• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKPS IKLA

3.4.4 Penyusunan Model Sistem Dinamis

Sebagaimana dijelaskan pada sub bab identifikasi sistem, pengelolaan lumpur tinja berkelanjutan merupakan bagian dari sistem pelestarian fungsi lingkungan hidup daerah perkotaan. Oleh karena itu, peningkatan kinerja pengelolaan lumpur tinja secara berkelanjutan akan mempengaruhi kinerja pelestarian fungsi lingkungan perkotaan. Atas dasar hal tersebut, model sistem dinamis yang disusun adalah model sistem dinamis untuk pengelolaan lumpur tinja berkelanjutan.

OUTPUT YG DIINGINKAN:

1. Penurunan Pencemaran sumber air baku 2. Peningkatan Kesehatan

Masyarakat

OUTPUT YANG TIDAK DIINGINKAN:

1. Kasus penyakit diare meningkat

2. Beban Limbah Rumah Tangga meningkat 3. Kasus pencemaran meningkat INPUT TAK TERKENDALI: 1. Penduduk 2. Penerimaan Masyarakat INPUT TERKENDALI:

1. Konsumsi Air Rumah Tangga

2. Volume Air Limbah 3. Pengolahan Setempat 4. Akumulasi Lumpur Tinja 5. Pengumulan dan

Transportasi Lumpur Tinja 6. Pengolahan Lumpur Tinja 7. Pemanfaatan Produk lumpur tinja 8. Penerimaan Operasi INPUT LINGKUNGAN 1. UU-SDA 2. PP Pengendalian Pencemaran 3. RPP Air Limbah dan Sampah 4. RTRWK Model Ekosanita I PLT Pengolahan Lumpur Tinja Berkelanjutan PARAMETER RANCANG BANGUN: 1. Nilai ambang batas Baku

Mutu Lingkungan 2. Kemampuan Masyarakat

3.4.4.1 Gambaran Kondisi Yang Diinginkan

Sebagaimana dijelaskan pada Bab II, kondisi pengelolaan lumpur tinja yang diinginkan adalah mengolah air limbah tanpa menambah beban cemaran baru atau seluruh hasil olahan limbah dapat dimanfaatkan kembali. Hal itu berarti bahwa tidak ada lumpur yang terakumulasi di unit pengolah air limbah setempat yang melampaui batasan volume ruang lumpur yang disediakan. Selain daripada itu, proses pengumpulan dan pengangkutan lumpur tinja dapat berjalan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Akhirnya, lumpur tinja yang diolah di instalasi lumpur tinja dapat menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan kembali misalnya untuk pupuk, energi biogas, pakan ikan dari budidaya air. Apabila proses tersebut berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka fungsi tangki septik lebih optimal, sumber daya air tanah dapat dipertahankan kelestariannya, habitat penyakit dapat diperburuk sehingga membatasi penyebaran penyakit yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.

Hasil identifikasi sistem pelestarian fungsi lingkungan perkotaan dan sistem pengelolaan lumpur tinja berkelanjutan dengan menggunakan diagram lingkar sebab-akibat mengindikasikan bahwa kedua sistem tersebut saling bersinergi untuk mencapai tujuan sistem yaitu kehidupan dan penghidupan penduduk perkotaan yang lebih baik. Hal itu berarti bahwa peningkatan kinerja pengelolaan lumpur tinja akan meningkatkan kinerja pelestarian fungsi lingkungan perkotaan.

Meningkatnya kinerja pelestarian fungsi lingkungan berarti meningkatkan upaya memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Indikasi tercapainya upaya tersebut, sebagaimana digambarkan dalam diagram input output pengelolaan lumpur tinja berkelanjutan adalah menurunnya pencemaran terhadap sumber air baku air minum dan meningkatnya kesehatan masyarakat. Sebaliknya, peningkatan kasus penyakit, meningkatnya beban limbah rumah tangga yang belum diolah ke badan air permukaan (sungai, danau, situ dll) dan ke dalam air tanah serta meningkatnya kasus pencemaran, merupakan indikasi belum berhasilnya pelestarian fungsi lingkungan hidup daerah perkotaan.

3.4.4.2 Batasan Model

Hasil identifikasi sistem menjelaskan mengenai variabel-variabel utama yang membentuk model pelestarian fungsi lingkungan perkotaan pada umumnya dan khususnya pengelolaan air limbah termasuk pengelolaan lumpur tinja berkelanjutan (Model Ekosanita-IPLT). Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dari interaksi variabel-variabel tersebut antara lain adalah (i) apa yang menentukan besaran aliran materi air limbah? (ii) apa yang menentukan besaran materi lumpur tinja? (iii) apa yang menentukan besaran lumpur tinja yang diolah di instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)? (iv) apa yang menentukan keberlanjutan pengoperasian IPLT? (v) apa komposisi materi yang dapat didaur ulang? (vi) bagaimana mengurangi volume air limbah maupun lumpur tinja yang memasuki badan air tanpa diolah terlebih dahulu? (vii) Bagaimana meningkatkan fraksi materi yang dapat didaur ulang? (viii) bagaimana mengurangi lumpur tinja yang dibuang bebas ke media lingkungan? (ix) bagaimana meningkatkan akses penduduk ke fasilitas sanitasi yang telah diperbaiki (improved) seraya mengurangi volume air limbah yang memasuki perairan?

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka fokus pertama adalah mempelajari dinamika sumber lumpur tinja. Untuk itu, dibuat model pengumpulan, pewadahan, transportasi, pengolahan dan kemungkinan daur ulang lumpur tinja yang telah diolah. Fokus kedua terkait dengan dinamika lingkungan penerima limbah yaitu lingkungan air tanah maupun air permukaan yang berhubungan dengan ketersediaan dan kelayakannya untuk digunakan sebagai sumber air baku air minum. Fokus ketiga adalah dinamika kependudukan dan kesehatan masyarakat. Dengan batasan-batasan tersebut, maka akan ditetapkan variabel- variabel endogenous maupun eksogenous yang mampu menjawab permasalahan penelitian.

Variabel-variabel endogenous berhubungan dengan besaran-besaran aspek sosial dan ekonomi serta lingkungan secara menyeluruh. Variabel- variabel seperti volume air limbah yang dibangkitkan dari kegiatan penduduk, pengolahan air limbah dan akumulasi lumpur tinja serta pengumpulan, transportasi dan pengolahannya digunakan sebagai besaran-besaran yang cukup representatif untuk menggambarkan dinamika pola-pola transisi perubahan yang menjadi fokus utama

dalam penelitian ini. Selain itu, dikaji pula pemanfaatan produk hasil olahan terhadap tarif retribusi air limbah dan akumulasi lumpur tinja serta sumber daya air dan kesehatan masyarakat.

Variabel eksogenous selain merepresentasikan besaran-besaran yang tidak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan sistem yang dimodelkan, juga merepresentasikan besaran-besaran yang berhubungan dengan kebijakan investasi prasarana dan sarana air limbah. Besaran-besaran variabel eksogenous dimaksud antara lain adalah standar kualitas lingkungan hidup, kebijakan investasi, ketersediaan dana luar negeri untuk keperluan investasi perbaikan sistem maupun pembangunan baru.

3.4.4.3 Struktur Model

Mengacu pada gambaran kondisi yang diinginkan, maka interaksi antar unsur-unsur yang tertera pada Gambar 3-5 menghasilkan 4 (empat) simpal (loop) positif dan 3 (tiga) simpal negatif. Dalam perspektif berpikir sistem, simpal positif akan menghasilkan suatu perilaku pertumbuhan (growth) atau penurunan dengan cepat, sedangkan simpal negatif akan menghasilkan suatu perilaku pencapaian tujuan (goal seeking) yang merupakan proses penyeimbangan (balancing process).

Simpal-1 merepresentasikan peningkatan kotoran manusia yang terkait dengan peningkatan jumlah penduduk sebagai akibat dari peningkatan kesehatan masyarakat dan penurunan kasus kematian balita. Peningkatan kesehatan masyarakat tersebut terkait dengan pengelolaan lumpur tinja yang memadai

(penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja secara berkala, pengolahan lumpur tinja di IPLT, pemanfaatan lumpur tinja hasil olahan yang higienis). Simpal ini bersifat positif dan merupakan mesin pertumbuhan kotoran manusia.

Simpal-2 dan simpal-3 merepresentasikan peningkatan konsumsi air rumah tangga dan “grey water” yaitu air limbah yang berasal dari dapur dan kamar mandi serta tempat cuci piring. Peningkatan tersebut berhubungan dengan berfungsinya pengolahan setempat yang mampu mempertahankan daya asimilasi sumber air baku air minum. Kelayakan pemakaian air tanah sebagai sumber air baku air minum akan meningkatkan konsumsi air rumah tangga dan meningkatkan volume grey water. Kelayakan pemakaian air tanah juga akan

meningkatkan kesehatan masyarakat, menurunkan kasus kematian balita dan meningkatkan jumlah penduduk yang pada akhirnya akan meningkatkan volume air limbah. Simpal ini bersifat positif dan merupakan mesin pertumbuhan volume air limbah rumah tangga.

Simpal-4 dan simpal-5 merepresentasikan pengurangan konsumsi air rumah tangga dan vo lume air limbah yang terkait dengan pembuangan lumpur tinja secara bebas ke media lingkungan. Pembuangan lumpur tinja ke lingkungan akan menimbulkan pencemaran sumber-sumber air baku karena sistem pengolahan setempat tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal tersebut berakibat pada peningkatan pencemaran air dan mengurangi kelayakan pemakaian air tanah sebagai sumber air baku air minum. Di sisi lain, pembuangan lumpur tinja secara bebas ke lingkungan hidup memperbesar kemungkinan pemakaian lumpur tinja yang tidak higienis sehingga memperbesar kemungkinan kontak antara manusia dengan bakteri patogen. Hal tersebut menimbulkan dampak negatif pada kesehatan masyarakat dan berpotensi meningkatkan kasus kematian. Pengurangan jumlah penduduk dan kelayakan pemakaian air tanah sebagai air baku air minum akan mengurangi volume air limbah. Simpal ini bersifat negatif karena merupakan proses penyeimbangan volume air limbah yang dibangkitkan dari kegiatan penduduk.

Simpal-6 dan simpal-7 merepresentasikan peningkatan penerimaan retribusi pengelolaan lumpur tinja yang diperoleh dari kegiatan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja dan penjualan produk hasil olahan IPLT. Penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja secara terjadwal akan menyediakan baku lumpur tinja yang siap diolah di IPLT. Berfungsinya IPLT akan menghasilkan produk olahan yang dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan pertanian dan peternakan. Simpal ini juga bersifat positif dan merupakan sumber pendapatan bagi penyedia jasa angkutan lumpur tinja dan pengelo la IPLT.

Pola umpan balik positif maupun negatif mengambarkan adanya pertumbuhan bangkitan air limbah domestik maupun lumpur tinja dan pertumbuhan penerimaan retribusi jasa pengelolaan lumpur tinja. Namun, penurunan pengambilan air baku air minum akibat pencemaran air, akan mengurangi pertumbuhan tersebut.