri kecil
dengan menciptakan akses pasar akan mendorong peningkatan produksi sehinga
berdampak terciptanya lapangan kerja baru.
) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja.
2.4. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menunjukkan tentang pola fikir terhadap
pemecahan masalah penelitian yang ditemukan dan didasarkan pada teori-teori
yang relevan yang diambil sebagai dasar pemecahan masalah penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, dan beberapa penelitian
terdahulu yang secara substansional mempunyai kesamaan baik dalam kajian
teori maupun model analisis yang digunakan, dan berdasarkan suatu asumsi