• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE DAKWAH PENYULUH AGAMA ISLAM KUA DALAM PENERAPAN NILA-NILAI ISLAM DI KELURAHAN LABUANG UTARA KECAMATAN BANGGAE TIMUR KABUPATEN MAJENE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE DAKWAH PENYULUH AGAMA ISLAM KUA DALAM PENERAPAN NILA-NILAI ISLAM DI KELURAHAN LABUANG UTARA KECAMATAN BANGGAE TIMUR KABUPATEN MAJENE"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh HUSNA

NIM : 105270012715

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)

vi

ABSTRAK

HUSNA. 105 270 0127 15. 2020. Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam KUA Dalam Penerapan Nilai-Nilai Islam di Kelurahan Labuang Utara Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene. Dibimbing oleh Zakaria Al-Anzori dan.Wiwik Laela Mukromin.

Penelitian ini bertujuan (a). Untuk mengetahui perkembangan dakwah dan penerapan nilai-nilai ke-Islaman dalam kehidupan Kaum Muslimin di Labuang Utara. (b). Untuk mengetahui pentingnya metode dakwah dan syari’at Islam dalam kehidupan Kaum Muslimin khususnya di Labuang Utara, serta mencari solusi atas problem-problem yang menghambat.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan cara pengumpulan data melalui; observasi, wawancara dan dokumentasi.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Majene yang berlangsung selama 3 bulan, mulai dari Desember sampai Februari 2019. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui Observasi kemudian wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode penerapan nilai-nilai Islam yang dilakukan oleh Penyuluh Agama Islam KUA Banggae Timur, sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan tuntunan Agama Islam. Yaitu dengan menggunakan metode dakwah (1). Hikmah, (2). Al-Mauidzotul Hasanah dan (3). Al-Mujadalah. Ketiga metode dakwah tersebut merupakan syari’at Islam dan sekaligus sebuah anjuran yang sangat rasional dan baik serta dapat dijadikan metode untuk berdakwah bagi kaum Muslimin. Namun tidak menutup kemungkinan akan terjadinya hambatan dalam upaya penerapan nilai-nilai Islam dengan metode yang telah mereka implementasikan.

Kata Kunci: Metode Dakwah, Penyuluh Agama Islam, Penerapan Nilai-Nila Islam KUA Banggae Timur

(6)

vii

Alhamdulillah segala Puji dan rasa syukur kita panjatkan kepada Allah S.W.T yang senantiasa menganugerahkan limpahan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga sampai saat ini kita masih dapat melaksanakan aktivitas harian dan ibadah guna mendekatkan diri kepada-Nya. Semoga limpahan anugerah nikmat ini dapat kita maksimalkan dengan baik untuk meningkatkan pengabdian dan keimanan kepada-Nya. Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah berjuang untuk menyampaikan risalah Ilahi ke penjuru dunia hingga sampai di negeri kita yang tercinta ini.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, penulis menyadari dalam menempuh dan menyelesaikan skripsi ini banyak tantangan dan rintangan, namun berkat pertolongan Allah S.W.T dan bantuan dari dosen pembimbing, dosen-dosen pengajar lainya, serta dukungan dari teman-teman dan keluarga yang terus menyemangati hingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “ METODE DAKWAH PENYULUH AGAMA ISLAM KUA DALAM PENERAPAN NILA-NILAI ISLAM DI KELURAHAN LABUANG UTARA KECAMATAN BANGGAE TIMUR KABUPATEN MAJENE”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak terimakasi kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Serta Segenap Pembantu Rektor I, II, III, IV Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Drs H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. (HC) M.M Thayyib Khoory selaku Founder dan Donatur Asia Muslim Charity Foundation (AMCF)

(7)

viii

Sebagai Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar, dan sekaligus sebagai pembimbing yang telah mengajarkan serta membimbing saya dalam penulisan hingga penyusunan skripsi ini. 6. Dosen-dosen Penguji dan seluruh dosen Jurusan Komunikasi Dan

Penyiaran Islam yang telah mengajarkan ilmunya

7. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa memotivasi saya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak, Ibu dan adik-adik yang senantiasa mendo’akan dan membantu saya hingga dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, serta suami yang telah membantu, memotivasi saya dalam penulisan skripsi ini hingga pada tahap ini.

Semoga Allah S.W.T senatiasa memberikan kemudahan serta rahmat-Nya di dunia dan di akherat kelak kepada anda sekalian yang telah membantu dan mengajarkan saya. Aamiin

06 Rabiul Awal 1442 H Makassar, 20 Oktober 2020 M Penulis Husna NIM: 105270012715

(8)

ix

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….... 1 B. Rumusan Masalah ……….…… 9 C. Tujuan Penelitian ………... 10 D. Manfaat Penelitian ………..… 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Dakwah Islamiyyah 1. Definisi Metode Dakwah ………..….. 12

2. Definisi Dakwah ………... 12

3. Defiisi Ilmu Dakwah ……….... 26

B. Penyuluh Agama Islam KUA 1. Pengertian Penyuluh Agama Islam KUA ………... 30

2. Tugas Penyuluh Agama Islam KUA ………. 35

3. Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam KUA ………….. 36

C. Penerapan Nilai-Nilai Islam 1. Nilai Aqidah ………... 49

2. Nilai Syari’at ……… 52

3. Nilai Akhlak ……….………... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………..….. 61 B. Pendekatan Penelitian ………..………….. 61 C. Lokasi Penelitian ……….. 62 D. Fokus Penelitian ……….. 62 E. Deskripsi Fokus ……… 62 F. Sumber Data ………. 63

(9)

x

B. Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam KUA Labuang

Utara ……… 80

C. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Program Dakwah Penyuluh Agama Islam KUA Labuang Utara …….. 83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……… 88

B. Saran ……….. 89

DAFTAR PUSTAKA ………... 90

LAMPIRAN ……….. 94

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan risalah terakhir yang dititipkan kepada Nabi Muhammad S.A.W diperantarai oleh Malaikat Jibril As dengan tujuan untuk menyempurnakan risalah sebelumnya dan dapat membimibng manusia ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Risalah “Islam” kian hari semakin pesat perkembanganya, bahkan Islam di era sekarang bukan hal yang asing lagi, baik nama maupun ajaranya. Hal ini menandakan bahwa Islam merupakan Agama yang benar dan tetap jaya, meskipun dihina, dimusuhi dan harus melewati ribuan rintangan lainya. Gambaran ini juga memperlihatkan bagaimana fase-fase perkembangan Islam yang terus meningkat dari masa ke-masa.

Pada zaman Nabi Islam sangat dimusuhi dan bahkan nyawa yang harus dipertaruhkan. Orang-orang yang memusuhi Beliau tidak lain keluarga Beliau sendiri beserta pemuka Quraiys. Hal ini dikarenakan kehadiran Islam pada masa itu belum dapat mereka terima sebagai panutan hidup, sebab mereka berpendapat bahwa apa yang Beliau sampaikan itu adalah sihir dan dapat menghapuskan ajaran nenek moyang yang telah mendara daging. Sikap sombong dan enggan agar dapat menerima Risalah tersebut membuat mereka tetap berada dalam paradigma kesesatan dan kegelapan yang nyata.

(11)

Pada masa kini, Islam sudah tersebar luas di seluruh penjuru dunia dan kian hari penganutnya semakin bertambah. Islam sebagai agama yag terakhir bukanlah buatan manusia, akan tetapi merupakan agama dari Allah S.W.T. Oleh sebab itu, siapa saja yang tidak percaya dan mencari ajaran selain Islam maka tidak diterima apa yang diperbuatnya dan dia tergolong orang-orang yang merugi pada hari kemudian. Hal ini dikuatkan dengan firman Allah S.W.T, dalam Al-Qur‟an Surat al-Imran, 3: 85;









Terjemahnya:

Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.1

Ayat di atas memberikan sebuah informasi yang bersifat ancaman kepada manusia manakala mereka memilih agama selain Islam. Bahkan ditegaskan juga bahwa apa yang mereka percayai “selain Islam” itu tidak akan diterima, walaupun upaya “amalan” yang mereka lakukan itu terus-menerus. Sebaliknya, jika seseorang memeluk dan menunaikan apa yang diperintahkan dalam agama Islam yang sesuai dengan syari‟at, maka apa yang dikerjakan akan diberi ganjaran di Akhirat kelak.

1

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

(12)

Pada ayat di atas terdapat pula kata Al-Din. Menurut, Dr. Taufik al-Wa‟iy, “Al-din merupakan sebuah ketaatan kepada Allah, Rasul dan Kitab-kitab-Nya.2 Jadi, ketaatan yang utuh. Ialah orang yang beragama “Islam” harus kokoh aqidahnya dan taat kepada Allah serta tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. Beliau Dr. Taufik al-Wa‟iy, menegaskan pula bahwa “agama “Islam” itu selalu tunduk pada aqidah.”3

Aqidah yang dimaksudkan ialah yang benar dan tidak menyeleweng dari ajaran Al-Qur‟an dan Sunnah. Maka disinilah, kita bisa membuktikan bahwa ajaran Islam, memang benar-benar ajaran yang murni dan bukan seperti apa yang mereka tuduhkan. Hal senada juga beliau “Dr. Taufik al-Wa‟iy” mengutip pendapat Immanuel Kant terkait dengan arti Agama, dalam bukunya “Agama dan batasan Rasio” bahwa, “agama adalah merasakan kewajiban yang datang dari perintah Tuhan. Oleh karenanya manusia harus menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Ajaran islam bukan hal yang tabuh lagi di jaman sekarang, kita dapat mendengar dan membaca melalui buku-buku, media masa “televisi-surat kabar” seminar ke-ilmuan dan sebagainya. Namun perkembangan yang begitu pesat tidak terlalu diperdulikan penganutnya sendiri. Bahkan ada beberapa kalangan yang berkonspiras untuk menghapus nilai-nilai dan ajaran Islam yang murni. Padahal sikap ini juga secara tidak langsung

2Taufik al-Wa‟iy, Dakwah Ilallah, terj.(Kairo: Daeul Yaqin, 2010), h. 26. 2

(13)

memberikan ruang gerak kepada Kaum “Kafir” untuk melakukan kekerasan dan menindas Kaum Muslimin.

Kaum Kafir memanfaatkan momentum ini dengan menebarkan asumsi-asumsi bahwa “Islam” sebagai Agama terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, merupakan agama buatanya yang menyeleweng dan jauh dari kasih sayang, sehingga sebagian Kaum Muslimin terperdaya dengan hasutan provokatif ini. Padahal sudah sangat jelas, tujuan agama Islam ialah menyebarkan kasih-sayang di alam ini dan bukan saja kepada kaum Muslimin, akan tetapi untuk seluruh makhluk yang ada di penjuru Alam. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an Surat al-Anbiya, 21:107;











Terjemahnya:

Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.4

Jika kita lihat pesan yang disampaikan pada ayat di atas, kemudian di korelasikan dengan tuduhan serta kecaman mereka terhadap Islam, maka tuduhan tersebut sudah terjawab. Sebab dalam pesan tersebut Allah menegaskan kepada utusan-Nya “ Nabi Muhammad” bahwa yang diturunkan kepadanya merupakan sebuah ajaran yang penuh dengan kasih-sayang dan bersifat universal.

4

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

(14)

Kini kita dapat menyaksikan bagaimana potret kaum Muslimin yang terpengaruh dan terbelakang setelah tersihir dengan hasutan konspiratif dan provokatif ini, sehingga generasi akan datang-pun mengalami hal yang serupa. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian orangtua kepada anaknya untuk mempelajari ajaran agama Islam dengan baik dan benar. Padahal betapa pentingnya pemahaman ilmu agama dan Tauhid yang baik dan benar sesuai dengan risalah Nabi Muhammad S.A.W bagi anak-anak mereka di masa mendatang yang dapat menjauhkan mereka dari pemikiran-pemikiran sesat dan terbelakang. Hal senada juga disebutkan Haris Firdaus, dalam bukunya “Generasi Muda Islam di ambang kehancuran,” menurut beliau bahwa potret global kehancuran dan kemunduran generasi muda Islam dipengaruhi oleh bebrapa faktor:

Pertama, ciri masyarakat yang ditandai dengan, semakin lebar dan intensifnya komunikasi, baik yang bersifat interaktif ataupun media massa.

Kedua, ciri masyarakat informasi ditandai dengan bangkitnya kelas baru, yang disebut Alfin Toflfler (1986) sebagai kelompok kognitariat.5 Ketiga, masyarakat informasi ditandai juga dengan makin membengkaknya para pekerja Industri informasi, ketimbang pekerjaan-pekerjaan lainya, seperti industri berat dan birokrasi. Keempat, akibat dari tumbuh dan intensitas komunikasi secara global, menimbulkan semangat komersialisme dan konsumerisme pada perilaku masyarakat. Kelima, implikasi dari

5

Haris Firdaus, Generasi Muda Islam: di ambang kehancuran dan upaya mengantisipasinya (Bandung: Mujahid, 2012), h. 12.

(15)

komersialisasi dan konsumerisme, membuat pandangan orang semakin dangkal dalam memandang agama, cara hidup dan kehidupan.6

Dari beberapa problem di atas, dapat kita ambil dan menjadikanya pelajaran berharga dalam membangun, mengajarkan, membina dan membenahi Ummat Islam. Karena dengan mempelajari faktor-faktor di atas maka Ummat Islam dapat dijauhkan dari segala ancaman yang membahayakan kita sekarang dan generasi berikutnya. Di sisi lain Ummat Islam harus bangkit dari ratapan kesedihan yang berlarut-larut yang berakhir pada pesimistis. Menurut, Dr, K.H. Tarmidzi Taher, dalam proses pembenahan diri “kita tidak boleh meratapi diri, sehingga kita tidak kreatif.”7

Artinya bahwa kaum Muslimin tidak seharusnya meratapi diri atas apa yang terjadi. Namun semangat, bangkit dan mewujudkan tujuan Islam yang mulia. Dalam proses kebangkitan berdakwah, sangat dibutuhkan sikap yang mudah berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat serta mengetahui aspek-aspek yang menjadi problem masyarakat sehingga mereka dapat menerima kita dengan baik. Oleh sebab itu kita juga harus memperhatikan beberapa hal penting menurut Syaikh Mushthafa Masyhur, diantaranya:

Pertama, tahapan penerangan “taarif” atau propaganda,

memperkenalkan, menggambarkan dan menyampaikan ide kepada khalayak, kepada seluruh lapisan masyarakat. Kedua, tahapan

6

Ibid, h. 13. 7

Tarmizi Taher, Menjadi Muslim Moderat: Beragama di Tengah Peradaban Global (Jakarta: Hikmah, 2004), h. 7.

(16)

pembentukan dan pemibnaan para mujahid yang dipilih kemudian dilatih.

Ketiga, tahapan pelaksanaa atau beramal dan bergerak untuk mencapai tujuan.8 Jika ketiga aspek ini, dilakukan secara berkesinambungan dan

istiqomah, maka tujuan dakwah pasti akan diperoleh.

Adapun di Negeri ini “Indonesia,” proses berdakwah dan penerapan nila-nilai Islam yang dilakukan berbagai lembaga Islam tentu sangat membantu masyarakat khususnya Kaum Muslimin dalam memperoleh berbagai Ilmu ke-Islaman yang bermanfaat bagi diri pribadi, keluarga dan Negaranya. Oleh karenan itu, Pemerintah dalam hal ini menunjuk Kementerian Agama sebagai lembaga Negara yang memiliki otoritas agar dapat merealisasikan program keagamaan yang bermanfaat bagi Kaum Muslimin dan dapat merangkul semua kalangan Ummat beragama. Sebagai bentuk realisasi program tersebut, Kementerian Agama melalui Lembaga KUA dengan program Penyuluh Agama Islam yang berada di setiap Kecamatan dimaksudkan dapat membantu syi‟ar dan penerapan nilai-nilai Islam di seluruh pelosok. Meskipun, beberapa tahun terakhir ini kita sering menemukan dan mendengar informasi persekusi yang dilakukan kepada para pemuka agama, yang pastinya dapat mengganggu keharmonisan antarumat beragama. Di sisi lain Penyuluh Agama Islam diharapkan agar dapat menjelaskan kepada kaum Muslimin bahaya provokasi, persekusi dan pentingnya menjaga harmonisasi sosial, sebab manusia merupakan makhluk sosial. Dr. Elly M. Setiadi dalam bukunya

8

Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqih Dakwah, terj. (Jakarta: Al-I‟itishom Cahaya Ummat, 2000), h. 13.

(17)

“Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,” bahwa manusia dikatakan makhluk sosial, dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan “interaksi” dan kebutuhan sosial “social need‟ untuk hidup berkelompok dengan orang lain.9

Seiring dengan provokasi, persekusi bahkan penganiyayan terhadap pemuka Agama yang berujung pada kematian, maka KUA melalui Penyuluh Agama Islam dapat menginisiasi, dialog antarummat beragama agar kondusivitas tetap terjaga serta tidak menghalangi kegiatan masing-masing dalam syi‟ar agama. Sebab bila tidak ada harmonisasi dalam kehidupan sosial, yang terjadi adalah pertikaian dan perpecahan. Menurut Sultan Hamengku Buwono X “Dengan menyadari keragaman masyarakat, bukan saja dialog antarummat beragama yang diperlukan, melainkan juga dialog sesama pemeluk agama.”10

Sehingga dari hasil dialog tersebut dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan baru, sebagai salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Dari fenomena gejala sosial “persekusi, kezhaliman, penganiyayaan” terhadap pemuka antarummat beragama khususnya Kaum Muslimin di Indonesia dalam melakuan aktivitas ke-agamaan “berdakwah dan penerapan nilai-nilai Islam,” memerlukan satu system

9

Elly M. Setiada et al, ed., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, ( Jakarta: Kencana, 2006), h. 67.

10

Sultan Hamengku Buwono X, Merajut Kembali Keindonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 37.

(18)

yang ketat dalam melindungi dan menjamin hak menyampaikan kebenaran. Maka dari itu KUA dengan program Penyuluh Agama Islam, bisa Menjadi benteng dan fasilitator yang baik dalam dakwah ini. Hal ini juga membuat penulis terpanggil untuk belajar, menelusuri, memahami , menganalisa dan membantu memberikan solusi-solusi atas apa yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia pada masa kini dan khususnya Kaum Muslimin. Semoga Program Penyuluh Agama Islam dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi seluruh elemen Masyarakat dan khusunya Kaum Muslimin Indonesia di masa kini dan mendatang. Serta selalu muhasabah atas apa yang kita lakukan. Agar manfaat dakwah dan penerapan nila-nilai Islam membuat kita istiqomah dan tetap berpegang teguh pada Al-Qur‟an dan Sunnah sampai kembali kepada Allah.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang ada di atas. Maka, rumusan masalah terkait dengan Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam KUA Dalam Penerapan Nilai-nilai Islam di Kelurahan Labuang Utara Kecamatan Banggae TImur Kabupaten Majene sebagai berikut:

1. Bagaimana metode dakwah Penyuluh Agama KUA Dalam penerapan nilai- nilai Islam di lingkungan masyarakat Labuang Utara?

(19)

2. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat Penyuluh Agama Isllam KUA dalam penerapan nilai-nilai Islama di Labuang Utara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

a. Untuk mengetahui perkembangan dakwah dan penerapan nilai-nilai ke-Islaman dalam kehidupan Kaum

Muslimin di Labuang Utara

b. Untuk mengetahui faktor pentingnya metode dakwah dan syari‟at Islam dalam kehidupan Kaum Muslimin khusunya di Labuang Utara, serta mencari solusi atas problem-problem yang menghambat.

2. Manfaat a. Teoritis

1. Menambah wawasan keilmuan dan giroh berdakwah, kapan dan dimana-pun

2. Dapat dijadikan sebagai sumber Informasi dalam melakukan penelitian terhadap fenomena problem sosial dakwah dan penerapan nilai-nilai Islam

3. Semoga dapat menjadi bagian dari penyumbang ide-ide kemajuan dakwah Islam yang dapat bermanfaat bagi KUA, masyarakat pada umunya dan khususnya saya pribadi.

(20)

b. Praktis

Sebagai salah satu contoh metode dakwah dalam menghadapi goncangan di era moderen, serta bahan muhasabah baik kepada penulis, mahasiswa/i, dan masyarakat pada umumnya serta KUA Labuang Timur.

(21)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Dakwah Islamiyah

1. Definisi Metode Dakwah

Metode merupakan gabungan dari dua kata yaitu “meta” (melalui)

dan “todos” (jalan,cara). Dengan demikian, metode dapat dimaknai

sebagai sebuah cara atau jalan yang dilalui guna memperoleh suatu tujuan. Pada sumber yang lain disebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman “methodicay” yang berarti ajaran tentang metode. Dalam

bahasa Yunani metode berasal dari kata “methodos” artinya jalan yang

dalam bahasa Arab disebut “thariq”. Secara terminology, metode berarti

cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.11 Jadi yang dimaksud dengan metode dakwah ialah cara yang

digunakan untuk mengajak dalam penerapan dan penyiaran ajaran Islam yang tidak bertentangan dengan syar‟at Islam

2. Definisi Dakwah secara bahasa dan istilah a. Dakwah secara bahasa

Istilah dakwah, dapat ditinjau dari dua sudut pandang, secara bahasa dan istilah. Secara bahasa dakwah berasal dari bahasa arab, yang merupakan masdar dari da’a- yad u’ da’watan, secara bahasa kata tersebut memiliki banyak makna, misalnya dalam kamus arab digital

11

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2011), h. 242

(22)

“VerbAce-Pro” diartikan “undangan, panggilan, seruan, dakwah, misi, doa.”12

Kata-kata tersebut masih mengandung makna yang umum, tidak dikhususkan pada Agama tertentu. Kata tersebut juga dapat bermakna pada hal-hal yang baik atau sebaliknya. Menurut Sad „Ali Ibn Muhammad al-Qohthoniy, yang dikutip oleh Dr. M. Tata Taufik dalam bukunya “Dakwah Era digital,” kata tersebut diartikan “menyeru, meminta, menuntun, menggiring, memanggil, mengajak orang lain supaya mengikuti, bergabung, memahami untuk memiliki suatu tindakan dan tujuan yang sama, yang diharapkan oleh penyerunya.”13 Artinya sebuah

ajakan itu harus sudah terencana dengan baik, sehingga hasil maupun tujuan yang akan diperoleh tidak merugikan penyeru atau sebaliknya. Sudah pasti, tujuan dan ajakan tersebut harus menjadi kesepakatan bersama.

Adapun kata tersebut “dakwah” dalam KBI “Kamus Bahasa Indonesia” diartikan sebagai “1 penyiaran, propaganda, 2 penyiaran Agama dan pengembanganya di kalangan masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran Agama.”14

Jika kita perhatikan arti dakwah pada nomor satu, maka kita akan menerjemahkanya sebagai hal yang kurang baik, apalagi kata penyiaran dan propaganda, lebih dikonotasikan pada hal-hal yang negatif, sedangkan makna pada nomor kedua, lebih ditekankan kepada

12

Imdad, Kamus Digital Verbace-Pro 2, Version 2. 43. 2006-2015). 13

M. Tata Taufiq, Dakwah Era Digital (Kuningan: Pustaka Al-Ikhlash,2013), h. 7 14

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa,2008), h. 309.

(23)

pemeluknya agar mempelajari dan mengamalkan ajaran agamanya, sesuai dengan perintah dan tidak menyalahi ajaran tersebut. Agar dapat memberikan contoh kepada pemeluk yang lain, supaya menjadi pemeluk yang taat dalam menjalankan perintah sesuai dengan tuntunan Agama. Menurut Warner J.A. Severin & James W. Tankard. Jr, dalam “Communication, Theories,Origins, Methods, & Uses in the Mass Media”

yang dikutip oleh Dr. M. Tata Taufik dalam bukunya “Dakwah Era Digital.” Bahwasanya perbedaan antara “propaganda dengan dakwah itu terletak pada hasil, propaganda lebih mendahulukan kepentingan “keuntungan” bagi pelakunya tanpa mempedulikan sasaran apakah beruntung atau tidak.”15

Dalam kamus lisanul ‘arab, kata “dakwah” banyak sekali maknanya, hanya saja saya mengambil beberapa bagian yang sekiranya dapat mewakili makna yang tersebut. Namun, sebelum membicarakan hal itu, perlunya kita mengetahui asal kata dari setiap definisi. Jika kita menelusuri kata dakwah dari asal katanya “da’aa-yad’uu-da’watan” maka istilah tersebut dapat diklasifikasikan kedalam beberapa bagian, diantaranya “sebagai pengajakan, baik pada kebaikan atau sebaliknya, bermakna doa, bermakna dakwah untuk mengajak orang lain kepada jalan-Nya.

Pada bagian pertama kata da‟aa yang bermakna sebagai tantangan kepada mereka yang menentang atau tidak mempercayai

15

(24)

bahwa Al-Qur‟an merupakan wahyu dari Allah S W T, yang tidak dapat ditiru oleh manusia, baik satu surat maupun dalam bentuk mushaf. Oleh karenanya Allah menentang mereka yang tidak meyakini akan wahyu-Nya agar mendatngkan satu surah yang semisal “serupa” denganya “Al-Qur‟an.” Sebagaimana firman-Nya dalam Surat al-Baqorah, 2:23;













 Terjemahnya:

Dan jika kamu meragukan (A-Qur‟an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal denganya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.16

Menurut abu Ishaq kata اوعد او di sini bermakna “agar mereka mencari siapa saja dengan ketaatan dan harapan agar dapat memberi bantuan kepada mereka, yaitu dengan mendatangkan satu surat yang serupa denganya “Al-Qur‟an.” Sedangkan menurut al-Farra, kata اوع ادو

diartikan “meminta pertolongan kepada Tuhan-Tuhan mereka selain Allah. Beliau juga meperumpamakan seperti sesorang yang bertemu dengan musuhnya, lalu seketika itu dia langsung meminta bantuan atau

16

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

(25)

pertolongan kepada kaum Muslimin.17 Jadi kata اوعداو diartikan sebagai istigasah kepada kaum Muslimin

Istilah dakwah pada bagian pertama dalam kamus lisanul arab diartikan sebagai ajakan atau permohonan kepada seseorang atau kelompok yang sekiranya memiliki kemampuan agar dapat memberikan pertolongan. Namun, hakikatnya kemampuan tersebut tidak dapat menandingi perintah Allah. Pada bagian kedua, makna dakwah diartikan sebagia doa dalam Surat al-Baqorah, 2:186;















Terjemahnya:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.18

Pada ayat tersebut terdapat kata dakwah yang diartikan sebagai doa. Menurut Abu Ishak, makna do’a tersebut dapat dikategorikan pada tiga aspek, yaitu, “mengesakan dan memujin-Nya, mislanya dalam doa, ya tuhan kami, hanya kepada Engakulah pujian ini. Kemudian ciri yang kedua yaitu, doa untuk meminta ampunan agar dapat dimafkan dari kesalahan.

17Alamah Ibn Manzhur, Mu’jam Lisanul Arab, jilid 1, bab dal (Kairo: Darul Ma‟arif, 1119), h. 1385.

18

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

(26)

Misalnya: ya Tuhan kami ampunilah kami. Adapun ciri yang terakhir atau yang ketiga yaitu: diberi keluasan atas perkara-perkara dunia, misalnya: ya Allah berikanlah harta yang halal dan anak shaleh/ah kepada kami. Mulai dari ciri pertama hingga ciri yang terakhir, semuanya bermakna doa.”19

Adapun arti dari kata dakwah dalam kamus lisanul arab, diartikan sebagai ajakan seseorang kepada temanya atau orang lain, seperti “aku mengajak sesorang.”20

Nah dari ketiga makna tersebut, maka kita dapat mengelompokan kata tersebut, sebagai “doa, ajakan, dan dakwah kepada Islam.

Arti tersebut “dakwah” tidak jauh berbeda dengan pendapat Dr. Taufik al-Wa‟iy, menurut beliau, makna dakwah secara bahasa dapat diartikan sebagai berikut:

1) Nida (panggilan) seseorang memanggil, ketika ia menyuruhnya, Aku memanggil seseorang ketika aku bersuara dan

memintanya datang.

2) Mendorong kepada sesuatu atau mendukungnya

3) Mengajak kepada sesuatu yang ingin diadakan atau dihindarkan, benar atau salah.21 Misalnya ajakan kebatilan

yang dicontohkan dalam kisah Nabi Yusuf As, sebagaimana disebutkan dalam Surat Yusuf, 12:33;

19

Alamah Ibn Manzhur, loc. cit 20

Ibid, h. 1385

(27)

















Terjemahnya:

Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.22

Maksud dari ayat di atas “daripada mengikuti ajakan wanita itu dan jatuh kedalam dosa

4) Upaya melalui perkataan atau perbuatan untuk memengaruhi orang lain agar mengikuti satu mazhab atau agama

5) Memohon dan meminta. Dalam misbah al-munir, aku berdoa kepada Allah, aku menghadapnya, memohon dan meminta,

mengharap kebaikan yang ada di sisi-Nya. Maqayis al-Lughah pada kata da‟a.23

Jadi istilah dakwah secara bahasa dapat diklasifikasikan pada tiga bagian. Pertama, makna dakwah dalam konteks sosial, yang memang tidak mengandung unsur keagamaan, misalnya undangan, propaganda dan ajakan. Kedua, makna dakwah sebagai doa, akan tetapi yang dimaksudkan doa di sini, tidak dikhususkan pada Agama tertentu, akan

22

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

(28)

tetapi berlaku pada semua Agama. Sebab setiap agama memiliki keyakinan yang berbeda-beda. Sedangkan makna yang ketiga ini, kata dakwah yang lebih mengarah pada Agama, dan sudah pasti yang dimaksudkan di sini ialah Islam itu sendiri. Sebab pada bagian ini, tidak saja bermakna, mengajak pada kebaikan, namun perbaikan risalah sebelumnya yang bertujuan untuk mengajak semua Ummat agar memiliki satu keyakinan dan pengabdian.

b. Dakwah secara istilah

Pada bagian awal kita telah mengetahui makna dakwah secara bahasa yang diambil dari kamus dan dan beberapa pendapat para Ulama Islam. Pada bagian yang kedua ini, coba kita bandingkan makna dakwah secara bahasa maupun istilah. Menurut Dr. Taufik al-Wa‟iy, kata dakwah seperti yang telah disebutkan pada pembahasan awal, kata dakwah bermakna upaya lewat perkataan dan perbuatan untuk mengajak serta mengubah manusia untuk berpihak kepada dai. Makna dakwah secara istilah tidak berbeda jauh dengan makna bahasa. Ruang lingkup pemahaman istilah dakwah adalah seputar upaya lewat ucapan dan perbuatan untuk Islam., menerapkan manhaj-Nya, meyakini aqidah-Nya, dan melakukan syariat-Nya.24

Terkait dengan pembahasan tersebut, Muhammad al-Rawi yang dikutip oleh Dr. M. Tata Taufik, dalam bukunya “Dakwah Era Digital,” bahwa dakwah merupakan “pedoman yang lengkap tentang perilaku

24

(29)

manusia serta ketentuan hak dan kewajiban. Sedangkan menurut Muhammad Khadlar Husain, yang dikutip oleh Dr. M. Tata Taufik dalam bukunya, yaitu: menyeru manusia kepada kebaikan dan hidayah serta amar ma‟ruf nahi mungkar untuk mencapai kehidupan yang bahagia Dunia dan Akhirat.25

Jadi pemaknaan dakwah secara istilah merupakan aplikasi dari ajaran-ajaran agama “Islam” dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berupa ucapan terhadap penyaksian kepada Allah, kelompok maupun individual, dan perbuatan yang menjadikan ciri khas Ummat Islam itu sndiri. Misalnya melaksanakan lima rukun Islam dan rukun Iman. Serta tetap komitmen dengan keyakinan “Islam” yang dianutnya. Karena keislamanan yang didasari dengan keimanan, hakikatnya terletak pada seberapa jauh komitmen kita terhadap Islam itu sendiri.

Bila kita coba perhatikan makna dakwah kepada Allah secara istilah, kita akan menemukan beberapa pemahaman yang dikemukakan Ulama terkait kesamaanya, bahwa dakwah yaitu menyeru kepada Agama Allah, mendorong untuk mengikutinya, pemahaman yang dikemukakan selalu mengarah pada kebaikan.

Pertama. Dakwah Islam adalah tunduk dan taat kepada ajaran Allah, tanpa batas atau syarat, pemahaman ini berdasarkan firman Allah:26 dalam Surat al-An‟am, 6:161-162;

25

M. Tata Taufiq, loc. cit. 26Taufik al-Wa‟iy, op. cit., h. 13.

(30)





























Terjemahnya:

Katakanlah: (Muhammad) "Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, Agama yang benar, Agama Ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik.27

Allah pun mengatakan bahwa, tidakkah sesorang beriman kepda Allah dengan Agama ini. Padahal apa yang ada di langit dan di bumi semuanya berserah diri kepada-Ku. sebagaimana firman-Nya pada Surat ali-Imran, 3:83;











Terjemahnya:

Maka mengapa mereka mencari Agama yang lain selain Agama Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi, berserah diri kepada-Nya (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-kepada-Nya mereka dikembalikan.28

27

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

28

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

(31)

Begitu juga firman Allah dalam surat Surah an-Nisa, 4:125;

















Terjemahnya:

Dan siapakah yang lebih baik Agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan dia mengikuti Agama Ibrahim yang lurus? dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya.29

Bahkan Allah memberikan isyarak apakah manusia harus meminta kepada sesuatu yang tidak dapat memberikan manfaat, sebagaimana Allah dalam Surat al-An‟am, 6:71;



















Terjemahnya:

Katakanlah: (Muhammad) "Apakah kita akan memohon kepada sesuatu selain Allah, yang tidak dapat menberi manfaat dan (tidak

29

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

(32)

pula) mendatangkan mudarat kepada kita, dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, setelah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi, dalam keadaan keibngungan. “Kawan-kawanya mengajaknya ke jalan yang lurus (dengan mengatakan),“Ikutilah kami.”Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya), dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.30

Kedua, dakwah Islamiyah adalah agama yang Allah ridhai untuk seluruh alam semesta. Allah wahyukan ajaran-Nya kepada rasul-Nya., dijaga dalam Al-Qur‟an dan dijelaskan dengan Sunnah, pemahaman ini didasarkan pada firman Allah.31 Surat al-Maidah, 5:3;







Terjemahnya:

Pada hari ini telah Aku sempurnakan Agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku, Aku ridai Islam sebagai Agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.32

Jadi, Agama yang sempurna ialah Islam, yang telah mendapatkan keridhan dari Allah. Sebagamana disebutkan dalam Surat Asy-Syura, 42:13;

30

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

31Taufik al-Wa‟iy, op. cit., h. 15 32

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

(33)































Terjemahnya:

Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu Agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan lepada Ibrahim, Musa, dan Isa. Yaitu tegakanlah Agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecahbelah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) Agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada Agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (Agama)-Nya dan orang yang kembali (kepada-Nya).33

Ketiga. Dakwah Islam adalah nidzam” tatanan” umum dan qanun

”undang-undang” yang sempurna. Yang mengatur urusan hidup dan perilaku manusia, yang dibawa oleh Nabi Muhammad dari Robbi-Nya, untuk disampaikan kepada seluruh Ummat manusia, pemahaman ini diambil dari firman Allah.34 dalam Surat an-Nisa, 4:60;

33

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

(34)













Terjemahnya:

Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Tagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk menginkari Tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.35

Keimanan yang dimaksudkan dalam ajaran Islam, bukan pengakuan secara lisan yang tidak sesuai dengan perbuatan. Namun, keduanya harus searah. Allah juga berfirman dalam Surat an-Nisa, 4:65;



















Terjemahnya:

Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa

35

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

(35)

keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima sepenuhnya.36

Dakwah Islamiyah mencakup semua pengertian ini. Dakwah adalah bersera diri kepada perintah Allah dan menaati-Nya dakwah adalah pengamalan ajaran Al-Qur‟an dan as-Sunnah, dakwah adalah tatanan sempurna bagi kehidupan manusia37

Pada langkah selanjutnya pemahaman dakwah ini dirangkum menjadi: menyerukan kepada tauhid ”mengakui keesaan Allah” dan menyatakan kalimat syahadat, menerapkan manhaj Allah di muka Bumi dalam bentuk ucapan dan perbuatan, sebagaimana yang ada dalam Al-Qur‟an dan as-Sunnah, agar semua manusia beragama dan tunduk kepada Allah, ini juga berarti mengajak kaum nonmuslim kepada Islam, mengajak kaum Muslimin mengamalkan, beramal untuk menegakkan syariat dan manhaj-Nya di muka Bumi. Itulah amar ma‟ruf nahi mungkar, agar Ummat manusia merasakan kebahagiaan hari ini dan di akhirat kelak38

a. Definisi Ilmu Dakwah

Ilmu dakwah merupakan dua komponen kata yang saling memiliki keterkaitan, dalam KBI “Kamus Bahasa Indonesia,” kata ilmu diartikan Sebagai “pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.”39

Jadi, dari arti kata tersebut dapat diketahui bahwa ilmu dakwah ialah aplikasi ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak

36

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

37

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

38Taufik al-Wa‟iy, op. cit, h. 17. 39

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa,2008), h. 544.

(36)

merendahkan orang lain. Menurut Dr.Taufik al-Wa‟iy, ilmu dakwah bermakna:

An-Nasyr “menyebarkan” al-balagh “menyampaikan” al-iqna’ menyadarkan” dan al-diayah “propaganda” semua ini telah menjadi ilmu

tersendiri, sejajar dengan ilmu-ilmu lainya. Semua memilki pembahasan, karakteristik dan sasaran tersendiri bersama ilmu-ilmu Islam lainya. Bahkan dakwah telah menjadi ilmu Islam yang paling penting dalam menjaga aqidah Ummat, eksistensinya hari ini dan masa akan datang, melindunginya dari mazhab-mazhab yang menyerang Ummat Islam. Hembusan angin beracun dari musuh-mushu Islam,, perang pemikiran, penjajahan intelektual yang mewabah sekrang ini di tengah masyarakat Islam.40

Ilmu dakwah dalam konteks ini adalah ilmu yang dipergunakan untuk mengetahui metode dan jalan penyadaran, yang mengacu pada firman Allah pada Surat an-Nahl, 16:125;





41







Terjemahnya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih

40Taufik al-Wa‟iy, op. cit., h. 18. 41

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).

(37)

mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.42

Sedangkan menurut Ahmad Ghalways, yang dikutip oleh Dr. M. Tata Taufik dalam bukunya “Dakwah Era Digital,” ilmu dakwah yaitu mempelajari berbagai pembahasan teknis dan seni penyampaian agama Islam kepada Ummat manusia yang mencakup akidah, syariah dan akhlak.43 Sedangkan ilmu dakwah menurut Tim Penyusun Kurikulum

Nasional Dakwah, yang dikutip oleh Dr. M. Tata Taufik. Ilmu dakwah ialah kumpulan pengetahuan yang berasal dari Allah SWT yang dikembangkan oleh Ummat Islam dalam susunan yang sistematis dan terorganisir mengenai manhaj melaksanakan kewajiban dakwah dengan tujuan ikhtiar mewujudkan khairul ummah.”44

Dalam menjalankan aktivitas dakwah, seseorang harus mengikuti jalur yang sudah ditentukan. Agar penyampain dakwah dapat diterima oleh masyarakat luas, maka dia harus memahami kondisi masyarakat. Misalkan dalam ayat di atas disebutkan bahwa, jika engkau ingin mengajak manusia ke jalan Allah, maka harus dengan hal-hal yang baik atau hikmah. Kata hikmah yaitu kita juga coba melihat kondisi dan bagaimaana agar dapat disiasati supaya berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan, lalu berikutnya, memberikan nasehat yang baik, bukan kemudian memetak-metakan orang dengan berbagai

42

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012).845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

43

M. Tata Taufik, op. cit., h. 9. 44

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melakukan konversi dari bilangan biner atau bilangan berbasis selain 10 ke bilangan berbasis 10 (desimal) maka anda tinggal mengalikan setiap digit

Capaian kinerja nyata indikator Nilai Standar Kepatuhan Pelayanan Publik Versi OMBUDSMAN RI adalah sebesar 880 dari target sebesar 840 yang direncanakan dalam Perjanjian Kinerja

Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah normal di dalam otak, khususnya di bagian

menghitung pajak penghasilan terhutang (final) yaitu DPP dikalikan dengan tarif pajak sebesar 10% 7). menyajikan dalam neraca pada kelompok modal sebesar nilai pengurangan

Penelitian menemukan bahwa para penulis cerpen mengungkapkan masalah dalam beberapa gaya bahasa yaitu metofora, alegori, retoris, klimaks, repetisi, paradoks,

Sebagai Penyuluh Agama Islam yang memdapatkan Surat Keputusan (SK) dari Pemerintah (Kementerian Agama), ia mendapat tugas sebagai Penyuluh Agama Islam yang

Oktavia Rini. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene. Dibimbing oleh

Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi pustaka (library research). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, mencari data