• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Penyuluh Agama Islam KUA

1. Pengertian Penyuluh Agama Islam KUA

Kata penyuluhan dalam term bimbingan dan penyuluhan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris dalam bahasa sehari-hari, istilah ‘’penyuluhan’’ sering digunakan untuk menyebut pemberian

penerangan , diambil dari kata suluh yang berarti dengan obor, misalnya penyuluhan pertanian, dimaksud pemberian penerangan kepada para petani tentang cara-cara bertani secara baik. Demikian juga istilah penyuluhan kesehatan, dimaksud pemberian penerangan tentang caracara hidup secara sehat, atau penyuluhan keluarga berencana yang merupakan program kegiatan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Di lingkungan Departemen Agama juga dikenal adanya penyuluh agama pada KUA tingkat kecamatan, dan di sini pun kata penyuluhan mengandung arti penerangan.47

46

Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: Rosdakarya, 2010), h. 22.

47

Sedagkan istilah Penyuluh Agama Islam adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama Islam dan pembangunan melalui bahasa agama. Istilah penyuluh agama mulai di sosialisasikan sejak tahun 1985 yaitu dengan adanya keputusan menteri agama nomor 791 tahun 1985 tentang honorarium bagi penyuluh agama. Istilah penyuluh agama dipergunakan untuk menggantikan istilah guru agama honorer (GAH) yang dipakai sebelumnya di lingkungan kedinasan departemen agama. Pejabat yang berwenang ialah pejabat-pejabat sebagaimana tercantumkan pada pasal 13 keputusan ini.48

Adapun defenisi dari KUA itu sendiri ialah Kantor Urusan Agama sebagai unit kerja Departemen Agama yang mengimplementasikan sebagian tugas pemerintah di bidang Agama Islam, di wilayah Kecamatan (KMA No.517/2001 dan PMA No.11/2007). Disebabkan KUA berhadapan langsung dengan masyarakat, sehingga disebutlah sebagai unit kerja terdepan. Maka dari itu, sangatlah wajar apabila kberadaan KUA dinilai sangat urgen seiring dengan kehadiran Departemen Agama. Fakta sejarah juga menunjukan bahwa kelahiran Kantor Urusan Agama hanya selisih sepuluh bulan dari kelahiran Departemen Agama, yaitu bertepatan pada tanggal 21 Novembre 1946. Realitas ini menunjukan bahwa peran Bina Rena Pariwata, 2002), h. 2

48

Sinar Grafika, Undang-undang Pokok Perkawinan, Cet. IV (;Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 63.

Knator Urusan Agama sangat strategis jika dilihat dari keberadaanya yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, terutama yang memerlukan pelayanan bidang Urusan Agama Islam (Urais).49

Sedangkan penyuluh itu dapat diklasifikaiskan pada beberapa macam yaitu:

a. Penyuluh Agama Muda: penyuluh agama yang bertugas pada masyarakat di lingkungan pedesaan.

b. Penyuluh Agama Madya: penyuluh agama yang bertugas pada masyarakat di lingkungan perkotaan.

c. Penyuluh Agama Utama: penyuluh agama yang bertugas pada masyarakat di lingkungan para pejabat instansi pemerintah/swasta.50 Dan sejak awal, penyuluh agama merupakan ujung tombak Departemen Agama dalam melaksanakan penerangan agama Islam di tengah pesatnya dinamika perkembangan masyarakat Indonesia. Perannya sangat strategis dalam rangka membangun mental, moral, dan nilai ketaqwaan umat serta turut mendorong peningkatan kualitas kehidupan umat dalam berbagai bidang baik di bidang keagamaan maupun pembangunan.51

49

Lihat Rahmat Fauzi, Refleksi Peran KUA Kecamatan, dalam http//saalim unazzamblogspot.com/p/refleksi-peran-kua-kecamatan.html.diakses Senin,10 September 2018 50 Lihat,Nurmilati,http://kalsel.Kemenag.go.id/file/file/penamas/wcgy1361307008.p df Senin 10 September 2018 . 51 2Anis,Purwanto,http://anis-purwanto.blogspot.com/2012/04/peranan-penyuluh-agamadalam- pembinaan. htmI (diakses Senin 10 September 2018

Sebagai lembaga yang memiliki peran strategis untuk memberika pelayanan kepada Ummat Islam, maka Ada beberapa landasan penting yang mempengaruhi kehadiran Penyuluh Agama Islam ini, yaitu:

1) Landasan Normative Teologis

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Ali Imron, 03:104;































Terjemahnya:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.52 Pada surat yang lain Allah juga berfirman pada Surat An-Nahal, 16:125;















































52

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

52

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

Terjemahnya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.53

2) Landasan Hukum

Sebagai landasan hukum keberadaan penyuluh agama adalah: keputusan menteri agama nomor 791 tahun 1985 tentang honorarium bagi penyuluh agama.

a. Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 574 tahun 1999 dan nomor 178 tahun 1999 tentang jabatan fungsional penyuluh agama dan angka kreditnya.

b. Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan

c. Aparatur Negara nomor: 54/kep/mk.waspan/9/1999 entang jabatan fungsional penyuluh agama dan angka kreditnya. Dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dengan keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia tentang izin perkawinan.54

54

2. Tugas Penyuluh KUA Kecamatan Banggai Timur

Kantor Urusan Agama Kecamatan Banggai Timur mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kantor Kementerian Agama di wilayah Kecamatan berdasarkan kebijakan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Majene dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun tugas-tugasnya meliputi :

a) Melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten di bidang urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan.

b) Membantu Pelaksanaan tugas Pemerintah di tingkat Kecamatan dalam bidang keagamaan.

c) Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas Kantor Urusan Agama Kecamatan.

d) Melaksanakan tugas koordinasi Penilik Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dan koordinasi/kerjasama dengan Instansi lain yang erat hubungannya dengan pelaksanaan tugas KUA Kecamatan.

e) Selaku PPAIW (Pegawai Pencatat Akta Ikrar Wakaf). Melalui KMA Nomor 18 tahun 1975 juncto KMA Nomor 517 tahun 2001 dan PP Nomor 6 tahun 1988 tentang penataan organisasi KUA Kecamatan secara tegas dan lugas telah mencantumkan tugas KUA, yaitu:

1) Melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota di bidang urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan. Dalam hal ini KUA menyelenggarakan kegiatan dokumentasi dan statistik (doktik), surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan dan rumah tangga;

2) Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dan melaksanakan kegiatan sektoral maupun lintas sektoral di wilayah kecamatan. Untuk itu, KUA melaksanakan pencatatan pernikahan, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukandan pengembangan keluarga sakinah.55

3. Metode Dakwah KUA

Metode Dakwah KUA merupakan sebuah upaya sosialisasi penerapan nilai-nilai islam di lingkungkan masyarakat yang memadukan beragama cara dengan tujuan agar penyampai dan penerapan nila-nilai Islam dapat dipelajari dan diserap oleh masyarakat tersebut. Menurut Samsul Munir Amin dalam bukunya beliau menjelaskan bahwa penyuluhan berdasarkan sarana melalui beberapa metode di antaranya:56

55

Depag RI, Tugas-Tugas Pejabat Pencatat Nikah, Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI ( Jakarta, 2004), h. 25

56

Samsul Munir Amir, Rekontruksi Pemikiiran Dakwah Islam (Jakarta: Amzah, 2008), h. 11.

a. Da’wah bil lisan

Dakwah bil lisan, yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan,

yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain. Metode ceramah ini sudah sering dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah masyarakat, baik ceramah majelis taklim, khutbah jum‟at di masjid-masjid atau pengajian-pengajian. Dalam perkembangan berikutnya da‟wah bil lisan dapat menggunakan teori komunikasi modern dengan mengembangkan melalui publikasi penyiaran (broadcasting publication) antara lain melalui radio penyiaran dan lain-lain.

b. Da’wah bil hal

Da‟wah bil hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata dimana aktivitas dakwah dilakukan dengan malalui keteladanan dan tindakan amal karya nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya bisa dirasakan secara konkret oleh masyarakat sebagai objek dakwah. Da‟wah bil hal dilakukan oleh Rasulullah, terbukti bahwa ketika pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan Nabi adalah membangun Masjid Quba, mempersatukan kaum Ansar dan Muhajirin. Kedua hal ini adalah dakwah nyata yang dilakukan oleh Nabi yang bisa dikatakan sebagai da‟wah bil hal. Dakwah bil hal ini bisa dilakukan dengan karya nyata sebagai solusi kebutuhan masyarakat banyak, misalnya membangun sekolah-sekolah Islam, perguruan-perguruan tinggi Islam, membangun pesantren, membangun rumahrumah sakit, membangun poliklinik, dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lainya.

c. Da’wah bi qalam

Da’wah bil qalam, yaitu melalui tulisan yang dilakukan dengan

keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku, maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh da‟wah bil qalam ini lebih luas daripada melalui media lisan, demikian pula metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan di mana saja mad‟u atau objek dakwah dapat menikmati sajian da‟wah bil qalam. Dalam da‟wah bil qalam ini diperlukan kepandaian khusus dalam hal menulis, yang kemudian disebarkan luaskan melalui media cetak (printes publications). Bentuk da‟wah bil qalam antara lain dapat berbentuk artikel, pendidikan agama, tanya jawab hukum islam, rubrik dakwah, rubrik pendidikan agama, kolom keislaman, cerita religius, cerpen religius, puisi keagamaan, buku-buku dan lain-lain. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian penyuluhan memiliki beberapa metode, yaitu:

1) Da’wah bil lisan, yaitu yang dilakukan melalui lisan, yang

disampaikan melalui ceramah-ceramah, khutbah ,diskusi, nasihat dan lain-lain.

2) Da’wah bil hal, yaitu disebut dengan dakwah perbuatan nyata

yang dilakukan melalui keteladana. Misalnya membangun masjid, pesantren, sekolah-sekolah Islam.

3) Da’wah bil qalam, yaitu melalui tulisan, yang dilakukan

Adapun metode pemberian pemahaman belajar Al-Qur‟an yang dikutip oleh Abd. Wahid dalam bukunya konsep Dakwah dalam Al-Qur‟an dan sunnah melalui beberapa metode yaitu.57

a) Metode al-hikmah

Menurut Muhammad Husain Fadhullah, hikmah merupakan suatu terma tentang karakteristik metode penyuluh. Surat al-Nahl ayat 125 mengisyarat pentingnya hikmah untuk menjadi sifat dari metode penyuluh, bahkan betapa perlunya penyuluh mengikuti langkah-langkah yang mengandung hikmah. Ungkapan ayat tersebut seakan-akan berusaha menunjukkan metode penyuluh praktis kepada para penyuluh yang bermaksud menunjukkan kepada masyarakat jalan benar yang harus mereka ikuti, serta mengajak sebanyak mungkin manusia untuk meneliti dan mengikuti petunjuk agama sekaligus akidah yang benar. Ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa mengajak manusia kepada hakikat yang murni dengan apa adanya tidak mungkin dilakukan tanpa melalui pendahuluan dan pancingan, atau tanpa memperhatikan situasi dan kondisi. Lebih jauh Husein menambahkan: “Maka hikmah adalah berjalan pada metode realistis (praktis) memperhatikan realitas yang terjadi diluar, baik pada tingkat intelektual, pemikiran, psikologis, maupun sosial.”

57

Abd. Wahid, Konsep Dakwah dalam Al-Qur’an dan Sunnah, Editor: Nurchalis,

Sedangkan Abd Wahid sebagaimana dikutip oleh Hamka menafsirkan lafaz al-hikmah sebagai suatu kebijaksanaan yang di dalamnya terkandung atau dibarengi dengan akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih menarik perhatian orang ke jalan agama. Dengan kata lain al-hikmah mengandung makna bahwa dalam melakukan penyuluh tidak mengenal kekerasan, intimidasi terhadap sasaran penyuluh. Dengan metode al-Hikmah diharapkan akan terkutuk pintu hati masyarakat. Lebih jauh Hamka menjelaskan “Kata Hikmat itu kadang-kadang diartikan dengan orang filsafat. Padahal dia adalah inti yang lebih halus dari filsafat. Filsafat hanya lebih dipahami oleh orang orang yang telah terlatih pikirannya dan tinggi pendapat logikanya. Tetapi hikmah dapat menarik orang yang belum maju kecerdasannya dan bahkan diharapkan tidak di bantah oleh orang yang ebih pintar. Kebijaksanaan itu bukan saja dengan ucapan mulut, melainkan termasuk juga dengan tindakan dan sikap hidup. Kadangkadang lebih ber-hikmah “diam” daripada “berbicara”.58

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa hikmah bukan berarti melakukan sesuatu tindakan yang nyata dalam konteks yang tidak diperlukan. Akan tetapi melakukan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan kita. Oleh sebab itu hikmah dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang tepat pada saat tindakan tersebut dibutuhkan. Tetapi pada saat yang lain hikmah dapat berupa tindakan pasif atau berdiam diri,

58

pada saat yang menuntut agar seorang menentukan sikap diam. Itulah yang disebut dengan kebijaksanaan dalam arti yang fleksibel dan universal.

b) Metode Al-Maw’izah Al-Hasanah

Metode al-Maw’izah al-Hasanah sering diartikan dengan nasihat

atau pelajaran yang baik. Metode ini juga identik dengan ajakan dengan cara-cara yang memberikan kesan yang baik bagi masyarakat. Dengan kata lain metode ini lebih nyata dibanding metode hikmah, karena metode ini mengacu kepada penunjukkan cara yang nyata. Sedangkan hikmah dapat bermakna macam-macam sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi. Sebagian ahli tafsir mengatakan, “Sesungguhnya al-maw’izah

al-hasanah (pelajaran atau nasihat yang baik) ialah berpaling dari yang

jelek atau perbuatan buruk melalui anjuran (targhib) dan kekhusyukan.” Penafsiran lainnya menegaskan bahwa metode ini merupakan cara penyuluh yang paling di senangi; mendekatkan manusia kepadanya dan tidak menjerakan serta memudahkan dan tidak menyulitkan.

Sedangkan Hamka cendurung mengartikan terma al- maw’izah al-hasanah dengan pengajaran atau pesan-pesan yang baik, yang

disampaikan sebagai nasihat. Dalam hal ini, Hamka juga menekankan pada pendidikan dan tuntunan orang tua terhadap anak-anaknya yang dilakukan sejak dini. Dalam metode ini juga termasuk di dalamnya pengalaman atau pelaksanaan amalan agama yang dilakukan di hadapan anak-anak agar menjadi kebiasaan yang baik. Dengan demikian metode

al-mau’zah al-hasanah dapat dipahami sebagai suatu metode yang jauh

dari kekerasan atau cara-cara yang dapat membawa masyarakat menghindari dari suruan penyuluh. Dengan kata lain metode ini merupakan pelaksanaan penyuluh yang dilakukan melalui dari hati ke hati ini cendurung dapat memberi kesan yang lansung menyentuh perasaan masyarakat. Karena mereka di bina dengan cari yang baik dan sehat.

c) Metode Jadilhum billati hiya ahsan

Metode Jadilhum billati hiya ahsan suatu metode berdebat dengan cara yang baik. Metode ini lebih sesuai digunakan bagi mereka yang cendurung sulit menerima pengajaran (nasihat). Dari ketiga metode di atas dapat disimpulkan bahwa para penyuluh harus bijaksana dalam menerapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Metode pertama (al-hikmah) merupakan metode yang bermakna umum, dalam arti dapat diterjemahkan dalam berbagai makna, menurut tempat, waktu dan kasus yang di hadapi. Yang kedua metode al mau’izah al hasanah cendurung digunakan dalam menghadapi kalangan umat Islam

sendiri atau orang yang telah beriman, dan khususnya lagi orang-orang yang telah menjadi bahagian dari penyuluh itu sendiri. Sedangkan metode ketiga yaitu perdebatan yang baik (billati hiya ahsan) cendurung dipergunakan untuk kalangan yang menentang atau perlu adanya perdebatan yang rasional. Metode ketiga ini merupakan upaya memperluaskan wawasan para penyuluh untuk menghadapi mereka yang

menentang syari‟at islam yang sebarkan. 59

Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur‟an Surat An-Nahal, 16:125;















































Terjemahnya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunju.60

Metode pemberian pemahaman beribadah juga bisa dilakukan beberapa pendekatan sebagaimana yang disebutkan oleh Abd. Wahid dalam bukunya Konsep Dakwah dalam Al-Qur‟an dan Sunnah, yaitu:61

1. Pendekatan Ta’lim dan Tarbiyah

Ta’lim dapat diartikan memberikan informasi tentang sesuatu hal.

Dengan kata lain ta’lim adalah suatu proses mentransfer suatu ilmu yang

dapat bermanfaat dari suatu pihak ke pihak yang lain. Penggunaan ta’lim

dapat dikatakan pendekatan yang paling utama digunakan Al-Qur‟an karena permulaan diturunkannya Al-Qur‟an berisikan suatu pelajaran

59

Ibid), h 32. 60

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012

61

tentang pentingnya mengetahui ilmu yang didasari pelajaran terhadap Nabi untuk membaca. Mengenai hubungan penyuluh (dakwah) dan tarbiyah, sebagaimana Abd Wahid menyatakan dalam bukunyanya:

Berbicara tentang pendidikan dalam kedudukannya sebagai pengetahuan yang berdiri sendiri biasanya tidak dimasukkan dalam kategori publisistik atau persuasi. Ia mempunyai kedudukan tersendiri yang berbeda dengan publisistik dan propaganda, akan tetapi dapat dipandang sebagai metode penyuluh jangka panjang. Kita maklum bahwa penyuluh meliputi segala pendidikan untuk meluruskan segala pendidikan memegang peranan penting di dalam proses perkembangan, maka penyuluh dapat menggunakan proses pendidikan ini sebagai medianya.62

Secara umum Al-Qur‟an berisikan pengajaran dengan berbagai bentuknya, pengajaran ini dimaksudkan untuk memberikan pengajaran Al-Qur‟an masyarakat kepada jalan yang benar. Materi yang diajarakan kepada masyarakat tidak terbatas pada satu bidang saja, tetapi mencakup semua aspek. Informasi atau ilmu pengetahuan yang diberikan Al-Qur‟an kepada manusia bukan sekedar informasi yang menjadikan penyuluh membanggakan diri dengan memperoleh berbagai ilmu dari Al-Qur‟an tersebut. Tetapi yang tujuan pokoknya adalah bagaimana mengajak masyarakat untuk berfikir dan merenung berbagai macam hal dan pada tahap akhirnya masyarakat menyadari betapa luas kekuasaan Allah, dan sebenarnya.

62

2. Pendekatan Tazkir dan Tanbih

Sebagaimana kelanjutan dari pendekatan yang telah dijelaskan, Al-Qur‟an juga menggunakan pendekatan tazkir dan tanbih. Adapun yang dimaksud dengan tazkir dan tanbih adalah mengingatkan dan menyegarakan kembali. Pengingatan dan penyegaraan kembali hanya berguna bagi orang-orang yang telah beriman, artinya orang-orang yang telah beriman, artinya orang-orang yang telah mendapatkan pengajaran dan pendidikan keimanan tidak akan berguna sama sekali bagi mereka yang belum menerima pengajaran dan pendidikan tersebut. Usaha mengingatkan kembali atau penyegaraan terhadap hal-hal yang bisa jadi akan dilupakan, baik berupa pengetahuan yang telah diberikan, maupun peringatan terhadap suatu kewajiban, adalah tugas para rasul, termasuk pada penyuluh agama sebagai ahli waris para rasul. Dalam hal ini juga, Al-Qur‟an kembali mengingatkan agar para penyuluh agama tidak memaksakan kehendaknya dalam hal keimanan masyarakat:63 seoerti disebutkan dalam Surat Al-Ghasyiah, 88:21-22;



















Terjemahnya:

Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalahorang yang memberi peringatan. kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.64

63

Abd. Wahid, op. cit., h. 50

64

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012

Tugas para penyuluh dalam kebanyakan waktu, yaitu mengingatkan para masyarakat, karena hal itu sangat berguna bagi semua manusia, karena kelupaan selalu mengenai pikiran manusia, dan menggoyahkan perjalanan hidup mereka, tanpa ada bimbingan dan tidak diketahui kemana tujuan yang kan dituju. Tazkir dan Tanbih berfungsi untuk melestarikan pengetahuan tentang sesuatu, terutama sekali pengetahuan yang dapat membangkitkan keimanan manusia. Semakin sering mendapat peringatan tentu saja semakin kokoh keimanan seseorang.

3. Pendekatan Qashash

Pendekatan Qashash merupakan bentuk palaksanaan penyuluhan (da’wah) melalui suatu cerita atau riwayat yang pernah terjadi di masa

lalu. Hal ini di maksudkan agar dapat menjadi bahan pertimbangan bagi mereka yang hidup di masa setelah terjadinya peristiwa tersebut. Dalam dimensi penyuluhan hal ini merupakan salah satu pendekatan yang kadang kala berhasil digunakan dalam komunitas tertentu. Di dalam cerita atau riwayat-riwayat tersebut tidak saja digambarkan cerita tentang suatu komunitas yang pernah berjaya, tetapi juga sebaliknya digambarkan dengan ketidak-beruntungan orang-orang yang melawan penyuluhan (da’wah). Kisah-kisah yang menggambarkan kehidupan yang baik, banyak

4. Pendekatan Amr dan Nahy

Pendekatan Amr dan Nahy adalah pendekatan yang langsung memerintahkan atau melarang terhadap suatu permasalahan. Pendekatan ini digunakan setelah pendekatan-pendekatan yang lebih lunak lainnya tidak mampu mendorong suatu komunitas untuk berbuat kebaikan.65 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan metode pemberian penyuluhan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dapat di simpulkan sebagai berikut:

a. Pendekatan Ta’lim dan Tarbiyah, yaitu memberikan informasi

tentang,suatu proses mentranfer ilmu yang bermanfaat kepada orang lain.

b. Pendekatan Tazkir dan Tambih, yaitu mengingatkan kembali Pengajaran dan pendidkikan hal-hal kewajiban yang mungkin sudah dilupakan, baik berupa pengetahuan yang telah diberikan.

c. Pendekatan Qashash, yaitu suatu cara melalui cerita atau riwayat yang pernah terjadi di masa lalu bisa dijadikan sebagai pelajaran dimasa yang akan datang.

d. Pendekatan Amr dan Nahy, yaitu suatu cara memerintahkan atau melarang manusia untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak baik.

65

Dokumen terkait