• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana yang tidak relevan. Pembatasan dalam penelitian kualitatif ini lebih didasarkan pada tingkat kepentingan atau urgen dari masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Metode pembelajaran pendidikan agama Islam 2. Anak tunagrahita

D. Deskripsi Penelitian

1. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Menurut Purwadarminto, “Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud”. Metode juga diartikan cara yang sebaik-baiknya mencapai tujuan.

Sedangkan metode pembelajaran merupakan cara guru menyajikan atau mengemas materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada peseta didik. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif.

Pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan yang tugas dan fungsinya adalah memberikan jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan islam tersebut. Pelaksanaannya dalam ruang lingkup proses pendidikan yang berada dalam suatu sistem dan struktur kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Dari uraian tersebut, Al-Toumy Al-Syaiban memahaminya bahwa metodologi pembelajaran pendidikan islam adalah segala segi kegiatan terarah yang dkerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran agama seperti akidah, akhlak, tauhid, fiqh, dan sebagainya.

2. Anak Tunagrahita

Tunagrahita berasal dari kata sangsekerta, Tuna berarti merugi, sedangkan Grahita berarti pikiran. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena

29

itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif menurut Lofland adalah subjek dari mana data diperoleh peneliti. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sebagai berikut :

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer yang dimaksud adalah data dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari informasi atau sumber yang akan diteliti, baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah Kepala sekolah, guru mata pelajaran pendidikan agama Islam dan beberapa peserta didik sebagai perwakilan.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia.22 Yang dimaksud sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitan yang dihasilkan dari hasil objek yang mendukung statement data primer melalui dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian di SLB ABCD Aisyiyah Banggae.

22 Hardayani, Metode Penelitian Kuantitatif&Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020), h. 121

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam metode pengambilan data oleh peneliti untuk menganalisa hasil penelitian yang dilakukan pada langkah penelitian sosial. Menurut Sukmadinata, “instrumen penelitian adalah sebuah tes yang memiliki karakteristik mengukur informan dengan sejumlah pertanyaan dan pernyataan dalam penelitian, yang bisa dilakukan dengan membuat garis besar antara topik penelitian dengan contoh tujuan penelitian yang akan dilakukan”. Maka pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan penulis sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi merupakan metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.23 Teknik observasi ini digunakan untuk memperoleh data penelitian dengan cara melihat dan bertemu secara langsung objek yang akan diteliti, seperti lingkungan, aktifitas guru dan siswa, kegiatan pembelajaran PAI, dan interaksi antara guru dengan siswa.

b. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik. Pengertian wawancara secara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara

23 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2002), H. 149.

31

langsung antara pewawancara (interviewer) atau guru dengan orang yang diwawancari (interviewee) atau peserta didik tanpa perantara, sedangkan wawancara tidak langsung artinya pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui perantara orang lain atau media.24

Interview yang dilakukan dalam penelitian ini adalah interview bebas

terpimpin, artinya dilakukan dengan menggunakan perangkat-perangkat pertanyaan, tetapi tidak menutup kemungkinan muncul pertanyaan baru yang berhubungan dengan penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode mencari data yang berupa catatan-catatan, transkrip, buku-buku, majalah, surat kabar, notulen, rapat agenda, dan sebagainya.25

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data adalah teknik yang digunakan dalam mendapatkan informasi dan data penelitian dari sumber yang bersangkutan guna memperoleh data yang tepat dan akurat. Pada penelitian kali ini penulis dalam teknik pengumpulan data menggunakan teknik :

a. Observasi

Menurut Arikunto dalam Imam Gunawan Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian

24 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), H. 157-158.

25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), H. 188.

secara teliti, serta pencatatan secara sistematis.26 Dengan metode ini, peneliti akan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian, dalam hal ini yang diamati adalah lokasi penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan masalah yang diteliti, berdasarkan tujuan tertentu.27 Wawancara tersebut ditujukan kepada, antara lain :

1. Kepala Sekolah SLB ABCD Aisyiyah Banggae, wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data tentang gambaran umum sekolah.

2. Guru Pendidikan Agama Islam SLB ABCD Aisyiyah Banggae.

Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang proses pembelajaran dan proses pengajaran yang dilaksanakannya.

3. Siswa tunagrahita SLB ABCD Aisyiyah Banggae, yaitu untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang siswa ikuti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan studi pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.28

Teknik ini digunakan penulis untuk menggali data tentang sejarah singkat berdirinya SLB ABCD Aisyiyah Banggae Kecamatan Banggae

26 Imam Gunawan, Metode Peneltian Kualitatif Teori dan praktik. (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h.85

27 Ibid, h. 162.

33

Timur, Kabupaten Majene, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan kepala sekolah dan guru, staf tata usaha, siswa, sarana dan prasarana di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene.

d. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah sebagian dari proses pengujian data yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan peneiltian.

Teknik penarikan kesimpulannya menggunakan cara berpikir induktif yaitu cara berpikir untuk mengambil kesimpulan yang berangkat dari masalah yang sifatnya khusus ke masalah-masalah yang sifatnya umum.

Proses analisis data, baik ketika mengumpulkan data maupun setelah pengumpulan data dilakukan melalui langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Miles & Huberman, sebagai berikut :

a. Reduksi data, peneliti mengubah hasil dari observasi, wawancara, dan hasil studi dokumentasi menjadi bentuk tulisan (script) sesuai dengan formatnya masing-masing.

b. Display data, peneliti mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks.

c. Penarikan Kesimpulan, setelah semua data tersaji, permasalahan yang menjadi objek penelitian dapat dipahami kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian

34 1. Profil Sekolah

Nama Sekolah : SLB ABCD Aisyiyah Banggae

NIS : 892 330 501 002

NSS : 892 330 501 002

NPSN : 40601492

Tanggal Pendirian : 01 Januari 2005

Status : Swasta

Akreditasi : -

Alamat Sekolah : Jl. KH. Muh. Saleh No.5 Kampung Baru, Kel.

Labuang Utara, Kec. Banggae Timur

Kabupaten : Majene

Provinsi : Sulawesi Barat

SLB ABCD Aisyiyah Banggae merupakan salah satu sekolah yang dibangun khusus untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). SLB ABCD Aisyiyah Banggae merupakan salah satu SLB di kabupaten Majene yang berstatus swasta.

SLB ABCD Aisyiyah dibentuk oleh salah satu organisasi ortonom Wanita Muhammadiyah atau sering disebut Aisyiyah yang didirikan Nyai Ahmad Dahlan pada 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917 di Yogyakarta.

Aisyiyah yang merupakan komponen perempuan Persyarikatan Muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi titik tolak

35

gerakannya. Gerakan Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan memberikan manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi.

SLB ABCD Aisyiyah Banggae membagi kelas sesuai dengan klasifikasi ketunaan siswanya yaitu kelas A untuk Tunanetra, kelas B untuk Tunarungu, kelas C untuk Tunagrahita, dan kelas D untuk Tunadaksa. Dalam penelitian ini peneliti hanya melakukan penelitian di kelas C tingkat SMPLB yaitu kelas yang berisikan anak-anak tunagrahita.

Selain di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, penelitian juga dilakukan di beberapa rumah informan disebabkan pandemic corona yang menyebabkan peserta didik melakukan pembelajaran di rumah atau secara online.

2. Visi, Misi dan Tujuan SLB ABCD Aisyiyah Banggae a. Visi

Sebagai sekolah terpercaya dalam memberikan pendidikan anak berkebutuhan khusus berdasarkan iman dan takqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Misi

Berdasarkan Visi tersebut, SLB ABCD Aisyiyah Banggae mempunyai misi untuk :

1. Menumbuhkan rasa percaya diri pada anak.

2. Membina bakat dan potensi yang dimiliki anak serta kepribadian, akhlak mulia.

3. Memberikan pelayanan kecakapan hidup pada anak yang dapat menolong dirinya sendiri.

c. Tujuan Sekolah

Berdasarkan visi dan misi di atas, SLB ABCD Aisyiyah Banggae mempunyai tujuan sekolah :

1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

3) Sehubungan dengan tujuan pendidikan dasar dan menengah tersebut di atas serta sesuai dengan visi sekolah, maka tujuan sekolah adalah mewujudkan SLB yang adaptif berbasiskan kecakapan, kemandirian, toleransi, peduli lingkungan, serta berakhlak mulia, berdasarkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

4) Semua guru menyusun rancangan pembelajaran yang berbasis scientific, tematik dan terintegrasi sesuai model belajar yang relevan

dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

5) Sekolah memfasilitasi pembelajaran bermutu dalam rangka melaksanakan pembelajaran secara maksimal dengan perkembangan ilmu pengetahuan budaya, dan seni.

37

6) Membentuk siswa yang memiliki life skill sebagai bekal untuk hidup di masyarakat.

7) Terwujudnya profesionalisme kinerja tenaga kependidikan yaitu terjadi perubahan pola pikir (mindset) guru dalam mempersiapkan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

8) Semua tenaga kependidikan dapat melaksanakan proses belajar mengajar secara disiplin, efektif dan efisien.

9) Siswa memiliki prestasi dalam bidang akademik dan non akademik (olahraga, seni, keterampilan, dan keagamaan).

10) Mampu menggalang partisipasi masyarakat secara maksimal dalam mengembangkan mutu sekolah baik secara fisik maupun non fisik.

11) Terjalin hubungan harmonis, ramah siswa dan saling menghormati antar warga sekolah dan masyarakat.

3. Struktur Organisasi Sekolah

Struktur organisasi mempunyai struktur yang berbeda disesuaikan berdasarkan karakteristik masing-masing dari organisasi tersebut. Struktur organisasi menggambarkan pemisahan kegiatan pekerjaan yang saling terkait satu sama lain dengan fungsi dari pekerjaan tersebut.

Berikut adalah Struktur Organisasi di SLB ABCD Aisyiyah Banggae

Tabel 1 : Struktur Organisasi SLB ABCD Aisyiyah Banggae

Sumber data, SLB ABCD Aisyiyah Banggae 2021

Keterangan :

1. Kepala Sekolah : Ardiansyah Mahmud, S.Pd.

2. Bendahara : Rasniawati, A.Ma

3. Wali Kelas Tunanetra : Hijra, S.Pd.

4. Wali Kelas Tunagrahita : Saadia, S.Pd.

5. Wali Kelas Tunadaksa : Mahrawati, S.Pd

6. Wali Kelas Tunarungu : Nurhayati, S.Pd

7. Wali Kelas Autis : Nursam, S.Pd

: Haryadi Haris, S.Pd

39

8. Guru Bidang Studi : Rasniawati, S.Pd

: Nurasia, S.Pd

9. Perpustakaan : Ratna Mahmud

10. Operator Sekolah : Muhammad Akbar, Amd.Kom

11. Uks : Bastia

12. Keamanan : Bahtiar

13. Caraka : Bahtiar

4. Sumber Daya Sekolah a. Keadaan Peserta Didik

Peserta didik di sekolah umum terdiri dari siswa yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosialnya dapat berkembang sesuai dengan perkembangan usianya. Sedangkan di sekolah luar biasa, peserta didik terdiri dari anak berkebutuhan khusus yang secara fisik, psikologis, kognitif dan sosialnya mengalami hambatan dalam perkembangannya. Jumlah peserta didik di sekolah umum dan SLB juga jauh berbeda.

Tabel 2 : Jumlah peserta didik

NO JENJANG JENIS KELAMIN JUMLAH

L P

1 SDLB 16 6 22

2 SMPLB 8 7 15

3 SMALB 11 12 23

JUMLAH 35 25 60

Sumber data, SLB ABCD Aisyiyah Banggae 2021

b. Keadaan Guru

Kemampuan para guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran sudah baik. Daftar guru di SLB ABCD Aisyiyah Banggae

Tabel 3 : Data Guru

Sumber data, SLB ABCD Aisyiyah Banggae, 2021

c. Keadaan Tenaga Pendukung

Jumlah pegawai yang dimiliki SLB ABCD Aisyiyah masih kurang sehingga pengelolaan fasilitas sekolah menjadi kurang maksimal

Tabel 4 : Data Tenaga Pendukung

NO STATUS

Sumber data, SLB ABCD Aisyiyah Banggae 2021

41

d. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan belum memenuhi dan kurang tertata. Lingkungan sekolah sudah bersih, seringkali terkotori dengan sampah dedaunan, mengingat banyaknya tumbuhan seperti pohon yang cukup membuat asri lingkungan sekolah.

Tabel 5 : Keadaan Sarana dan Prasarana

NO JENIS RUANG

Sumber data, SLB ABCD Aisyiyah Banggae 2021

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Kondisi anak Tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae

Kondisi anak Tunagrahita pada masa pandemi covid-19 bukan hanya memengaruhi sistem pendidikan biasa, melainkan juga menjadi tantangan baru bagi guru Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Melalui penelitian yang dilakukan di SLB ABCD Aisyiyah Banggae, semua peserta didik dalam proses pembelajaran diharuskan melaksanakan pembelajaran salah satunya pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak

tunagrahita di rumah atau secara online dengan menggunakan media daring sesuai dengan ketentuan dan aturan sekolah serta pemerintah yang disebabkan pandemic corona dan tentunya tetap didampingi oleh orang tua siswa pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Adapun materi yang diberikan yaitu aqidah akhlak, al-qur‟an hadits, dan Mengenai respon anak tunagrahita pada saat pembelajaran, guru berhasil dalam mengambil hati anak-anak sehingga respon anak-anak dikelasnya semuanya positif dan menyenangkan. Selain kondisi proses pembelajaran siswa, adapun beberapa kondisi ketunagrahitaannya sesuai klasifikasinya di SLB ABCD Aisyiyah Banggae yaitu:

a. Tunagrahita ringan (mampu didik), mereka masih mampu untuk melakukan pembelajaran dalam bidang akademik, mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial dan mampu melakukan pekerjaan yang sederhana.

b. Tunagrahita sedang (mampu latih), mereka mampu melakukan pekerjaan untuk mengurus dirinya, mampu berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.

c. Tunagrahita berat (mampu rawat), mereka selama hidupnya memerlukan bantuan orang lain meskipun hanya sekedar untuk melakukan hal sederhana dalam mengurus dirinya.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan bapak Mahmud selaku guru Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa :

“ Kondisi pembelajaran siswa tunagrahita sampai saat ini masih berjalan seperti biasanya karena saat ini pandemic corona, siswa diharuskan untuk tetap di rumah dan melakukan pembelajaran secara online. Dan Alhamdulillah selama pembelajaran anak-anak cukup aktif dan responnya

43

pun juga baik. Untuk kondisi ketunagrahitaannya, siswa memiliki keadaan yang berbeda ada yang kemampuan bicaranya sangat terbatas, tidak bisa mengontrol dirinya sendiri sehingga bergantung pada orang lain, ada juga tingkat emosinya tidak stabil, ada yang bisa dan belum bisa bersosialisasi dengan orang lain, ”29

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan bapak Ardiansyah Mahmud S.Pd selaku Kepala Sekolah mengatakan bahwa :

“karena masih pandemic corona belum diperbolehkan tatap muka, maka siswa dan guru sampai saat ini masih melaksanakan proses belajar mengajar secara online. Untuk anak tunagrahita disini dibagi beberapa klasifikasi yaitu tunagrahita ringan, sedang dan berat. Adapun kondisi fisik anak tunagrahita di sekolah ini yaitu muka seribu, sedangkan kondisi akademiknya kurang, IQ-nya dibawah rata-rata tidak seperti dengan anak-anak seusianya sehingga akademiknya lambat. Maka penanganannya yaitu mereka lebih kepada mengawas diri, kebiasaan hidupnya dilatih seperti cara berpakaian dan sebagainya.”30

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa kondisi anak tunagrahita masih sangat kurang dari segi IQ-nya, dan perlunya adanya tugas dan bimbingan dari guru PAI serta bantuan orangtua dalam menjalankan proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-harinya karena masih banyak tantangan-tantangan yang dihadapi oleh guru PAI seperti siswa yang tidak memiliki keinginan untuk melakukan pembelajaran, kurangnya konsentrasi anak berkebutuhan khusus saat melakukan pembelajaran dimasa covid-19, dan terus melatih anak kebiasaan hidupnya sehingga bisa hidup mandiri.

2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae

Metode pembelajaran adalah sebuah proses sistematis dan teratur yang dilakukan oleh guru atau pendidik dalam menyampaikan materi kepada siswanya.

29 Mahmud, Wawancara SLB ABCD Aisyiyah Banggae, 10 Agustus 2021

30 Ardiansyah Mahmud, S.Pd, Wawancara SLB ABCD Aisyiyah Banggae, 12 Agustus 2021

Pendapat lain juga mengatakan sebuah strategi atau taktik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan bisa tercapai dengan baik.

Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang sering digunakan pada anak tunagrahita di SLB ABCD Aisyiyah Banggae adalah :

a. Metode Ceramah

Metode ceramah berupa menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan secara langsung kepada sekelompok siswa oleh guru terhadap kelas. Dengan kata lain dapat pula diartikan dengan cara penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap siswa. Namun satu hal yang harus diperhatikan bagi pengguna metode ceramah ini untuk menyampaikan materi secara sederhana dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh para peserta didik tunagrahita. Hal ini disebabkan karena tingkat intelegensi atau pemahaman anak tunagrahita sangat rendah atau dibawah rata-rata.

Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan. Begitu juga pada metode ceramah memiliki kelebihan diantaranya: guru dapat berbicara langsung dengan siswa dan mengajarkan materi sekaligus melihat keadaaan kelas, selain itu siswa dapat langsung mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Sedangkan kelemahan dari metode ceramah diantaranya: siswa tidak

45

memperhatikan apa yang disampaikan guru dalam hal ini siswa bermain sendiri dan siswa banyak diam.

b. Metode Menghafal

Metode menghafal adalah suatu teknik yang digunakan oleh seorang pendidik dengan menyerukan peserta didiknya untuk menghafalkan sejumlah kata-kata (mufradat) atau kalimat-kalimat maupun kaidah-kaidah. Dengan kata lain metode menghafal adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan kegiatan belajar mengajar pada bidang pelajaran dengan menerapkan menghafal yakni mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain dalam pengajaran pelajaran terebut. Adapun tujuan metode ini adalah agar peserta didik mampu mengingat pelajaran yang diketahui serta melatih daya kognisi, ingatan, dan imajinasi.

c. Metode Demonstrasi

Guru dituntut untuk menyajikan materi dengan cara memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses prosedur atau pembuktian suatu materi yang sedang dipelajari dengan menunjukkan media sebenarnya (praktik langsung) ataupun media tiruan berupa gambar.

Tujuannya adalah mengembangkan kemampuan, pengamatan, pendengaran, dan penglihatan peserta didik secara bersama-sama. Metode demonstrasi digunakan dalam pelajaran fiqh. Peserta didik diberikan materi terlebih dahulu sebelum praktik, agar mereka tahu teori dan tata caranya.

Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan begitu juga pada metode demonstrasi memiliki kelebihan diantaranya: siswa dapat melihat secara langsung peragaan dari guru, kemudian siswa dapat mempraktekkan secara langsung gerakan sholat dengan dibimbing guru agama Islam.

Sedangkan kelemahan dari metode demonstrasi diantaranya: kadangkala siswa ada yang tidak memperhatikan secara seksama dari peragaan yang dicontohkan oleh guru, kemudian dalam peragaannya siswa justru kadang dibuat main-main.

d. Metode Apersepsi

Metode apersepsi merupakan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran akhlak. Hasil dari proses pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan standarisasi yang telah ditentukan oleh guru, hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran, dimana siswa dapat membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang tidak baik, serta siswa dapat berperilaku yang baik kepada guru, dan teman. Maka metode apersepsi yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran akhlak di SLB ABCD Aisyiyah Banggae berjalan cukup efektif. Karena kebiasaan buruk siswa sedikit demi sedikit sudah terkurangi.

Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan. Begitu juga pada metode apersepsi memiliki kelebihan diantaranya: siswa dapat menyatu dalam

47

proses belajar mengajar dan sebagai bentuk intervensi guru selama proses

proses belajar mengajar dan sebagai bentuk intervensi guru selama proses

Dokumen terkait