• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA (STUDI PADA SLB NEGERI SALATIGA) TAHUN 2011 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA (STUDI PADA SLB NEGERI SALATIGA) TAHUN 2011 - Test Repository"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ANAK TUNAGRAHITA

(STUDI PADA SLB NEGERI SALATIGA)

TAHUN 2011

S K R I P S I

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Diajukan o leh :

DIAN SUPRIHATI

NIM : 111 07 019

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)

Dra. Maryatin

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari:

Nama : DIAN SUPRIHATI

NIM : 111 07 019

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM

PADA ANAK TUNAGRAHITA (Studi Pada

NIP. 19690402 199803 2 001

(3)

METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PADA

ANAK TUNAGRAHITA (STUDI PADA SLB NEGERI SALATIGA)

TAHUN 2011

DISUSUN OLEH

DIAN SUPRIHATI

N IM : 111 07 019

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 26 September 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar

saijana SI Kependidikan Islam

Ketua Penguji Sekretaris Penguji Penguji I

Penguji II Penguji III

Susunan Panitia Penguji

: Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. : Dra. Siti Zumrotun, M. Ag. : Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. : Miftachur R if ah, M. Ag. : Dra. Maryatin

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dian Suprihati

NIM :11107019

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 08 September 2011 Yang Mi

Suprihati

(5)

“J ik a in g in m e n u a i b e n ih k e b a h a g ia a n m a k a t e b a r k a n la h b e n ih

k e b a ik a n , k ita m a la i d e n g a n m e n a n a m k e b a ik a n m e n c a b u t r u m p u t

-r u m p u t k e ta m a k a n , b e n e i d a n i-r i h a ti, k e m u d ia n m e n y i-r a m in y a d e n g a n

k e r e n d a h a n h a ti s e r t a m e m b e r i p u p u k p e r ila k u y a n g b e r b u d i”

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati kupersembahkan skripsi ini kepada:

£ f{e d ia (0 m n /j W ua/ui S A jic in ta i

SAjadaA-SACaAa/c/ai ofom S $ c/iA /a i ^ftfobcuja/n^i

0 a /a ti< ja

(6)

Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

rahmat dan hidayah yang dilimpahkan kepada Penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah

Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari Zaman Jahiliyyah

menuju jalan yang penuh hidayah dari Allah SWT. Semoga pada akhirnya kelak

kita termasuk umatnya, Amiin.

Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna untuk

memperoleh gelar Kesaijanaan dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah

memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu di STAIN

Salatiga.

2. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua Puket Bidang Akademik yang telah

memberikan kemudahan dalam proses persetujuan dan perizinan penelitian.

3. Dra. Siti Asdiqoh selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam yang

telah memberikan petunjuk dan izin judul skripsi.

4. Dra. Maryatin. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing,

mengarahkan dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi.

(7)

penelitian.

6. Eko Puji Widodo, S.Pd. selaku guru Agama Islam SLB Negeri Salatiga yang

telah memberikan informasi atas metode pembelajaran agama Islam pada

anak tunagrahita di SLB Negeri Salatiga.

7. Siswa-siswi tunagrahita SLB-C Negeri Salatiga yang telah memberikan

senyum manis atas kehadiran penulis dan keija sama selama penelitian.

8. Ibu dan Bapak penulis, yang telah memberikan dukungan dan doa restu atas

penyusunan skripsi.

9. Semua pihak yang terlibat langsung dan tidak langsung atas dukungan dan

bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan

yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini

semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Salatiga, 08 September 2011

Dian Suprihati

(8)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN DAN TABEL... xii

(9)

A. Pembelajaran Agama Islam ... 19

1. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Um um .... 19

2. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di SLB ... 21

B. Metode Pembelajaran Agama Islam ... 22

1. Metode Pembelajaran Individual ... 23

2. Metode Aplikasi Gerak Iram a... 24

3. Metode Latihan ... 26

4. Metode Perilaku Kognitif... 27

C. Anak Tunagrahita... 29

1. Pengertian Anak Tunagrahita ... 29

2. Karakteristik Anak Tunagrahita... 30

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Tunagrahita... 34

4. Klasifikasi Anak Tunagrahita... 36

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga... 47

1. Letak Sekolah... 47

2. Sejarah Berdirinya... 48

3. Visi, Misi, Tujuan... 49

4. Struktur Organisasi... 49

5. Keadaan Siswa ... 51

6. Keadaan G uru... 55

7. Pendanaan... 59

8. Sarana Prasarana ... 59

9. Keunggulan SLB Negeri Salatiga... 63

10. Partisipasi Lingkungan... 63

B. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga... 64

1. Tujuan Pembelajaran Agama Islam ... 64

2. Waktu, Jadwal, dan Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam .... 65

3. Materi Pembelajaran Agama Islam ... 65

(10)

di SMPLB Negeri Salatiga... 71

1. Metode Ceramah dan Hafalan... 72

2. Metode Demonstrasi ... 72

3. Metode Apersepsi... 72

4. Metode Menyanyi ... 73

5. Metode Latihan ... 74

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam di SLB Negeri Salatiga... 74

L Faktor Pendukung ... 74

2. Faktor Penghambat... 75

BAB IV ANALISIS DATA A. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga ... 76

B. Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Agama Islam dan Efektifitasnya Pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga ... 77

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga... 82

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 87

B. Saran-saran... 88

C. Penutup... 89 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

Bagan I Struktur Organisasi Sekolah... 50

Bagan II Struktur Organisasi Komite Sekolah... 51

Tabel I Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas V I I C ... 53

Tabel II Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas VIII C ... 54

Tabel III Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas IX C ... 54

Tabel IV Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga... 56

Tabel V Keadaan Tenaga Pengajar di SMPLB Negeri Salatiga... 58

Tabel VI Sarana Prasarana SLB Negeri Salatiga ... 61

Tabel VII Jadwal Mata Pelajaran Agama Islam SMPLB Bagian C ... 65

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang universal tidak hanya berbicara ekonomi,

sosial, budaya, dan tidak hanya berbicara urusan akhirat saja tetapi berbicara

dunia khususnya berbicara tentang pendidikan. Pendidikan sudah dicontohkan

dalam Islam, ketika Allah menciptakan nabi Adam a.s., lalu Allah mengajarkan

kepadanya nama benda-benda secara keseluruhannya dan Adam diminta untuk

menyebutkan nama benda-benda tersebut (Al-Baqarah : 31).

Artinya : “ Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" (Q.S. Al-Baqarah : 31)

Islam mendorong kepada umatnya untuk menggali ilmu tidak hanya

dalam pendidikan formal saja, tetapi wajib bagi umatnya untuk melakukan

pengkajian dan pengamatan terhadap berbagai fenomena alam yang merupakan

tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Dengan mengamati dan memperhatikan

berbagai fenomena alam yang terbentang luas itu, niscaya manusia akan dapat

memahami eksistensi dirinya sebagai makhluk Allah SWT (Mahmud, 2001 :

85).

(13)

Salah satu yang membedakan Islam dengan agama yang lainnya adalah

penekanannya terhadap masalah pendidikan (mencari ilmu). Sebagaimana

wahyu yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca (iqra), bukan

untuk shalat, puasa, zakat maupun haji. Dari sinilah pendidikan mempunyai

peranan yang utama dalam islam. Karena dalam al-Qur’an disebutkan bahwa

hanyalah orang-orang yang berilmu, yang dapat memahami dengan baik

lingkungannya dan benar-benar meresapi keagungan Tuhan dan bertaqwa

secara mendalam. Sehingga benarlah ketika antara orang yang berilmu sangat

berbeda dengan orang yang tidak berilmu (Al-Zumar : 9)

ijA

Iji

* _4jj (jlll CUjii jA^»1

X / ' ' z ' ^

Artinya : “(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajar an ”(Q.S. Al- Zumar: 9).

Dewasa ini pendidikan mengalami perkembangan pesat mulai

pendidikan formal, nonformal dan juga informal yang dapat saling melengkapi

dan memperkaya. Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 menyebutkan

bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar (meliputi SD, MI, SMP, MTs,

(14)

SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat), dan pendidikan tinggi (meliputi

diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor). Pendidikan formal adalah

salah satu sarana pengembangan, pengetahuan termasuk bagi mereka yang

berkelainan sehingga ada suatu lembaga pendidikan khusus yang mengelola

dan menangani anak penyandang cacat.

Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan nonformal adalah

pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan

layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan

pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang

hayat. Dan pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan oleh

keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (2003: 15).

Selama ini pola pikir masyarakat kita masih cenderung dikotomis dan

memandang sebelah mata anak berkelainan, bahwa mereka dianggap berbeda

dengan anak normal, mereka dianggap sosok yang tidak berdaya, sehingga

tidak perlu dibantu dan dikasihani. Pada umumnya masyarakat kita

mengabaikan potensi anak cacat serta memandang kecacatan sebagai

penghalang untuk berbuat sesuatu. Pada hakikatnya kecacatan seseorang

bukanlah merupakan penghalang untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu,

dalam memandang anak berkelainan, kita harus melihat dari segi kemampuan

sekaligus ketidakmampuannya.

Disadari atau tidak bahwa kelainan seorang anak memiliki tingkatan

dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dari kelainan tunggal, ganda,

(15)

Keadaan ini jelas memerlukan pendekatan khusus dalam memberikan

pelayanan pendidikan bagi anak berkelainan, karena kondisi kelainannya tidak

memungkinkan datang ke sekolah.

Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang cacat kelainan atau

ketunaan ditetapkan juga dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 yang menyebutkan bahwa : pendidikan

khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena

kelainan fisik, emosional, mental, sosial,dan/atau memiliki potensi kecerdasan

dan bakat istimewa. Tujuannya agar anak-anak tersebut mampu

mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebagai pribadi maupun

anggota masyarakat sehingga mampu hidup mandiri dan mengadakan interaksi

dengan lingkungan sosial disekitamya.

Sebagai anak cacat mereka membutuhkan pendidikan, pendidikan sudah

menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia. Mendidik anak tunagrahita tak

semudah mendidik anak-anak normal. Anak-anak tunagrahita mempunyai ciri-

ciri yang khusus, maka dalam program pendidikannya tidak hanya diperlukan

pelayanan secara khusus akan tetapi juga perlu alat-alat khusus, guru yang

khusus bahkan kurikulum yang khusus pula.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah disediakan berbagai

bentuk layanan pendidikan (sekolah) bagi mereka. Pada dasarnya sekolah

untuk anak berkelainan sama dengan sekolah anak-anak pada umumnya.

(16)

3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran

agama Islam di SLB Negeri Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB Negeri

Salatiga.

2. Mengetahui metode pembelajaran agama Islam yang diterapkan pada anak

tunagrahita di SLB Negeri Salatiga.

3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah

keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran agama Islam

khususnya di jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan Akademisi yang

mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang

(17)

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang

metode pembelajaran agama Islam pada anak tunagrahita di SLB

Negeri Salatiga.

b. Dengan penelitian ini diharapkan guru dapat menerapkan dan

mengembangkan metode pembelajaran yang tepat terhadap peserta

didik.

c. Peserta didik diharapkan dapat dengan mudah mempelajari materi

agama Islam dengan baik (segi kognitif, afektif dan psikomotorik

walaupun dengan segala keterbatasan).

d. Dengan metode pembelajaran agama Islam yang tepat, orang tua dapat

belajar dan menerapkannya ketika membimbing putra/putrinya di

rumah.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak teijadi kesalahpahaman pengertian dalam judul skripsi ini,

penulis perlu memberikan penegasan terhadap istilah yang digunakan dalam

judul di atas, antara lain sebagai berikut:

1. Metode Pembelajaran Agama Islam

Menurut Purwadarminto, “metode adalah cara yang telah teratur

dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud” (Sudjana, 2001 :

8). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah

(18)

agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara keija yang bersistem

untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan

yang dikehendaki (2001 : 740).

Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar.

Sudjana (2001: 8) mengatakan, bahwa pembelajaran dapat diberi arti

sebagai setiap upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk

menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan

dengan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan.

Agama Islam adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT

kepada Rosul-Nya untuk disampaikan segenap umat manusia, sepanjang

masa dan seluruh persada (Anshari, 1992: 35).

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan metode pembelajaran agama Islam adalah upaya yang ditempuh

pendidik dalam melaksanakan pembelajaran agama Islam di sekolah agar

memudahkan dalam mencapai tujuan utama khususnya pembelajaran

agama Islam.

2. Anak Tunagrahita

Anak adalah manusia yang masih kecil (Departemen P dan K, 1989

: 31). Sedangkan peristilahan Tunagrahita (B3PTKSM, P. 19) Tunagrahita

merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardasion).

Tunagrahita berasal dari bahasa sangsekerta, Tuna berarti merugi,

(19)

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak

yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah

tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi

anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh

keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah keterbelakangan

mental, karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar

untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh

karena itu anak keterbelakangan mental membutuhkan layanan pendidikan

secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan anak tunagrahita adalah anak yang memiliki problema belajar yang

disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi,

sosial, dan fisik.

3. Sekolah Luar Biasa ( SLB)

Sekolah Luar Biasa adalah sekolah yang dirancang khusus untuk

anak-anak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan. SLB bagian B

untuk anak tunarungu dan SLB bagian C untuk anak dengan

keterbelakangan mental (retardasi mental/tunagrahita). Berdasarkan

kemampuan intelengensi anak, maka SLB-C dibedakan atas :

a. SLB-C : untuk anak retardasi mental dengan angka I.Q. 50-75 yaitu

(20)

b. SLB-C1 : untuk anak retardasi mental dengan angka I.Q. 25-50 yaitu

anak yang mampu latih.

Sedangkan yang menjadi obyek penelitian yaitu pada jenjang

SMPLB. Yang dimaksud dengan SMPLB adalah Sekolah Menengah

Pertama Luar Biasa.

Berdasarkan penegasan istilah yang telah dijabarkan maka maksud judul

di atas adalah upaya merencanakan, melaksanakan dan evaluasi pembelajaran

agama Islam dapat diterapkan dengan mudah khususnya bagi anak tunagrahita

sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam baik dari segi kognitif, afektif dan

psikomotorik.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati (Lexy. J. Moleong, 2009: 3). Sedangkan pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif yaitu penelitian

yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta

yang ditemukan di lapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena

dan tidak berupa angka-angka. Dalam penelitian ini yang akan diamati

(21)

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti yang dimaksud adalah bahwa peneliti sebagai

pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi

masih melakukan fungsi pengamatan, ia sebagai anggota pura-pura, jadi

tidak melebur dalam arti sesungguhnya (Moleong, 2009: 77). Peneliti ikut

berperan serta menjadi pengamat dalam metode pembelajaran dan

mengikuti secara pasif kegiatan pembelajaran selama penelitian

berlangsung.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Salatiga. Tepatnya berada di

kelurahan Mangunsari Salatiga. Di dalam SLB ini terdapat jenjang

pendidikan yaitu SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah

Menengah Pertama Luar Biasa), dan SMALB (Sekolah Menengah Atas

Luar Biasa). Adapun yang akan menjadi objek penelitian adalah pada

jenjang SMPLB.

4. Sumber Data

Pada penelitian ini, ada beberapa sumber data yang akan digunakan

untuk memperkuat penelitian ini. Sumber data yang dikumpulkan melalui

penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu subjek dan informan.

Adapun yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah sumber tempat

kita memperoleh keterangan penelitian, sedangkan informan yaitu orang

yang memberikan pesan atau memaparkan data (Tatang M. Amirin, 1990:

(22)

agama Islam dan yang menjadi informan penelitian adalah kepala sekolah

serta dewan guru di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)

Negeri Salatiga.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur Pengumpulan data yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J.

Moleong, 2009: 186). Wawancara yang dilakukan bersifat lentur,

terbuka, dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan semakin terfokus,

rinci, dan mendalam.

Maksud wawancara adalah untuk mengumpulkan data-data

tentang sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasinya, sarana-

prasarana, keadaan siswa, dan metode pembelajaran, sedangkan yang menjadi narasumber adalah kepala sekolah dan guru.

b. Observasi

Dalam bukunya "Metodologi Research", Sutrisno Hadi

mengatakan bahwa observasi bisa dikatakan sebagai pengamatan dan

(23)

obyek, peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain. Burhan

Bungin (2004:99) menyatakan bahwa:

“Keabsahan data dilakukan untuk meneliti kredibilitasnya menggunakan teknik kehadiran peneliti di lapangan, observasi mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, dan teori), pembahasan dengan sejawat melalui diskusi, melacak kesesuaian hasil dan pengecekan anggota”.

Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan melalui dapat tidaknya

ditransfer ke latar lain/keteralihan yang dilakukan dengan uraian rinci.

Sedangkan ketergantungan pada konteksnya atau kepastian data bila

dikonfirmasikan dengan sumbernya dilakukan menggunakan audit.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua teknik

validasi, adapun teknik validasi yang digunakan adalah validasi sumber

data yaitu kepala sekolah dengan guru agama Islam dan validasi metode

yang meliputi: interview, observasi, dan dokumentasi.

8. Tahap-tahap Penelitian

a. Penelitian Pendahuluan

Mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan metode pembelajaran agama

Islam pada anak tunagrahita.

b. Penelitian Desain

Setelah mengetahui beberapa metode yang dilaksanakan dalam

pembelajaran agama Islam pada anak tunagrahita berdasarkan buku-buku

yang telah dikaji kemudian melakukan observasi dalam kegiatan belajar

(24)
(25)

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Agama Islam

1. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Umum

Ada tiga faktor yang mempengaruhi penggunaan metode

pembelajaran agama Islam yaitu tujuan dan karakteristik bidang studi

agama Islam, kendala pembelajaran, serta karakteristik peserta didik.

Pembelajaran agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap agama Islam

sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada

Allah SWT. Dan yang dimaksud dengan karakteristik bidang studi

pembelajaran agama Islam adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang

terbangun dalam struktur isi dan konstruk/tipe isi bidang studi agama

Islam berupa fakta, konsep, dalil/hukum, prinsip/kaidah, prosedur, dan

keimanan yang menjadi landasan dalam mendeskripsikan strategi

pembelajaran (Muhaimin, 2002:150).

Faktor yang kedua yaitu kendala pembelajaran adalah keterbatasan

sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatasan

dana yang tersedia. Sedangkan faktor yang ketiga yaitu karakteristik

peserta didik adalah kualitas perseorangan peserta didik, seperti bakat,

kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar, dan kemungkinan hasil

belajar yang akan dicapai. Jadi ketiga faktor diatas sangat mempengaruhi

(26)

Pembelajaran agama Islam di sekolah-sekolah umum diberikan

sesuai dengan jenjangnya. Materi agama Islam pun disesuaikan dengan

jenjang pendidikannya. Materi tersebut antara lain sejarah Islam, shalat,

thaharoh, puasa, hafalan surat-surat pendek dan doa sehari-hari, dan

tajwid.

Dalam pembelajaran agama Islam, tugas guru sangatlah berat.

Seorang guru dituntut memiliki sifat-sifat tertentu, antara lain : kesiapan

mental dalam menghadapi berbagai kesulitan mengajar, mampu

memegang teguh nilai-nilai kemanusiaan, selalu ingin meningkatkan

prestasi, menguasai teknik-teknik mengaktifkan murid, dan menjadi

teladan bagi murid-murid (Mansyur, dkk., 1982: 10-11).

2. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di SLB

Materi agama Islam yang diberikan kepada anak tunagrahita

hanya dibatasi pada materi-materi yang sederhana. Muatan materinya

meliputi al-qur’an, aqidah, akhlak, dan fiqih. Cara penyampaian

materinya yang berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan

kehidupan Islami seperti doa sehari-hari, surat-surat pendek, pengenalan

huruf hijaiyah, pengenalan rukun iman, rukun Islam, wudhu, shalat

berikut prakteknya, serta memberi contoh yang baik pada anak didik.

Dalam pembelajaran agama Islam guru mengajar dengan rasa

sabar, berulang-ulang, serta dengan memberikan contoh-contoh

sederhana sehingga siswa dapat sedikit demi sedikit memahami materi

(27)

pembelajaran di SLB yaitu walaupun metode yang diterapkan sama

dengan sekolah umum, namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan

dalam sistem menggunakan metode-metode yang ada.

Jadi, berdasarkan teori di atas, anak-anak tunagrahita juga

memiliki hak untuk mendapatkan pengetahuan akademik seperti anak-

anak pada umumnya di mana kurikulum dan materinya disesuaikan

dengan kondisi mereka dan yang berupa materi-materi sederhana.

Sedangkan penyampaian materinya menggunakan metode-metode

khusus sesuai dengan gangguan yang dialami siswa.

B. Metode Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita

Menurut Purwadarminto, “metode adalah cara yang telah teratur dan

terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud” (Sudjana, 2001: 8).

Metode juga diartikan cara yang sebaik-baiknya mencapai tujuan

(Surakhmad,1986: 23). Sedangkan metode pembelajaran merupakan cara

guru menyajikan atau mengemas materi pembelajaran kepada siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran (Suprayekti, 2003: 13). Metode pembelajaran

dapat pula diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

yang dipergunakan oleh seorang guru atau seorang instruktur.

Sedangkan metode mengajar adalah teknik penyajian yang dilakukan

guru untuk mengajar / menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam

kelas atau pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar (Mansur, 1995:

(28)

Pada umumnya setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran

memerlukan adanya teknik penyampaian materi pembelajaran yang

sistematis, karena “metode” mengandung unsur managemen pembelajaran.

Beberapa metode pendidikan yang secara umum digunakan di sekolah luar

biasa antara lain :

1. Metode Pembelajaran Individual

Dalam melakukan kegiatan-kegiatan di sekolah, kesanggupan dan

kecepatan anak berbeda. Anak yang cerdas akan jauh lebih cepat

menyelesaikan tugas-tugasnya dalam hitungan daripada anak yang kurang

cerdas. Demikian pula dalam berbagai bidang terdapat perbedaan

kesanggupan. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu dipikirkan

bagaimana cara mengorganisir pelajaran sedemikian rupa sehingga dapat

memenuhi atau sesuai dengan kesanggupan anak sebagai individu.

Maria Montessori yang mula-mula memperhatikan hal ini

menganjurkan adanya pengajaran individual. Prinsip yang dikemukakan

ialah : “ pekeijaan sekolah harus disesuaikan kepada individu”. Anak-anak

harus diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan daya-

dayanya yang terbaik dan sesuai dengan kecepatan berkembang pada

masing-masing anak. Pengajaran individual ini untuk memenuhi

kebutuhan individu dan belajar kelompok hanya merupakan pelengkap

untuk sosialisasi (Zakiah dkk, 2001: 120)

Setiap pembelajaran di kelas idealnya bersifat individual dan

(29)

dengan pembentukan fisik, emosi, sosialisasi, dan daya nalar (Bandi, 2005:

3).

Esensi dari pola gerak yang mampu meningkatkan potensi diri anak

berkebutuhan khusus adalah kreativitas. Kreativitas ini diperlukan dalam

pembelajaran yang bermuatan pola gerak, karena tujuan akhir dari suatu

program pembelajaran semacam ini adalah perkembangan kemampuan

kognitif dan kemampuan sosial melalui kegiatan individu maupun dalam

kegiatan bersosialisasi.

Gejala-gejala yang menghambat proses belajar-mengajar peserta

didik dengan hendaya (gangguan) perkembangan perlu diupayakan untuk

dihilangkan atau sedikitnya diturunkan melalui intervensi guru dalam

pengaplikasikan pola khusus yang dimasukkan kedalam rancangan

pembelajaran. Intervensi guru dengan mengaplikasikan pola khusus di sini

dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang merupakan bentuk-bentuk

aplikasi pola gerak yang ada pada ilmu gerak irama dan mengarah pada

pola permainan teraupetik (penyembuhan perilaku non adaptif). Dasar

pemikirannya adalah bahwa mereka pada umumnya kurang cerdas, mudah

lupa, kurang mampu untuk mengikuti alur pikir logis, sulit menguasai

konsep-konsep, mempunyai hambatan yang diakibatkan oleh faktor

genetika serta lingkungan, kegiatan fisik dan mental tidak mencapai

kapasitas yang maksimal.

Dari data mengenai karakteristik khusus tersebut seorang guru

(30)

intervensi khusus, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak mengalami

kejenuhan dan kehilangan bentuk sasaran akhir.

Pengetahuan guru tentang perkembangan, kemampuan, dan

kelemahan fungsional peserta didiknya mengharuskan seorang guru untuk

mampu menyusun program kegiatan belajar mengajar yang bersifat

individual, terutama dengan memanfaatkan media pola gerak irama yang

disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik khusus peserta didik.

Dengan gerak irama ini, diharapkan pembelajaran mengarah pada hal-hal

yang menyenangkan dan tidak menjemukkan. Selain itu dengan program

pembelajaran berbasis gerak irama, pembelajaran dapat lebih diarahkan

pada pemberian treatment atau intervensi khusus, sehingga dapat lebih

memanipulasi alat atau media, sumber bahan, serta situasi lingkungan

sekolah.

3. Metode Latihan (treatment)

Sasaran pembelajaran yang esensial terhadap anak-anak dengan

hendaya perkembangan harus dicapai melalui metode latihan atau

treatment yang tepat. Metode latihan tersebut ditujukan bagi usaha-usaha

memodifikasi perilaku mal-adaptif agar menjadi perilaku adaptif.

Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah

kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai

tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya.

Pada penderita retardasi mental (tunagrahita) gangguan perilaku adaptif

(31)

masyarakat sekitarnya. Perilaku adaptif merupakan cerminan dasar

terhadap perilaku utuh seorang anak dengan hendaya perkembangan untuk

dapat hidup bermasyarakat (Ashman & Elkins, 1994: 443; Leland, 1973:

28; Patton, 1986: 130-133 dalam Delphi B. 2005: 5). Perilaku adaptif

menurut Grossman (1983:64) didefinisikan secara nyata dengan

pembatasan terhadap “keefektifan individu dalam memenuhi ukuran perkembangan diri, belajar, kebebasan pribadi, dan tanggung jawab sosial

yang diharapkan sesuai dengan tingkat umur dan budaya

kelompoknya”(dalam Delphi, B. 2005: 5).

Latihan dimaksudkan yaitu agar pengetahuan siswa dan kecakapan

tertentu dapat menjadi miliknya, dan betul-betul dikuasai siswa. Dengan

kata lain metode latihan adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran

dengan jalan/cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil

dalam melaksanakan tugas latihan yang diberikan. Latihan-latihan perlu

untuk ketrampilan, kemahiran, dan spontanitas penguasaan hasil belajar.

Dalam pelajaran agama, metode latihan dapat dilakukan misalnya :

untuk melatih siswa dapat membaca al-Qur’an, latihan ibadah shalat,

latihan berpuasa bulan Ramadhan, dan berbagai topik lainnya.

4. Metode Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Methods)

Perkembangan layanan pendidikan setelah tahun 1960, banyak

menggunakan pendekatan dengan metode perilaku kognitif dalam usaha

mengatasi masalah yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar bagi anak

(32)

d. Menyiapkan jenjang ketrampilan yang akan diajarkan sesuai dengan

kebutuhan siswa agar pembelajaran beijalan sukses.

e. Menyiapkan contoh dan kondisi perilaku yang diperlukan dalam

pembelajaran

f. Pergunakanlah penguatan (re-inforcement), hukuman {punishment),

dan penarikan kegiatan {>extinction) terhadap perilaku-perilaku yang

muncul saat pembelajaran.

g. Lakukan evaluasi terhadap prestasi siswa secara terus-menerus

(Ashman & Elkins, 1994:461 dalam Delphi, B. 2005: 69).

C. Anak Tunagrahita

1. Pengertian Anak Tunagrahita

Mental atau kecerdasan bagi manusia merupakan pelengkap

kehidupan yang paling sempurna sebab kecerdasan adalah suatu yang

dapat membedakan antara manusia dengan makhluk lain yang ada di

muka bumi, dengan bekal kecerdasan mental yang memadai semangat

hidup lebih indah dan harmonis sebab melalui kecerdasan mental manusia

dapat merencanakan atau memikirkan hal-hal yang sangat bermanfaat dan

menyenangkan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam

kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation,

(33)

Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan

kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai

oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental

karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk

mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh

karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan

secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut

(Sutjihati, 2006: 103).

Sedangkan definisi anak tunagrahita yang dikembangkan oleh

AAMD (American Association o f Mental Deficiency) adalah sebagai

berikut: “Keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual di

bawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam

penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan” (Kauffman

dan Hallahan, 1986; dalam Sutjihati, 2006: 104)

Jadi tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi di

mana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak

mencapai tahap perkembangan yang optimal.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita

T u n a g ra h ita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi

dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga

tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa

(34)

5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang

dihadapi.

6) Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca,

tulis, hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV

Sekolah Dasar (M. Efendi, 2006: 98)

b. Keterbatasan Sosial

Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak

tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri

dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan.

Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda

usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak

mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga

mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah

dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan

akibatnya (Sutjihati, 2006: 105).

Sebagai makhluk individu dan sosial anak tunagrahita

mempunyai hasrat untuk memenuhi segala kebutuhan sebagaimana

layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya anak tunagrahita lebih

sering mengalami kegagalan dan hambatan yang berarti. Akibatnya

anak tunagrahita mudah frustasi, dari perasaan frustasi tersebut pada

gilirannya akan muncul perilaku menyimpang sebagai reaksi dari

mekanisme pertahanan diri dan sebagai wujud penyesuaian sosial

(35)

misalnya namanya sendiri, alamat rumahnya. Mereka masih dapat

dididik mengurus diri, seperti mandi, berpakaian, makan, minum,

mengerjakan pekerjaan rumah tangga sederhana seperti menyapu,

membersihkan perabot rumah tangga.

Dalam kehidupan sehari-hari, anak tunagrahita sedang

membutuhkan pengawasan yang terus menerus. Mereka juga masih

dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu

pula dengan perlindungan dari bahaya. Sedikit perhatian dan

pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak

tunagrahita sedang.

Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari

pelajaran-pelajaran akademik. Mereka pada umumnya belajar secara

membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak

tunagrahita ringan. Mereka hampir selalu bergantung pada

perlindungan orang lain. Pada umur dewasa mereka baru mencapai

kecerdasan sama dengan anak umur tujuh atau delapan tahun,

c. Tunagrahita Berat

Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot.

(36)

Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak

t u n a g ra h ita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia

tidak mampu mengurus diri sendiri atau bersosialisasi. Anak

tu n a g ra h ita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam

hal berpakaian, mandi, makan, bahkan mereka memerlukan

perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.

Diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena selain

adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari

orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan

perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini temasuk tipe

klinik, mereka dapat dilatih higiene dasar saja dan kemampuan

berbicara yang sederhana, tetapi tidak dapat dilatih ketrampilan

kerja.

Anak tunagrahita sangat berat termasuk dalam tipe klinik.

Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik

sangat jelas, anak tunagrahita sangat berat kemampuan

berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya

tergantung pada orang disekitamya.

Tingkat pencapaian kemampuan belajar menurut Cohen dan

Manion (1994:318) terdiri atas:

1) High Achievers , yaitu peserta didik dengan tingkat pencapaian

prestasi belajar mereka diatas re-rata kelompok. Layanan bagi

(37)

perkembangan kemampuan inteletual, karena mereka

mempunyai gejala khusus dalam beberapa aspek antara lain

kemampuan intelektual, kepemimpinan, dan gaya berpikir

kreatif ( Marland. 1972; Milgram, 1983 : 10 dalam Delphi, B.

2005: 55).

2) Average Achiever, yaitu peserta didik dengan tingkat pencapaian

prestasi belajar mereka berada pada tingkat kecenderungan

umum dalam kelompok.

3) Low Achiever, yaitu peserta didik pada tingkat pencapaian

prestasi belajar mereka dibawah re-rata kelompok. Siswa Low

Achiever memerlukan layanan bantuan belajar yang lebih dan

bersifat khusus. Oleh karena itu kemampuan mental dalam

proses belajar mengajar mereka lebih banyak diarahkan pada

perilaku yang bersifat lahiriah untuk menggali perilaku tertutup

(Virgil & Ward, 1980; Conny, S., 1977: 113 dalam Delphi, B.

2005: 55). Termasuk ke dalam kelompok ini adalah mereka

yang mempunyi hendaya perkembangan atau tunagrahita.

Peserta didik Low Achiever memerlukan pembelajaran secara

individu karena mereka mengalami kesulitan dalam aspek

sensorimotor, kreativitas, interaksi sosial, dan bahasa. Dan hal

ini disebabkan mereka mempunyai karakteristik spesifik antara

lain kurang cerdas, daya ingat yang rendah, tidak menguasai

(38)

Mendidik anak yang berkelainan fisik, mental, maupun

karakteristik perilaku sosialnya tidak sama seperti mendidik anak

normal, sebab selain memerlukan suatu pendekatan yang khusus

juga memerlukan strategi yang khusus.

Pengembangan prinsip-prinsip pendekatan secara khusus

yang dapat dijadikan dasar dalam upaya mendidik anak berkelainan

antara lain:

a) Prinsip kasih sayang

Prinsip kasih sayang pada dasarnya adalah menerima mereka

sebagaimana adanya dan mengupayakan agar mereka dapat

menjalani hidup dan kehidupan dengan wajar, seperti layaknya

anak normal lainnya.

b) Prinsip layanan individual

Pelayanan individual dalam rangka mendidik anak berkelainan

perlu mendapatkan porsi yang lebih besar, sebab setiap anak

berkelainan dalam jenis dan derajat yang sama seringkah

memiliki keunikan masalah yang berbeda antara satu dengan

yang lainnya.

c) Prinsip kesiapan

Untuk menerima suatu pelajaran tertentu diperlukan kesiapan.

Khususnya kesiapan anak untuk mendapatkan pelajaran yang

(39)

mental) penulis dapat menyimpulkan bahwa anak tunagrahita

mempunyai kelainan perilaku yang berbeda dengan anak normal.

Kelainan tersebut ditandai oleh sikap perilaku yang suka menyakiti

diri sendiri, suka menghindarkan diri dari orang lain dan suka

menyendiri.

Selain itu anak tunagrahita mengalami kesulitan dan lambat

dalam menangkap atau memahami pelajaran yang disampaikan oleh

guru, hal ini disebabkan karena anak tunagrahita memiliki

keterbatasan dari segi kognitif. Pada aspek ketrampilan anak

tunagrahita mempunyai kelemahan pada segi ketrampilan gerak, dan hal ini disebabkan karena terhambatnya perkembangan gerak dan

(40)

A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga

SLB Negeri Salatiga adalah sekolah yang memiliki empat jenjang

pendidikan yaitu TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Karena SMPLB

Negeri Salatiga adalah jenjang pendidikan yang bangunannya tidak berdiri

sendiri, tetapi menjadi bagian dari SLB Negeri Salatiga, maka akan disajikan

data secara umum SLB Negeri Salatiga, kecuali untuk data murid akan

disajikan khusus hanya pada SMPLB Negeri Salatiga.

1. Letak Sekolah

'y

SLB Negeri Salatiga menempati areal tanah seluas 3810 m .

Sebidang tanah ini diatasnya berdiri bangunan permanen untuk sekolah

TKLB,SDLB, SMPLB, dan SMALB.

Adapun batas-batasnya, yaitu:

a. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk

b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk

c. Sebelah timur berbatasan dengan Villa Permata Banjaran

d. Sebelah barat berbatasan dengan SD Mangunsari 02

Lokasi SLB Negeri Salatiga terletak di Jl. Hasanudin Gang III

desa Banjaran, kelurahan Mangunsari kecamatan Sidomukti, kota

Salatiga (observasi dan dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011).

(41)

2. Sejarah Berdirinya

SLB Negeri salatiga adalah sekolah yang melayani pendidikan

bagi sekolah berkebutuhan khusus/luar biasa/cacat jenis : Tunanetra (A),

Tunarungu (B), Tunagrahita (C), Tunadaksa (D), Tunalaras (E),

Tunaganda (G)

Sekolah ini berada dibawah naungan Departemen Pendidikan

Nasional. Pada awalnya SLB Negeri Salatiga adalah SDLB Negeri

Mangunsari Salatiga (jenjang sekolah dasar) yang berdiri tahun 1983

berdasar Inpres Nomor 4/1983, dengan jumlah siswa awal 4 anak jenis

ketunaan tunagrahita (C) yang diasuh oleh 5 orang guru.

Perkembangan selanjutnya SLB Negeri Salatiga menyesuaikan

situasi dan kondisi utamanya difokuskan untuk memberikan pelayanan

pada anak yang berkebutuhan khusus. Layanan pendidikan tersebut

kemudian diberi SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Nomor 421.8/24686 tanggal 25 Juni 2007 beralih status menjadi SLB

NEGERI SALATIGA yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan

jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB.

SLB Negeri Salatiga mengawali pembelajaran pada tahun ajaran

2008/2009 dengan melayani pendidikan untuk jenjang : SDLB, jumlah

siswa 89 dalam 20 kelas/rombongan belajar, SMPLB dengan jumlah

siswa 29 dalam 6 kelas/rombongan belajar, dan SMALB jumlah

siswanya 3 dalam 1 kelas/rombongan belajar. Yang dilayani oleh 28

(42)

3. Visi, Misi, dan Tujuan

a. Visi

SLB Negeri Salatiga memiliki Visi yaitu “Mendidik siswa

mandiri, berkemampuan optimal dan berakhlak mulia”.

b. Misi

1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengacu pada

perundang-undangan yang berlaku

2) Melaksanakan program kurikulum yang berlaku

3) Menambah kegiatan ketrampilan

4) Menambah bimbingan agama

c. Tujuan

1) Menampung anak berkebutuhan khusus (Anak Luar Biasa/

Penyandang Ketunaan) di daerah Salatiga dan sekitarnya dalam

lembaga pendidikan formal

2) Mengembangkan potensi anak didik untuk menghadapi masa

depan mereka yang kompetitif

3) Memberikan pelayanan pendidikan secara utuh dan

berkesinambungan (dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011).

4. Struktur Organisasi

Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur

segala urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut

(43)

adanya struktur organisasi (dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011).

Adapun struktur organisasi SLB Negeri Salatiga sebagai berikut:

Bagan I

(44)

Struktur Organisasi Komite Sekolah Bagan II

5. Keadaan Siswa

Dalam perspektif pembelajaran agama Islam, anak didik

merupakan subjek dan objek dalam pendidikan. Aktivitas pendidikan

tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan anak didik. Oleh karena itu, guru

dan anak didik sebagai dwi tunggal, artinya keduanya tidak dapat

(45)

menjadi penyebab tidak adanya kegiatan pendidikan (Syaiful Bahri,

2004: 92).

Siswa yang ada di SLB Negeri Salatiga ini ada yang berasal dari

pindahan sekolah umum ke sekolah khusus atau inklusif, karena ada

beberapa faktor penyebab diantaranya mereka mengalami kesulitan dan

keterlambatan dalam memahami pelajaran di sekolah umum sehingga

peserta didik ini dipindahkan dan dimasukkan ke SLB Negeri Salatiga ke

dalam kelas Bagian C sesuai dengan tingkat anak ketunaan yang

disandang.

Setiap tahunnya SLB Negeri Salatiga selalu menerima dan

meluluskan siswa. Penerimaan siswa baru setiap tahunnya mengalami

kenaikan. Dan SLB Negeri Salatiga juga meluluskan siswanya dan

diharapkan setelah lulus siswa itu dapat mandiri dan menghidupi dirinya

tanpa bantuan orang lain dengan bekal ketrampilan yang dimilikinya baik

di lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat tanpa merasa minder

dengan anak normal (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011).

Agar lebih jelasnya akan disajikan data tentang keadaan siswa

SMPLB di SLB Negeri Salatiga tahun 2011/2012 khususnya kelas bagian

(46)
(47)

Keadaan Siswa SMPLB Bagian C kelas VIIIC

Keadaan Siswa SMPLB Bagian C kelas IX C

NO NAMA TTL AGAMA ALAMAT

1 Sidiq Adi Salatiga, Islam Ngawen RT.10/VI

Wicaksono 23-08-1995 Salatiga

2 Roy Sabala Semarang, Islam Jl. Plongkowati 1/18

11-04-1992 Tg.Rejo Salatiga

(48)

6. Keadaan Guru

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab

untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual

maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. Dipundaknya

terletak tugas dan tanggung jawab yang berat dalam upaya mengantarkan

anak didik ke tujuan pendidikan yang dicita-citakan yaitu untuk

mencerdaskan kehidupan anak didik (Syaiful Bahri, 2004: 87).

Tenaga pengajar atau guru yang bertugas di SLB Negeri Salatiga

pada tahun 2011/2012 seluruhnya ada 39 orang yang terdiri dari 32 PNS,

6 Guru Wiyata Bakti dan 1 orang penjaga. Guru yang mengajar di SLB

Negeri Salatiga tersebut berasal dari lulusan Pendidikan Luar Biasa

(PLB) dan berpendidikan SI, D2, D3, dan SGPLB, 1 Lulusan SMA, dan

1 lagi lulusan SMP. Sedangkan untuk guru yang mengajar khusus di

SMPLB C berjumlah 9 orang.

Guru-guru di SLB Negeri Salatiga mendapatkan tugas dan

tanggung jawab mengampu mata pelajaran sesuai dengan bidangnya

masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik guru-

guru yang ada di SLB Negeri Salatiga tidak pernah merasa mengeluh,

menjalankan tugasnya dengan penuh semangat, sabar dan ikhlas dalam

membimbing anak yang berkebutuhan khusus mulai dari anak tunarungu

sampai dengan anak yang mengalami keterbelakangan mental, dan anak

(49)

Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan daftar tabel tenaga

pengajar di SLB Negeri Salatiga sebagai berikut:

Tabel IV

Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga

No Nama Pendidikan Jabatan Mengajar Kelas

1 M uhlisun, S.Pd. S .l P.m at K ep.Sek M at D 6B,C

2 Trisnani S G P L B C G uru D2C

3 R ohani Es S G P L B A G uru D6C

4 R ohana D s SGPLB A Guru D4C1

5 Siti A isyah, S.Pd. S I Pkn G uru D2C1

6 N unik Supriyatm i SGPLB A G uru D4B

7 Siti R ahayu SGPLB C G uru K T K K ecantikan

8 K usnanto SG PLB A G uru D 3A

9 Sri M ulyani SGPLB E G uru D2B

10 W agim an SGPLB C G uru VIIIB

11 Subiyati SGPLB E G uru D5C1

12 Y ekti W ibaw ani SGPLB C G uru D6C1

13 Sri R ahayu SGPLB D G uru D4C

14 R astini SGPLB C G uru D3C

15 W aw an P. SGPLB A G uru VIIB

16 Indyatno, B A SmPLB G uru K T K Kayu

17 M uh Ihromi D 2 P A I G uru PA I SDLB

18 Juzan SG PLB C G uru D5C

(50)

20 Sri Lestari W ahyu H , S.Pd S I PPK n G uru X IC , PK n

21 O tto D anang S G P L B A G uru X C , K T K O to m o tif 22 Indah W idyahety, S.Pd S I Seni G uru SBK

23 K hoirul H idayati, S.Pd S I PLB G uru D1D1 24 N inda Solikhah, S.Pd S I PLB G uru D IB 25 H astien C andra N ingrum ,

S.Pd

SI PLB G uru D1C1

26 Lusi W ulandari SM A G uru PA K SDLB

27 M asiyem SGPLB C G uru K TK Busana

28 B aniyah, S.Pdl SI T ad Bhs Inggris

G uru D3 A utis

29 R eni Indriyani A gustine, A .M d

D3 Tata B oga

PSTK W

(51)

-Keadaan Tenaga Pengajar di SMPLB Negeri Salatiga

Tabel V

No Nama Pendidikan Jabatan Mengajar Kelas

1 D rs. Saijiya S I PLB G uru IXC1

2 Sulam o SG PLB C G uru IX C

3 Eko Puji W idodo, S.Pd S I PAI G uru PA I SM P/SM A 4 R eni Setiawati, S.Pd S 1 M IP A G uru M atem atika 5 Y ustina Em m a H artati, S I Pend. B. G uru B hs. Inggris

S.Pd Inggris

6 H eriani Tham rin, S.Pd S I K om p G uru TI 7 Fitri Indriyani, S.Si S I O lahraga G uru P enj.O R

8 W isnu Laksono Jati, S.Si S I Thlg G uru P A K SM P/SM A 9 A sih W idiyarti, S.Pd S I P.B io G uru IPA SM P/SM A /6D

Keterangan: Dokumentasi sekolah tahun 2010.

Berdasarkan wawancara (tanggal 23 Mei 2011) dengan kepala

sekolah dan beberapa guru yang ada di SLB Negeri Salatiga, bahwa

mengajar di SLB Negeri Salatiga ini merupakan sebuah peijuangan,

karena guru-guru yang mengajar di SLB Negeri Salatiga berusaha

menjunjung tinggi etos keija dalam menjalankan visi dan misi sekolah

se rta k e s a d a ra n d a n k e ta a ta n m e re k a a k a n tu g a s se b a g a i g u ru yaitu

(52)

7. Pendanaan

Pendanaan adalah hal yang tidak dapat lagi ditawar demi

kelangsungan suatu lembaga pendidikan. Dengan adanya pendanaan

suatu lembaga pendidikan akan lebih maju. Pendanaan di SLB Negeri

Salatiga dikatakan cukup baik atau memadai karena pendanaan ini

berasal dari bantuan Direktorat PLB, pemerintah daerah kota Salatiga,

donatur dari instansi swasta dan dinas sosial. Setiap tahun SLB Negeri

Salatiga mendapat bantuan dari pemerintah pusat tetapi tidak tentu

jumlahnya. Sedangkan pendanaan itu digunakan untuk melengkapi

sarana dan prasarana, penggaji guru, dan alat atau pelengkap sekolah

serta kebutuhan lainnya (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011).

8. Sarana prasarana

Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah,

diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung keberhasilan belajar

mengajar. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang

secara langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan,

khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja,

kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud

dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang

jalannya proses pendidikan atau pengajaran.

Walaupun masih ada sarana dan prasarana yang kurang,

diantaranya media pembelajaran berupa gambar orang shalat, dan gambar

(53)

pendengaran anak). Selain itu, disekolah tersebut juga membutuhkan

ruang terapi (ruang psikoterapi, fisioterapi, hydroterapi, dan ruang terapi

musik), ruang lab/bengkel, ruang BK, serta ruang aula.

Kurangnya sarana prasarana tidak menjadikan guru di SLB Negeri

Salatiga malas untuk mengajar tetapi tetap menjalankan tugas sebagai

pendidik sebagaimana mestinya. Sarana dan prasarana yang ada di SLB

(54)

Sarana Prasarana SLB Negeri Salatiga

13 R uang Perpustakaan

S

1

(55)

kegiatan. Selain itu masyarakat juga ikut menyumbang dari segi pikiran

dan finansial (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011).

B. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di

SMPLB Negeri Salatiga

Karakteristik pembelajaran agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga

hampir sama dengan sekolah reguler, kurikulumnya relatif sama dengan

kurikulum di sekolah umum, hanya dibatasi pada jumlah materinya. Materi

yang diajarkan di SMPLB Negeri Salatiga ditentukan sendiri oleh sekolah

dengan kurikulum yang dibuat. Materi yang diberikan adalah materi

sederhana yang berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan kehidupan

islami (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011).

Kegiatan pembelajaran di SLB Negeri Salatiga, dalam hal penataan

ruang kelasnya menjadi satu kelas antara SD, SMP, dan SMA, dikarenakan

jumlah siswa yang sedikit dan juga mempunyai kecacatan yang sama.

1. Tujuan Pembelajaran Agama Islam

Tujuan pembelajaran adalah faktor yang penting, karena

merupakan arah yang akan dicapai oleh pendidikan. Tanpa tujuan yang

jelas, maka arah pendidikan menjadi kabur. Berdasarkan hasil interview

dengan beberapa orang guru, bahwa tujuan pembelajaran agama Islam di

SMPLB Negeri Salatiga adalah sebagai berikut:

a. Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman

(56)

b. Memberikan bekal budi pekerti (akhlak) agar siswa dapat disiplin

dan hidup mandiri

c. Tercapainya kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.

2. Waktu, Jadwal, dan Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam

Pembelajaran agama Islam untuk jenjang SMPLB bagian C dari

kelas 1-3 di SLB Negeri Salatiga dilaksanakan hanya 1 kali dalam satu

minggu yaitu hari Selasa. Waktu pelaksanaannya pada pagi hari mulai

07.15-10.25 WIB. Untuk lebih jelasnya, penulis akan sajikan jadwal mata

pelajaran agama Islam dalam tabel sebagai berikut:

Tabel VII

Jadwal Mata Pelajaran Agama Islam SMPLB Bagian C

No Hari Kelas Jam Nama Guru

1 Selasa IX C 07.15-08.25 Eko Puji Widodo, S.Pd

2 Selasa VIIIC 08.25-09.15 Eko Puji Widodo, S.Pd

3 Selasa VIIC 09.15-10.25 Eko Puji Widodo, S.Pd

Keterangan: (do cumentasi dan wawancara pada tanggal 24 Mei 2011)

3. Materi Pembelajaran Agama Islam

Materi dan metode termasuk bagian dari alat-alat pendidikan yang

pokok. M a te ri adalah bahan-bahan yang harus d ib erika n atau d isajikan

kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Sudamo

(57)

SLB Negeri Salatiga menggunakan penyesuaian materi dari

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar

Biasa yang kemudian digunakan SLB Negeri Salatiga sebagai acuan

dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar peserta didik. Materi yang dberikan

di SLB Negeri Salatiga berdasarkan sistem semester. Adapun materi

pembelajaran Agama Islam kelas 1-3 SMPLB Bagian C sebagai berikut:

a. Kelas VIIC

1) Al-Qur’an

a) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat Al-

fatikhah

b) Semester genap meliputi menirukan Al-qur’an surat Al-ikhlaz

2) Aqidah

a) Semester ganjil meliputi menunjukkan ciptaan Allah swt,

menghafal enam rukun iman.

b) Semester genap meliputi mencontoh bacaan syahadat tauhid

dan syahadat rasul, dan menirukan kembali dua kalimat

syahadat rasul.

3) Akhlak

a) Semester ganjil meliputi membiasakan perilaku terpuji seperti

menunjukkan perilaku jujur, dan melakukan perilaku tertib.

(58)

4) Fiqih

a) Semester ganjil meliputi menyebutkan pengertian bersuci.

b) Semester genap meliputi mencontoh tata cara bersuci dan

berwudhu dengan tertib.

b. Kelas VIIIC

1) Al-Qur’an

a) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat An-nasr

dan Al-quran surat Al-ashr.

b) Semester genap meliputi menirukan dan melafalkan bacaan

Al-qur’an surat An-naas

2) Aqidah

a) Semester ganjil meliputi menirukan bacaan lima dari asmaul

husna, dan menyebutkan kembali lima dari asmaul husna.

b) Semester genap meliputi melafalkan dan menyebutkan tiga

dari asmaul husna

3) Akhlak

a) Semester ganjil meliputi menunjukkan perilaku rendah hati

dan memberi contoh perilaku hidup sederhana.

b) Semester genap meliputi mencontoh perilaku sopan kepada

teman di kelas dan menampilkan perilaku hormat dan santun

(59)

4) Fiqih

a) Semester ganjil meliputi mencontoh tatacara wudhu dan

melafalkan bacaan sholat.

b) Semester genap meliputi mencontoh gerakan sholat secara

tertib.

c. Kelas IX C

1) Al-Qur’an

a) Semester ganjil meliputi melafalkan huruf-huruf Al-qur’an dari

alif s.d. ya dengan benar.

b) Semester genap meliputi melafalkan sendiri huruf Al-qur’an

dengan lancar.

2) Aqidah

a) Semester ganjil meliputi menyebutkan tiga sifat wajib Allah

dengan lancar.

b) Semester genap meliputi menyebutkan dengan lafal yang benar

sifat mustahil Allah.

3) Akhlak

a) Semester ganjil meliputi menampilkan perilaku tekun dan

perilaku hemat.

b) Semester genap meliputi menampilkan dan menunjukkan

perilaku setia kawan dirumah dan perilaku disekolah dan

(60)

mengenai nama-nama nabi, dan menyanyi nama-nama malaikat beserta

tugasnya.

5. Metode Latihan

Metode latihan yang diterapkan di SLB Negeri Salatiga berjalan

cukup efektif, hal ini guru dalam menyampaikan materi menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan arahan kepada siswa

b. Setelah guru menyampaikan materi siswa diminta untuk latihan

sendiri (dalam hal ini biasanya siswa ditekankan kepada latihan

menulis, membaca, mewarnai, dan menggambar). Biasanya latihan

menulis dipakai pada mata pelajaran al-qur’an, seperti menulis huruf

hijaiyah, kemudian siswa diminta untuk mewarnai huruf hijaiyah

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam

Adapun faktor-faktor yang mendukung dan menghambat

perkembangan pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga adalah

sebagai berikut:

1. Faktor pendukung

a. Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh rasa

ikhlas dan sabar.

b. Guru selalu menjunjung tinggi etos keija dalam menjalankan visi dan

(61)

c. SLB Salatiga keberadaannya didukung oleh pemerintah dan

direktorat PLB.

d. Partisipasi lingkungan yang mendukung

2. Faktor Penghambat

a. Kurangnya kedisplinan siswa dalam masuk sekolah

b. Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang

tunagrahita

c. Minimnya alat peraga dalam media pembelajaran

(62)

Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka pada bab ini

akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah

pelaksanaan metode pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga, serta

faktor pendukung dan penghambat di SLB Negeri Salatiga. Analisis ini

didasarkan pada data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang merupakan

hasil penelitian yang merupakan bukti dan kenyataan yang ada di SLB Negeri

Salatiga.

A. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di

SLB Negeri Salatiga

Penerapan kurikulum agama Islam yang dilaksanakan di SLB Negeri

Salatiga tidak terlepas dari kebijakan Kepala Sekolah setelah berkordinasi

dengan pihak terkait seperti Diknas atau Depag. Disamping itu hendaknya

kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya juga

melibatkan sumber-sumber yang lain yang mungkin dapat meningkatkan

kualitas pendidikan siswanya agar nantinya mampu menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Pengembangan dan implementasi

kurikulum pendidikan agama perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-

konsep dalam ilmu. Dalam hal ini pemikiran para ahli sangat dibutuhkan,

baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi ilmu.

(63)

Didalam pembelajaran agama Islam, guru telah menunjukkan

penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran yang akan diajarkan

kepada siswa, mengaitkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan dan

pengetahuan lain yang relevan, serta menyampaikan materi dengan jelas

sesuai dengan kaidah-kaidah belajar.

B. Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Agama Islam dan

Efektifitasnya pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga

Metode adalah salah satu komponen yang tidak kalah peranannya dari

komponen lainnya dalam pendidikan Islam. Apa pun macam dan jenisnya,

semua metode dapat dipergunakan dalam mendidik anak. Metode

pembelajaran agama Islam yang sering digunakan di SLB Negeri Salatiga

meliputi:

1. Metode Ceramah dan Hafalan

Metode ceramah merupakan metode yang digunakan dalam

menyampaikan materi pada mata pelajaran akidah, dan al-qur’an. Hasilnya

dari proses pembelajaran dengan metode tersebut beijalan sesuai dengan

standarisasi yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil

pembelajaran dalam pelajaran akidah, dimana siswa mampu mengetahui

dan menunjukkan ciptaan Allah SWT. Kemudian dalam mata pelajaran al-

qur’an siswa mampu melafalkan surat-surat pendek dalam al-quran seperti

Gambar

Tabel I Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas V IIC ...................................
Keadaan Siswa SMPLB Bagian C kelas VIICTabel 1
Tabel IVKeadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga
Sarana Prasarana SLB Negeri SalatigaTabel VI
+3

Referensi

Dokumen terkait

dengan amat tertarik untuk meneliti lebih gamblang mengenai “ Strategi Pemasaran Produk Ar-Rum (Ar-rahn Untuk Usaha Mikro Kecil ) Cabang Pegadaian Syariah Pondok Aren-

 Karya komposisi musik Shantika mengolah unsur bunyi dari instrumen suling, kendang, gender wayang yang diolah menjadi berbagai melodi, ditata dengan. unsur musik lainnya

Pak Najib, Mbak Armi, Mbak Dewi, Mbak Yani, Pak Slamet Rahardjo, Mbak Agnes, Kakak Maru dan seluruh staf yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu) yang telah banyak

Yaitu yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada

Kontrak Pintar Syariah merupakan salah satu inovasi teknologi yang efisien dan berpotensi mengurus risiko Syariah dalam transaksi dan penawaran produk di

Dari hasil percobaan diperoleh hasil bahwa alat akan di program pada mikrokontrolernya, sebelum di program mikrokontrolernya akan diberi arus sebesar 7 volt ke

Sanitasi masih menjadi masaJah di Indonesia SaJah satu Jingkungan berisiko adaJah kawasan kUll7uh Pada kawasan kumuh, jamban memenuhi syarat J,9%, sall7pah daJam

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama.ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi