• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SLB ABCD AISYIYAH BANGGAE KECAMATAN BANGGAE TIMUR KABUPATEN MAJENE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SLB ABCD AISYIYAH BANGGAE KECAMATAN BANGGAE TIMUR KABUPATEN MAJENE"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

i

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SLB ABCD AISYIYAH BANGGAE

KECAMATAN BANGGAE TIMUR KABUPATEN MAJENE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Oktavia Rini NIM : 105191106117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2021 M

(2)

ii

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SLB ABCD AISYIYAH BANGGAE

KECAMATAN BANGGAE TIMUR KABUPATEN MAJENE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Oktavia Rini NIM : 105191106117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2021 M

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Proposal : “METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SLB ABCD AISYIYAH BANGGAE KECAMATAN BANGGAE TIMUR KABUPATEN MAJENE”

Nama : Oktavia Rini Nim : 105 19 11061 17

Fakultas/Jurusan : Agama Islam/Pendidikan Agama Islam

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka proposal ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan di depan tim penguji ujian skripsi pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 16 Muharram 1443 H 25 Agustus 2021 M

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

V

(6)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Oktavia Rini NIM : 105 19 11061 17

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Agama Islam

Kelas : C

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi ini.

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran

Makassar, 20 Muharram 1443 H 29 Agustus 2021 M

Yang Membuat Pernyataan

Oktavia Rini NIM:105191106117

vi

(7)

vii

ABSTRAK

Oktavia Rini. 105 191 1961 17. 2021. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene. Dibimbing oleh Hj. Sumiati dan Nur‟ani Azis.

Tujuan dari penelitian ini yaitu : Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi anak-anak tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene. Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai metode pembelajaran yang digunakan dalam Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan kepada siswa tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, sumber data dalam penelitian adalah Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Peserta Didik. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman observasi, pedoman dokumentasi dan pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

Hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut : 1) Kondisi akademik anak tunagrahita IQ-nya dibawah rata-rata tidak seperti anak seusianya dan pada saat ini diharuskan melaksanakan pembelajaran di rumah atau secara online yang disebabkan pandemic corona. sedangkan kondisi ketunagrahitaannya siswa memiliki keadaan yang berbeda-beda sesuai klasifikasinya. ada yang kemampuan bicaranya sangat terbatas, tidak bisa mengontrol dirinya sendiri sehingga bergantung pada orang lain, ada juga tingkat emosinya tidak stabil, ada yang bisa dan belum bisa bersosialisasi dengan orang lain. 2) Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan pada anak tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae adalah metode ceramah, menghafal, demonstrasi dan latihan.

3) Adapaun faktor penghambat dan pendukung yaitu faktor penghambat.

pertama) minimnya jumlah guru pendidikan agama islam. kedua) keterbatasan fasilitas dalam menunjang pembelajaran pendidikan agama islam. ketiga) kurangnya dukungan orang tua siswa dan belum antusias memberikan pemahaman tentang agama Islam kepada anaknya yang berkebutuhan khusus sehingga membuat anak kurang paham tentang agama Islam. kemudian faktor pendukung. pertama) guru memiliki kecakapan dalam memahami karakteristik siswa dan kebutuhan siswa serta membuat inovasi sendiri dalam membuat media- media pembelajaran. kedua) memberikan tugas di rumah. ketiga) siswa dekat dengan guru, serta siswa menunjukkan perilaku yang baik ketika di dalam lingkungan sekolah.

Kata Kunci : Metode Pembelajaran, Anak Tunagrahita

vii

(8)

viii

rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai dengan selesainya penulisan Skripsi yang berjudul “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene”.

Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dengan selesainya penulisan Skripsi ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua Ayahanda H. Hasanuddin (rahimahullah) dan Ibunda Hj. Ernawati yang tidak henti-hentinya memberi motivasi, perhatian, kasih sayang , dan doa yang tulus tanpa pamrih. Begitu juga kepada kakak Novita Sari, Amd.Kom dan Muh. Ikhwanto Amir yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat kepada penulis hingga akhir studi ini. Dan kepada seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

(9)

ix

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Karena itu ucapan terima kasih, penghargaan dan apresiasi setinggi-tingginya disampaikan dengan hormat kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dr. Amirah Mawardi S.Ag M.Si. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhmmadiyah Makassar.

3. Nurhidaya M. S.Pd.I., M.Pd.I selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. Hj. Sumiati, S.Ag.,MA, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Dr. Nurani Azis, M.Pd.I, selaku Pembimbing II yang telah memberikan semangat dan berkenan membantu penulis selama penyusunan Skripsi hingga ujian Skripsi.

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Agama Islam Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap staff dan karyawan Fakultas Agama Islam Muhammadiyah Makassar.

8. Ardiansyah Mahmud, S.Pd, selaku kepala sekolah SLB ABCD Aisyiyah Banggae yang telah memberikan izin penelitian

(10)

x

selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dalam aktvitas studi penulis.

12. Terima kasih kepada St. Mutiah Islami Rodja, S.Pd yang selalu memberikan arahan dan semua kerabat yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran. Motivasi dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.

Akhirnya, Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhmmadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq. Fastabiqul Khairat, Wassamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar , 13 Muharram 1443 H 23 Agustus 2021 M

Penulis

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJUAN PUSTAKA... 11

A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 11

1. Pengertian Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 11

2. Macam-Macam Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .. 12

3. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .. 16

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 18

B. Anak Tunagrahita ... 19

1. Pengertian Anak Tunagrahita ... 19

2. Karakteristik Anak Tunagrahita ... 21

3. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 22

4. Penyebab Tunagrahita ... 23

5. Pendidikan Anak Tunagrahita ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 26

B. Lokasi Dan Objek Penelitian ... 27

C. Fokus Penelitian ... 27

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 27

E. Sumber Data ... 29

F. Instrument Penelitian ... 30

G. Teknik Pengumpulan Data ... 31

(12)

xii

2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah ... 35

3. Struktur Organisasi Sekolah ... 37

4. Sumber Daya Sekolah ... 39

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 41

1. Kondisi Anak Tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae...41

2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae ...43

3. Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae...48

BAB V PENUTUP ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

DAFTAR RIWATAT HIDUP ... 59

LAMPIRAN ... 60

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur Organisasi Sekolah... 38

Tabel 2. Keadaan Peserta Didik ... 39

Tabel 3. Keadaan Tenaga Pendidikan (Guru) ... 40

Tabel 4. Keadaan Tenaga Pendukung (Pegawai) ... 40

Tabel 5. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 41

xiii

(14)

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 61 Lampiran 2. Dokumentasi ... 63

xiv

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.1 Berdasarkan isi dari pasal tersebut dengan jelas dikatakan bahwa, kata setiap warga negara wajib memperoleh pendidikan tidak memandang status sosial dan ekonomi seseorang. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang sejajar, hal ini juga berlaku bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).2

Dalam islam pendidikan juga merupakan suatu kewajiban bagi orang tua untuk mendidik anaknya, karena anak adalah amanat yang diberikan oleh Allah untuk dipelihara dan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-tahrim (66) ayat 6 yang berbunyi :

بٍََْٕهَع ُةَسبَجِحْنٱََ ُسبَّىنٱ بٌَُدُُقََ اًسبَو ْمُكِٕهٌَْأََ ْمُكَضُفوَأ ۟آَُُٰق ۟اُُىَماَء َهِٔزَّنٱ بٍََُّٔأَٰٓ َٔ

َنَُشَمْؤُٔ بَم َنُُهَعْفَََٔ ْمٌَُشَمَأ َٰٓبَم َ َّللَّٱ َنُُصْعَٔ َّلَّ ٌداَذِش ٌظ َلَِغ ٌتَكِئَٰٓ َهَم

Terjemahnya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah

1 UUD 1945. Pasal 31 (Amandemen 4)

2 UUD No. 20 Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional”

(16)

terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”3

Dalam tafsir al-Maraghi, oleh ibnu „I-Mundzir dan al-Hakim di dalam jamaah Akharin, dan Ali Karrama „I-Lahu Wajhah bahwa dia menyatakan tentang ayat itu, “ajarilah dirimu dan keluargamu kebaikan dan didiklah mereka.” Ayat diatas terdapat isyarat mengenai kewajiban seorang suami mempelajari fardlu- fardlu agama yang diwajibkan baginya dan mengajarkannya kepada keluarga.4

Setelah dianalisis dari ayat di atas maka penulis dapat memahami bahwa Allah memberikan amanat secara langsung kepada orang tua untuk menjaga dirinya dan keluarganya termasuk anak-anaknya dari siksa api neraka.

Pentingnya mendidik anak itu dimulai sejak dini karena perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh sejak kecil sesuai fitrahnya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw :

ِٓوَشَب ْخَا َلبَق ِِْشٌَّْزنا ِهَع ُشُؤُُ بَوَشَبْخأ ِ َّاللَّ ُذْبَع بَوَشَبْخأ ُناَذْبَع بَىَثَّذَح ُلُُْصَس َلبَق : َلبَق ًْىَع ُ َّاللَّ َِٓضَس َةَشَْٔشٌُ بَبَأ َّنَأ ِهَمْحَّشنا ِذْبَع ُهْب َتَمَهَصُُبأ ََ ًَٕهَع ُ َّاللَّ َّّهَص ِ َّاللَّ

ْهِم بَم َمَّهَص ًِِواَدٍَُُِّٔ ُيا ََُبَأَف ، ِةَشْطِفْنا َّهَع ُذَن ُُْٔ ٍد ُُْن َُْم

ًِوبَضِّجَمُٔ ََْأ ًِِواَشِّصَىُٔ ََْأ (

ياَس

ْسبخبنا )

Artinya :

“Telah menceritakan kepada kami („Abdan) telah mengabarkan kepada kami (Abdullah) telah mengabarkan kepada kami (Yunus) dari (al-zuhri) dia berkata : telah mengabarkan kepadaku (Abu Salamah bin Abdurrahman) bahwa (Abu Huraira r.a) berkata : Rasulullah Saw

3 Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahnya/diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Alquran (Cet, I; Jakarta: Intermasa, 2015), H. 951.

4 Ahmad Musthafa al-Maraghi (Semarang: Toha Putra, 2006), H. 269.

(17)

3

bersabda : “Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia dalam keadaan kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (H.R.

Bukhari)5

Setelah dianalisis dari hadits di atas maka penulis dapat memahami bahwa keluargalah yang dapat membekali anak-anak nilai-nilai yang diperlukan. Hadits di atas menjelaskan betapa besar pengaruh pendidikan orang tua terhadap anak- anaknya; ia bisa menentukan keadaan anaknya kelak dimasa datang. Oleh karena itu sudah seharusnya para orang tua bersungguh-sungguh dan berhati-hati (dengan tetap berdasarkan Agama) dalam mendidik anaknya. Dalam upayanya mengemban amanat ini, orang tua tidak cukup dengan memberikan hak-hak yang bersifat lahiriyah saja dalam arti pendidikannya, oleh karena itu kepada semua orang tua atau pendidik dalam mendidik atau mengajar tidak boleh membedakan bahkan terhadap seorang yang cacat pun (berkelainan/berkebutuhan khusus) harus diperlakukan sama dengan orang yang normal. Sebagaimana dalam QS. An-Nuur (24) ayat 61 yang berbunyi :

َلَََّّ ٌجَشَح ِضِْٔشَمْنا َّهَع َلَََّّ ٌجَشَح ِجَشْعَ ْلَّا َّهَع َلَََّّ ٌجَشَح ّ م ْعَ ْلَّا َّهَع َشَْٕن

ََْا ْمُكِخ ٍَّمُا ِثُُُْٕب ََْا ْمُكِ ىۤبَب ا ِثُُُْٕب ََْا ْمُكِحُُُْٕب ْْۢهِم اُُْهُكْأَح ْنَا ْمُكِضُفْوَا ّ َٰٓ هَع ََْا ْمُكِخ ّمَع ِث ُُُْٕب ََْا ْمُكِمبَمْعَا ِثُُْٕ ُب ََْا ْمُكِح َُخَا ِثُُُْٕب ََْا ْمُكِواَُْخِا ِثُُُْٕب ْمُكَْٕهَع َشَْٕن ْْۗمُكِقِْٔذَص ََْا َٰٓ ًَحِحبَفَّم ْمُخْكَهَم بَم ََْا ْمُكِخ ه خ ِثُُُْٕب ََْا ْمُكِناَُْخَا ِثُُُْٕب

5 Aplikasi Lidwa Hadist. http://lidwa.com/. diakses pada tanggal 22/6/2021

(18)

ًتَِّٕحَح ْمُكِضُفْوَا َّٰٓ هَع ا ُُْمِّه َضَف بًح ُُُْٕب ْمُخْهَخَد اَرِبَف ْۗبًحبَخْشَا ََْا بًعِْٕمَج ا ُُْهُكْأَح ْنَا ٌحبَىُج َنُُهِقْعَح ْمُكَّهَعَن ِج َٔاَءْلٱ ُمُكَن ُ َّللَّٱ ُهَِّٕبُٔ َكِن َزَك ْۗ ًتَبَِّٕط ًتَكَش بُم ِ ّاللَّ ِذْىِع ْهِّم

Terjemahnya :

“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu sendiri atau di rumah bapak- bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki- laki, di rumah saudaramu yang perempuan, di rumah saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu, tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.”6

Setelah dianalisis dari ayat tersebut penulis dapat memahami bahwasanya orang yang memiliki keterbatasan jelas memiliki hak yang sama dengan orang normal begitu pun dengan pendidikan, tidak ada perbedaan hak belajar untuk semua orang, baik yang cacat (berkelainan/berkebutuhan khusus) maupun yang normal. Semuanya berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Jadi hak setiap orang dalam mendapatkan ilmu adalah sama.

Semua manusia diciptakan oleh Allah Swt itu adalah dalam keadaan yang sama dan setara. Namun yang membedakan hanyalah ketakwaannya. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah Saw :

6 Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahnya/diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Alquran (Cet. II; Jakarta: Intermasa, 2015), H. 555.

(19)

5

: َمَّهَصََ ًَٕهَع ُ َّاللَّ َّّهَص ِ َّاللَّ ُلُُْصَس َلبَق َلبَق َةَشَْٔشٌُ ِّبَأ ْهَع ُشُظْىَٔ َلَّ َ َّاللَّ َّنِإ

ْمُكِنبَمْعَأََ ْمُكِبُُهُق َّنِإ ُشُظْىَٔ ْهِكَنََ ْمُكِناَُْمَأََ ْمُكِسَُُص َّنِإ

( مهضم ياَس )

Artinya :

“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk-bentuk rupa kalian dan harta-harta kalian, tetapi Dia hanya memandang kepada hati dan amal perbuatan kalian.” (H.R. Muslim)

Setelah dianalisis dari hadits di atas maka penulis dapat memahami bahwa Allah tidak akan memberi ganjaran terhadap bentuk tubuh atau rupa manusia atau banyaknya harta. Dzat manusia (tubuh manusia) tidak dibebani hukum. Adapun yang terbebani hukum adalah perbuatan yang berkaitan dengan diri manusia.

Allah tidak pula melihat pada banyak atau sedikitnya harta, kaya atau miskin, dan lainnya. Akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal manusia.

Anak cacat (berkelainan/berkebutuhan khusus) merupakan anak yang mengalami kelainan fungsi dari organ-organ tubuhnya, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah.7 Kelainan berarti pula penyimpangan fungsi baik yang mengarah ke atas (supernormal) maupun yang mengarah ke bawah (subnormal). Penyimpangan ke atas merupakan suatu kelebihan atau keluarbiasaan yang tidak dimiliki anak-anak normal pada umumnya. Sedangkan penyimpangan ke bawah merupakan gangguan, hambatan dan sebagainya sehingga mengalami kekurangan dan bahkan kadang-kadang karena gangguan dan hambatan itu begitu besar, sehingga mengakibatkan tidak berfungsinya salah satu organ tubuh.

7 Sapariadi. et. al, Mengapa Anak Berkelainan Perlu Mendapat Pendidikan (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), H. 12.

(20)

Hambatan mental yang dialami anak tunagrahita sering membuat mereka tidak dapat mengolah informasi yang diperoleh sehingga tidak dapat mengikuti perintah dengan baik. Anak tunagrahita memiliki kemampuan akademis di bawah rata-rata yang menyebabkan mereka tidak dapat berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan pada usia selayaknya anak-anak normal.8 Hal inilah yang menyebabkan anak tunagrahita memerlukan perhatian yang lebih dibandingkan dengan anak-anak normal lain.

Usaha yang paling penting adalah bagaimana caranya pendidik melakukan agar anak berkelainan tidak selamanya menderita lahir dan batin agar mereka dapat mengembangkan pribadinya sebagaimana anak-anak pada umumnya, sehingga mereka tidak terpisah dari masyarakat. Usaha tersebut tidak lain dan tak bukan adalah usaha memberikan pelayanan pendidikan pada anak berkelainan.

Dari beberapa Sekolah Luar Biasa yang ada di kota Majene, SLB ABCD Aisyiyah Banggae lebih menarik untuk menjadi bahan kajian. Karena sekolah ini semua siswa-siswinya adalah menganut agama islam yang memberikan pendidikan secara khusus kepada anak yang memiliki perkembangan mental di bawah rata-rata. Sehingga penting kiranya mengetahui perkembangan bahan pengajaran dan yang paling utama adalah mengetahui problem-problem yang dihadapi oleh para pelajardi SLB ABCD Aisyiyah Banggae khususnya pada anak tunagrahita sebagai lembaga pendidikan anak-anak cacat. Problem yang mendominasi dari siswa-siswi tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae adalah problem pemahaman materi, sehingga perlu adanya metode khusus untuk

8 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), H. 89.

(21)

7

penyesuaian materi yang akan disampaikan. Dipertegas dalam surat Az-zumar (39) ayat 9 yang berbunyi :

ْۗ ۦًِِّبَس َتَمْحَس ۟اُُجْشَََٔ َةَشِخاَءْلٱ ُسَزْحَٔ بًمِئَٰٓبَقََ اًذِجبَص ِمَّْٕنٱ َءَٰٓبَواَء ٌجِى َق ٌَُُ ْهَّمَأ ِب َبْنَ ْلْٱ ۟اُُن َُ۟أ ُشَّكَزَخَٔ بَمَّوِإ ْۗ َنُُمَهْعَٔ َلَّ َهِٔزَّنٱََ َنُُمَهْعَٔ َهِٔزَّنٱ َُِِخْضَٔ ْمٌَ ْمُق

Terjemahnya :

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?

Katakanlah : “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya orang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”9

Setelah dianalisis dari hadits diatas maka penulis dapat memahami bahwa sesungguhnya yang dapat mengambil pelajaran dari hujjah-hujjah Allah dan dapat menuruti nasihat-Nya dan dapat memikirkannya hanyalah orang-orang yang mempunyai akal dan pikiran yang sehat, bukan orang-orang yang bodoh dan lalai.

Dengan kata lain, sesungguhnya yang mengetahui perbedaan antara orang yang tahu dan orang yang tidak tahu hanyalah orang yang mempunyai akal pikiran sehat yang ia pergunakan untuk berpikir. Dari tafsir ayat tersebut dapat dihubungkan bahwa bimbingan khusus yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak cacat menuntut seorang guru mempunyai kreatifitas metode yang tinggi demi tercapainya pendidikan bagi peserta didik.

Pada dasarnya anak tunagrahita sangat memerlukan bimbingan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pelajaran Pendidikan Agama Islam

9 Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahnya/diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Alquran (Cet. III; Jakarta: Intermasa, 2015), H. 747 .

(22)

sederhana untuk penyandang tunagrahita harus diberikan sesuai dengan kemampuannya, sehingga mereka mampu menerima materi yang diberikan sesuai kapasitas yang dimiliki.

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang SLB ABCD Aisyiyah Banggae di Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene. Serta ingin mengetahui metode pembelajaran apa yang digunakan dalam Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunagrahita. Dengan ini penulis mengangkat sebuah penelitian dengan judul “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten, Majene.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, dapatlah penulis rumuskan beberapa masalah yaitu :

1. Bagaimana kondisi anak Tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene ?

2. Bagaimana metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene

3. Faktor apa saja yang menghambat dan mendukung metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene ?

(23)

9

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai anak-anak tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene.

2. Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai metode pembelajaran apa yang digunakan dalam Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene.

3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menghambat dan mendukung metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan kepada siswa tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis

a. Dapat menambah wawasan dan khasanah keilmuan terutama dalam ilmu pendidikan dan pengajaran Pendidikan Agama Islam, lebih khusus lagi bagi anak penyandang cacat yang memiliki intelegensi di bawah rata-rata.

b. Sebagai bukti empiris peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan khusus bagi siswa tunagrahita.

(24)

c. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan metode pengajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.

2. Secara praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut : a. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung dalam memberikan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang tepat guna meningkatkan kemampuan belajar anak tunagrahita.

b. Bagi pendidik dan calon pendidik

Dapat dijadikan masukan, sumbangan pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan pembinaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa baik di SLB ABCD Aisyiyah Banggae Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene maupun SLB ABCD lainnya.

c. Bagi sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran serta menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan belajar anak tunagrahita.

(25)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Menurut Purwadarminto, “Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud”. Metode juga diartikan cara yang sebaik-baiknya mencapai tujuan. Sedangkan metode pembelajaran merupakan cara guru menyajikan atau mengemas materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada peseta didik. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif.

Metode mengajar dapat pula diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.10

Pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan yang tugas dan fungsinya adalah memberikan jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan islam tersebut. Pelaksanaannya dalam ruang lingkup proses pendidikan yang berada dalam suatu sistem dan struktur kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Dari uraian tersebut, Al-Toumy Al-Syaibany memahaminya bahwa metodologi

10 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), H. 159.

(26)

pembelajaran pendidikan islam adalah segala segi kegiatan terarah yang dkerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran agama seperti akidah, akhlak, tauhid, fiqh, dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah jalan atau cara yang diterapkan dalam proses belajar mengajar agama islam, guna tercapainya tujuan dan cita-cita pendidikan Islam.

2. Macam-Macam Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Menurut al-Nahlawi ada beberapa metode yang paling penting dalam Pendidikan Agama Islam yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa, membangkitkan semangat, dan menanamkan rasa iman. Metode tersebut yaitu :

1. Metode hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi.

2. Metode kisah Qurani dan Nabawi

3. Metode amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi.

4. Metode keteladanan.

5. Metode pembiasaan.

6. Metode „ibrah dan mau’izah 7. Metode targhib dan tarhib.11

Agar anak dapat menerima bahan yang diberikan oleh guru maka guru harus memiliki strategi. Salah satu langkah untuk memiliki strategi adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.

Berikut ini ada beberapa metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam menurut Warsita antara lain :

a. Metode ceramah adalah metode yang bisa dikatakan tradisional karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak

11 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet I, hlm. 135. Lihat juga Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 2000), H. 79

(27)

13

menuntut keaktifan guru kepada anak didik, tetapi metode ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran.

b. Metode diskusi adalah cara penyajian, dimana siswa siswi dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama, didalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi interaksi antara dua atau lebih yang terlibat saling tukar menukar pengalaman, informasi untuk memecahkan sebuah masalah, diskusi ini bisa dilakukan dengan berbagai bentuk antara lain seminar, diskusi panel, simposium dan lokakarya dan lain-lain.

c. Metode tugas belajar adalah suatu pekerjaan yang harus diselesaikan.

Penggunaan metode tugas untuk melatih siswa untuk belajar mengerjakan tugas sehingga siswa diharapkan memperoleh suatu hasil, perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

d. Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada anak didik, atau proses situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Sedangkan metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa siswi harus melakukan percobaan, dengan mengalami sendiri, membuktikan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati objek, menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek keadaan atau suatu proses sesuatu hal. Titik tekan pada metode demonstrasi terletak pada memperagakan bagaimana jalannya proses tertentu. Sedangkan pada eksperimen adalah melakukan percobaan atau praktek langsung atau dengan cara meneliti dan mengamati secara seksama.

e. Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Metode tanya jawab dapat digunakan bila guru ingin meninjau bahan pelajaran yang lampau serta melatih daya pemikiran siswa sehingga dapat mengambil kesimpulan yang baik dan tepat.

f. Metode latihan Siap (Drill) adalah suatu cara menyajikan bahan dengan cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil dalam melaksanakan tugas latihan yang diberikan. Metode drill dimaksudkan agar pengetahuan siswa dan kecakapan tertentu dapat menjadi miliknya dan dapat betul-betul dikuasai. Dalam pelaksanaan metode drill dapat dilaksanakan untuk melatih siswa agar terampil membaca al-Quran, latihan ibadah sholat dan berbagai topik yang lainnya.12

Untuk memunculkan motivasi ekstrinsik peserta didik, metode yang dipergunakan guru harus dipersiapkan dengan hal-hal sebagai berikut :

12 Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014)

(28)

1. Guru mempersiapkan energi positif dalam drinya, disamping persiapan metode pembelajaran yang akan diterapkan energi positif guru PAI perlu dipersiapkan. Metode yang telah dirancang sedemikian rupa baik bila tidak ada energi pendorong dan pembangkit dari dalam diri guru PAI itu sendiri maka metode tersebut tidak akan berarti apa-apa. Energi positif yang harus dipersiapkan guru PAI dalam mensukseskan penggunaan sebuah metode dalam pembelajarannya dapat berupa pengetahuan tentang motivasi- motivasi belajar dan kisah-kisah orang sukses di dunia yang memberikan dorongan bagi proses belajar peserta didik. Energi positif ini dapat disebut sebagai Software-nya metode pembelajaran yang akan diterapakan oleh guru PAI.

2. Ketersediaan nutrisi agar memeliki kekuatan fisik. Nutrisi menjadi faktor penting bagi guru PAI dalam setiap kegiatan proses pembelajarannya.

Sebelum pembelajaran PAI dimulai dengan sebuah metode yang telah diterapkan, guru PAI harus sudah memenuhi kebutuhan nutrisi berupa makanan untuk membuat tubuh kuat dalam bergerak dan beraktivitas.

Sebab mengajar itu mengeluarkan energi yang luar biasa tinggi. Hal ini terkadang jarang diabaikan oleh guru PAI sehingga dalam penggunaan metode mengajarnya kurang menarik.

3. Guru mempersiapkan diri dengan strategi yang baik. Rancangan strategi mengajar dengan metode tertentu sudah harus dipersiapkan hingga tidak lagi gamang saat memasuki kelas. Munculnya motivasi ekstrinsik peserta didik dalam pembelajaran PAI berawal dari persiapan diri guru tentang

(29)

15

strategi yang baik untuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Bila guru PAI telah mempersiapkan dirinya sebelumnya maka dimungkinkan akan melahirkan proses pembelajaran PAI yang berkualitas. Mengapa demikian, karena persiapan strategi yang telah dilakukan didalamnya sudah terjadi analisis atas berbagai persoalan yang kemungkinan terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan.

4. Guru menyediakan alat peraga terkait meteri pembelajaran. Alat peraga tak dapat dipungkiri menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dengan munculnya motivasi peserta didik dalam belajar. Alat peraga yang baik dapat mendorong bagi kuatnya motivasi peserta didik dalam mempelajari sebuah materi pembelajaran PAI.

5. Guru mempersiapkan ruang kelas yang kondusif dan nyaman. Sebuah metode yang dipergunakan guru PAI dalam pembelajaran tak terlepas dari ruang kelas yang kondusif. Hal ini terkadang banyak terabaikan oleh para guru PAI dalam pembelajarannya. Padahal keberhasilan sebuah metode dalam pembelajaran sangat didukung oleh ruang kelas yang kondusif dimana para peserta didik nyaman untuk berkreativitas dan belajar.

6. Guru harus memulai niat bahwa mengajar adalah ibadah pada Allah SWT.

Persoalan ini sangat penting untuk diperhatikan dan ditancapkan oleh guru PAI dalam dirinya. Niat untuk mengajar dengan ikhlas menjadikan pembelajaran yang dilakukan tidak sekedar “mengajar” saja, melainkan menjadikan proses pembelajaran itu menjadi spirit ibadah.

(30)

3. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama islam menekankan pada keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.

Menurut Abu Ahmadi ruang lingkup Pendidikan Islam ada lima hal yakni : a. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan aktivitas.13 Menurut Robert Glasar, langkah pertama dalam membuat persiapan mengajar ialah menentukan tujuan pengajaran yang handal dicapai pada jam pelajaran yang bersangkutan. Langkah kedua ialah menentukan intering bahavior, entering bahavior ialah langkah tatkala guru menentukan kondisi siswanya yang mencakup kondisi umum serta kondisi kesiapan kemampuan belajarnya. Langkah ketiga ialah menentukan prosedur (langkah-langkah) mengajar. Langkah keempat ialah menentukan cara dan teknik evaluasi.

b. Bahan Pembelajaran

Bahan disebut juga dengan materi yaitu, suatu yang diberikan kepada siswa pada proses belajar mengajar (PBM).

c. Strategi Pembelajaran

Strategi berarti “rencana yang cermat mengenai kegiatan” ialah tindakan guru dalam melaksanakan rencana pembelajaran.

d. Media Pembelajaran

Media disebut juga dengan alat yaitu sarana yang dapat membantu proses belajar mengajar atau menetapkan alat penilaian yang paling tepat untuk menilai sarana (anak didik) tersebut.

e. Evaluasi

Evaluasi atau penilaian adalah memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Fungsi penilaian hasil belajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar adalah untuk mengetahui tercapainya tujuan pengajaran. Untuk mengetahui keefektifan PBM yang telah dilakukan guru, dalam hal ini guru sangat diharapkan kompeten dalam mengajar.14

13 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metode Pendidikan Islam, Ciputat Pers, 2002, H.

89. 14

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), H. 61.

(31)

17

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah adalah :

1. Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam

Al-Qur‟an dan Hadits adalah sumber pokok ajaran-ajaran dalam agama Islam. Tujuan manusia adalah mencari kebahagiaan di dunia maupun akhirat..

2. Aqidah

Aqidah di dalam istilah umum dipakai untuk menyebut keputusan pikiran yang mantap, benar, maupun salah. Keputusan yang benar disebut aqidah yang benar, sedangkan keputusan yang salah disebut aqidah yang batil. 15

3. Akhlak

Akhlak mempunyai hubungan erat dengan aqidah, karena aqidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Akhlak mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur.16

d. Fiqih

Fiqih berarti ilmu tentang hukum-hukum syar‟i yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dali-dalil yang tafsili.

15 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)

16 Anwar, Akidah Akhlak, H. 201.

(32)

e. Tarikh dan Kebudayaan Islam

Tarikh dan kebudayaan Islam meliputi sejarah arab pra-Islam, kebangkitan Nabi yang di dalamnya menjelaskan keberadaan Nabi sebagai pembawa risalah, pengaruh Islam dikalangan bangsa Arab, Khulafa‟ur Rasidin, dan lain-lain.

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai fungsi, diantaranya yaitu:17 a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik

kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

Pada dasarnya dan yang pertama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah hanya berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.

c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

17 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), H.

21-22.

(33)

19

d. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia seutuhnya.

e. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

f. Memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.

B. Anak Tunagrahita

1. Pengertian Anak Tunagrahita

Nevid, Rathus dan Greene mendefenisikan tunagrahita yaitu keterlambatan yang mencakup rentang yang luas dalam perkembangan fungsi kognitif dan sosial. Aeni mendefenisikan tunagrahita adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual atau IQ dan keterampilan penyesuaian dibawah rata-rata teman seusianya.

Tunagrahita merupakan kata lain dari retardasi mental. Tuna berarti merugi, grahita artinya pikiran. Retardasi mental artinya keterbelakangan mental.

Tunagrahita artinya keterbatasan substansial dalam memfungsikan diri.

Keterbatasan ini ditandai dengan keterbatasan fungsi kecerdasan yang terletak di bawah rata-rata. Tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbatasan perkembangan mental intelektual.18

18 Umar Djani Martasuta, “Mengenal Peserta Didik Yang Mengalami Gangguan Mental”, Makalah Seminar, (Jakarta: UNJ, 2001), H. 54.

(34)

Ketertinggalan kecerdasan pada anak Tunagrahita bukan disebabkan karena keterlambatan masuk sekolah, lalai belajar, benci pada guru dan sebagainya. Tapi karena bawaan dari lahir, kecerdasan dibawah rata-rata pada seseorang maksudnya adalah apabila perkembangan umur kecerdasan seseorang terbelakang atau di bawah pertumbuhan usianya.

Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut :19 1. Lemah pikiran (Feeble Minded)

2. Terbelakang mental (Mentally Retarded) 3. Bodoh atau dungu (Idiot)

4. Pandir (Imbecile) 5. Tolol (Moron)

6. Oligofrenia (Oligophrenia) 7. Mampu didik (Educable) 8. Mampu latih (Trainable)

9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau butuh rawat 10. Mental subnormal

11. Defisit mental 12. Defisit kognitif 13. Cacat mental 14. Defisiensi mental 15. Gangguan intelektual

19Tunagrahita”, Wikipedia the Free Encyclopedia.

http://id.wikipedia..org/wiki/Tunagrahita (Agustus 2018)

(35)

21

Terdapat perbedaan pandangan tentang tunagrahita, apakah sebuah penyakit atau tidak? Memang benar, beberapa penyakit dapat menyebabkan tunagrahita, akan tetapi tunagrahita bukan penyakit. Ilmu kedokteran beranggapan bahwa tunagrahita sebagai penyakit, tetapi bagi ilmu ketunagrahitaan menyatakan bahwa tungrahita bukan penyakit tetapi sebuah kondisi. Maksudnya adalah keterbelakangan merupakan suatu kondisi sejak masa perkembangan yang ditandai oleh kurang sempurnanya fungsi-fungsi intelek sehingga tampak akibatnya secara sosial.20 Tunagrahita mengacu pada fungsi intelek umum yang hanya dibawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan.

Intinya tunagrahita bukanlah penyakit tetapi hanya sebuah kondisi yang dialami individu dampak dari kecerdasan yang dibawah rata-rata individu normal sehingga memperlambat proses adaptasi sosialnya.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita

Karakteristik dan kategori anak tunagrahita diantaranya yaitu : 1. Memiliki pengetahuan umum yang sangat terbatas.

2. Sangat sulit memahami ide-ide yang abstrak.

3. Keterampilan membaca dan menulis sangat rendah.

4. Strategi dalam upaya mengembangkan kemampuan membaca dan belajar sangat rendah.

5. Sangat sulit mentransfer ide tertentu ke dalam situasi nyata.

6. Keterampilan motorik berkembang sangat lambat.

20 Muhammad Amin, Ortopendagogik Anak Tunagrahita (Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan, 2006), H. 16.

(36)

7. Keterampilan interpersonal sangat tidak matang.

3. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Sesuai dengan defenisi yang dikemukakan oleh AAMD (American Association on Mental Defeciency), anak tunagrahita dapat diklasifikasikan

menurut tingkat kemampuan kecerdasan dan dapat dilihat pula berdasarkan kemampuan perilaku adaptif.21

Anak tunagrahita diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu :

a. Anak tunagrahita ringan (debil) adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik, namun tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen.

b. Anak tunagrahita sedang (imbesil) adalah anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial. Dan memiliki kecerdasan sedemikian rendah sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program belajar.

c. Anak tunagrahita berat (idiot) adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan yang sangat rendah sehingga tidak mampu mengurus dirinya sendiri, untuk mengurus dirinya sendiri membutuhkan orang lain.

Adapun tingkat intelegensi anak tunagrahita memiliki tingkatan sebagai berikut :

21 Endang Rochyadi, Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005), H. 13.

(37)

23

a. Ringan (IQ sekitar 51-70) b. Sedang (IQ sekitar 36-51) c. Berat (IQ sekitar 20-35)

Anak dengan tunagrahita memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Tetapi anak-anak tunagrahita juga perlu membutuhkan pembelajaran untuk dapat hidup mandiri seperti anak-anak normal pada umumnya. Mereka bisa mempelajari keterampilan sehari-hari, seperti mencoba bepergian menggunakan transportasi umum. Sehingga setelah dewasa, mereka dapat beraktivitas secara normal sesuai kemampuan.

4. Penyebab Tunagrahita

Faktor yang menyebabkan ketunagrahitaan banyak sekali, diantaranya yaitu :

a. Anomali genetic atau kromosom :

1) Down Syndrome yaitu kelainan genetik yang terjadi ketika bayi dalam kandungan memiliki kelebihan kromosom.

2) Fragile X Syndrome yaitu kelainan bawaan genetik yang mengakibatkan masalah pada perkembangan dan gangguan kognitif atau kecerdasannya. Anak dengan fragile x syndrome umumnya mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicara dan bahasa di usia 24 bulan atau 2 tahun.

3) Recessive Gene Disease, salah mengarahkan pembentukan enzim sehingga mengganggu proses metabolisme (pheniyiketonurea).

(38)

b. Penyakit infeksi, terutama pada trimester pertama karena janin belum memiliki sistem kekebalan dan merupakan saat kritis bagi perkembangan otak.

c. Kecelakaan dan menimbulkan trauma di kepala.

d. Prematuritas (bayi lahir sebelum waktunya/kurang dari 9 bulan). Bahan kimia yang berbahaya, keracunan pada ibu berdampak pada janin, atau polutan lainnya yang terhirup oleh anak.

5. Pendidikan Anak Tunagrahita

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 bahwa setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pengajaran. Demikian halnya dengan anak tunagrahita berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sekolah-sekolah untuk melayani pendidikan anak luar biasa (tunagrahita) yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah berkebutuhan khusus.

Sekolah untuk anak luar biasa terdiri dari : 1. SLB - A untuk anak Tunanetra 2. SLB - B untuk anak Tunarungu 3. SLB - C untuk anak Tunagrahita 4. SLB - D untuk anak Tunadaksa 5. SLB - E untuk anak Tunalaras 6. SLB - F untuk anak Berbakat 7. SLB - G untuk anak cacat ganda

Sekolah luar biasa untuk anak tunagrahita dibedakan menjadi :

(39)

25

1. SLB – C untuk Tunagrahita ringan 2. SLB – C1 untuk Tunagrahita sedang

Untuk Tunagrahita berat biasanya berbentuk panti plus asramanya.

Berdasarkan atas kemampuan mental dan adaptasi sosial, maka siswa penyandang tunagrahita memerlukan pendidikan khusus. Mereka sulit mengikuti pendidikan sekolah dasar bersama-sama siswa normal. Apabila dipaksa mengikuti pendidikan bersama-sama siswa normal akan membawa dapak negatif, sehingga dapat merugikan siswa penyandang tunagrahita itu sendiri dan juga akan merugikan siswa-siswa normal yang diikutinya.

SLB bagian C adalah sekolah khusus bagi siswa-siswa penyandang tunagrahita. SLB C dibagi menjadi dua bagian yaitu C1 adalah bagian yang mendidik siswa yang mampu didik (educable) dan C2 adalah bagian yang mendidik siswa yang mampu latih (trainable). Karena kemampuan intelegensinya sangat terbatas, maka pendidikan ditekankan pada pendidikan keterampilan dan penyesuai sikap mental dalam bergaul di masyarakat.

(40)

26 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari objek, penelitian ini termasuk penelitian lapangan, karena data-data yang diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini diperoleh dari lapangan yaitu di SLB ABCD Aisyiyah Banggae Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif adalah pendekatan yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya hasil penelitian. Menurut Sugiono, penelitian kualitatif adalah penelitian dimana peneliti ditempatkan sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara penggabungan dan analisis data bersifat induktif. Menurut Poerwandari, penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara dan observasi. Kirk dan Miller mendefenisikan kualitatif sebagai cara untuk melakukan pengamatan langsung pada individu dan berhubungan dengan orang- orang tersebut untuk mendapatkan data yang digalinya.

Dasar pemikiran digunakannya pendekatan ini adalah karena penelitian ini ingin mengetahui tentang fenomena yang ada dan dalam kondisi yang alamiah, bukan dalam kondisi terkendali, labolatoris atau eksperimen. Disamping itu, karena peneliti perlu untuk langsung terjun ke lapangan bersama objek penelitian sehingga penelitian kualitatif deskriptif kiranya lebih tepat untuk digunakan.

(41)

27

B. Lokasi dan Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan siswa tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana yang tidak relevan. Pembatasan dalam penelitian kualitatif ini lebih didasarkan pada tingkat kepentingan atau urgen dari masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Metode pembelajaran pendidikan agama Islam 2. Anak tunagrahita

D. Deskripsi Penelitian

1. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Menurut Purwadarminto, “Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud”. Metode juga diartikan cara yang sebaik-baiknya mencapai tujuan.

Sedangkan metode pembelajaran merupakan cara guru menyajikan atau mengemas materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan

(42)

pembelajaran. Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada peseta didik. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif.

Pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan yang tugas dan fungsinya adalah memberikan jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan islam tersebut. Pelaksanaannya dalam ruang lingkup proses pendidikan yang berada dalam suatu sistem dan struktur kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Dari uraian tersebut, Al-Toumy Al-Syaiban memahaminya bahwa metodologi pembelajaran pendidikan islam adalah segala segi kegiatan terarah yang dkerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran agama seperti akidah, akhlak, tauhid, fiqh, dan sebagainya.

2. Anak Tunagrahita

Tunagrahita berasal dari kata sangsekerta, Tuna berarti merugi, sedangkan Grahita berarti pikiran. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata- rata. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena

(43)

29

itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif menurut Lofland adalah subjek dari mana data diperoleh peneliti. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sebagai berikut :

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer yang dimaksud adalah data dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari informasi atau sumber yang akan diteliti, baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah Kepala sekolah, guru mata pelajaran pendidikan agama Islam dan beberapa peserta didik sebagai perwakilan.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia.22 Yang dimaksud sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitan yang dihasilkan dari hasil objek yang mendukung statement data primer melalui dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian di SLB ABCD Aisyiyah Banggae.

22 Hardayani, Metode Penelitian Kuantitatif&Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020), h. 121

(44)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam metode pengambilan data oleh peneliti untuk menganalisa hasil penelitian yang dilakukan pada langkah penelitian sosial. Menurut Sukmadinata, “instrumen penelitian adalah sebuah tes yang memiliki karakteristik mengukur informan dengan sejumlah pertanyaan dan pernyataan dalam penelitian, yang bisa dilakukan dengan membuat garis besar antara topik penelitian dengan contoh tujuan penelitian yang akan dilakukan”. Maka pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan penulis sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi merupakan metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.23 Teknik observasi ini digunakan untuk memperoleh data penelitian dengan cara melihat dan bertemu secara langsung objek yang akan diteliti, seperti lingkungan, aktifitas guru dan siswa, kegiatan pembelajaran PAI, dan interaksi antara guru dengan siswa.

b. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik. Pengertian wawancara secara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara

23 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2002), H. 149.

(45)

31

langsung antara pewawancara (interviewer) atau guru dengan orang yang diwawancari (interviewee) atau peserta didik tanpa perantara, sedangkan wawancara tidak langsung artinya pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui perantara orang lain atau media.24

Interview yang dilakukan dalam penelitian ini adalah interview bebas

terpimpin, artinya dilakukan dengan menggunakan perangkat-perangkat pertanyaan, tetapi tidak menutup kemungkinan muncul pertanyaan baru yang berhubungan dengan penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode mencari data yang berupa catatan- catatan, transkrip, buku-buku, majalah, surat kabar, notulen, rapat agenda, dan sebagainya.25

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data adalah teknik yang digunakan dalam mendapatkan informasi dan data penelitian dari sumber yang bersangkutan guna memperoleh data yang tepat dan akurat. Pada penelitian kali ini penulis dalam teknik pengumpulan data menggunakan teknik :

a. Observasi

Menurut Arikunto dalam Imam Gunawan Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian

24 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), H. 157-158.

25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), H. 188.

(46)

secara teliti, serta pencatatan secara sistematis.26 Dengan metode ini, peneliti akan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian, dalam hal ini yang diamati adalah lokasi penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan masalah yang diteliti, berdasarkan tujuan tertentu.27 Wawancara tersebut ditujukan kepada, antara lain :

1. Kepala Sekolah SLB ABCD Aisyiyah Banggae, wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data tentang gambaran umum sekolah.

2. Guru Pendidikan Agama Islam SLB ABCD Aisyiyah Banggae.

Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang proses pembelajaran dan proses pengajaran yang dilaksanakannya.

3. Siswa tunagrahita SLB ABCD Aisyiyah Banggae, yaitu untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang siswa ikuti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan studi pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.28

Teknik ini digunakan penulis untuk menggali data tentang sejarah singkat berdirinya SLB ABCD Aisyiyah Banggae Kecamatan Banggae

26 Imam Gunawan, Metode Peneltian Kualitatif Teori dan praktik. (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h.85

27 Ibid, h. 162.

(47)

33

Timur, Kabupaten Majene, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan kepala sekolah dan guru, staf tata usaha, siswa, sarana dan prasarana di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene.

d. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah sebagian dari proses pengujian data yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan peneiltian.

Teknik penarikan kesimpulannya menggunakan cara berpikir induktif yaitu cara berpikir untuk mengambil kesimpulan yang berangkat dari masalah yang sifatnya khusus ke masalah-masalah yang sifatnya umum.

Proses analisis data, baik ketika mengumpulkan data maupun setelah pengumpulan data dilakukan melalui langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Miles & Huberman, sebagai berikut :

a. Reduksi data, peneliti mengubah hasil dari observasi, wawancara, dan hasil studi dokumentasi menjadi bentuk tulisan (script) sesuai dengan formatnya masing-masing.

b. Display data, peneliti mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks.

c. Penarikan Kesimpulan, setelah semua data tersaji, permasalahan yang menjadi objek penelitian dapat dipahami kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian

(48)

34 1. Profil Sekolah

Nama Sekolah : SLB ABCD Aisyiyah Banggae

NIS : 892 330 501 002

NSS : 892 330 501 002

NPSN : 40601492

Tanggal Pendirian : 01 Januari 2005

Status : Swasta

Akreditasi : -

Alamat Sekolah : Jl. KH. Muh. Saleh No.5 Kampung Baru, Kel.

Labuang Utara, Kec. Banggae Timur

Kabupaten : Majene

Provinsi : Sulawesi Barat

SLB ABCD Aisyiyah Banggae merupakan salah satu sekolah yang dibangun khusus untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). SLB ABCD Aisyiyah Banggae merupakan salah satu SLB di kabupaten Majene yang berstatus swasta.

SLB ABCD Aisyiyah dibentuk oleh salah satu organisasi ortonom Wanita Muhammadiyah atau sering disebut Aisyiyah yang didirikan Nyai Ahmad Dahlan pada 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917 di Yogyakarta.

Aisyiyah yang merupakan komponen perempuan Persyarikatan Muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi titik tolak

Gambar

Tabel 1 : Struktur Organisasi SLB ABCD Aisyiyah Banggae
Tabel 2 : Jumlah peserta didik
Tabel 3 : Data Guru
Tabel 5 : Keadaan Sarana dan Prasarana
+6

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang akan di bahas pada penelitian kali ini adalah apa metode pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam bagi penyandang Tunagrahita kelas

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri ibu yang memiliki anak tunagrahita sedang di SLB

Kegiatan wawancara ini digunakan untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SLB E Prayuwana Yogyakarta, berdasarkan segi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan manajemen kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SLB Al Azhar,

Penelitian ini berjudul “Pemerolehan Jenis Kata Bahasa Indonesia pada Anak Penyandang Tunagrahita di SLB ABC Taman pendidikan Islam”.Tujuan penelitian ini untuk

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran pendidikan Agama Islam bagi siswa berkebutuhan khusus (studi kasus : SLB ‘Aisyiyah Tembung

Macam-macam strategi pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak tunagrahita pembelajaran sesuai dengan kemampuan individu, pembelajaran yang mengolah pesan dari yang abstrak

Berdasarkan hsil penelitian dilakukan, maka dapat disimpulkan antara lain: 1 Pelaksanakan pembelajaran PAI bagi anak berkebutuhan khusus ABK di SLB ABCD PGRI Banyuwangi yaitu mengacu