• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyesuaian Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.2. Pengukuran Kerja

3.2.2. Penyesuaian Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran

kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat terjadi seperti karena operator bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Jadi jika pengukur mendapatkan harga rata-rata siklus/elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan yang tidak wajar oleh operator, maka agar harga tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian. Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata dengan suatu harga Rf yang disebut rating factor. Besarnya harga Rf sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal maka harga Rf akan lebih besar dari 1 (Rf>1) dan sebaliknya jika

Hariadi : Perencanaan Produksi Dan Penjadualan Dengan MenggunakanLogika Fuzzy Pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco, 2010.

operator bekerja di bawah normal maka harga Rf akan lebih kecil dari 1 (Rf<1). Dan andaikan pengukur berpendapat bahwa operator bekerja secara wajar maka harga Rf akan sama dengan 1 (Rf = 1). Dalam penelitian ini metode penyesuaian yang digunakan adalah metode Westinghouse. Westing house company (1972) memperkenalkan sistem penyesuaian dengan memperhatikan factor-faktor berupa keterampilan (skill), usaha (effort), kondisi kerja (working condition), dan konsistensi (consistency) dari operator di dalam melakukan kerja. Untuk itu westing house membuat suatu tabel yang berisikan nilai-nilai yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Tabel tersebut disajikan berikut ini.

Tabel 3.1. Tabel Penyesuaian Untuk Metode Westinghouse

Berdasarkan tabel ini maka nilai rating factor dapat ditentukan sebagai berikut :

Hariadi : Perencanaan Produksi Dan Penjadualan Dengan MenggunakanLogika Fuzzy Pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco, 2010.

3.2.3. Kelonggaran (Allowance)

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan yang tidak dapat terhindarkan.

1. Kelonggaran Waktu untuk Kebutuhan Personal (Personal Allowance)

Pada dasarnya setiap pekerja harus diberikan kelonggaran waktu untuk keperluan yang bersifat kebutuhan pribadi (personal need). Untuk pekerjaan- pekerjaan yang relatif ringan dimana operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa istirahat yang resmi sekitar 2% sampai 5 % (10 sampai 24 menit) setiap hari akan dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan yang bersifat personil ini. Akan tetapi kenyataannnya untuk pekerjaan-pekerjaan yang berat dan kondisi kerja yang tidak nyaman (terutama untuk temperatur tinggi) akan menyebabkan kebutuhan waktu untuk personil ini lebih besar lagi, allowance untuk hal ini bisa lebih besar dari 5%.

2. Kelonggaran Waktu untuk Melepaskan Lelah (Fatique Allowance)

Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan pikiran banyak (lelah mental) dan kerja fisik. Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yang diijinkan untuk istirahat melepas lelah ini sangat sulit dan kompleks sekali. Di sini waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat akan sangat tergantung pada individu yang bersangkutan.

Barangkali yang paling umum dilakukan adalah memberikan satu kali periode istirahat pada waktu pagi hari dan sekali lagi pada waktu siang hari menjelang sore hari, waktu yang diberikan berkisar 5-15 menit.

Hariadi : Perencanaan Produksi Dan Penjadualan Dengan MenggunakanLogika Fuzzy Pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco, 2010.

3. Kelonggaran Waktu untuk Keterlambatan-keterlambatan (Delay Allowance) Keterlambatan atau delay bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang sulit untuk dihindarkan (unavoidable delay), tetapi bisa juga disebabkan oleh beberapa faktor yang sebenarnya masih bisa untuk dihindari. Untuk unavoidable delay di sini terjadi pada umumnya disebabkan oleh operator, mesin, ataupun hal-hal lain yang diluar kontrol. Mesin dan peralatan kerja lainnya selalu diharapkan tetap pada kondisi siap pakai atau kerja. Apabila terjadi kerusakan dan perbaikan yang berat terpaksa harus, operator biasanya akan ditarik dari stasiun kerja.

Hariadi : Perencanaan Produksi Dan Penjadualan Dengan MenggunakanLogika Fuzzy Pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco, 2010.

Tabel 3.2. Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor yang Berpengaruh

Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%)

A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita

1. Dapat diabaikan Bekerja di meja, duduk tanpa beban 0,0 - 6,0 0,0 - 6,0

2. Sangat ringan Bekerja di meja, berdiri 0,00 - 2,25 6,0 - 7,5 6,0 - 7,5

3. Ringan Menyekop, ringan 2,25 - 9,00 7,5 - 12,0 7,5 - 16,0

4. Sedang Mencangkul 9,00 - 18,00 12,0 - 19,0 16,0 - 30,0

5. Berat Mengayun palu yang berat 18,00 - 27,00 19,0 - 30,0

6. Sangat berat Memanggul beban 27,00 - 50,00 30,0 - 50,0

7. Luar biasa berat Memanggul karung berat > 50,00 kg

B. Sikap kerja

1. Duduk Bekerja, duduk, ringan 0,0 - 1,0

2. Berdiri di atas dua kaki Badan tegak, ditumpu dua kaki 1,0 - 2,5

3. Berdiri di atas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol 2,5 - 4,0

4. Berbaring Pada bagian sisi, belakang, atau depan badan 2,5 - 4,0

5. Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki 4,0 - 10,0

C. Gerakan kerja

1. Normal Ayunan bebas dari palu 0

2. Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0 - 5

3. Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan 0 - 5

4, Pada anggota badan terbatas Bekerja dengan tangan di atas kepala 5 - 10

5. Seluruh anggota badan terbatas Bekerja di lorong pertambangan yang sempit 10 - 15

D. Kelelahan mata *) Pencahayaan

Baik Buruk

1. Pandangan terputus-putus Membawa alat ukur 0,0 - 6,0 0,0 - 6,0

2. Pandangan hampir terus menerus Pekerjaan-pekerjaan yang teliti 6,0 - 7,5 6,0 - 7,5

3. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah Memeriksa cacat-cacat pada kain 7,5 - 12,0 7,5 - 16,0

4. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap Pemeriksaan yang sangat teliti 12,0 - 19,0 16,0 - 30,0

E. Keadaan tempat kerja **) Temperatur (0C) Kelemahan

Normal Berlebihan

1. Beku < 0 > 10 > 12

Hariadi : Perencanaan Produksi Dan Penjadualan Dengan MenggunakanLogika Fuzzy Pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco, 2010.

Tabel 3.2 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor yang Berpengaruh (lanjutan)

Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%)

3. Sedang 13 - 22 5 - 0 8 - 0

4. Normal 22 -28 0 - 5 0 - 8

5. Tinggi 28 - 38 5 - 40 8 - 100

6. Sangat tinggi > 38 > 40 > 100

F. Keadaan atmosfer ***)

1. Baik Ruang yang berventilasi baik, udara segar 0

2. Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya) 0 - 5

3. Kurang baik Adanya debu beracuan, atau tidak beracun tetapi banyak 5 -10

4. Buruk Adanya bau berbahaya yang mengharuskan penggunaan alat pernafasan 10 - 20

G. Keadaan lingkungan yang baik

1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0

2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 - 10 detik 0 - 1

3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 - 5 detik 1 - 3

4. Sangat bising 0 - 5

5. Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0 - 5

6. Terasa adanya getaran lantai 5 - 10

7. Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dan lain-lain) 5 - 15

Sumber : I.Z. Sutalaksana

Keterangan :

*) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan **) Tergantung juga pada keadaan ventilasi

***)Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan air laut dan keadaan iklim Catatan pelengkap :

Hariadi : Perencanaan Produksi Dan Penjadualan Dengan MenggunakanLogika Fuzzy Pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco, 2010.

3.3. Peramalan

Peramalan permintaan dilakukan sebagai tahap awal dalam perencanaan produksi untuk mengetahui besarnya permintaan di masa depan. Peramalan kuantitatif merupakan salah satu metode peramalan yang dapat digunakan, yaitu dengan menggunakan model matematis dalam mengolah data masa lalu. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan peramalan kuantitatif, yaitu :6

Dengan menggunakan metode least square, kita menyesuaikan fungsi sekumpulan data.

a. Penentuan tujuan peramalan b. Pengembangan model peramalan c. Pengujian model peramalan

d. Penerapan model peramalan yang sesuai e. Revisi dan evaluasi peramalan.

Dokumen terkait