• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Program Pengembangan Kapasitas UPT Pendidikan dan Pelatihan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau

BAB V. PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

7.1. Penyusunan Program Pengembangan Kapasitas UPT Pendidikan dan Pelatihan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau

Menindaklanjuti evaluasi atas kelembagaan Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan, maka tahapan selanjutnya penyusunan Program pengembangan kapasitas UPT Diklat. Program disusun dimaksudkan untuk mengatasi persoalan-persoalan sekaligus memantapkan kapasitas UPT dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan tugas dan fungsinya. Dengan mempergunakan alat analisis SWOT pada pembahasan terdahulu telah teridentifikasi beberapa kelemahan sebagai faktor penghambat bagi UPT

Pendidikan dan Pelatihan. Untuk mengatasi permasalahan, program yang diusulkan adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan diklat diadakan oleh Unit Pelaksana Teknis Badan Kepegawaian Daerah mengacu kepada kurikulum nasional yang diterbitkan Lembaga Administrasi Negara tidak efektif mempersiapkan tenaga siap pakai setelah kembali ketempat tugas di satuan kerja PNS yang bersangkutan. Sebagian besar PNS yang mengikuti diklat di UPT disebabkan oleh 2 (dua) hal yaitu pertama, penugasan dari Dinas/Instansi dan kedua mendapatkan sertifikat yang kelak suatu saat dapat digunakan sebagai salah satu persyaratan jenjang karir PNS. Keinginan untuk mendapatkan pengetahuan praktis yang dapat diterapkan di tempat kerja adakala sulit diwujudkan karena materi yang diberikan selama mengikuti diklat belum mempunyai keterkaitan dengan tugas dan fungsi suatu instansi. Untuk mencapai tingkat PNS yang profesionalisme semakin jauh jika program kediklatan tidak mengajarkan materi sesuai latar belakang pendidikan dan tempat tugas. Seseorang yang berasal dari Instansi Pertanian didalam diklat aparatur belum diajarkan materi tentang pertanian. Seseorang yang berlatar belakang pertambangan akan mendapatkan materi tentang administrasi pemerintah. Kalaupun ada diklat teknis, materi yang diberikan bersifat penunjang seperti komputer, bahasa inggris, manajemen proyek ataupun administrasi. Selanjutnya yang paling penting diselenggarakan diklat ingin menghasilkan PNS yang bekerja mengabdi untuk Negara dan masyarakat. Dari aspek bekerja untuk masyarakat (pengabdian), pengamatan selama ini terhadap kurikulum di UPT tidak ditemukan Materi Pelajaran bermuatan pelayanan publik. Padahal hal sangat penting diberikan kepada PNS sebagai abdi masyarakat. Tentunya akan semakin sulit membentuk karakter dan sifat PNS dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan kemasyarakatan jika materi pelajaran dan kurikulum tersebut tidak ada. Oleh karena perlu dilakukan langkah-langkah bagi penyempurnaan kurikulum berbasis pelayanan publik sesuai tugas pokok masing-masing peserta diklat PNS. Untuk itu dipandang mendesak dilakukan Program Reformulasi kurikulum pendidikan dan pelatihan pada UPT.

2. Selain rasio perbandingan jumlah tenaga widyaiswara terhadap materi pelajaran diklat di UPT belum seimbang, kualifikasi keahlian widyaiswara dalam memahami dan menyampaikan materi pelajaran cenderung belum baik.

Penguasaan materi tidak dapat dikembangkan menjadi kemasan menarik dan seharusnya dapat memberikan wawasan baru kepada peserta diklat. Pengajaran widyaiswara terlalu berfokus kepada buku textbook semata-mata. Ditambah lagi widyaiswara sebagai pelaksana kegiatan pendidikan dan pelatihan mulai dari merancang kurikulum, modul, sebagai instruktur atau tutor, pembimbing serta mengevaluasi program kegiatan pendidikan dan pelatihan, kurang mempunyai kompetensi yang kuat dalam metodologi pemberdayaan masyarakat serta kemampuan pelaksanaan training dalam bentuk participatory training. Untuk mengatasi persoalan kuantitas dan kompetensi widyaiswara perlu dirancang Program Peningkatan Kapasitas Widyaiswara melalui pendidikan formal (pascasarjana), maupun dengan sistem diklat dengan muatan pendidikan yang berorientasi pada pengembangan masyarakat.

3. Saat ini UPT Pendidikan dan Pelatihan belum mempunyai kewenangan penuh dalam memberikan penilaian terhadap PNS pasca mengikuti diklat, menganalisis kebutuhan diklat serta merekomendasikan bentuk-bentuk pendidikan dan pelatihan bagi pengembangan kapasitas PNS, mengingat tidak semua persoalan yang terjadi pada individu PNS dapat diatasi melalui jenjang diklat. Bentuk kewenangan ini harus diatur dalam suatu Surat Keputusan Gubernur dan disosialisasikan kepada semua satuan kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Selanjutnya kurangnya koordinasi antara UPT BKD dengan Dinas/Instansi Provinsi Riau dalam keterlibatan proses penilaian PNS pasca Diklat serta dalam merencanakan bentuk-bentuk pembinaan yang dipandang tepat karena bagaimanapun satuan kerja dilingkungan Pemerintah Riau lebih memahami karakter PNS dimaksud. Untuk mengatasi ini dibutuhkan Program Penguatan Kapasitas Pengelolaan Kelembagaan UPT

4. Perubahan UPT menjadi instansional seperti dinas/instansi lain belum dipandang urgen untuk dilakukan karena secara prinsip kewenangan yang melekat pada UPT adalah melaksanakan tugas-tugas berdasarkan acuan yang telah ditetapkan oleh Lembaga Administrasi Negara. Dipandang mendesak untuk dilakukan oleh UPT membangun kerjasama dengan lembaga diklat dinas/instansi teknis dalam menyusun materi metodologi pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana diketahui kurikulum di UPT sifatnya berisikan

administrasi pemerintahan dan diklat teknis perkantoran, sehingga di UPT Badan Kepegawaian Daerah tidak mengenal konsep pemberdayaan masyarakat (participatory). Untuk itu rancangan program yang diusulkan adalah Program Kerjasama antar Kelembagaan Pendidikan dan Pelatihan.

Secara skematis rancangan program pengembangan kapasitas UPT Pendidikan dan Pelatihan berbasis Pemberdayaan Masyarakat dapat ditunjukkan dalam model Gambar 2.

Skematis Gambar 2 dapat dijabarkan bahwa strategi pengembangan kapasitas UPT Diklat BKD Provinsi Riau dilakukan melalui reformulasi kegiatan pendidikan dan pelatihan PNS dengan memasukkan materi metodologi pemberdayaan pada kurikulum dan modul pendidikan dengan jumlah dan waktu pengajaran yang lebih proporsional sesuai kebutuhan satuan kerja serta kebutuhan dan kesesuaian pada sosio kultur masyarakat. Penyusunan kurikulum, modul dan materi pembelajaran dibuat berdasarkan masukan atau umpan balik yang berasal dari masyarakat, lembaga pendidikan masyarakat, satuan-satuan kerja serta sekretariat daerah melalui kerjasama kolaboratif. Dengan demikian melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan akan melahirkan kebijakan pelayanan publik yang mempunyai prinsip ; (a) ekonomis dengan kesederhanaan yang meliputi prosedur/tatacara pelayanan antara lain mudah, tidak berbelit-belit serta mudah dilaksanakan, pembiayaan yang dibebankan sesuai dengan kewajaran, kemampuan masyarakat umum serta peraturan undang-undang yang berlaku serta ekonomis dalam penyelenggaraan pelayanan itu sendiri; (b) efisien dan efektif yaitu kejelasan dan kepastian terhadap prosedur, persyaratan, unit kerja tarif atau biaya serta pejabat yang berwenang dalam menerima keluhan publik terhadap pelayanan yang telah diberikan; (c) Akuntabel yaitu pelayanan yang diberikan terukur, baik jumlah, target pelaksanaan serta dapat dipertanggungjawabkan serta (d) pemberdayaan yaitu pelayanan yang diberikan lebih memberikan nilai pengayoman, pendidikan, dan partisipasi dari masyarakat. Kebijakan pelayanan yang baik ini diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat dengan porsi yang layak dengan bentuk kualifikasi bersifat; (a) tangible yaitu

Gambar 2. Strategi Metodologi Pengembangan Kapasitas UPT Diklat. KEPUASAN MASYARAKAT TANGIBLE REABILITY RESPONSIVENESS ASSURANCE EMPATHY

KEBIJAKAN LAYANAN PUBLIK

EKONOMIS EFISIEN EFEKTIF AKUNTABEL PEMBERDAYAAN

SEKRETARIAT DAERAH UMPAN BALIK SOSIO KULTUR SISTEM Dinas D Dinas C

Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pelayanan Publik pada Kegiatan UPT

Pendidikan dan Pelatihan

Dinas A Dinas B Masyarakat dan Lembaga Pendidikan Masyarakat UMPAN BALIK UMPAN BALIK Rekomendasi: 1. Diklat 2. Non Diklat (pembinaan dan perencanaan)

(c) Akuntabel yaitu pelayanan yang diberikan terukur, baik jumlah, target pelaksanaan serta dapat dipertanggungjawabkan serta (d) pemberdayaan yaitu pelayanan yang diberikan lebih memberikan nilai pengayoman, pendidikan, dan partisipasi dari masyarakat. Kebijakan pelayanan yang baik ini diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat dengan porsi yang layak dengan bentuk kualifikasi bersifat; (a) tangible yaitu terukur secara fisik; (b) reability yaitu sesuai antara janji dengan kenyataan; (c) responsiveness yaitu pelayanan yang cepat, tidak bertele-tele serta dilaksanakan dengan ikhlas; (d) assurance yaitu pelayanan yang dilakukan dengan keramahan serta dukungan pengetahuan yang baik dari petugas serta terjamin kerahasiannya; (e) emphaty yaitu kepedulian dengan penuh perhatian secara individual PNS terhadap masyarakat atau publik.

Kerjasama kolaboratif dengan satuan-satuan kerja terutama dalam membentuk Tim analisis kesesuaian pendidikan dan pelatihan. Hal ini akan diketahuinya kebutuhan pendidikan dan pelatihan baik yang dilakukan dengan penjenjangan diklat maupun non diklat, seperti pembinaan, analisis lingkungan kerja maupun alat kerja pendukung kegiatan program pada satuan kerja. UPT Pendidikan dan Pelatihan pada tataran kelembagaannya harus diberikan kewenangan (hak dan kewajiban) yang lebih luas dalam merencanakan kebutuhan diklat, melaksanakan, memonitoring dan mengevaluasi program kegiatan ini.

Melalui analisis pengembangan kapasitas UPT Diklat dapat diketahui bahwa tidak semua persoalan PNS dalam upaya peningkatan pelayanan publik harus diatasi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan. Untuk itu diperlukan pembentukan tim analisis kesesuaian diklat yang dapat menilai kebutuhan diklat atau non diklat bagi pengembangan kapasitas dan kinerja PNS dalam melaksanakan pelayanan publik. Keakuratan dalam penentuan rekomendasi kesesuaian training menjadi lebih akurat, hal ini disebabkan anggota tim berasal dari perwakilan satuan kerja, BKD dan unit diklat dinas/instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau, dan disamping itu juga merupakan informasi yang berasal dari dalam maupun luar institusi pemerintah. Melalui teknis analisis dan tahapan analisis yang dibuat secara berurut dan terukur akan diperoleh rekomendasi yang tepat untuk pengembangan PNS maupun institusinya.

Hasil akhir dari kegiatan tersebut terciptanya good governance Pemerintah Provinsi Riau melalui pengembangan kapasitas UPT Diklat berbasis metodologi pemberdayaan masyarakat adalah mendorong terjadinya peningkatan kapasitas PNS pada satuan kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau dalam pelayanan publik. Peningkatan kapasitas akan mendorong terbentuknya kebijakan berorientasi pemberdayaan masyarakat dengan prinsip ekonomis, efisisen, efektif dan akuntabel. Dengan terciptanya kebijakan layanan publik yang lebih baik, maka masyarakat menjadi lebih puas dalam menerima pelayanan yang diberikan untuk kemudian berpartisipasi dalam program-program pembangunan Pemerintah.

7.2. Tujuan Program

Tujuan program disusun atas dasar adanya kenyataan bahwa sistem metodologi pendidikan dan pelatihan pada UPT Pendidikan dan pelatihan BKD Provinsi Riau dipandang belum menyentuh pada subtansi permberdayaan kemasyarakatan, meskipun diakui penyelenggaraan diklat dapat berjalan, namun

output pasca diklat belum dilakukan monitoring dan evaluasi secara langsung oleh UPT Pendidikan dan Pelatihan. Sisi lainnya adalah adanya kecenderungan sistem pembelajaran (kurikulum, modul, materi) yang tidak menempatkan metodologi pemberdayaan masyarakat pada porsi yang lebih proporsional sesuai dengan kebutuhan satuan kerja dalam peningkatan pelayanan publik. Hal ini diketahui berdasarkan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat maupun pemberitaan surat kabar yang tidak puas atas bentuk pelayanan yang diberikan pemerintah melalui satuan kerja.

Berdasarkan hal tersebut di atas dirancanglah kegiatan pengembangan kapasitas UPT Diklat BKD Provinsi Riau dengan memakai metodologi pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Untuk itu diperlukan perencanaan program yang dapat disepakati oleh semua pemangku kepentingan dalam pelaksanaannya.

Tujuan Program pengembangan kapasitas UPT Diklat BKD Provinsi Riau melalui metodologi pemberdayaan masyarakat adalah:

1. Merubah bentuk kurikulum, modul, materi dengan memasukkan materi pemberdayaan masyarakat dengan porsi proporsional sesuai dengan kebutuhan satuan kerja.

2. Meningkatkan kapasitas pengetahuan widyaiswara terutama dalam metodologi pemberdayaan masyarakat.

3. Melakukan monitoring dan evaluasi bagi perkembangan kinerja PNS ataupun pejabat daerah pasca mengikuti pendidikan dan pelatihan serta rekomendasi bentuk pendidikan dan pelatihan terutama bagi peningkatan pelayanan publik. 4. Meningkatkan mutu pelaksanaan kegiatan UPT Pendidikan dan Pelatihan

melalui kerjasama dengan institusi lain yang berkompeten.