• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN

C. Gambaran Dimensi Budaya Keselamatan Pasien dan Korelasinya dengan

7. Penyusunan staf

ada dan kesesuaian jam kerja yang ditentukan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal untuk pasien di dalam unit pada rumah sakit masing-masing. Responden diminta mengisi kuesioner Persentase respon positif untuk univariat dan total skor untuk bivariat

Kuesioner Rasio

9 Dimensi 8. Dukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien.

Persepsi tenaga kesehatan tentang dukungan yang diberikan oleh manajemen rumah sakit masing-masing kepada mereka dalam meningkatkan keselamatan pasien. Responden diminta mengisi kuesioner Persentase respon positif untuk univariat dan total skor untuk bivariat

Kuesioner Rasio

10 Dimensi 9. Kerjasama antar unit di rumah sakit

Persepsi tenaga kesehatan tentang adanya kerjasama dan kordinasi yang baik antar unit rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan yang adekuat di rumah sakit masing-masing. Responden diminta mengisi kuesioner Persentase respon positif untuk univariat dan total skor untuk bivariat

Kuesioner Rasio

11 Dimensi 10. Serah terima dan transisi pasien dari unit ke unit lain

Persepsi tenaga kesehatan tentang alur informasi pasien yang penting pada saat kegiatan serah terima dan trnasfer pasien di rumah sakit masing-masing. Responden diminta mengisi kuesioner Persentase respon positif untuk univariat dan total skor untuk bivariat

43 C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep dan definisi operasional diatas maka hipotesis penelitian ini adalah : ―Terdapat korelasi antara budaya keselamatan pasien dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di masing-masing Rumah Sakit X dan Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2015‖.

Sedangkan sub-hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Ada korelasi antara dimensi tindakan promotif keselamatan oleh

manajer dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X dan Y Jakarta Tahun 2015.

b. Ada korelasi antara dimensi organizational learning – perbaikan berkelanjutan dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X dan Y Jakarta Tahun 2015.

c. Ada korelasi antara dimensi kerjasama dalam unit rumah sakit dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X dan Y Jakarta Tahun 2015.

d. Ada korelasi antara dimensi keterbukaan komunikasi dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X dan Y Jakarta Tahun 2015.

e. Ada korelasi antara dimensi umpan balik dan komunikasi terkait kesalahan yang terjadi dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X dan Y Jakarta Tahun 2015.

f. Ada korelasi antara dimensi respon yang tidak menyalahkan atas kesalahan yang terjadi dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X dan Y Jakarta Tahun 2015. g. Ada korelasi antara dimensi manajemen sumber daya manusidengan

persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X dan Y Jakarta Tahun 2015.

h. Ada korelasi antara dimensi dukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X dan Y Jakarta Tahun 2015.

i. Ada korelasi antara dimensi kerjasama antar unit di rumah sakit dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X dan Y Jakarta Tahun 2015.

j. Ada korelasi antara dimensi serah terima dan transisi pasien dari unit ke unit lain dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X dan Y Jakarta Tahun 2015.

45 BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain studi cross sectional yaitu pengumpulan data dan informasi serta pengukuran antara variabel independen dan dependen dilakukan satu persatu dalam satu waktu.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Juni 2015. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan studi literatur dan pengambilan data di Rumah Sakit X dan Rumah Sakit Y Jakarta.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan di Rumah Sakit X dan Rumah Sakit Y. Tenaga kesehatan sendiri adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Pendidikan minimal tenaga kesehatan adalah diploma tiga (Republik Indonesia, 2014).

Tenaga kesehatan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya Tenaga kesehatan lain disini adalah perawat, ahli farmasi terapis, analis laboratorium, radiografer, safety officer, sanitarian, ahli gizi dan bidan. Berdasarkan data sumber daya manusia di

Rumah Sakit X diketahui bahwa terdapat 81 dokter, 308 perawat dan 153 tenaga kesehatan lainnya. Sedangkan di Rumah Sakit Y terdapat 107 dokter, 473 perawat dan 217 tenaga kesehatan lainnya.

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah systematic random sampling dan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus besar sampel uji korelasi. Rumus besar sampel untuk uji hipotesis korelasi adalah sebagai berikut (Ariawan, 1998).

Diperkirakan korelasi antara budaya keselamatan pasien dengan persepsi pelaporan kesalahan medis berderajat sedang dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,5. Nilai Z =1,96 ( = 0,05); nilai Z = 1,289. Berikut adalah besar sampel untuk uji hipotesis pada masing-masing rumah sakit yang akan diteliti dalam penelitian ini:

( )

Jadi besar sampel yang dibutuhkan untuk uji korelasi di masing-masing rumah sakit adalah sebesar 53 orang. AHRQ menegaskan setiap peneliti untuk melipatgandakan jumlah besar sampel untuk mencapai jumlah respon yang diinginkan (Sorra dan Nieva, 2004). maka dari itu untuk mencapai jumlah respon sebanyak 53 maka besar sampel yang dibutuhkan adalah 53x2=106 orang di masing-masing rumah sakit dengan total keseluruhan sampel yang dibutuhkan adalah 212 orang.

Berdasarkan pembagian besar sampel proporsional berdasarkan jumlah perawat dan dokter di masing-masing rumah sakit maka pada Rumah Sakit X akan diambil sampel 15 dokter, 61 perawat dan 30 tenaga kesehatan lain. Selanjutnya pada Rumah Sakit Y akan diambil sampel 16 dokter, 59 perawat dan 32 tenaga kesehatan lainnya

Selanjutnya dari kerangka sampel masing-masing kelompok akan ditentukan sampel terpilih melalui interval sistematis dengan besar interval ditentukan dengan membagi total populasi (N) dengan besar sampel (n) atau i=N/n (Budiarto, 2003). Besar interval di Rumah Sakit X adalah 5 sedangkan interval di Rumah Sakit Y adalah 7.

D. Alat dan Cara Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner untuk mengukur variabel budaya keselamatan pasien dan persepsi pelaporan kesalahan medis. Kuesioner dibagikan kepada seluruh responden dan 2 hari kemudian peneliti mengambil kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden penelitian.

Bagian pertama kuesioner adalah identitas responden yang terdiri dari usia, jenis tenaga kesehatan, unit kerja serta nama rumah sakit. Bagian kedua kuesioner adalah budaya keselamatan pasien yang merupakan versi bahasa indonesia dari Hospital Survey on Patient Safety Culture dari AHRQ. Kuesioner ini sudah diterjemahkan oleh peneliti sebelumnya dan diuji validitas dan realibilitasmya (Pratiwi, 2014). Berikutnya kuesioner ini dikembalikan konteksnya sesuai dengan panduan penerjemahan yang

diterbitkan oleh AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality, 2009). Agency for Healthcare Research and Quality (2014) menyatakan bahwa hal

ini bertujuan agar data yang didapatkan dapat diolah dengan menggunakan aplikasi pengolah data univariat yang dikembangkan oleh AHRQ. Kuesioner ini terdiri dari 42 item pertanyaan dengan 12 dimensi atau aspek yang diukur. Berikut adalah daftar dimensi yang diukur dalam penelitian ini, poin pertanyaan yang merefleksikannya serta nilai Cronbach’s Alpha per dimensi (Sorra dan Nieva, 2004).

Tabel 4. 1 Deskripsi Kuesioner Bagian Budaya Keselamatan

No Nama Dimensi Nomor Soal Cronbach’s

Alpha

1 Dimensi 1. Tindakan promotif keselamatan oleh manajer

B1, B2, B3, B4

0,75 2 Dimensi 2. Organizational learning

perbaikan berkelanjutan

A6, A9, A13 0,76 3 Dimensi 3. Kerjasama dalam unit rumah sakit A1, A3, A4,

A11

0,83 4 Dimensi 4. Keterbukaan komunikasi C2, C4, C6 0,72 5 Dimensi 5. Umpan balik dan komunikasi

terkait kesalahan yang terjadi

C1, C3, C5 0,78 6 Dimensi 6. Respon yang tidak menyalahkan A8, A12,A16 0,79 7 Dimensi 7. Penyusunan staf A2, A5, A7,

A14

0,63 8 Dimensi 8. Dukungan manajemen rumah sakit

terhadap budaya keselamatan

F1, F8, F9 0,83 9 Dimensi 9. Kerjasama antar unit di rumah sakit F2, F4, F6,

F10

0,80 10 Dimensi 10. Serah terima dan transisi pasien

dari unit ke unit lain

F3, F5, F7, F11

0,80 Sumber : AHRQ, 2003

Kuesioner HSOPSC ini juga telah dilakukan uji realibilitas dan uji validitas ulang dengan 30 sampel tenaga kesehatan. Hal ini dilakukan karena

diasumsikan terdapat perbedaan karakteristik tenaga kesehatan di Indonesia dan Amerika Serikat.

Variabel berikutnya yang diukur adalah persepsi pelaporan kesalahan medis yang diukur lewat kuesioner yang dikembangkan dari kuesioner persepsi pelaporan kesalahan pelayanan oleh perawat (Beginta, 2012). Kuesioner ini memiliki rentang skala likert 1-7 dan terdiri dari 10 pertanyaan.

E. Pengolahan Data, Uji Validitas dan Realibilitas. 1. Pengolahan data

Pengolahan data yang terkumpul pada penelitian ini akan dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut :

a. Penyuntingan data individu

Penyuntingan data individu dilakukan dengan menyeleksi kuesioner yang telah diisi untuk melihat kelengkapan jawaban kuesioner. Apabila tidak lengkap maka kuesioner akan disisihkan dan tidak digunakan dalam penelitian ini.

b. Pemberian skor dan kode jawaban

Pemberian kode terhadap jawaban yang diberikan sesuai klasifikasi pada tiap bagian pertanyaan untuk selanjutnya diberikan kode berupa angka untuk memudahkan proses memasukkan data hingga analisis. c. Proses memasukkan dan membersihkan data

Entry data dilakukan kedalam komputer untuk berikutnya

dibersihkan untuk memastikan kebenaran dari setiap jawaban yang telah dimasukkan ke komputer sebelum diolah dan dianalisis.

2. Uji validitas dan uji realibilitas

Uji validitas kuesioner untuk melihat ketepatan alat ukur untuk mengukur variabel yang diukur akan dilakukan dengan menggunakan uji Pearson Product Moment. Sebelum melakukan uji validitas terlebih

dahulu akan dilakukan pencarian nilai korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan jumlah skor total yang merupakan jumlah total skor butir. sedangkan uji realibilitas untuk melihat tingkat keajegan instrumen yang digunakan dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan berupa analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat ini bertujuan untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien dan persepsi pelaporan kesalahan medis di masing-masing rumah sakit. Penggambaran kondisi keseluruhan dimensi yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel.

Analisis univariat budaya keselamatan pasien akan dilakukan dengan menggunakan Hospital Survey Excel Tool 1.6 milik AHRQ yang dikirimkan oleh pada Januari 2015 kepada penulis. Melalui aplikasi ini, jawaban kuesioner dibagi menjadi 2 jenis yakni jawaban dengan respon positif dan negatif. Jawaban dengan respon positif apabila bernilai 4 dan 5 (setuju dan sangat setuju) pada pertanyaan yang bersifat positif atau bernilai 1 dan 2 (sangat tidak setuju dan tidak setuju) pada pertanyaan yang bersifat negatif. Jawaban dengan respon negatif apabila bernilai 1 dan 2 (sangat tidak setuju

dan tidak setuju) pada pertanyaan yang bersifat positif atau bernilai 4 dan 5 (setuju dan sangat setuju) pada pertanyaan yang bersifat negatif.

Setelah diketahui sifat jawaban setiap item pertanyaan maka aplikasi tersebut akan menghitung nilai komposit dimensi masing-masing. Nilai komposit per dimensi didapatkan dengan merata-ratakan persentase respon positif masing-masing pertanyaan sesuai dengan dimensinya masing-masing. Nilai komposit per dimensi ini yang menjadi hasil analisis univariat budaya keselamatan pasien.

Sedangkan analisis univariat untuk variabel persepsi dilakukan dengan menggunakan analisis total skor. Skor tiap pertanyaan dengan skala likert 1-7 dijumlahkan keseluruhannya lalu dibuat persentasenya. Selanjutnya kriteria penilaian kuat atau lemahnya variabel persepsi pelaporan kesalahan medis dilihat dari persentase (Beginta, 2012).

Tabel 4. 2 Kriteria Penilaian Berdasarkan Presentase No. Persentase (%) Kriteria

1. 14 - 42,7 Rendah

2. 42,8 - 71,4 Sedang 3. 71,5 – 100 Tinggi

Sumber : Beginta (2012)

Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini. Analisis data yang digunakan adalah uji korelasi karena baik variabel independen maupun dependen dalam penelitian ini bersifat numerik. Apabila data terdistribusi normal maka digunakan uji korelasi pearson product moment sedangkan apabila data tidak terdistribusi normal

digunakan uji korelasi Spearman. Rumus koefisien korelasi pearson product moment adalah sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ] *Keterangan : r = koefisien korelasi pearson product moment

n = jumlah sampel penelitian

Sedangkan rumus koefisien korelasi Spearman adalah sebagai berikut :

*Keterangan : rs = koefisien korelasi Spearman

∑ = total kuadrat selisih antar rangking n = jumlah sampel penelitian

Menurut Colton Hastono dan Sabri (2011), kekuatan korelasi antara 2 variabel secara kualitatif dapat dibagi kedalam empat area sebagai berikut : 1. r = 0,00-0,25, berarti tidak ada korelasi atau ada korelasi dengan kekuatan

lemah

2. r = 0,26-0,50, berarti ada korelasi dengan kekuatan sedang 3. r = 0,51-0,75, berarti ada korelasi dengan kekuatan kuat

4. r = 0,76-1,00, berarti ada korelasi yang sangat kuat atau sempurna

Setelah didapatkan koefisien korelasi tersebut, maka dilakukan perbandingan r hitung dengan r tabel untuk menentukan apakah kedua variabel benar-benar berkorelasi secara signifikan.

BAB V

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini dibagi menjadi 5 bagian. Bagian-bagian tersebut terdiri dari gambaran umum Rumah Sakit X dan Rumah Sakit Y, gambaran budaya keselamatan pasien masing-masing rumah sakit, gambaran persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di masing-masing rumah sakit dan korelasi budaya keselamatan pasien dengan persepsi pelaporan tenaga kesehatan oleh tenaga kesehatan.

Gambaran budaya keselamatan pasien di masing-masing rumah sakit mencakup 10 dimensi budaya keselamatan pasien berdasarkan AHRQ. Dimensi tersebut diantaranya adalah dimensi tindakan promotif keselamatan oleh manajer/supervisor, dimensi perbaikan berkelanjutan, dimensi kerjasama dalam rumah sakit, dimensi keterbukaan komunikasi, dimensi umpan balik dan komunikasi terkait kesalahan yang terjadi, dimensi respon yang tidak menyalahkan, dimensi penyusunan staf, dimensi dukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien, dimensi kerjasama antar unit di rumah sakit serta dimensi serah terima dan transisi pasien dari unit ke unit lain. Kesepuluh dimensi budaya keselamatan pasien pada masing-masing rumah sakit disajikan dalam bentuk tabel berupa persentase respon positif dari masing-masing dimensi.

Gambaran persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan disajikan dalam bentuk persentase persepsi positif. Dalam penelitian ini variabel persepsi pelaporan kesalahan medis dikategorikan menjadi 3 jenis yakni persepsi

lemah, sedang dan kuat berdasarkan pengkategorian yang dilakukan oleh Beginta (2012). Persepsi pelaporan kesalahan medis dikatakan lemah apabila persepsi total antara 14-42,7%; dikatakan sedang apabila persepsi total antara 42,8-71,4%; dan dikatakan kuat apabila persepsi total lebih dari 71,5%.

Korelasi antara budaya keselamatan pasien dan persepsi pelaporan kesalahan medis digambarkan melalui uji korelasi dengan melihat nilai r hitung dibandingkan dengan nilai r tabel serta dengan melihat nilai koefisien korelasi yang didapatkan dari hasil uji hipotesis yang dilakukan.

A. Gambaran Umum Rumah Sakit X dan Y

Rumah Sakit X adalah rumah sakit umum kelas B sedangkan sedangkan Rumah Sakit Y adalah rumah sakit khusus kelas A. Kedua rumah sakit berlokasi di Jakarta.

Keselamatan pasien dan K3RS di Rumah Sakit X diupayakan melalui program yang dilaksanakan oleh bagian Manajemen Risiko. Terdapat 3 seksi utama yakni Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS), Pencegahan Infeksi Rumah Sakit (PIRS) dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS). Sedangkan Keselamatan pasien dan K3 di Rumah Sakit Y diupayakan melalui program-program terpadu yang dilaksanakan oleh Bagian K3 dan Kesling bekerja sama dengan Komite Mutu serta tim keselamatan pasien yang merupakan kelompok kerja terpadu dan dibentuk khusus untuk melaksanakan survey budaya keselamatan pasien.

Kedua rumah sakit telah terakreditasi. Secara khusus, Rumah Sakit Y sendiri telah memiliki sertifikasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan yakni OHSAS 18001.

B. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel yang diteliti. Response rate yang diperoleh di Rumah Sakit Y adalah sebesar 86% dengan jumlah kuesioner yang diisi lengkap dan dapat digunakan sebanyak 91 kuesioner. Sedangkan response rate yang diperoleh di Rumah Sakit X adalah sebesar 95,38% dengan total kuesioner yang terisi lengkap dan dapat digunakan sebanyak 101 kuesioner. Hasil analisis univariat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden Penelitian

Hasil analisis univariat karakteristik responden di kedua rumah sakit adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik Responden Penelitian No. Jenis Tenaga

Kesehatan

Rumah Sakit

Rumah Sakit X Rumah Sakit Y

n % n % 1. Dokter 9 8,91% 8 8,79% 2. Perawat 56 55,44% 45 49,45% 3. Lainnya 34 30,69% 38 41,75% Bidan 4 3,96% 1 1,09% Radiografer 3 2,97% 9 9,89% Farmasi 13 10,89% 5 5,50% Terapis 2 1,98% 3 3,29% Gizi 3 2,97% 4 4,39% Sanitarian 2 1,98% 2 2,19% Analis lab 4 3,96% 11 12,10% Safety officer 2 1,98% 2 2,19% 4. Tidak diketahui 5 4,95% - - Total 101 100% 91 100%

Berdasarkan tabel 5.1. diatas karakteristik responden dengan anggota kelompok terbanyak berasal dari kelompok perawat baik di Rumah Sakit X maupun di Rumah Sakit Y.

2. Persepsi Pelaporan Kesalahan Medis oleh Tenaga Kesehatan

Hasil analisis univariat persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 5. 2 Gambaran Persepsi Positif Pelaporan Kesalahan Medis oleh Tenaga Kesehatan 2015

Variabel Rumah Sakit Rumah Sakit X ( n = 101 ) Rumah Sakit Y ( n = 91) Persepsi positif pelaporan kesalahan Medis 49,95% 46%

Berdasarkan tabel 5.2. diatas secara umum persepsi positif pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X dan Rumah Sakit Y hampir sama. Meskipun persepsi positif di Rumah Sakit X lebih tinggi 3,95% dari Rumah Sakit Y.

3. Gambaran Budaya Keselamatan Pasien

Gambaran budaya keselamatan pasien berdasarkan dimensi AHRQ pada tenaga kesehatan tahun 2015 didapatkan hasil sebagai berikut ini.

Tabel 5.3 Gambaran Respon Positif 10 Dimensi Budaya Keselamatan Pasien pada Tenaga Kesehatan Tahun 2015

No Dimensi Budaya Keselamatan Pasien

Rumah Sakit RS X

(n=101)

RS Y (n=91) 1 Tindakan promotif keselamatan oleh

manajer

76% 65%

2 Organizational learning – perbaikan berkelanjutan

67% 89%

3 Kerjasama dalam unit rumah sakit 71% 82%

4 Keterbukaan komunikasi 68% 82%

5 Umpan balik dan komunikasi tentang kesalahan medis yang terjadi

65% 91%

6 Respon yang tidak menyalahkan 67% 52%

7 Penyusunan staf 61% 52%

8 Dukungan manajemen terhadap upaya

Dokumen terkait