ANAK TUNAGRAHITA
(STUDI PADA SLB NEGERI SALATIGA)
TAHUN 2011
S K R I P S I
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Diajukan o leh :
DIAN SUPRIHATI
NIM : 111 07 019
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
Dra. Maryatin
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama : DIAN SUPRIHATI
NIM : 111 07 019
Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul : METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM
PADA ANAK TUNAGRAHITA (Studi Pada
NIP. 19690402 199803 2 001
METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PADA
ANAK TUNAGRAHITA (STUDI PADA SLB NEGERI SALATIGA)
TAHUN 2011
DISUSUN OLEH
DIAN SUPRIHATI
N IM : 111 07 019
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 26 September 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar
saijana SI Kependidikan Islam
Ketua Penguji Sekretaris Penguji Penguji I
Penguji II Penguji III
Susunan Panitia Penguji
: Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. : Dra. Siti Zumrotun, M. Ag. : Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. : Miftachur R if ah, M. Ag. : Dra. Maryatin
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dian Suprihati
NIM :11107019
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 08 September 2011 Yang Mi
Suprihati
“J ik a in g in m e n u a i b e n ih k e b a h a g ia a n m a k a t e b a r k a n la h b e n ih
k e b a ik a n , k ita m a la i d e n g a n m e n a n a m k e b a ik a n m e n c a b u t r u m p u t
-r u m p u t k e ta m a k a n , b e n e i d a n i-r i h a ti, k e m u d ia n m e n y i-r a m in y a d e n g a n
k e r e n d a h a n h a ti s e r t a m e m b e r i p u p u k p e r ila k u y a n g b e r b u d i”
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati kupersembahkan skripsi ini kepada:
£ f{e d ia (0 m n /j W ua/ui S A jic in ta i
SAjadaA-SACaAa/c/ai ofom S $ c/iA /a i ^ftfobcuja/n^i
0 a /a ti< ja
Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan hidayah yang dilimpahkan kepada Penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari Zaman Jahiliyyah
menuju jalan yang penuh hidayah dari Allah SWT. Semoga pada akhirnya kelak
kita termasuk umatnya, Amiin.
Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna untuk
memperoleh gelar Kesaijanaan dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu di STAIN
Salatiga.
2. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua Puket Bidang Akademik yang telah
memberikan kemudahan dalam proses persetujuan dan perizinan penelitian.
3. Dra. Siti Asdiqoh selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam yang
telah memberikan petunjuk dan izin judul skripsi.
4. Dra. Maryatin. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing,
mengarahkan dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi.
penelitian.
6. Eko Puji Widodo, S.Pd. selaku guru Agama Islam SLB Negeri Salatiga yang
telah memberikan informasi atas metode pembelajaran agama Islam pada
anak tunagrahita di SLB Negeri Salatiga.
7. Siswa-siswi tunagrahita SLB-C Negeri Salatiga yang telah memberikan
senyum manis atas kehadiran penulis dan keija sama selama penelitian.
8. Ibu dan Bapak penulis, yang telah memberikan dukungan dan doa restu atas
penyusunan skripsi.
9. Semua pihak yang terlibat langsung dan tidak langsung atas dukungan dan
bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan
yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini
semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Salatiga, 08 September 2011
Dian Suprihati
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR BAGAN DAN TABEL... xii
A. Pembelajaran Agama Islam ... 19
1. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Um um .... 19
2. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di SLB ... 21
B. Metode Pembelajaran Agama Islam ... 22
1. Metode Pembelajaran Individual ... 23
2. Metode Aplikasi Gerak Iram a... 24
3. Metode Latihan ... 26
4. Metode Perilaku Kognitif... 27
C. Anak Tunagrahita... 29
1. Pengertian Anak Tunagrahita ... 29
2. Karakteristik Anak Tunagrahita... 30
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Tunagrahita... 34
4. Klasifikasi Anak Tunagrahita... 36
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga... 47
1. Letak Sekolah... 47
2. Sejarah Berdirinya... 48
3. Visi, Misi, Tujuan... 49
4. Struktur Organisasi... 49
5. Keadaan Siswa ... 51
6. Keadaan G uru... 55
7. Pendanaan... 59
8. Sarana Prasarana ... 59
9. Keunggulan SLB Negeri Salatiga... 63
10. Partisipasi Lingkungan... 63
B. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga... 64
1. Tujuan Pembelajaran Agama Islam ... 64
2. Waktu, Jadwal, dan Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam .... 65
3. Materi Pembelajaran Agama Islam ... 65
di SMPLB Negeri Salatiga... 71
1. Metode Ceramah dan Hafalan... 72
2. Metode Demonstrasi ... 72
3. Metode Apersepsi... 72
4. Metode Menyanyi ... 73
5. Metode Latihan ... 74
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam di SLB Negeri Salatiga... 74
L Faktor Pendukung ... 74
2. Faktor Penghambat... 75
BAB IV ANALISIS DATA A. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga ... 76
B. Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Agama Islam dan Efektifitasnya Pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga ... 77
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga... 82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 87
B. Saran-saran... 88
C. Penutup... 89 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Bagan I Struktur Organisasi Sekolah... 50
Bagan II Struktur Organisasi Komite Sekolah... 51
Tabel I Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas V I I C ... 53
Tabel II Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas VIII C ... 54
Tabel III Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas IX C ... 54
Tabel IV Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga... 56
Tabel V Keadaan Tenaga Pengajar di SMPLB Negeri Salatiga... 58
Tabel VI Sarana Prasarana SLB Negeri Salatiga ... 61
Tabel VII Jadwal Mata Pelajaran Agama Islam SMPLB Bagian C ... 65
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang universal tidak hanya berbicara ekonomi,
sosial, budaya, dan tidak hanya berbicara urusan akhirat saja tetapi berbicara
dunia khususnya berbicara tentang pendidikan. Pendidikan sudah dicontohkan
dalam Islam, ketika Allah menciptakan nabi Adam a.s., lalu Allah mengajarkan
kepadanya nama benda-benda secara keseluruhannya dan Adam diminta untuk
menyebutkan nama benda-benda tersebut (Al-Baqarah : 31).
Artinya : “ Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" (Q.S. Al-Baqarah : 31)
Islam mendorong kepada umatnya untuk menggali ilmu tidak hanya
dalam pendidikan formal saja, tetapi wajib bagi umatnya untuk melakukan
pengkajian dan pengamatan terhadap berbagai fenomena alam yang merupakan
tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Dengan mengamati dan memperhatikan
berbagai fenomena alam yang terbentang luas itu, niscaya manusia akan dapat
memahami eksistensi dirinya sebagai makhluk Allah SWT (Mahmud, 2001 :
85).
Salah satu yang membedakan Islam dengan agama yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah pendidikan (mencari ilmu). Sebagaimana
wahyu yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca (iqra), bukan
untuk shalat, puasa, zakat maupun haji. Dari sinilah pendidikan mempunyai
peranan yang utama dalam islam. Karena dalam al-Qur’an disebutkan bahwa
hanyalah orang-orang yang berilmu, yang dapat memahami dengan baik
lingkungannya dan benar-benar meresapi keagungan Tuhan dan bertaqwa
secara mendalam. Sehingga benarlah ketika antara orang yang berilmu sangat
berbeda dengan orang yang tidak berilmu (Al-Zumar : 9)
ijA
Iji
* _4jj (jlll CUjii jA^»1X / ' ' z ' ^
Artinya : “(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajar an ”(Q.S. Al- Zumar: 9).
Dewasa ini pendidikan mengalami perkembangan pesat mulai
pendidikan formal, nonformal dan juga informal yang dapat saling melengkapi
dan memperkaya. Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 menyebutkan
bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar (meliputi SD, MI, SMP, MTs,
SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat), dan pendidikan tinggi (meliputi
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor). Pendidikan formal adalah
salah satu sarana pengembangan, pengetahuan termasuk bagi mereka yang
berkelainan sehingga ada suatu lembaga pendidikan khusus yang mengelola
dan menangani anak penyandang cacat.
Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan nonformal adalah
pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat. Dan pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan oleh
keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (2003: 15).
Selama ini pola pikir masyarakat kita masih cenderung dikotomis dan
memandang sebelah mata anak berkelainan, bahwa mereka dianggap berbeda
dengan anak normal, mereka dianggap sosok yang tidak berdaya, sehingga
tidak perlu dibantu dan dikasihani. Pada umumnya masyarakat kita
mengabaikan potensi anak cacat serta memandang kecacatan sebagai
penghalang untuk berbuat sesuatu. Pada hakikatnya kecacatan seseorang
bukanlah merupakan penghalang untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu,
dalam memandang anak berkelainan, kita harus melihat dari segi kemampuan
sekaligus ketidakmampuannya.
Disadari atau tidak bahwa kelainan seorang anak memiliki tingkatan
dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dari kelainan tunggal, ganda,
Keadaan ini jelas memerlukan pendekatan khusus dalam memberikan
pelayanan pendidikan bagi anak berkelainan, karena kondisi kelainannya tidak
memungkinkan datang ke sekolah.
Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang cacat kelainan atau
ketunaan ditetapkan juga dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 yang menyebutkan bahwa : pendidikan
khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial,dan/atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa. Tujuannya agar anak-anak tersebut mampu
mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebagai pribadi maupun
anggota masyarakat sehingga mampu hidup mandiri dan mengadakan interaksi
dengan lingkungan sosial disekitamya.
Sebagai anak cacat mereka membutuhkan pendidikan, pendidikan sudah
menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia. Mendidik anak tunagrahita tak
semudah mendidik anak-anak normal. Anak-anak tunagrahita mempunyai ciri-
ciri yang khusus, maka dalam program pendidikannya tidak hanya diperlukan
pelayanan secara khusus akan tetapi juga perlu alat-alat khusus, guru yang
khusus bahkan kurikulum yang khusus pula.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah disediakan berbagai
bentuk layanan pendidikan (sekolah) bagi mereka. Pada dasarnya sekolah
untuk anak berkelainan sama dengan sekolah anak-anak pada umumnya.
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran
agama Islam di SLB Negeri Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB Negeri
Salatiga.
2. Mengetahui metode pembelajaran agama Islam yang diterapkan pada anak
tunagrahita di SLB Negeri Salatiga.
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah
keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran agama Islam
khususnya di jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan Akademisi yang
mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang
metode pembelajaran agama Islam pada anak tunagrahita di SLB
Negeri Salatiga.
b. Dengan penelitian ini diharapkan guru dapat menerapkan dan
mengembangkan metode pembelajaran yang tepat terhadap peserta
didik.
c. Peserta didik diharapkan dapat dengan mudah mempelajari materi
agama Islam dengan baik (segi kognitif, afektif dan psikomotorik
walaupun dengan segala keterbatasan).
d. Dengan metode pembelajaran agama Islam yang tepat, orang tua dapat
belajar dan menerapkannya ketika membimbing putra/putrinya di
rumah.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak teijadi kesalahpahaman pengertian dalam judul skripsi ini,
penulis perlu memberikan penegasan terhadap istilah yang digunakan dalam
judul di atas, antara lain sebagai berikut:
1. Metode Pembelajaran Agama Islam
Menurut Purwadarminto, “metode adalah cara yang telah teratur
dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud” (Sudjana, 2001 :
8). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah
agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara keija yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang dikehendaki (2001 : 740).
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar.
Sudjana (2001: 8) mengatakan, bahwa pembelajaran dapat diberi arti
sebagai setiap upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk
menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan
dengan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan.
Agama Islam adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Rosul-Nya untuk disampaikan segenap umat manusia, sepanjang
masa dan seluruh persada (Anshari, 1992: 35).
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan metode pembelajaran agama Islam adalah upaya yang ditempuh
pendidik dalam melaksanakan pembelajaran agama Islam di sekolah agar
memudahkan dalam mencapai tujuan utama khususnya pembelajaran
agama Islam.
2. Anak Tunagrahita
Anak adalah manusia yang masih kecil (Departemen P dan K, 1989
: 31). Sedangkan peristilahan Tunagrahita (B3PTKSM, P. 19) Tunagrahita
merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardasion).
Tunagrahita berasal dari bahasa sangsekerta, Tuna berarti merugi,
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak
yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah
tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi
anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh
keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah keterbelakangan
mental, karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar
untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh
karena itu anak keterbelakangan mental membutuhkan layanan pendidikan
secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan anak tunagrahita adalah anak yang memiliki problema belajar yang
disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi,
sosial, dan fisik.
3. Sekolah Luar Biasa ( SLB)
Sekolah Luar Biasa adalah sekolah yang dirancang khusus untuk
anak-anak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan. SLB bagian B
untuk anak tunarungu dan SLB bagian C untuk anak dengan
keterbelakangan mental (retardasi mental/tunagrahita). Berdasarkan
kemampuan intelengensi anak, maka SLB-C dibedakan atas :
a. SLB-C : untuk anak retardasi mental dengan angka I.Q. 50-75 yaitu
b. SLB-C1 : untuk anak retardasi mental dengan angka I.Q. 25-50 yaitu
anak yang mampu latih.
Sedangkan yang menjadi obyek penelitian yaitu pada jenjang
SMPLB. Yang dimaksud dengan SMPLB adalah Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa.
Berdasarkan penegasan istilah yang telah dijabarkan maka maksud judul
di atas adalah upaya merencanakan, melaksanakan dan evaluasi pembelajaran
agama Islam dapat diterapkan dengan mudah khususnya bagi anak tunagrahita
sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam baik dari segi kognitif, afektif dan
psikomotorik.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati (Lexy. J. Moleong, 2009: 3). Sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif yaitu penelitian
yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta
yang ditemukan di lapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena
dan tidak berupa angka-angka. Dalam penelitian ini yang akan diamati
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti yang dimaksud adalah bahwa peneliti sebagai
pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi
masih melakukan fungsi pengamatan, ia sebagai anggota pura-pura, jadi
tidak melebur dalam arti sesungguhnya (Moleong, 2009: 77). Peneliti ikut
berperan serta menjadi pengamat dalam metode pembelajaran dan
mengikuti secara pasif kegiatan pembelajaran selama penelitian
berlangsung.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Salatiga. Tepatnya berada di
kelurahan Mangunsari Salatiga. Di dalam SLB ini terdapat jenjang
pendidikan yaitu SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa), dan SMALB (Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa). Adapun yang akan menjadi objek penelitian adalah pada
jenjang SMPLB.
4. Sumber Data
Pada penelitian ini, ada beberapa sumber data yang akan digunakan
untuk memperkuat penelitian ini. Sumber data yang dikumpulkan melalui
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu subjek dan informan.
Adapun yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah sumber tempat
kita memperoleh keterangan penelitian, sedangkan informan yaitu orang
yang memberikan pesan atau memaparkan data (Tatang M. Amirin, 1990:
agama Islam dan yang menjadi informan penelitian adalah kepala sekolah
serta dewan guru di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)
Negeri Salatiga.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur Pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J.
Moleong, 2009: 186). Wawancara yang dilakukan bersifat lentur,
terbuka, dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan semakin terfokus,
rinci, dan mendalam.
Maksud wawancara adalah untuk mengumpulkan data-data
tentang sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasinya, sarana-
prasarana, keadaan siswa, dan metode pembelajaran, sedangkan yang menjadi narasumber adalah kepala sekolah dan guru.
b. Observasi
Dalam bukunya "Metodologi Research", Sutrisno Hadi
mengatakan bahwa observasi bisa dikatakan sebagai pengamatan dan
obyek, peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain. Burhan
Bungin (2004:99) menyatakan bahwa:
“Keabsahan data dilakukan untuk meneliti kredibilitasnya menggunakan teknik kehadiran peneliti di lapangan, observasi mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, dan teori), pembahasan dengan sejawat melalui diskusi, melacak kesesuaian hasil dan pengecekan anggota”.
Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan melalui dapat tidaknya
ditransfer ke latar lain/keteralihan yang dilakukan dengan uraian rinci.
Sedangkan ketergantungan pada konteksnya atau kepastian data bila
dikonfirmasikan dengan sumbernya dilakukan menggunakan audit.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua teknik
validasi, adapun teknik validasi yang digunakan adalah validasi sumber
data yaitu kepala sekolah dengan guru agama Islam dan validasi metode
yang meliputi: interview, observasi, dan dokumentasi.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Penelitian Pendahuluan
Mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan metode pembelajaran agama
Islam pada anak tunagrahita.
b. Penelitian Desain
Setelah mengetahui beberapa metode yang dilaksanakan dalam
pembelajaran agama Islam pada anak tunagrahita berdasarkan buku-buku
yang telah dikaji kemudian melakukan observasi dalam kegiatan belajar
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Agama Islam
1. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Umum
Ada tiga faktor yang mempengaruhi penggunaan metode
pembelajaran agama Islam yaitu tujuan dan karakteristik bidang studi
agama Islam, kendala pembelajaran, serta karakteristik peserta didik.
Pembelajaran agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT. Dan yang dimaksud dengan karakteristik bidang studi
pembelajaran agama Islam adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang
terbangun dalam struktur isi dan konstruk/tipe isi bidang studi agama
Islam berupa fakta, konsep, dalil/hukum, prinsip/kaidah, prosedur, dan
keimanan yang menjadi landasan dalam mendeskripsikan strategi
pembelajaran (Muhaimin, 2002:150).
Faktor yang kedua yaitu kendala pembelajaran adalah keterbatasan
sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatasan
dana yang tersedia. Sedangkan faktor yang ketiga yaitu karakteristik
peserta didik adalah kualitas perseorangan peserta didik, seperti bakat,
kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar, dan kemungkinan hasil
belajar yang akan dicapai. Jadi ketiga faktor diatas sangat mempengaruhi
Pembelajaran agama Islam di sekolah-sekolah umum diberikan
sesuai dengan jenjangnya. Materi agama Islam pun disesuaikan dengan
jenjang pendidikannya. Materi tersebut antara lain sejarah Islam, shalat,
thaharoh, puasa, hafalan surat-surat pendek dan doa sehari-hari, dan
tajwid.
Dalam pembelajaran agama Islam, tugas guru sangatlah berat.
Seorang guru dituntut memiliki sifat-sifat tertentu, antara lain : kesiapan
mental dalam menghadapi berbagai kesulitan mengajar, mampu
memegang teguh nilai-nilai kemanusiaan, selalu ingin meningkatkan
prestasi, menguasai teknik-teknik mengaktifkan murid, dan menjadi
teladan bagi murid-murid (Mansyur, dkk., 1982: 10-11).
2. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di SLB
Materi agama Islam yang diberikan kepada anak tunagrahita
hanya dibatasi pada materi-materi yang sederhana. Muatan materinya
meliputi al-qur’an, aqidah, akhlak, dan fiqih. Cara penyampaian
materinya yang berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan
kehidupan Islami seperti doa sehari-hari, surat-surat pendek, pengenalan
huruf hijaiyah, pengenalan rukun iman, rukun Islam, wudhu, shalat
berikut prakteknya, serta memberi contoh yang baik pada anak didik.
Dalam pembelajaran agama Islam guru mengajar dengan rasa
sabar, berulang-ulang, serta dengan memberikan contoh-contoh
sederhana sehingga siswa dapat sedikit demi sedikit memahami materi
pembelajaran di SLB yaitu walaupun metode yang diterapkan sama
dengan sekolah umum, namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan
dalam sistem menggunakan metode-metode yang ada.
Jadi, berdasarkan teori di atas, anak-anak tunagrahita juga
memiliki hak untuk mendapatkan pengetahuan akademik seperti anak-
anak pada umumnya di mana kurikulum dan materinya disesuaikan
dengan kondisi mereka dan yang berupa materi-materi sederhana.
Sedangkan penyampaian materinya menggunakan metode-metode
khusus sesuai dengan gangguan yang dialami siswa.
B. Metode Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita
Menurut Purwadarminto, “metode adalah cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud” (Sudjana, 2001: 8).
Metode juga diartikan cara yang sebaik-baiknya mencapai tujuan
(Surakhmad,1986: 23). Sedangkan metode pembelajaran merupakan cara
guru menyajikan atau mengemas materi pembelajaran kepada siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Suprayekti, 2003: 13). Metode pembelajaran
dapat pula diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
yang dipergunakan oleh seorang guru atau seorang instruktur.
Sedangkan metode mengajar adalah teknik penyajian yang dilakukan
guru untuk mengajar / menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam
kelas atau pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar (Mansur, 1995:
Pada umumnya setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran
memerlukan adanya teknik penyampaian materi pembelajaran yang
sistematis, karena “metode” mengandung unsur managemen pembelajaran.
Beberapa metode pendidikan yang secara umum digunakan di sekolah luar
biasa antara lain :
1. Metode Pembelajaran Individual
Dalam melakukan kegiatan-kegiatan di sekolah, kesanggupan dan
kecepatan anak berbeda. Anak yang cerdas akan jauh lebih cepat
menyelesaikan tugas-tugasnya dalam hitungan daripada anak yang kurang
cerdas. Demikian pula dalam berbagai bidang terdapat perbedaan
kesanggupan. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu dipikirkan
bagaimana cara mengorganisir pelajaran sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi atau sesuai dengan kesanggupan anak sebagai individu.
Maria Montessori yang mula-mula memperhatikan hal ini
menganjurkan adanya pengajaran individual. Prinsip yang dikemukakan
ialah : “ pekeijaan sekolah harus disesuaikan kepada individu”. Anak-anak
harus diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan daya-
dayanya yang terbaik dan sesuai dengan kecepatan berkembang pada
masing-masing anak. Pengajaran individual ini untuk memenuhi
kebutuhan individu dan belajar kelompok hanya merupakan pelengkap
untuk sosialisasi (Zakiah dkk, 2001: 120)
Setiap pembelajaran di kelas idealnya bersifat individual dan
dengan pembentukan fisik, emosi, sosialisasi, dan daya nalar (Bandi, 2005:
3).
Esensi dari pola gerak yang mampu meningkatkan potensi diri anak
berkebutuhan khusus adalah kreativitas. Kreativitas ini diperlukan dalam
pembelajaran yang bermuatan pola gerak, karena tujuan akhir dari suatu
program pembelajaran semacam ini adalah perkembangan kemampuan
kognitif dan kemampuan sosial melalui kegiatan individu maupun dalam
kegiatan bersosialisasi.
Gejala-gejala yang menghambat proses belajar-mengajar peserta
didik dengan hendaya (gangguan) perkembangan perlu diupayakan untuk
dihilangkan atau sedikitnya diturunkan melalui intervensi guru dalam
pengaplikasikan pola khusus yang dimasukkan kedalam rancangan
pembelajaran. Intervensi guru dengan mengaplikasikan pola khusus di sini
dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang merupakan bentuk-bentuk
aplikasi pola gerak yang ada pada ilmu gerak irama dan mengarah pada
pola permainan teraupetik (penyembuhan perilaku non adaptif). Dasar
pemikirannya adalah bahwa mereka pada umumnya kurang cerdas, mudah
lupa, kurang mampu untuk mengikuti alur pikir logis, sulit menguasai
konsep-konsep, mempunyai hambatan yang diakibatkan oleh faktor
genetika serta lingkungan, kegiatan fisik dan mental tidak mencapai
kapasitas yang maksimal.
Dari data mengenai karakteristik khusus tersebut seorang guru
intervensi khusus, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak mengalami
kejenuhan dan kehilangan bentuk sasaran akhir.
Pengetahuan guru tentang perkembangan, kemampuan, dan
kelemahan fungsional peserta didiknya mengharuskan seorang guru untuk
mampu menyusun program kegiatan belajar mengajar yang bersifat
individual, terutama dengan memanfaatkan media pola gerak irama yang
disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik khusus peserta didik.
Dengan gerak irama ini, diharapkan pembelajaran mengarah pada hal-hal
yang menyenangkan dan tidak menjemukkan. Selain itu dengan program
pembelajaran berbasis gerak irama, pembelajaran dapat lebih diarahkan
pada pemberian treatment atau intervensi khusus, sehingga dapat lebih
memanipulasi alat atau media, sumber bahan, serta situasi lingkungan
sekolah.
3. Metode Latihan (treatment)
Sasaran pembelajaran yang esensial terhadap anak-anak dengan
hendaya perkembangan harus dicapai melalui metode latihan atau
treatment yang tepat. Metode latihan tersebut ditujukan bagi usaha-usaha
memodifikasi perilaku mal-adaptif agar menjadi perilaku adaptif.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah
kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai
tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya.
Pada penderita retardasi mental (tunagrahita) gangguan perilaku adaptif
masyarakat sekitarnya. Perilaku adaptif merupakan cerminan dasar
terhadap perilaku utuh seorang anak dengan hendaya perkembangan untuk
dapat hidup bermasyarakat (Ashman & Elkins, 1994: 443; Leland, 1973:
28; Patton, 1986: 130-133 dalam Delphi B. 2005: 5). Perilaku adaptif
menurut Grossman (1983:64) didefinisikan secara nyata dengan
pembatasan terhadap “keefektifan individu dalam memenuhi ukuran perkembangan diri, belajar, kebebasan pribadi, dan tanggung jawab sosial
yang diharapkan sesuai dengan tingkat umur dan budaya
kelompoknya”(dalam Delphi, B. 2005: 5).
Latihan dimaksudkan yaitu agar pengetahuan siswa dan kecakapan
tertentu dapat menjadi miliknya, dan betul-betul dikuasai siswa. Dengan
kata lain metode latihan adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran
dengan jalan/cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil
dalam melaksanakan tugas latihan yang diberikan. Latihan-latihan perlu
untuk ketrampilan, kemahiran, dan spontanitas penguasaan hasil belajar.
Dalam pelajaran agama, metode latihan dapat dilakukan misalnya :
untuk melatih siswa dapat membaca al-Qur’an, latihan ibadah shalat,
latihan berpuasa bulan Ramadhan, dan berbagai topik lainnya.
4. Metode Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Methods)
Perkembangan layanan pendidikan setelah tahun 1960, banyak
menggunakan pendekatan dengan metode perilaku kognitif dalam usaha
mengatasi masalah yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar bagi anak
d. Menyiapkan jenjang ketrampilan yang akan diajarkan sesuai dengan
kebutuhan siswa agar pembelajaran beijalan sukses.
e. Menyiapkan contoh dan kondisi perilaku yang diperlukan dalam
pembelajaran
f. Pergunakanlah penguatan (re-inforcement), hukuman {punishment),
dan penarikan kegiatan {>extinction) terhadap perilaku-perilaku yang
muncul saat pembelajaran.
g. Lakukan evaluasi terhadap prestasi siswa secara terus-menerus
(Ashman & Elkins, 1994:461 dalam Delphi, B. 2005: 69).
C. Anak Tunagrahita
1. Pengertian Anak Tunagrahita
Mental atau kecerdasan bagi manusia merupakan pelengkap
kehidupan yang paling sempurna sebab kecerdasan adalah suatu yang
dapat membedakan antara manusia dengan makhluk lain yang ada di
muka bumi, dengan bekal kecerdasan mental yang memadai semangat
hidup lebih indah dan harmonis sebab melalui kecerdasan mental manusia
dapat merencanakan atau memikirkan hal-hal yang sangat bermanfaat dan
menyenangkan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam
kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation,
Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan
kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai
oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental
karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk
mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh
karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan
secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut
(Sutjihati, 2006: 103).
Sedangkan definisi anak tunagrahita yang dikembangkan oleh
AAMD (American Association o f Mental Deficiency) adalah sebagai
berikut: “Keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual di
bawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam
penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan” (Kauffman
dan Hallahan, 1986; dalam Sutjihati, 2006: 104)
Jadi tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi di
mana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak
mencapai tahap perkembangan yang optimal.
2. Karakteristik Anak Tunagrahita
T u n a g ra h ita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi
dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga
tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa
5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang
dihadapi.
6) Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca,
tulis, hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV
Sekolah Dasar (M. Efendi, 2006: 98)
b. Keterbatasan Sosial
Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak
tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri
dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan.
Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda
usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak
mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga
mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah
dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan
akibatnya (Sutjihati, 2006: 105).
Sebagai makhluk individu dan sosial anak tunagrahita
mempunyai hasrat untuk memenuhi segala kebutuhan sebagaimana
layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya anak tunagrahita lebih
sering mengalami kegagalan dan hambatan yang berarti. Akibatnya
anak tunagrahita mudah frustasi, dari perasaan frustasi tersebut pada
gilirannya akan muncul perilaku menyimpang sebagai reaksi dari
mekanisme pertahanan diri dan sebagai wujud penyesuaian sosial
misalnya namanya sendiri, alamat rumahnya. Mereka masih dapat
dididik mengurus diri, seperti mandi, berpakaian, makan, minum,
mengerjakan pekerjaan rumah tangga sederhana seperti menyapu,
membersihkan perabot rumah tangga.
Dalam kehidupan sehari-hari, anak tunagrahita sedang
membutuhkan pengawasan yang terus menerus. Mereka juga masih
dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu
pula dengan perlindungan dari bahaya. Sedikit perhatian dan
pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak
tunagrahita sedang.
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari
pelajaran-pelajaran akademik. Mereka pada umumnya belajar secara
membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak
tunagrahita ringan. Mereka hampir selalu bergantung pada
perlindungan orang lain. Pada umur dewasa mereka baru mencapai
kecerdasan sama dengan anak umur tujuh atau delapan tahun,
c. Tunagrahita Berat
Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot.
Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak
t u n a g ra h ita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia
tidak mampu mengurus diri sendiri atau bersosialisasi. Anak
tu n a g ra h ita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam
hal berpakaian, mandi, makan, bahkan mereka memerlukan
perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.
Diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena selain
adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari
orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan
perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini temasuk tipe
klinik, mereka dapat dilatih higiene dasar saja dan kemampuan
berbicara yang sederhana, tetapi tidak dapat dilatih ketrampilan
kerja.
Anak tunagrahita sangat berat termasuk dalam tipe klinik.
Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik
sangat jelas, anak tunagrahita sangat berat kemampuan
berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya
tergantung pada orang disekitamya.
Tingkat pencapaian kemampuan belajar menurut Cohen dan
Manion (1994:318) terdiri atas:
1) High Achievers , yaitu peserta didik dengan tingkat pencapaian
prestasi belajar mereka diatas re-rata kelompok. Layanan bagi
perkembangan kemampuan inteletual, karena mereka
mempunyai gejala khusus dalam beberapa aspek antara lain
kemampuan intelektual, kepemimpinan, dan gaya berpikir
kreatif ( Marland. 1972; Milgram, 1983 : 10 dalam Delphi, B.
2005: 55).
2) Average Achiever, yaitu peserta didik dengan tingkat pencapaian
prestasi belajar mereka berada pada tingkat kecenderungan
umum dalam kelompok.
3) Low Achiever, yaitu peserta didik pada tingkat pencapaian
prestasi belajar mereka dibawah re-rata kelompok. Siswa Low
Achiever memerlukan layanan bantuan belajar yang lebih dan
bersifat khusus. Oleh karena itu kemampuan mental dalam
proses belajar mengajar mereka lebih banyak diarahkan pada
perilaku yang bersifat lahiriah untuk menggali perilaku tertutup
(Virgil & Ward, 1980; Conny, S., 1977: 113 dalam Delphi, B.
2005: 55). Termasuk ke dalam kelompok ini adalah mereka
yang mempunyi hendaya perkembangan atau tunagrahita.
Peserta didik Low Achiever memerlukan pembelajaran secara
individu karena mereka mengalami kesulitan dalam aspek
sensorimotor, kreativitas, interaksi sosial, dan bahasa. Dan hal
ini disebabkan mereka mempunyai karakteristik spesifik antara
lain kurang cerdas, daya ingat yang rendah, tidak menguasai
Mendidik anak yang berkelainan fisik, mental, maupun
karakteristik perilaku sosialnya tidak sama seperti mendidik anak
normal, sebab selain memerlukan suatu pendekatan yang khusus
juga memerlukan strategi yang khusus.
Pengembangan prinsip-prinsip pendekatan secara khusus
yang dapat dijadikan dasar dalam upaya mendidik anak berkelainan
antara lain:
a) Prinsip kasih sayang
Prinsip kasih sayang pada dasarnya adalah menerima mereka
sebagaimana adanya dan mengupayakan agar mereka dapat
menjalani hidup dan kehidupan dengan wajar, seperti layaknya
anak normal lainnya.
b) Prinsip layanan individual
Pelayanan individual dalam rangka mendidik anak berkelainan
perlu mendapatkan porsi yang lebih besar, sebab setiap anak
berkelainan dalam jenis dan derajat yang sama seringkah
memiliki keunikan masalah yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya.
c) Prinsip kesiapan
Untuk menerima suatu pelajaran tertentu diperlukan kesiapan.
Khususnya kesiapan anak untuk mendapatkan pelajaran yang
mental) penulis dapat menyimpulkan bahwa anak tunagrahita
mempunyai kelainan perilaku yang berbeda dengan anak normal.
Kelainan tersebut ditandai oleh sikap perilaku yang suka menyakiti
diri sendiri, suka menghindarkan diri dari orang lain dan suka
menyendiri.
Selain itu anak tunagrahita mengalami kesulitan dan lambat
dalam menangkap atau memahami pelajaran yang disampaikan oleh
guru, hal ini disebabkan karena anak tunagrahita memiliki
keterbatasan dari segi kognitif. Pada aspek ketrampilan anak
tunagrahita mempunyai kelemahan pada segi ketrampilan gerak, dan hal ini disebabkan karena terhambatnya perkembangan gerak dan
A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga
SLB Negeri Salatiga adalah sekolah yang memiliki empat jenjang
pendidikan yaitu TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Karena SMPLB
Negeri Salatiga adalah jenjang pendidikan yang bangunannya tidak berdiri
sendiri, tetapi menjadi bagian dari SLB Negeri Salatiga, maka akan disajikan
data secara umum SLB Negeri Salatiga, kecuali untuk data murid akan
disajikan khusus hanya pada SMPLB Negeri Salatiga.
1. Letak Sekolah
'y
SLB Negeri Salatiga menempati areal tanah seluas 3810 m .
Sebidang tanah ini diatasnya berdiri bangunan permanen untuk sekolah
TKLB,SDLB, SMPLB, dan SMALB.
Adapun batas-batasnya, yaitu:
a. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk
b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk
c. Sebelah timur berbatasan dengan Villa Permata Banjaran
d. Sebelah barat berbatasan dengan SD Mangunsari 02
Lokasi SLB Negeri Salatiga terletak di Jl. Hasanudin Gang III
desa Banjaran, kelurahan Mangunsari kecamatan Sidomukti, kota
Salatiga (observasi dan dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011).
2. Sejarah Berdirinya
SLB Negeri salatiga adalah sekolah yang melayani pendidikan
bagi sekolah berkebutuhan khusus/luar biasa/cacat jenis : Tunanetra (A),
Tunarungu (B), Tunagrahita (C), Tunadaksa (D), Tunalaras (E),
Tunaganda (G)
Sekolah ini berada dibawah naungan Departemen Pendidikan
Nasional. Pada awalnya SLB Negeri Salatiga adalah SDLB Negeri
Mangunsari Salatiga (jenjang sekolah dasar) yang berdiri tahun 1983
berdasar Inpres Nomor 4/1983, dengan jumlah siswa awal 4 anak jenis
ketunaan tunagrahita (C) yang diasuh oleh 5 orang guru.
Perkembangan selanjutnya SLB Negeri Salatiga menyesuaikan
situasi dan kondisi utamanya difokuskan untuk memberikan pelayanan
pada anak yang berkebutuhan khusus. Layanan pendidikan tersebut
kemudian diberi SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
Nomor 421.8/24686 tanggal 25 Juni 2007 beralih status menjadi SLB
NEGERI SALATIGA yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan
jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB.
SLB Negeri Salatiga mengawali pembelajaran pada tahun ajaran
2008/2009 dengan melayani pendidikan untuk jenjang : SDLB, jumlah
siswa 89 dalam 20 kelas/rombongan belajar, SMPLB dengan jumlah
siswa 29 dalam 6 kelas/rombongan belajar, dan SMALB jumlah
siswanya 3 dalam 1 kelas/rombongan belajar. Yang dilayani oleh 28
3. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi
SLB Negeri Salatiga memiliki Visi yaitu “Mendidik siswa
mandiri, berkemampuan optimal dan berakhlak mulia”.
b. Misi
1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengacu pada
perundang-undangan yang berlaku
2) Melaksanakan program kurikulum yang berlaku
3) Menambah kegiatan ketrampilan
4) Menambah bimbingan agama
c. Tujuan
1) Menampung anak berkebutuhan khusus (Anak Luar Biasa/
Penyandang Ketunaan) di daerah Salatiga dan sekitarnya dalam
lembaga pendidikan formal
2) Mengembangkan potensi anak didik untuk menghadapi masa
depan mereka yang kompetitif
3) Memberikan pelayanan pendidikan secara utuh dan
berkesinambungan (dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011).
4. Struktur Organisasi
Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur
segala urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut
adanya struktur organisasi (dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011).
Adapun struktur organisasi SLB Negeri Salatiga sebagai berikut:
Bagan I
Struktur Organisasi Komite Sekolah Bagan II
5. Keadaan Siswa
Dalam perspektif pembelajaran agama Islam, anak didik
merupakan subjek dan objek dalam pendidikan. Aktivitas pendidikan
tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan anak didik. Oleh karena itu, guru
dan anak didik sebagai dwi tunggal, artinya keduanya tidak dapat
menjadi penyebab tidak adanya kegiatan pendidikan (Syaiful Bahri,
2004: 92).
Siswa yang ada di SLB Negeri Salatiga ini ada yang berasal dari
pindahan sekolah umum ke sekolah khusus atau inklusif, karena ada
beberapa faktor penyebab diantaranya mereka mengalami kesulitan dan
keterlambatan dalam memahami pelajaran di sekolah umum sehingga
peserta didik ini dipindahkan dan dimasukkan ke SLB Negeri Salatiga ke
dalam kelas Bagian C sesuai dengan tingkat anak ketunaan yang
disandang.
Setiap tahunnya SLB Negeri Salatiga selalu menerima dan
meluluskan siswa. Penerimaan siswa baru setiap tahunnya mengalami
kenaikan. Dan SLB Negeri Salatiga juga meluluskan siswanya dan
diharapkan setelah lulus siswa itu dapat mandiri dan menghidupi dirinya
tanpa bantuan orang lain dengan bekal ketrampilan yang dimilikinya baik
di lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat tanpa merasa minder
dengan anak normal (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011).
Agar lebih jelasnya akan disajikan data tentang keadaan siswa
SMPLB di SLB Negeri Salatiga tahun 2011/2012 khususnya kelas bagian
Keadaan Siswa SMPLB Bagian C kelas VIIIC
Keadaan Siswa SMPLB Bagian C kelas IX C
NO NAMA TTL AGAMA ALAMAT
1 Sidiq Adi Salatiga, Islam Ngawen RT.10/VI
Wicaksono 23-08-1995 Salatiga
2 Roy Sabala Semarang, Islam Jl. Plongkowati 1/18
11-04-1992 Tg.Rejo Salatiga
6. Keadaan Guru
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual
maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. Dipundaknya
terletak tugas dan tanggung jawab yang berat dalam upaya mengantarkan
anak didik ke tujuan pendidikan yang dicita-citakan yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan anak didik (Syaiful Bahri, 2004: 87).
Tenaga pengajar atau guru yang bertugas di SLB Negeri Salatiga
pada tahun 2011/2012 seluruhnya ada 39 orang yang terdiri dari 32 PNS,
6 Guru Wiyata Bakti dan 1 orang penjaga. Guru yang mengajar di SLB
Negeri Salatiga tersebut berasal dari lulusan Pendidikan Luar Biasa
(PLB) dan berpendidikan SI, D2, D3, dan SGPLB, 1 Lulusan SMA, dan
1 lagi lulusan SMP. Sedangkan untuk guru yang mengajar khusus di
SMPLB C berjumlah 9 orang.
Guru-guru di SLB Negeri Salatiga mendapatkan tugas dan
tanggung jawab mengampu mata pelajaran sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik guru-
guru yang ada di SLB Negeri Salatiga tidak pernah merasa mengeluh,
menjalankan tugasnya dengan penuh semangat, sabar dan ikhlas dalam
membimbing anak yang berkebutuhan khusus mulai dari anak tunarungu
sampai dengan anak yang mengalami keterbelakangan mental, dan anak
Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan daftar tabel tenaga
pengajar di SLB Negeri Salatiga sebagai berikut:
Tabel IV
Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga
No Nama Pendidikan Jabatan Mengajar Kelas
1 M uhlisun, S.Pd. S .l P.m at K ep.Sek M at D 6B,C
2 Trisnani S G P L B C G uru D2C
3 R ohani Es S G P L B A G uru D6C
4 R ohana D s SGPLB A Guru D4C1
5 Siti A isyah, S.Pd. S I Pkn G uru D2C1
6 N unik Supriyatm i SGPLB A G uru D4B
7 Siti R ahayu SGPLB C G uru K T K K ecantikan
8 K usnanto SG PLB A G uru D 3A
9 Sri M ulyani SGPLB E G uru D2B
10 W agim an SGPLB C G uru VIIIB
11 Subiyati SGPLB E G uru D5C1
12 Y ekti W ibaw ani SGPLB C G uru D6C1
13 Sri R ahayu SGPLB D G uru D4C
14 R astini SGPLB C G uru D3C
15 W aw an P. SGPLB A G uru VIIB
16 Indyatno, B A SmPLB G uru K T K Kayu
17 M uh Ihromi D 2 P A I G uru PA I SDLB
18 Juzan SG PLB C G uru D5C
20 Sri Lestari W ahyu H , S.Pd S I PPK n G uru X IC , PK n
21 O tto D anang S G P L B A G uru X C , K T K O to m o tif 22 Indah W idyahety, S.Pd S I Seni G uru SBK
23 K hoirul H idayati, S.Pd S I PLB G uru D1D1 24 N inda Solikhah, S.Pd S I PLB G uru D IB 25 H astien C andra N ingrum ,
S.Pd
SI PLB G uru D1C1
26 Lusi W ulandari SM A G uru PA K SDLB
27 M asiyem SGPLB C G uru K TK Busana
28 B aniyah, S.Pdl SI T ad Bhs Inggris
G uru D3 A utis
29 R eni Indriyani A gustine, A .M d
D3 Tata B oga
PSTK W
-Keadaan Tenaga Pengajar di SMPLB Negeri Salatiga
Tabel V
No Nama Pendidikan Jabatan Mengajar Kelas
1 D rs. Saijiya S I PLB G uru IXC1
2 Sulam o SG PLB C G uru IX C
3 Eko Puji W idodo, S.Pd S I PAI G uru PA I SM P/SM A 4 R eni Setiawati, S.Pd S 1 M IP A G uru M atem atika 5 Y ustina Em m a H artati, S I Pend. B. G uru B hs. Inggris
S.Pd Inggris
6 H eriani Tham rin, S.Pd S I K om p G uru TI 7 Fitri Indriyani, S.Si S I O lahraga G uru P enj.O R
8 W isnu Laksono Jati, S.Si S I Thlg G uru P A K SM P/SM A 9 A sih W idiyarti, S.Pd S I P.B io G uru IPA SM P/SM A /6D
Keterangan: Dokumentasi sekolah tahun 2010.
Berdasarkan wawancara (tanggal 23 Mei 2011) dengan kepala
sekolah dan beberapa guru yang ada di SLB Negeri Salatiga, bahwa
mengajar di SLB Negeri Salatiga ini merupakan sebuah peijuangan,
karena guru-guru yang mengajar di SLB Negeri Salatiga berusaha
menjunjung tinggi etos keija dalam menjalankan visi dan misi sekolah
se rta k e s a d a ra n d a n k e ta a ta n m e re k a a k a n tu g a s se b a g a i g u ru yaitu
7. Pendanaan
Pendanaan adalah hal yang tidak dapat lagi ditawar demi
kelangsungan suatu lembaga pendidikan. Dengan adanya pendanaan
suatu lembaga pendidikan akan lebih maju. Pendanaan di SLB Negeri
Salatiga dikatakan cukup baik atau memadai karena pendanaan ini
berasal dari bantuan Direktorat PLB, pemerintah daerah kota Salatiga,
donatur dari instansi swasta dan dinas sosial. Setiap tahun SLB Negeri
Salatiga mendapat bantuan dari pemerintah pusat tetapi tidak tentu
jumlahnya. Sedangkan pendanaan itu digunakan untuk melengkapi
sarana dan prasarana, penggaji guru, dan alat atau pelengkap sekolah
serta kebutuhan lainnya (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011).
8. Sarana prasarana
Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah,
diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung keberhasilan belajar
mengajar. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja,
kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud
dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pendidikan atau pengajaran.
Walaupun masih ada sarana dan prasarana yang kurang,
diantaranya media pembelajaran berupa gambar orang shalat, dan gambar
pendengaran anak). Selain itu, disekolah tersebut juga membutuhkan
ruang terapi (ruang psikoterapi, fisioterapi, hydroterapi, dan ruang terapi
musik), ruang lab/bengkel, ruang BK, serta ruang aula.
Kurangnya sarana prasarana tidak menjadikan guru di SLB Negeri
Salatiga malas untuk mengajar tetapi tetap menjalankan tugas sebagai
pendidik sebagaimana mestinya. Sarana dan prasarana yang ada di SLB
Sarana Prasarana SLB Negeri Salatiga
13 R uang Perpustakaan
S
1kegiatan. Selain itu masyarakat juga ikut menyumbang dari segi pikiran
dan finansial (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011).
B. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di
SMPLB Negeri Salatiga
Karakteristik pembelajaran agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga
hampir sama dengan sekolah reguler, kurikulumnya relatif sama dengan
kurikulum di sekolah umum, hanya dibatasi pada jumlah materinya. Materi
yang diajarkan di SMPLB Negeri Salatiga ditentukan sendiri oleh sekolah
dengan kurikulum yang dibuat. Materi yang diberikan adalah materi
sederhana yang berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan kehidupan
islami (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011).
Kegiatan pembelajaran di SLB Negeri Salatiga, dalam hal penataan
ruang kelasnya menjadi satu kelas antara SD, SMP, dan SMA, dikarenakan
jumlah siswa yang sedikit dan juga mempunyai kecacatan yang sama.
1. Tujuan Pembelajaran Agama Islam
Tujuan pembelajaran adalah faktor yang penting, karena
merupakan arah yang akan dicapai oleh pendidikan. Tanpa tujuan yang
jelas, maka arah pendidikan menjadi kabur. Berdasarkan hasil interview
dengan beberapa orang guru, bahwa tujuan pembelajaran agama Islam di
SMPLB Negeri Salatiga adalah sebagai berikut:
a. Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman
b. Memberikan bekal budi pekerti (akhlak) agar siswa dapat disiplin
dan hidup mandiri
c. Tercapainya kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
2. Waktu, Jadwal, dan Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam
Pembelajaran agama Islam untuk jenjang SMPLB bagian C dari
kelas 1-3 di SLB Negeri Salatiga dilaksanakan hanya 1 kali dalam satu
minggu yaitu hari Selasa. Waktu pelaksanaannya pada pagi hari mulai
07.15-10.25 WIB. Untuk lebih jelasnya, penulis akan sajikan jadwal mata
pelajaran agama Islam dalam tabel sebagai berikut:
Tabel VII
Jadwal Mata Pelajaran Agama Islam SMPLB Bagian C
No Hari Kelas Jam Nama Guru
1 Selasa IX C 07.15-08.25 Eko Puji Widodo, S.Pd
2 Selasa VIIIC 08.25-09.15 Eko Puji Widodo, S.Pd
3 Selasa VIIC 09.15-10.25 Eko Puji Widodo, S.Pd
Keterangan: (do cumentasi dan wawancara pada tanggal 24 Mei 2011)
3. Materi Pembelajaran Agama Islam
Materi dan metode termasuk bagian dari alat-alat pendidikan yang
pokok. M a te ri adalah bahan-bahan yang harus d ib erika n atau d isajikan
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Sudamo
SLB Negeri Salatiga menggunakan penyesuaian materi dari
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Biasa yang kemudian digunakan SLB Negeri Salatiga sebagai acuan
dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar peserta didik. Materi yang dberikan
di SLB Negeri Salatiga berdasarkan sistem semester. Adapun materi
pembelajaran Agama Islam kelas 1-3 SMPLB Bagian C sebagai berikut:
a. Kelas VIIC
1) Al-Qur’an
a) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat Al-
fatikhah
b) Semester genap meliputi menirukan Al-qur’an surat Al-ikhlaz
2) Aqidah
a) Semester ganjil meliputi menunjukkan ciptaan Allah swt,
menghafal enam rukun iman.
b) Semester genap meliputi mencontoh bacaan syahadat tauhid
dan syahadat rasul, dan menirukan kembali dua kalimat
syahadat rasul.
3) Akhlak
a) Semester ganjil meliputi membiasakan perilaku terpuji seperti
menunjukkan perilaku jujur, dan melakukan perilaku tertib.
4) Fiqih
a) Semester ganjil meliputi menyebutkan pengertian bersuci.
b) Semester genap meliputi mencontoh tata cara bersuci dan
berwudhu dengan tertib.
b. Kelas VIIIC
1) Al-Qur’an
a) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat An-nasr
dan Al-quran surat Al-ashr.
b) Semester genap meliputi menirukan dan melafalkan bacaan
Al-qur’an surat An-naas
2) Aqidah
a) Semester ganjil meliputi menirukan bacaan lima dari asmaul
husna, dan menyebutkan kembali lima dari asmaul husna.
b) Semester genap meliputi melafalkan dan menyebutkan tiga
dari asmaul husna
3) Akhlak
a) Semester ganjil meliputi menunjukkan perilaku rendah hati
dan memberi contoh perilaku hidup sederhana.
b) Semester genap meliputi mencontoh perilaku sopan kepada
teman di kelas dan menampilkan perilaku hormat dan santun
4) Fiqih
a) Semester ganjil meliputi mencontoh tatacara wudhu dan
melafalkan bacaan sholat.
b) Semester genap meliputi mencontoh gerakan sholat secara
tertib.
c. Kelas IX C
1) Al-Qur’an
a) Semester ganjil meliputi melafalkan huruf-huruf Al-qur’an dari
alif s.d. ya dengan benar.
b) Semester genap meliputi melafalkan sendiri huruf Al-qur’an
dengan lancar.
2) Aqidah
a) Semester ganjil meliputi menyebutkan tiga sifat wajib Allah
dengan lancar.
b) Semester genap meliputi menyebutkan dengan lafal yang benar
sifat mustahil Allah.
3) Akhlak
a) Semester ganjil meliputi menampilkan perilaku tekun dan
perilaku hemat.
b) Semester genap meliputi menampilkan dan menunjukkan
perilaku setia kawan dirumah dan perilaku disekolah dan
mengenai nama-nama nabi, dan menyanyi nama-nama malaikat beserta
tugasnya.
5. Metode Latihan
Metode latihan yang diterapkan di SLB Negeri Salatiga berjalan
cukup efektif, hal ini guru dalam menyampaikan materi menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan arahan kepada siswa
b. Setelah guru menyampaikan materi siswa diminta untuk latihan
sendiri (dalam hal ini biasanya siswa ditekankan kepada latihan
menulis, membaca, mewarnai, dan menggambar). Biasanya latihan
menulis dipakai pada mata pelajaran al-qur’an, seperti menulis huruf
hijaiyah, kemudian siswa diminta untuk mewarnai huruf hijaiyah
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam
Adapun faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
perkembangan pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga adalah
sebagai berikut:
1. Faktor pendukung
a. Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh rasa
ikhlas dan sabar.
b. Guru selalu menjunjung tinggi etos keija dalam menjalankan visi dan
c. SLB Salatiga keberadaannya didukung oleh pemerintah dan
direktorat PLB.
d. Partisipasi lingkungan yang mendukung
2. Faktor Penghambat
a. Kurangnya kedisplinan siswa dalam masuk sekolah
b. Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang
tunagrahita
c. Minimnya alat peraga dalam media pembelajaran
Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka pada bab ini
akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah
pelaksanaan metode pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga, serta
faktor pendukung dan penghambat di SLB Negeri Salatiga. Analisis ini
didasarkan pada data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang merupakan
hasil penelitian yang merupakan bukti dan kenyataan yang ada di SLB Negeri
Salatiga.
A. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di
SLB Negeri Salatiga
Penerapan kurikulum agama Islam yang dilaksanakan di SLB Negeri
Salatiga tidak terlepas dari kebijakan Kepala Sekolah setelah berkordinasi
dengan pihak terkait seperti Diknas atau Depag. Disamping itu hendaknya
kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya juga
melibatkan sumber-sumber yang lain yang mungkin dapat meningkatkan
kualitas pendidikan siswanya agar nantinya mampu menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Pengembangan dan implementasi
kurikulum pendidikan agama perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-
konsep dalam ilmu. Dalam hal ini pemikiran para ahli sangat dibutuhkan,
baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi ilmu.
Didalam pembelajaran agama Islam, guru telah menunjukkan
penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa, mengaitkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan dan
pengetahuan lain yang relevan, serta menyampaikan materi dengan jelas
sesuai dengan kaidah-kaidah belajar.
B. Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Agama Islam dan
Efektifitasnya pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga
Metode adalah salah satu komponen yang tidak kalah peranannya dari
komponen lainnya dalam pendidikan Islam. Apa pun macam dan jenisnya,
semua metode dapat dipergunakan dalam mendidik anak. Metode
pembelajaran agama Islam yang sering digunakan di SLB Negeri Salatiga
meliputi:
1. Metode Ceramah dan Hafalan
Metode ceramah merupakan metode yang digunakan dalam
menyampaikan materi pada mata pelajaran akidah, dan al-qur’an. Hasilnya
dari proses pembelajaran dengan metode tersebut beijalan sesuai dengan
standarisasi yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pembelajaran dalam pelajaran akidah, dimana siswa mampu mengetahui
dan menunjukkan ciptaan Allah SWT. Kemudian dalam mata pelajaran al-
qur’an siswa mampu melafalkan surat-surat pendek dalam al-quran seperti