• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi data

5. Penyesuaian Fiskal

akuntansi (komersial) dengan laba menurut perpajakan (fiskal). Laporan keuangan komersial atau bisnis ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor swasta, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak. Untuk kepentingan komersial atau bisnis, laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip yang berlaku secara umum yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

sedangkan untuk kepentingan fiskal, laporan keuangan disusun berdasarkan peraturan perpajakan (Undang-Undang Pajak Penghasilan). Perbedaan kedua dasar penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan penghitungan laba (rugi) suatu entitas (wajib pajak).

Penyebab Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal adalah karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya serta perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya.

1. Perbedaan Prinsip Akuntansi

a. Prinsip konservatisme. Penilaian persediaan akhir berdasarkan metode “terendah antara harga pokok dan nilai realisasi bersih” dan penilaian piutang dengan nilai taksiran realisasi bersih, diakui dalam akuntansi komersial, tetapi tidak diakui dalam fiskal.

b. Prinsip harga perolehan (cost). Dalam akuntansi komersial, penentuan harga perolehan untuk barang yang diproduksi sendiri boleh memasukan unsur biaya tenaga kerja berupa natura. Dalam fiskal, pengeluaran dalam bentuk natura tidak diakui sebagai pengurang/biaya.

c. Prinsip pemadanan (matching) biaya-manfaat. Akuntansi komersial mengakui biaya penyusutan pada saat asset

tersebut menghasilkan. Dalam fiskal, penyusutan dapat dimulai sebelum menghasilkan, seperti alat-alat pertanian. 2. Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi

a. Metode penilaian persediaan. Akuntansi komersial membolehkan memilih beberapa metode perhitungan atau penentuan harga perolehan persediaan, seperti average, first

in-first out, last in-first ou), pendekatan laba bruto,

pendekatan harga jual eceran, dan lain-lain. Dalam fiskal hanya membolehkan memilihdua metode, yaitu average atau first in-first out.

b. Metode penyusutan dan amortisasi. Akuntansi komersial membolehkan memilih metode penyusutan seperti metode garis lurus, metode jumlah angka tahun, metode saldo menurun atau saldo menurun ganda, dan lain-lain untuk semua jenis harta berwujud atau aset tetap. Dalam fiskal pemilihan metode penyusutan lebih terbatas, antara lain metode garis lurus dan saldo menurun untuk kelompok harta berwujud jenis nonbangunan, sedangkan untuk harta berwujud bangunan dibatasi pada metode garis lurus saja. Disamping metodenya, termasuk yang membedakan besarnya penyusutan untuk akuntansi komersial dan fiskal adalah dalam akuntansi komersial manajemen dapat menaksir sendiri umur ekonomis atau masa manfaat suatu

aset, sedangkan dalam fiskal umur ekonomis atau masa manfaat diatur atau ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Demikian pula akuntansi komersial memperhitungkan mengakui nilai residu sedangkan fiskal tidak membolehkan memperhitungkan nilai residu dalam menghitung penyusutan.

c. Metode penghapusan piutang. Dalam akuntansi komersial penghapusan piutang ditentukan berdasarkan metode cadangan. Sedangkan dalam fiskal, penghapusan piutang dilakukan pada saat piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat-syarat tertentu yang diatur dalam peraturan perpajakan. Pembentukan cadangan dalam fiskal hanya diperbolehkan untuk industri tertentu seperti usaha bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, usaha asuransi, dan usaha pertambangan dengan jumlah yang dibahasi dengan peraturan perpajakan.

3. Perbedaan Perlakuan dan Pengakuan Penghasilan dan Biaya a. Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi

bukan merupakan Objek Pajak penghasilan. Dalam penyesuaian fiskal, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total Penghasilan Kena Pajak (PKP) atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial.

b. Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi pengenaan pajaknya bersifat final. Dalam penyesuaian fiskal, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total Penghasilan Kena Pajak atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial.

c. Penyebab perbedaan lain yang berasal dari penghasilan adalah:

1) Kerugian suatu usaha di luar negeri. Dalam akuntansi komersial kerugian tersebut mengurangi laba bersih, sedangkan dalam fiskal kerugian tersebut tidak boleh dikurangkan dari total penghasilan (laba) kena pajak, 2) Kerugian usaha dalam negeri tahun-tahun sebelumnya.

Dalam akuntansi komersial kerugian tersebut tidak berpengaruh dalam perhitungan laba bersih tahun sekarang, sedangkan dalam fiskal kerugian tahun sebelumnya dapat dikurangkan dari penghasilan (laba) kena pajak tahun sekarang selama belum lewat waktu 5 (lima) tahun.

3) Imbalan dengan jumlah melebihi kewajaran. Imbalan yang diterima atas pekerjaan yang dilakukan oleh pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan jumlah yang melebihi kewajaran.

d. Pengeluaran tertentu diakui dalam akuntansi komersial sebagai biaya atau pengurang penghasilan bruto, tetapi dalam fiskal pengeluaran tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Dalam rekonsiliasi fiskal, pengeluaran atau biaya tersebut harus ditambahkan pada penghasilan neto menurut akuntansi. Dalam SPT Tahunan PPh, merupakan koreksi fiskal positif.

D. Langkah-langkah Sistematis Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Badan

Laporan keuangan komersial disusun wajib pajak berdasarkan ketentuan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang berlaku di Indonesia. Laporan keuangan selain diperlukan dalam keperluan perusahaan secara internal juga diperlukan dalam penyusunan untuk menentukan besarnya pajak penghasilan atas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan tersebut, akan tetapi biasanya laba yang di laporkan pada laporan keuangan komersial berbeda jumlahnya dengan laba fiskal yang dihitung menurut ketentuan peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku, oleh sebab itu perlu dilakukan penyesuaian fiskal untuk mengetahui besarnya penghasilan neto fiskal perusahaan dalam menentukan besarnya penghasilan kena pajak serta pajak penghasilan wajib pajak badan pada suatu tahun pajak.

Hal tersebut sejalan dengan yang dinyatakan Suandy Erly (2016: 96) bahwa adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi

komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi, yaitu penandingan antara pendapatan dengan biaya-biaya terkait,sedangkan dari segi fiskal tujuan utamanya adalah penerimaan negara. Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal, wajib pajak harus mengacu kepada peraturan perpajakan, sehingga laporan keuangan komersial yang dibuat beradasarkan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) harus disesuaikan atau dibuat koreksi fiskal terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya penghasilan kena pajak.

Pengertian surat pemberitahuan tahunan (SPT) menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, Surat pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Surat pemberitahuan (SPT) bagi wajib pajak badan adalah formulir SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan (1771), jadi formulir surat pemberitahuan 1771 merupakan surat yang digunakan oleh wajib pajak badan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak terutang bagi wajib pajak badan, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Surat pemberitahuan

tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan atau formulir 1771 terdiri atas Induk Surat Pembertahuan Tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan dan lampiran-lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Langkah-langkah penghitungan pajak penghasilan terutang wajib pajak badan dapat dilihat pada SPT Induk 1771 sebagai berikut:

1. Menentukan besarnya penghasilan neto fiskal

Penghasilan neto fiskal dihitung dengan cara penghasilan bruto dikurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang berdasarkan peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku.

2. Menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan kena pajak dihitung dengan cara penghasilan neto fiskal dikurangi kompensasi kerugian fiskal jika ada kompensasi kerugian fiskal selama 5 tahun sebelumnya.

3. Menentukan besarnya Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Badan

Pajak Penghasilan Terutang Wajib pajak badan dihitung dengan cara mengalikan jumlah PKP dengan tarif pajak yang berlaku sesuai Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 17 Ayat (1), Tarif PPh Pasal 17 Ayat (2b) dan tarif PPh Pasal 31E Ayat (1).

Formulasi penghitungan pajak penghasilan wajib pajak badan menurut surat pemberitahuan tahunan wajib pajak badan 1771 sebagai berikut:

Penghasilan Neto Fiskal Rp xxxx Kompensasi Kerugian Fiskal ( Rp xxx ) Penghasilan Kena Pajak Rp xxxx

54 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus di Perusahaan Daerah Air minum Kota Kupang diKupang, NTT. Penelitian ini dilakukan terhadap objek tertentu disertai dengan pengumpulan data selama periode tertentu, kemudian data tersebut dievaluasi sehingga dapat memberikan kesimpulan yang cukup jelas atas objek yang diteliti. Hasil dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk mewakili seluruh perusahaan di Indonesia karena penelitian ini hanya menggunakan sampel salah satu perusahaan di Kupang, NTT.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian di Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang beralamat di Jalan S.K Lerik, Kelapa Lima, Kota Kupang, NTT.

2. Waktu Penelitian

Waktu dilakukannya penelitian ini tanggal 15 Mei 2017 sampai dengan 15 Juni 2017.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala bagian keuangan dan karyawan yang mengurusi penyusunan laporan keuangan dan pajak penghasilan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perhitungan pajak penghasilan wajib pajak badan di Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupangtahun 2015.

D. Data Penelitian

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Data Primer

Sumber data primer Menurut Sugiyono (2010:137) adalah “sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.

a. Sejarah perusahaan b. Struktur organisasi

c. Kebijakan akuntansi perusahaan 2. Data Sekunder

Data sekunder menurut Sugiyono (2010:137) adalah ”Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

b. Penyesuaian fiskal perusahaantahun 2015

c. Rincian biaya dan pendapatan perusahaantahun 2015

E. Cara Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan dua cara yaitu sebagai berikut.

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengambil data-data dari catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk penelitian ini yaitu data Laporan keuangan komersial perusahaan tahun 2015, penyesuaian fiskal perusahaan tahun 2015 dan rincian biaya dan pendapatan perusahaan tahun 2015.

2. Wawancara

Jogiyanto (2013: 114) menyatakan wawancara (interview)adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari responden. wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi secara lebih terperinci yang berhubungan dengan penelitian ini.

F. Operasional variabel

1. Penghasilan menurut perpajakan

Penghasilan adalah segala tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia yang bisa dikonsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.

2. Biaya menurut perpajakan

Beban adalah pengeluaran biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak atau laba kena pajak.

3. Penyesuaian Fiskal

Penyesuaian fiskal adalah penyesuaian ketentuan menurut pembukuan secara komersial atau akuntansi yang harus disesuaikan menurut ketentuan perpajakan

4. Beda Tetap Dan Beda Waktu

a. Beda tetap adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut SAK tanpa ada koreksi di kemudian hari.

b. Beda waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya antara peraturan perpajakan dengan Standar Akuntansi Keuangan.

G. Model penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian deskriptif komparatif, yaitu menjelaskan berdasarkan kondisi yang ada mengenai perbandingan perhitungan pajak penghasilan terutang wajib

pajak badan diPerusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang tahun 2015 yang dibandingkan bedasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku saat ini. Hasil perhitungan yang dilakukan penulis kemudian dibandingkan dan akan diambil kesimpulan dari hasil yang sudah diperoleh tersebut.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Perbandingan yang dilakukan peneliti adalah membandingkan cara penghitungan pajak penghasilan wajib pajak badan tahun 2015 yang dilakukan perusahaan daerah air minum kota kupang dengan cara penghitungan pajak penghasilan wajib pajak badan tahun 2015 berdasarkan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

Langkah-langkah analisis data yang dilakukan yaitu :

1. Membuat penghitungan PPh wajib pajak badan yang berdasarkan peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku. Komponen yang dihitung penulis meliputi:

a. Cara menentukan penghasilan bruto

b. Cara menentukan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan

c. Cara menentukan besarnya PKP

2. Membandingkan antara cara penghitungan PPh wajib pajak badan yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara penghitungan PPh wajib pajak badan yang berdasarkan peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku. Komponen yang dibandingkan meliputi :

a. Cara menentukan penghasilan bruto

b. Cara menentukan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan

c. Cara menentukan besarnya PKP

d. Cara menentukan besarnya PPh yang terutang

3. Membuat kesimpulan terhadap komponen penghitungan pajak penghasilan wajib pajak badan yang dilakukan oleh perusahaan dapat dikatakan sudah berdasarkan peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku, apabila semua komponen berikut ini dapat terpenuhi :

a. Evaluasi cara menentukan penghasilan bruto yang dilakukan oleh perusahaan sudah berdasarkan peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku.

b. Evaluasi cara menentukan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dilakukan oleh perusahaan sudah beradasarkan peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku.

c. Evaluasi cara menentukan besarnya PKP yang dilakukan oleh perusahaan sudah berdasarkan peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku.

d. Evaluasi cara menentukan besarnya PPh terutang yang dilakukan oleh perusahaan sudah berdasarkan peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku.

Apabila salah satu komponen tidak terpenuhi, maka cara penghitungan pajak penghasilan wajib pajak badan di perusahaan daerah air minum kota kupang pada tahun 2015 yang dilakukan perusahaan belum sepenuhnya berdasarkan peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku

61 BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang

A. Sejarah Perusahaan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang merupakan Badan Usaha milik Pemerintah Kota Kupang yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 06 Tahun 2005 tanggal tanggal 19 September 2005 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang. Sebelum PDAM Kota Kupang berdiri, pemenuhan kebutuhan air bersih di wilayah Kota Kupang dilayani oleh PDAM Kabupaten Kupang dan UPTD Air Bersih Kota Kupang dibawah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Kupang.Manajemen PDAM Kota Kupang mulai resmi beroperasi pada tanggal 3 April 2009 dengan pengangkatan Dewan Direksi PDAM Kota Kupang oleh Walikota Kupang berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kupang Nomor 69/KEP/HK/2009 tentang Pengangkatan Direktur Utama, Direktur Administrasi Keuangan dan Direktur Teknik Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang. Aset PDAM Kota Kupang seluruhnya berasal dari aset UPTD Air Bersih Kota Kupang yang terbentuk pada tahun 2003. Sesuai dengan Peraturan Pendirian Perusahan diatas, kegiatan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang ditetapkan adalah untuk mengusahakan penyediaan air minum yang sehat dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi masyarakat.

Susunan Dewan Pengawas sesuai Surat keputusan Wali Kota Kupang No. 148/KEP/HK/2015 tanggal 17 September 2015 mempunyai susunan sebagai berikut :

1. Susunan Dewan Pengawas

a. Ketua : Bernadus Benu, SH, M.Hum b. Sekretris : Ir. Elvianus Wairata, M.Si

c. Anggota : Dr. I Wayan Ari Wijana S. Putra, M. Si 2. Susunan Direksi

Susunan direksi Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang sesuai Surat Keputusan Wali Kota Kupang No. 127/KEP/HK/2013 tanggal 9 September 2013 adalah :

Direktur : Noldy D.P Mumu, SE, MM

Sesuai surat keputusan tersebut, jabatan direktur teknik, dan direktur keuangan dan administrasi ditiadakan.

3. Personalia

Sumber daya manusia Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang per 31 Desember 2015 berjumlah 57 orang jauh lebih banyak dari jumlah sumber daya manusia pada tahun 2014 sebanyak 44 orang. Per 31 Desember 20015 jumlah pegawai terdiri dari 57 yaitu 1 orang direktur, 28 orang bagian administrasi dan keuangan, dan bagian teknik 28 orang.

B. Tujuan Pendirian Perusahaan

Tujuan didirikannya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang adalah menyediakan jasa pelayanan kebutuhan air bersih kepada warga Kota Kupang dan turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan rakyat untuk menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

C. Visi, Misi Dan Moto Perusahaan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang memiliki visi, misi dan moto :

1. Visi Perusahaan

Visi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang adalah mewujudkan PDAM Kota Kupang sebagai sebuah BUMD yang professional, mandiri dan terbaik di Kota Kupang serta mampu memberikan kontribusi PAD yang signifikan.

2. Misi Perusahaan

Misi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang adalah pemenuhan kualitas, kuntitas dan kontinuitas pengaliran air berlandaskan kinerja optimal dalam semua aspek operasi dengan sistem manajemen berbasis IT.

3. Moto perusahaan

Moto Perusahaan Derah Air Minum Kota Kupang adalah kerja dan karyaku adalah doa dan syukur-ku

Gambar 1: Struktur Organisasi PDAM

Sumber: Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang Walikota

Dewan Pengawas Direktur

Noldy D. P. Mumu, SE, MM

Bagian Administrasi dan Keuangan Marius r. Seran, SE

Kepala Bagian

Bagian teknik Elsy evelin bengu, ST

Kepala Bagian

Sub bagian

Perencanaan teknik dan pengawasan Ronald Ballo, S.Pd Plt. Kepala Sub Bagian Sub bagian

Umum dan personalia Ferdi Jermias, SH Kepala Sub Bagian

Sub bagian Perawatan teknik

Yafet kaleleo Plt. Kepala sub bagian Sub bagian

Hubungan langganan Jacob c. Dethan Plt. Kepala sub bagian

Sub bagian Produksi dan transmisi Aryantho m. Tallo, A.Md

Kepala Sub Bagian Sub bagian

Kas dan pembukuan Desy setiawati, SE Kepala Sub Bagian

Sub bagian Rekening dan penagihan

Juanty r. Kase, SE Kepala Sub Bagian

Sub bagian Distribusi Paul w. H supit Plt. Kepala sub bagian Sub bagian

Gudang dan rumah tangga Sanci y. Keldon, SE

Kepala Sub Bagian

E. Kebijakan Akuntansi Perusahaan

Kebijakan akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang memiliki kebijakan akuntansi yang diterapkan sebagai berikut :

1. Dasar Penyusunan Laporan keuangan

Dasar pengukuran laporan keuangan di perusahaan adalah konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali persediaan yang dinyatakan sebesar nilai mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan atau menjual. Laporan keuangan perusahaan disusun menggunakan metode akrual kecuali laporan arus kas. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode tidak langsung (Indirect Method) dengan mengelompokan arus kas dalam aktifitas operasi, investasi. Mata uang pelaporan yng digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah rupiah.

2. Kas dan setara kas

Kas dan setara kas meliputi kas, bank, dan deposito yang jatuh tempo dalam waktu 3 (tiga) bulan.

3. Piutang usaha

Piutang usaha disajikan sebesar jumlah bersihnya yaitu jumlah keseluruhan piutang perusahaan setelah dikurangi penyisihan piutang tak tertagih yang ditentukan berdasarkan masing-masing saldo piutang pada akhir periode. Piutang usaha yang berumur diatas tiga tahun

dapat diusulkan kepada dewan pengawas untuk dihapuskan, yang selanjutnya dicatat secara ekstrakomptabel.

4. Persediaan

Persediaan disajikan dengan nilai mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan atau menjual. Pembebanan atas pemakaian persediaan dicatat dengan menggunakan metode First In First Out (FIFO). Pencatatan persediaan dilakukan dengan phsycal inventory method.

5. Aset Tetap

Aset tetap selain hak atas tanah/ tanah dinyatakan berdasarkan harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan yang dihitung menggunakan metode garis lurus dengan tarif sebagai berikut :

Masa Manfaat Prosentase

a. Bangunan Permanen 20 Tahun 5% b. Instalasi sumber air 20 Tahun 5% c. Bangunan Tidak Permanen 10 Tahun 10% d. Pompa,Trasmisi 8 Tahun 12,5%

dan distribusi

e. Inventaris kantor, kendaraan, dan 4 Tahun 25% Peralatan produksi

f. Kendaraan Bermotor 5 Tahun 20% Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau dijual dikeluarkan dari kelompok aset tetap sebesar nilai bukunya, dan

keuntungannya/ kerugian yang terjadi diakui dalam tahun berjalan. Apabila manfaat ekonomi suatu aset tetap tidak lagi sebesar jumlah tercatatnya maka aset tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang tersisa. Penurunan nilai manfaat aset tetap tersebut dilaporkan sebagai kerugian.

6. Pendapatan dan Biaya

Pendapatan diakui pada saat produk (air dan non air) telah diterima/ digunakan oleh pelanggan. Biaya diakui pada saat terjadinya transaksi dan sesuai dengan masa manfaatnya (basis akrual). Pendapatan di golongkan menjadi tiga kelompok yaitu pendapatan air, pendapatan non air dan pendapatan lain-lain.

a. Pendapatan air menurut perusahaan yaitu pendapatan banyaknya air yang dijual kepada pelanggan dari DRP (Daftar rekening yang ditagihkan), yang terdiri dari harga air, administrasi air,dan lain-lain.

b. Pendapatan Non Air dikelompokan perusahaan seperti, pendapatan sambungan air baru, bea balik nama, denda, pendapatan pendaftaran baru pelanggan, balik nama dan penjualan air dengan tanki air.

c. Pendapatan Lain-lain dikelompokan perusahaan seperti, pendapatan sewa aula, pendapatan denda pemasangan air secara illegal, pendapatan jasa giro, pendapatan bunga deposito, dan lain-lain.

Sama halnya dengan pendapatan, biaya-biaya juga dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu biaya usaha, biaya usaha lainnya dan biaya lain-lain.

a. Biaya Usaha terdiri dari biaya sumber air, biaya pegawai,

Dokumen terkait