• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5. Pengujian Asumsi Klasik

4.5.1.2. Uji Normalitas Data dengan Tabel Kolmogorov-Smirnov Test . 67

Ghozali (2001) menyatakan bahwa untuk mengetahui apakah data

terdistribusi normal atau mendekati normal atau bisa dianggap normal, dapat pula

dilakukan Uji Statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan

menggunakan Tabel Kolmogorov-Smirnov Test. Pengujian normalitas data

dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dengan dasar pengambilan

Kolmogorov-Smirnov tidak signifikan pada 0,05 (p>0,05), maka residual berdistribusi normal.

Berikut Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov:

Tabel 4.16. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 36

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .09680185 Most Extreme Differences Absolute .085 Positive .085 Negative -.059 Kolmogorov-Smirnov Z .508

Asymp. Sig. (2-tailed) .959

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Lampiran 13

Berdasarkan Tabel Kolmogorov-Smirnov Test di atas, diketahui bahwa

nilai Kolmogorof–Smirnov Test adalah sebesar 0,959 dan ini berarti tidak

signifikan pada tingkat 0,05 (karena p = 0,959 > 0,05). Jadi dapat disimpulkan

bahwa residual berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil Uji Normalitas di atas, baik dengan menggunakan

metode Grafik Histogram, dengan menggunakan Normal P-Plot of Regression

Standardized Residual, maupun dengan menggunakan Tabel

Kolmogorov-Smirnov Test, maka diperoleh hasil bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas sehingga dapat diproses dengan uji selanjutnya.

4.5.2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai

VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka tidak ada korelasi antar variabel

independen yang nilainya lebih dari 95 % sehingga model tersebut bebas dari

multikolinearitas (Wijaya (2011) dan Ghozali (2001)). Berdasarkan hasil

pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 17 maka diperoleh

Tabel 4.15.

Tabel 4.15. di atas memperlihatkan bahwa angka Variance Inflation

Factor (VIF) adalah: Ln X1= 1,318, Ln X2=1,963, dan Ln X3=1,790, maka ketiga

nilai VIF tersebut adalah < 10. Sedang nilai tolerance diperoleh: Ln X1 = 0,759,

Ln X2 = 0,510, dan Ln X3

Menurut Wijaya (2011), untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinieritas juga dapat dengan menganalisis korelasi antar variabel bebas.

Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (di atas 0,90), maka hal

ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Sedang menurut Gujaraji (1997),

jika pada koefisien korelasi antar dua variabel yang mempengaruhi tinggi yaitu

lebih dari 0,8, maka multikolinieritas merupakan masalah serius.

= 0,559, maka ketiga nilai tolerance tersebut adalah >

0,10. Oleh karena nilai VIF dari ketiga variabel independen adalah < 10 dan nilai

tolerance > 0,10, maka terbukti bahwa tidak ada korelasi antar variabel

independen sehingga model regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas

dari multikolinearitas.

Berikut Tabel Hasil Uji Korelasi hasil pengolahan data dengan

Tabel 4.17. Hasil Uji Korelasi Correlations Jumlah Tenaga Kerja Upah Tenaga Kerja Produktivitas

Tenaga Kerja Modal Kerja Pearson

Correlation

Jumlah Tenaga Kerja 1.000 .144 .020 .741

Upah Tenaga Kerja .144 1.000 .480 .395

Produktivitas Tenaga Kerja

.020 .480 1.000 .658

Modal Kerja .741 .395 .658 1.000

Sig. (1-tailed) Jumlah Tenaga Kerja . .202 .453 .000

Upah Tenaga Kerja .202 . .002 .009

Produktivitas Tenaga Kerja

.453 .002 . .000

Modal Kerja .000 .009 .000 .

N Jumlah Tenaga Kerja 36 36 36 36

Upah Tenaga Kerja 36 36 36 36

Produktivitas Tenaga Kerja

36 36 36 36

Modal Kerja 36 36 36 36

Sumber: Lampiran 13

Berdasarkan Tabel Hasil Uji Korelasi di atas diketahui bahwa koefisien

korelasi antar variabel bebas, yaitu: antara variabel upah tenaga kerja (X1)

dengan variabel produktivitas tenaga kerja (X2) = 0,480, antara variabel upah

tenaga kerja (X1) dengan variabel modal kerja (X3) = 0,395, dan antara variabel

produktivitas tenaga kerja (X2) dengan variabel modal kerja (X3) = 0,658. Nilai

koefisien korelasi antara ketiga variabel bebas di atas (upah tenaga kerja,

produktivitas tenaga kerja, dan modal kerja) adalah < 0,80, maka terbukti bahwa

tidak ada korelasi antara variabel bebas sehingga model regresi yang digunakan

dalam penelitian ini bebas dari multikolinearitas.

4.5.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam suatu model

dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada grafik scatterplot. Dasar

analisisnya adalah (Wijaya, 2011):

1. Dengan melihat apakah penyebaran data (titik-titik) pada scatterplot

membentuk pola tertentu yang teratur, seperti: bergelombang, melebar

kemudian menyempit, jika terdapat maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2. Jika penyebaran data pada scatterplot tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-

titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka

mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Berikut adalah hasil Uji Heterokedatisitas berdasarkan pengolahan data

dengan SPSS versi 17:

Gambar 4.4. Scatterplot

Gambar 4.4. di atas memperlihatkan bahwa penyebaran data pada

scatterplot tidak membentuk pola yang jelas atau pola tertentu, serta titik- titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat

4.6. Pengujian Statistik Analisis Regresi 4.6.1. Koefisien Determinasi (R2

Koefisian determinasi (R

)

2

) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara 0 dan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel- variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2001). Berikut Tabel Hasil

Koefisien Determinasi (R2

Tabel 4.18. Hasil Koefisien Determinasi (R

) hasil olah data dengan SPSS 17:

2 ) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .967a .935 .929 .10124 1.366

a. Predictors: (Constant), Modal Kerja, Upah Tenaga Kerja, Produktivitas Tenaga Kerja

b. Dependent Variable: Jumlah Tenaga Kerja Sumber : Lampiran 13

Berdasarkan Tabel Hasil Koefisien Determinasi (R2) di atas, maka

diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) = 0,935. Hal ini menunjukkan bahwa

93,50% penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di

Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel

upah tenaga kerja, variabel produktivitas tenaga kerja dan variabel modal kerja.

Sedang sisanya yaitu sebesar 6,5% lagi dijelaskan oleh variabel lain di luar

4.6.2. Uji Serempak (Uji Statistik F)

Uji Serempak (Uji Statistik F) pada dasarnya menunjukkan apakah semua

variabel independen (bebas) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara serempak terhadap variabel dependen (terikat). Hasil uji secara serempak

(Uji Statistik F) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.19. Hasil Uji Serempak

ANOVAb

Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.742 3 1.581 154.209 .000a

Residual .328 32 .010

Total 5.069 35

a. Predictors: (Constant), Modal Kerja, Upah Tenaga Kerja, Produktivitas Tenaga Kerja

b. Dependent Variabel: Jumlah Tenaga Kerja Sumber: Lampiran 13

Berdasarkan Tabel Anova di atas, diperoleh nilai signifikansi F (F hitung)

regresi beganda sebesar 0,000. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi F

(F hitung) regresi berganda lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,000 < 0,05).

Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, maka Ho

(variabel upah tenaga kerja (X1), produktivitas tenaga kerja (X2), dan modal kerja

(X3) secara serempak tidak ada pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga

kerja) ditolak, dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel upah

tenaga kerja (X1), produktivitas tenaga kerja (X2), dan modal kerja (X3

Selain dengan membandingkan nilai signifikansi F (F hitung) terhadap

nilai probabilitas, Uji Serempak (Uji Statistik F) dapat juga dilakukan dengan ) secara

membandingkan nilai F hitung terhadap F tabel. Berdasarkan Tabel Anova di atas,

diperoleh F hitung = 154,209, sedang F tabel(0,05;3;32) = 2,9011 (dapat dicari di

Microsoft Excel dengan cara pada cell kosong diketik =finv(0,05;3;32), lalu

enter). Hal ini menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel (154,209 >

2,9011). Oleh karena F hitung > F tabel, maka tolak Ho dan terima Ha. Jadi dapat

disimpulkan bahwa variabel upah tenaga kerja (X1), produktivitas tenaga kerja

(X2), dan modal kerja (X3) secara serempak berpengaruh signifikan terhadap

variabel penyerapan tenaga kerja (Y).

4.6.3. Uji Statistik t (Uji Parsial)

Uji Statistik t (Uji Parsial) digunakan untuk menentukan pengaruh antara

variabel bebas upah tenaga kerja (X1), produktivitas tenaga kerja (X2), atau modal

kerja (X3) terhadap variabel terikat penyerapan tenaga kerja (Y) secara parsial.

Adapun hasil Uji Statistik t (Uji Parsial) dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Dokumen terkait