• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi RemajaTentang Kesehatan Reproduksi Remaja

HASIL PENELITIAN

D. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi RemajaTentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Untuk mengetahui adakah pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada wanita sebelum diberikan penyuluhan dan sesudah diberikan penyuluhan dengan menggunakan uji statistika Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil uji ini dapat dilihat pada lampiran.

Pengujian data menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan zhitung= -4,807 dengan N = 51, ztabel = -1,96 dan nilai p=0,000, dimana nilai p-value <  (0,000 < 0,05) atau zhitung > ztabel (-4,807 > -1,96) artinya H0 ditolak dan Ha diterima sehingga ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi pada wanita.

commit to user BAB V PEMBAHASAN

Hasil uji statistik pada penelitian “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi pada Wanita”

ini menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test mendapatkan hasil p = 0,000 (nilai p < 0,05) atau Zhitung > Ztabel (-4,807 > -1,96) maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Hasil p-value <  (0,000 < 0,05) menunjukkan bahwa variabel yang tercantum dalam tabel tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan sesudah diberikan perlakuan berupa penyuluhan, yaitu sampel yang mendapatkan penyuluhan diharapkan akan mengalami peningkatan pengetahuan. Sesuai dengan Depkes RI (2001) yang menyatakan bahwa pemberian informasi kesehatan reproduksi dapat diberikan melalui penyuluhan. Penyuluhan merupakan bantuan yang diberikan kepada kelompok dalam memecahkan masalah dengan cara yang sesuai untuk mencapai kesejahteraan hidup (Walgito, 2005). Penyuluhan yang diberikan pada masa dewasa awal ini bertujuan memberikan pemahaman dan upaya meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Dari tabel distribusi usia responden, rentang usia responden yaitu 21-40 tahun. Kelompok usia responden sebagian besar berumur 31-35 tahun dengan jumlah 18 responden (35,3%). Dilihat dari distribusi umur responden ini merupakan usia dewasa sesuai dengan batasan usia dewasa awal menurut

49

Hadinoto (2004) yaitu 21-40 tahun. Menurut Notoatmodjo (2005) usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan responden semakin baik.

Hasil distribusi pendidikan responden sebagian besar adalah SD dan SMA yaitu dengan jumlah yang sama sebanyak 17 responden (33,3%). Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Pro-health (2009) adalah tingkat pendidikan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Sedangkan responden yang berpendidikan SD apabila mempunyai kemauan yang keras untuk memperhatikan dan memahami informasi yang disampaikan, maka semakin banyak informasi yang masuk diharapkan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan khususnya kesehatan reproduksi pada wanita.

Dalam distribusi akses informasi tentang kesehatan reproduksi, sebanyak 35 responden (68,6%) belum pernah mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi, sedangkan yang sudah pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi sebanyak 16 responden (31,4%). Responden yang belum pernah mendapatkan akses informasi tentang kesehatan reproduksi akan lebih termotivasi untuk memperoleh informasi untuk menambah pengetahuannya tentang kesehatan reproduksi. Hal ini berkaitan dengan akses informasi yang tersedia di lingkungan responden yaitu di rumah (teman dan keluarga), di pendidikan (guru), di lingkungan (media cetak dan elektronik), dan petugas

commit to user

Responden pada penelitian ini berada di lingkungan pedesaan, sehingga sebagian besar belum pernah memperoleh sumber informasi tentang kesehatan reproduksi yaitu 41 responden (80,4%), 6 responden (11,8%) memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi dari koran/majalah, 3 responden (5,9%) dari internet, dan 1 responden (2,0%) mendapatkan informasi dari petugas kesehatan. Dalam hal ini bidan sebagai salah satu petugas kesehatan mempunyai sasaran asuhan kebidanan yang meliputi wanita sepanjang siklus hidupnya termasuk memberikan asuhan kesehatan reproduksi pada wanita. Menurut Notoatmodjo (2003), salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu sumber informasi. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan, dimana seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas.

Data yang disajikan pada diagram 1.5 dan 1.6 ini menunjukkan pretest dan posttest pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada wanita. pengukuran pretest dan posttest dilakukan pada sampel yang sama sebelum diberi penyuluhan dan sesudah diberi penyuluhan kesehatan reproduksi.

Pada hasil Pretest sebagian besar responden mempunyai pengetahuan dengan kategori cukup yaitu 25 responden (49,0%), untuk kategori kurang yaitu 10 responden (19,6%), sedangkan yang memiliki kemampuan baik 16 responden (35,3%). Pada hasil posttes pengetahuan wanita tentang kesehatan reproduksi sebagian besar pengetahuan responden meningkat dengan kategori baik yaitu 41

responden (80,4%), sedangkan yang mempunyai pengetahuan cukup yaitu 10 responden (19,6%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan pada posttest setelah mendapatkan informasi berupa penyuluhan.

Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihat, pendengar, pencium, raba dan rasa.

Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

Kemudian salah satu hal yang membuat penyuluhan ini menjadi efektif adalah metode dan media yang digunakan. Pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu ceramah, dengan media slide power point dan leaflet. Kelebihan dari metode ceramah adalah tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan lebih terorganisir dan materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan penyuluhan.

Penggunaan media slide power point dalam peyuluhan ini diharapkan dapat menjadi aktifitas audio visual pada peserta penyuluhan. Kemudian setelah kegiatan penyuluhan, peserta diberikan leaflet dengan harapan dibaca ulang dirumah dan dipahami sehingga adanya aktifitas yang berkesinambungan.

Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003), bahwa sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui pengindraan (mata dan telinga). Sebagaimana pernyataan yang dikemukakan oleh Suliha (2002), bahwa kegiatan penyuluhan melibatkan adanya aktifitas mendengar, berbicara, dan melihat, sehingga membuat metode ini efektif digunakan. Penyuluhan merupakan

commit to user

dalam menunjang peningkatan pengetahuan seseorang. Pengetahuan bertujuan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka sebagai akibat ketidakpastian. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan itu sendiri antara lain umur, minat, pendidikan, pekerjaan, informasi, kebudayaan dan lingkungan, pengalaman menurut Pro-health (2009).

Berikut beberapa hasil penelitian yang mendukung teori dari Notoatmodjo (2005), sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan Hikmawati (2008) bahwa ada pengaruh positif pemberian layanan informasi kesehatan reproduksi remaja terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi. sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2009) bahwa adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan formal terhadap pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di desa Nangsri Kebakkramat Karanganyar. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2010) bahwa penyuluhan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja perempuan SMPMuhammadiyah 7 Surakarta. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, penyuluhan tentang kesehatan reproduksi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada wanita.

Dengan mendapat penyuluhan, maka terjadi peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi pada wanita

commit to user BAB V

Dokumen terkait