Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tujuan penyimpanan cendawan endofit
2. Menjelaskan metode metode penyimpanan cendawan endofit
1. Jangka pendek
Metode penyimpanan ini memiliki jangka waktu yang solate singkat, seperti dari isolasi sampai identifikasi.
2. Jangka menengah
Metode penyimpanan jangka menengah sesuai dengan durai proyek penelitian.
3. Jangka panjang
Metode penyimpanan jangka panjang untuk pengumpulan, konservasi atau referensi penelitian.
Metode penyimpanan cendawan menurut (Najmiyati and Dominikus H Akhadi 2013) ada dua yaitu:
a. Metode Penyimpanan jangka pendek
Penyimpanan jangka pendek terkait dengan kegiatan penelitian di laboratorium.
b. Metode Penyimpanan jangka panjang
Penyimpanan jangka panjang terkait dengan kegiatan koleksi dan konservasi stok mikroba agar dapat ditumbuhkan solate seperti semula jika dibutuhkan.
Secara detail (Ilyas 2007b), menguraikan metode penyimpanan/preservasi cendawan ke dalam 4 metode yaitu:
a. Metode Penyimpanan transfer kultur berkala (Subculturing method)
b. Metode Penyimpanan Kering (Drying Method)
c. Metode Penyimpanan Beku (Cryopreservation/Frezing Method)
d. Metode Penyimpanan Kering-Beku (Freze Drying/
Liophilization Method)
a. Metode Penyimpanan transfer kultur berkala (Subculturing method)
Metode kultur berkala hanya dilakukan terhadap solate yang daya simpannya pendek, yaitu hanya dapat bertahan hidup 6 bulan sehingga setelah periode tersebut perlu ditumbuhkan solate (subculture) pada media yang baru. Demikian juga solate yang disimpan pada parafin cair dan aquades steril disubkultur setelah 4-5 tahun.
Media penyimpanan yang digunakan pada metode penyimpanan transfer kultur berkala yaitu media agar, minyak mineral, dan aquades steril. Media agar dapat menggunakan media CMC, PDA, CMA, dan PCA, sedangkan media cair menggunakan miyak mineral seperti paraffin cair atau paraffin medis.
Metode preservasi dalam paraffin cair pertama kali digunakan oleh Sherf (1943) dan diaplkasikan berturut turut oleh (Norris, 1994; Wenham, 1964; Little dan Gordo, 1967; Smith et al, 1970; Onions, 1971; (Suciatmih and Rachmat 2005)
Metode Preservasi dalam paraffin cair dan dalam air dijelaskan (Suciatmih and Rachmat 2005) adalah sebagai berikut:
1) Preservasi dalam parafin cair
a) Menumbuhkan cendawan dalam tabung reaksi atau botl berisi media PDA miring.
b) Cendawan yang sudah menutupi permukaan agar ( 3-5 hari) direndam dengan paraffin cair yang telah distrilisasi dengan autoclave pada suhu 121 °C selama 15 menit sebanyak 2 kali.
c) Banyaknya parafin cair yang diperlukan kira-kira 1 cm di atas permukaan cendawan.
d) Menyimpan tabung reasi atau botol berisi cendawan dan parafin cair disimpan dalam lemari pada suhu ruang (±
27° C).
2) Preservasi dalam air
a. Sterilisasi botol atau tabung reaki yang berisi aquades
± 15 ml (sesuai ukurang botol/tabung reaksi) dengan autoclave pada suhu 121 °C selama 15 menit sebanyak 2 kali.
b. Menumbuhkan masing-masing cendawan pada cawan petri yang berisi medium PDA sampai umur 3-5 hari.
c. Memotong medium PDA yag telah ditumbuhi cendawan berbentuk dadu dengan ukuran 0.5 cm x 0.5 cm (medium dan cendawan).
d. Memasukkan potongan berbentuk dad uke dalam tabung reaksi yang berisi air yang telah distrilkan.
e. Menyimpan botol atau tabung reaksi pada suhu ruang (±
27° C).
b. Metode Penyimpanan Kering (Drying Method)
Metode penyimpanan kering dilakukan dengan cara menurunkan kadar air di sekitar mikroba sehingga laju metabolisme turun bahkan terhenti. Penyimpanan kering dapat dilakukan dengan menggunakan bahan pengering berupa silica gel anhidrit dan tanah atau pasir kering steril.
c. Metode Penyimpanan Beku (Cryopreservation/Frezing Method)
Metode penyimpanan beku dilakukan dengan cara menurunkan suhu di sekitar mikroba sehingga laju metabolisme
turun. Aktivitas metabolisme sel dapat ditekan pada suhu di bawah -70oC, bentuk kristas es yang lebih stabil, dan tidak membahayakan viabilitas akan dicapai pada suhu di bawah -80oC.
d. Metode Penyimpanan Kering-Beku (Freeze Drying/
Liophilization Method)
Penyimpanan kering beku adalah metode penyimpanan material biologis yang dapat mempertahankan bentuk, struktur, dan aktifitas dari produk material biologis. Metode penyimpanan kering beku yaitu liophilization drying (L-drying) dan freeze-driying. Proses pengeringan pada L-drying melalui proses sublimasi, sedangkan pada freeze drying pengeringan dilakukan secara evaporasi.
Proses pengeringan pada metode L-drying dilakukan melalui proses evaporasi, sampel dibuat hampa udara dan dikeringakn darinfase cair tanapa melalui proses pembekuan terlebih dahulu.
Penyimpanan sampel mikroba dalam tabung ampul menggunakan teknik L-drying (T= - 48 ° C, vaccum gauge =0.0 pa) selama ± 3 jam sampai tercapai kondisi vakum. Ampul ditutup (sealing) dengan pemanas api yang melelhkan leher tabung kaca ampul yang sudah ditutup dilakukan dengan penembakan aliran listrik dengan menggunakan alat Spark Tester. Tabung ampul yang berisi sampel akan berwarna biru apabila kondisi di dalam tabung ampul tersebut vakum (Yulinery and M.Dewi 2016).
Tes Formatif
1. Salah satu tujuan dari penyimpanan mikroba adalah...
a. meningkatkan laju metabolisme b. mereduksi laju metabolisme c. mensurunkan nilai survival d. menurunkan nilai recovery
2. Berdasarkan jangka waktunya metode penyimpanan dibedakan atas:
a. jangka panjang Rangkuman
Tujuan utama penyimpanan mikroba adalah mereduksi laju metabolisme mikroba dengan tetap mempertahankan viabilitasnya dan memelihara biakan sehingga memiliki nilai recovery dan survival yang tinggi.
Metode penyimpanan berdasarkan jangka waktunya dibagi atas 3 yaitu jangka pendek, menengah dan panjang. Jangka pendek untuk kegiatan isolasi sampai identifikasi, jangka menengah sesuai dengan durasi proyek dan jangka panjang untuk pengumpulan, konservasi atau referensi penelitian.
Berdasarkan prosesnya metode penyimpanan dibedakan atas 4 yaitu: metode penyimpanan transfer kultur berkala (Subculturing method), metode penyimpanan transfer kultur berkala (Subculturing method), metode penyimpanan beku (Cryopreservation/Frezing Method), metode penyimpanan kering-beku (Freze Drying/
Liophilization Method).
Metode transfer kultur berkala menggunakan media agar, minyak mineral dan aquades, metode penyimpanan kering menggunakan bahan silika gel anhidrit dan tanah atau pasir kering steril, metode penyimpanan kering-beku menggunakan tabung ampul yang ditutup dengan metode pemanasan.
b. jangka pendek c. jangka menengah d. a, b dan c benar
3. Media pasir digunakan pada metode penyimpanan … a. kering
b. beku
c. kultur berkala d. kering beku
4. Berikut ini bahan yang dapat digunakan untuk metode penyimpanan kultur berkala, kecuali …
a. PDA b. media agar c. minyak mineral d. aquades
5. Bahan silika gel an hidrit digunakan pada metode penyimpanan…
a. kultur berkala b. kering
c. beku
d. kering beku
6. Metode penyimpanan yang menggunakan bahan ampul adalah…
a. kultur berkala b. kering
c. beku
d. kering beku
7. Metode penyimpanan yang menggunakan paraffin cair adalah…
a. kultur berkala b. kering
c. beku
d. kering beku
8. Metode penyimpanan yang dilakukan dengan menurunkan kadar air di sekitar mikorba adalah …
a. kultur berkala b. kering
c. beku
d. kering beku
9. Metode penyimpanan dengan menurunkan suhu di sekitar mikroba adalah …
a. kultur berkala b. kering
c. beku
d. kering beku
10. Metode penyimpanan yang menggunakan proses sublimasi adalah…
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban solate yang terdapat pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi subunit 6.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = --- x 100%
Jumlah soal Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 – 100% = baik sekali 80 – 89% = baik 70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan dengan unit selanjutnya. Selamat untuk Anda! Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari solate materi subunit 1 terutama bagian yang belum Anda kuasai.
7.1 Manfaat Langsung 7.1.1 Penghasil Fitohormon
Istilah fitohormon atau phytohormone berasal dari solat Yunani yaitu “phytoes” yang artinya tanaman dan “hormoaein”
yang artinya zat perangsang. Jadi fitohormon dapat didefinisikan sebagai zat-zat yang dapat merangang pertumbuhan dan proses fisiologis tanaman (Dewi 2008).
Fitohormon adalah senyawa-senyawa yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis dan proses lain pada tanaman. Proses tersebut seperti pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan, pembukaan stoma, translokasi serta serapan hara (Dewi 2008).
Fitohormon dapat disintesis secara alami oleh tanaman dan dapat pula diperoleh dari mikroba yang bersimbiosis dengan tanaman. Mikroba penghasil fitohormon umumnya hidup di daerah rizosfer dan endofit tanaman. Salah satu mikroba penghasil fitohormon adalah cendawan endofit.
Fitohormon dikelompokkan oleh (Dewi 2008), menjadi 6 BAB VII