• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan strategi pengembangan desa wisata didasarkan pada seluruh potensi yang ada di desa Wiyono, yaitu potensi sumberdaya alam, potensi sosial-ekonomi, dan potensi estetika. Strategi disusun juga berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal dengan mempertimbangkan faktor pengendali (driving force). Untuk mendapatkan strategi paling tepat yang sesuai dengan keinginan masyarakat, maka disusun beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut:

a. Penentuan faktor-faktor internal berupa kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) untuk menyusun strategi desa wisata

b. Penentuan faktor-faktor eksternal berupa peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) untuk menyusun strategi desa wisata

c. Penyusunan bobot, rating, dan skoring masing-masing faktor internal dan ekternal sehingga mendapatkan nilai tertimbang yang akan dimasukan kedalam Matriks Grand Strategi, strategi pengembangan tersebut digunakan oleh pihak yang berkepentingan masyarakat atau lembaga masyarakat.

Analisis Data

Data hasil pengamatan di lapang dianalisis sesuai dengan kategorinya, yaitu analisis potensi biofisik, analisis sosial-ekonomi, dan analisis estetika. Masing-masing kategori diuraikan di bawah.

Analisis potensi biofisik

Setiap potensi biologi dan fisik desa Wiyono di plotkan pada peta dasar dan dianalisis sesuai kepentingannya dengan desa wisata. Elemen-elemen biofisik secara umum dipetakan berupa tata guna lahan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 5, peta ini dijadikan dasar penetapan vantage point untuk analisis estetika.

Analisis potensi estetik

Potensi estetik kawasan desa dianalisis dengan mengunakan metode

Scenic Beauty Estimation (SBE) yang kemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Tahapan yang dilakukan dalam menentukan nilai estetik dengan analisis SBE adalah:

a. Menentukan vantage point dan pengambilan foto pada delapan lanskap sesuai hasil analisis biofisik setiap elemen lanskap yang potensial sebagai ODTW, di foto untuk mewakili elemen tersebut.

b. Seleksi foto lanskap yang paling baik yang mewakili bentukan lanskapnya. c. Penilaian lanskap oleh respoden.

21

d. Perhitungan nilai SBE didasarkan pada sebaran normal (z) untuk setiap lanskapnya. Rata-rata nilai z yang diperoleh untuk setiap fotonya kemudian dimasukkan dalam rumus SBE:

Dimana : = nilai pendugaan keindahan pemandangan suatu lanskap ke x, = nilai rataan z lanskap ke x, = nilai rataan z suatu lanskap tertentu sebagai standar.

Analisis sosial ekonomi

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui persepsi, partisipasi, motivasi, dan harapan masyarakat dalam pengembangan desa wisata di desa Wiyono. Analisis ini dilakukan melalui FGD dan kuisioner. Persepsi masyarakat dalam pengembangan desa wisata dinilai berdasarkan kuisioner yang disebarkan dengan mengambil jumlah sampel berdasarkan purposive random sampling, dengan menggunakan rumus slovin untuk tingkat toleransi 10%. Rumus untuk menghitung sampel dari populasi sebagai berikut:

dimana: n = jumlah sampel, N = jumlah populasi, e = taraf toleransi Sampel yang diambil terdiri dari pengurus lembaga desa, ketua adat dan tokoh, perkumpulan pemuda desa, dan pemuka-pemuka agama untuk mengetahui persepsi dari masyarakat terhadap desa wisata.

Analisis strategi pengembangan desa wisata

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) digunakan untuk menganalisis data untuk memperoleh alternatif strategi (Rangkuti 2006) dalam pengembangan potensi desa Wiyono menjadi desa wisata. Data SWOT yang masih berupa data kualitatif dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan. Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce and Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T;

2. Menghitung skor

a. Masing-masing poin faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah poin faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap poin faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang paling tinggi.

22 c. Artinya, penilaian terhadap satu poin faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan poin faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya poin faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah poin faktor).

3. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.

4. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.

Contoh tabel perhitungan SWOT dan matriks kuadran SWOT terdapat dalam Tabel 4 dan Tabel 5. Matriks kuadran analisis terdapat pada Gambar 5.

Tabel 4 Tabel perhitungan analisis SWOT Faktor internal

NO STRENGTH SKOR BOBOT TOTAL

1 ………

2 Dst

Total kekuatan

NO WEAKNESS SKOR BOBOT TOTAL

1 ………..

2 Dst

Total kelemahan

Selisih total kekuatan-total kelemahan = (S-W) = x

Tabel 5 Tabel perhitungan analisis SWOT Faktor eksternal

NO OPPORTUNITY SKOR BOBOT TOTAL

1 ………

2 Dst

Total Peluang

NO TREATH SKOR BOBOT TOTAL

1 ……….

2 Dst

Total Ancaman

Selisih total peluang-total Ancaman = (O-T) = y

Dari Gambar 5 tersebut dapat diketahui bagaimana Matriks kuadran SWOT yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

23

Gambar 5 Matriks kuadran SWOT 2. Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah diversifikasi strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

3. Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah ubah strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

4. Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

24

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Desa Wiyono terdiri dari tujuh dusun, yaitu: Dam C, Gunung Rejo, KM-21, Suka Tinggi, Way Hui, Way Linti, dan Wiyono seperti pada Gambar 6.Luas wilayah Desa Wiyono meliputi 1912 ha. Topografi Desa Wiyono mempunyai ketinggian tanah rata rata 700 m dpl. Banyaknya curah hujan 2442 mm/th. Tata guna lahan (land use) di Desa Wiyono lebih banyak dimanfaatkan untuk pertanian 69.8%, pemukiman masyarakat dan perkantoran 28.61% dan jalan 0.68%. Penduduk Desa Wiyono berjumlah 6235 jiwa dengan 80.50% sebagai petani (Anonim 2010).

Gambar 6 Batas wilayah desa Wiyono

Hutan gunung Betung Wiyono

Hutan gunung Betung Wiyono berada dalam Tahura Wan Abdul Rachman yang berjarak sekitar 15 km dari Kota Bandar Lampung ini ditetapkan oleh Menteri Kehutanan berdasarkan Keputusan No. 408/ KPTS-II/1993 Tanggal 10 Agustus 1993 dengan luas 22249 Ha sebagai kawasan hutan untuk tujuan konservasi dan pelestarian alam (kawasan non budidaya). Hutan berfungsi sebagai simpanan air permukaan dan dalam tanah sanggat berpengaruh penting terhadap kegiatan pertanian dan perikanan di posisi tengah maupun hilir.

Kawasan hutan Wiyono dewasa ini dipandang sebagai salah satu kawasan yang mempunyai potensi wisata. Kondisi hutannya dipandang masih asli, dengan ditemukannya pula berbagai macam flora dan fauna serta berbagai obyek wisata

25

lainnya seperti air terjun, pemandangan alam puncak Gunung Betung dan Gunung Sukma Hilang, di kawasan ini ditemukan pula makam keramat pejuang kemerdekaan dari golongan ulama muslim. Dengan potensi wisata ini maka pihak dinas pariwisata Kabupaten Pesawaran merencanakan untuk mengelolanya sebagai daerah tujuan wisata, terutama untuk wisata penelitian, dan rekreasi olah raga (Dinas Pariwisata Kabupaten Pesawaran 2011).

Geologi dan tanah

Kondisi geologi wilayah ini tersusun atas jaluran-jaluran Pegunungan Barisan yang sebagian besar tersusun oleh bahan volkan muda. Secara umum wilayah ini tersusun oleh batuan pre-tersier dan andesit tua. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya batu jenis andesit yang berserakan di sungai-sungai yang berada di wilayah ini. Formasi andesit tua terdiri dari lava, andesit, breksi dan tufa sebagian kecil batuan bersusunan basal dan liparit.

Iklim

Berdasarkan data iklim dari stasiun pengamat iklim terdekat terutama curah hujan dan hari hujan selama 10 tahun secara berturut-turut, menunjukkan bahwa bulan-bulan basah (curah hujan > 100 mm/bulan) hanya terjadi pada Desember sampai Maret, bulan-bulan lembab (curah hujan 60-100 mm/bulan) terjadi selama 5 bulan dan sisanya merupakan bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) terjadi pada Mei-Juli. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen wilayah ini termasuk dalam tipe iklim Af, sedangkan berdasarkan klasifikasi iklim Scmidth-Ferguson wilayah ini termasuk dalam tipe iklim B. Sedangkan jumlah hari hujan berkisar antara 4.7 hari/bulan (September) sampai 17.8 hari/bulan (Januari), sedangkan suhu udara berkisar antara 26-30oC dan kelembaban udara berkisar antara 80-85%.

Hidrologi

Kawasan hutan Wiyono (register 19 Gunung Betung) merupakan salah satu sumber kebutuhan air bagi Kota Bandar Lampung. Beberapa sungai yang hulunya berada di kawasan hutan register 19 Gunung Betung, airnya mengalir ke Kota Bandar Lampung dan kota Pesawaran. Air sungai tersebut dimanfaatkan menjadi sumber air (air baku) oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau sebagai pemasok utama air bersih. Dam C yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk kota Bandar lampung dan Masyarakat desa Wiyono sendiri.

Keanekaragaman flora dan fauna

Vegetasi hutan di TahuraWan Abdul Rachman Wiyono memiliki tipe vegetasi Hutan Hujan Tropis yang didominasi oleh Medang (Litsea firmahoa), Rasamala (Antingia excelsa), Merawan (Hapea mengawan, dan berbagai jenis anggrek serta paku-pakuan serta rotan.

Kawasan Hutan wiyono (TahuraWan Abdul Rachman) memiliki potensi fauna yang antara lain : Harimau loreng sumatera (Panthera tigris sumatrensis, Tapir (Tapirus indicus), Kambing hutan (Nemorchaedus sumatrensis), Rusa (Cervus unicolor), Beruang madu (Helarector melayanus) dan lain-lain.

26

Keadaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani, yaitu sebesar 70% (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan menggerakkan perekonomian di desa tersebut. Ketersediaan lahan bagi masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh pendapatan, karena untuk bekerja di sektor yang lain akan terbentur dengan banyaknya kendala, terutama rendahnya tingkat pendidikan dan modal usaha

Tabel 6 Jumlah dan mata pencaharian penduduk desa Wiyono

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 Buruh tani 12 0.2 2 Petani 4367 70.0 3 Pedagang/wiraswatsa 35 0.6 4 Pengrajin 15 0.2 5 PNS 454 7.3 6 TNI/POLRI 8 0.1 7 Penjahit 17 0.3 8 Sopir 58 0.9 9 Karyawan Swasta 259 4.2 10 Kontraktor 5 0.1 11 Pertukangan 317 5.1 12 Peternak 652 10.5 13 Montir 36 0.6 Total 6235 100 Sumber: Monografi desa Wiyono 2010.

Pendapatan per kapita rata-rata masing-masing dusun di desa Wiyono masih dikatakan minim, namun karena pergantian musim panen hasil pertanian yang tidak dapat dipastikan penghasilan masyarakat kadang berlebihan jika terjadi musim panen besar dari hasil coklat, pala, kopi dan pisang. Terlihat pada Tabel 7 penghasilan rata-rata penduduk wiyono per bulan.

Kondisi pendidikan masyarakat

Tingkat pendidikan kepala keluarga pada tahun 2010 masih tergolong rendah. Sebagian besar penduduk menamatkan pendidikannya sampai tingkat SMA, yaitu sebesar 51.6% (Tabel 8). Tetapi dalam kegiatan bertani, pemahaman mereka terhadap pengetahuan budidaya suatu jenis tanaman, baik yang berasal dari pengalaman sendiri maupun orang lain cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan mereka dalam membudidayakan tanaman coklat, pala, kopi, salak, dan pisang.

27

Tabel 7 Pendapatan per kapita desa Wiyono

No Dusun Pendapatan

perkapita/bulan Keterangan 1 Wiyono 4000000 pegawai, petani dan pedagang 2 Suka Tinggi 2500000 petani dan buruh bangunan 3 Way Linti 3000000 petani

4 Dam C 3500000 petani dan pegawai

5 Gunung Rejo 3500000 petani

6 Way Hui 2500000 buruh tani dan petani 7 Km 21 3500000 pegawai ptpn 7 dan petani

Rata – rata desa 3 214286 Sumber: Monografi desa Wiyono 2010

Tabel 8 Tingkat pendidikan masyarakat desa Wiyono tahun 2010

No. Pendidikan Jumlah Persentase

1. Belum sekolah 98 1.6

2. Usia 7-35 tahun tidak pernah sekolah 15 0.2 3. Pernah sekolah SD tapi tidak tamat 5 0.1

4. Tamat SD/Sederajat 1235 19.8 5. Tamat SMP/Sederajat 1365 21.9 6. Tamat SMA/Sederajat 3219 51.6 7. Tamat Diploma 145 2.3 8. Tamat Sarjana (S1,S2) 153 2.5 Total 6429 100

Sumber: Monografi desa Wiyono 2010 Akses jalan

Desa Wiyono sanggat dekat dengan kota Bandar Lampung untuk mencapai ke desa Wiyono dibutuhkan waktu 15 menit dimana jarak antar kota dengan desa berkisar 13 km, sedangkan jarak dari pusat kota Kabupaten Pesawaran 3 km. Desa Wiyono di lewati jalur jalan Trans Sumatra bagian barat yang merupakan jalan nasional. Kondisi jalan perkampungan 85% sudah pengerasan aspal hotmix dan sisanya berupa jalan batu dan tanah sudah pengerasan.

Potensi Wisata Potensi biofisik

Kondisi biofisik Desa Wiyono memiliki daya tarik tersendiri. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, sumberdaya alam desa Wiyono memiliki potensi untuk wisata desa (Tabel 9). Sumberdaya alam tersebut adalah hutan, pegunungan, situ dan sungai, kawasan pertanian, peternakan dan perikanan, serta permukiman.

28 Tabel 9 Checklist identifikasi potensi sumberdaya alam

Kawasan Obyek Wisata Ada/

Tidak

Keterangan

(1) Hutan a) Hutan Gunung Betung ada Sangat menarik (5)

b) Taman Hutan Raya ada Menarik untuk kegiata olah

raga alam (4)

c) Satwa liar ada Dapat dilihat malam atau

siang (3)

(2) Pegunungan a) Gunung Betung ada Menarik untuk perkemahan

(4)

b) Gunung Sukma Hilang Menarik selalu diselimuti

kabut (4)

(3) Situ/sungai a) Situ Dam C ada Menarik mempunyai dua

sumber mata air besar (5)

b).Air Terjun ada Menarik dengan air yang

sangat sejuk (5)

c) Pemandian mata air Dam C ada Menarik dengan air yang

jernih (4)

(4) Pertanian a) Sawah ada Menarik dengan view ke

gunung Betung (5)

b) Perkebunan Karet ada Menarik untuk wisata

edukasi (4)

c) Perkebunan Pala ada Menarik untuk wisata

edukasi (4)

d) Perkebunan Salak ada Menarik untuk wisata

pertanian (4)

e) Perkebunan Coklat ada Menarik untuk wisata

pertanian dan edukasi (4)

(5) Permukiman a) Rumah tradisional ada Kurang keasliannya (3)

b Rumah jawa ada Kurang menarik (2)

(6) Perikanan/ peternakan

a) Perikanan air tawar ada Menarik hampir setiap

rumah di dusun Dam C (3)

b) Peternakan kambing ada Menarik pengolahan

susunya (4)

Keterangan: Kolom keterangan diisi dengan kualitas penampilan obyek wisata tersebut secara kualitatif (nilai 1-5).

Potensi sumberdaya alam berupa sawah, air terjun, situ Dam C, hutan dan gunung terlihat sangat nyata dan memperlihatkan karakter lanskap desa Wiyono. Sumberdaya alam lainnya mempunyai potensi yang beragam (Tabel 9). Keempat sumberdaya alam andalan tersebut di atas secara visual dapat dilihat pada Gambar 7. Elemen-elemen lanskap yang mencerminkan karakter ekowisata di desa ini antara lain adanya kawasan situ dam C, air terjun dan hutan lindung.

Pola penggunaan lahan di desa Wiyono (Gambar 6) didominasi oleh perkebunan dan hutan lindung/taman hutan raya (27%). Komoditi utama perkebunan yang diusahakan masyarakat adalah karet, pala, cokelat dan salak. Komoditi perkebunan lain yang juga berperan adalah kopi, namun tidak memiliki area khusus dan saat ini masih bergabung dengan hutan dan komoditas lain. Kawasan persawahan merupakan bagian terkecil (2%) dari penggunaan lahan

29

pertanian secara umum (69.8 %). Luas areal sawah tidak lebih banyak dari luas kawasan terbangun (28.6 %).

Gunung dan Hutan Sawah dan Kebun

Situ Dam C Air Terjun dan Sungai

Gambar 7 Potensi biofisik desa Wiyono

Air Terjun Wiyono merupakan potensi obyek ekowisata andalan (Gambar 7). Lokasi air terjun tersebut berjarak 2 km dari kantor desa dan berada di wilayah register 19, lokasi ini termasuk bagian dari hutan lindung (Tahura Wan Abdulrahman). Air terjun tersebut mempunyai ketingian 96 m dengan lebar 5 m. Pada tahun 1986, lokasi ini mulai dibuka untuk dikunjungungi oleh masyarakat. Kegiatan yang diakomodasi pada kawasan ini adalah rekreasi air terjun, jelajah alam, bersepeda gunung, dan berkemah. Pemandangan alam dari puncak gunung Betung memperlihatkan suatu keindahan dari lanskapnya, dengan kondisi hutan yang masih alami dan lebat juga dapat melihat langsung kondisi kota Pesawaran dari kejauhan. Kawasan tersebut dapat dijadikan sarana petualang bagi pendaki gunung. Kegiatan-kegiatan tersebut sangat mendukung kegiatan wisata desa, khususnya wisata alam dalam konsep perjalanan ke kawasan alam (Damanik dan Weber 2006).

Jumlah rumah pada kawasan permukiman adalah 1216 bangunan permanen, 243 bangunan semi permanen dan 162 bangunan tidak permanen, yang seluruhnya tersebar di 7 (tujuh) dusun. Desa dilalui jalan nasional dengan aspal

hotmix sepanjang 5 km. Panjang jalan desa 4.7 km dan jalan yang masih berupa tanah 1.8 km. Pola penggunaan lahan desa Wiyono dapat dilihat pada Gambar 4.

Elemen-elemen tersebut dan pola penggunaan lahan merupakan potensi biofisik lanskap yang dapat dijadikan obyek wisata desa (Purwanto, Syaufina, dan Gunawan 2014; Purnomo, Sulistyantara, dan Gunawan 2013; Putra, Gunawan,

30 dan Munandar 2014; Hendriawati dan Gunawan 2011) dalam hal ini adalah desa Wiyono.

Gambar 8 Pola penggunaan lahan di desa Wiyono

Potensi sosial, ekonomi dan budaya

Jumlah penduduk desa ini adalah 6235 orang yang terdiri dari 3171 orang laki-laki dan 3.064 orang perempuan. Pada umumnya masyarakat desa Wiyono bekerja sebagai petani (70%), sisanya bekerja sebagai pegawai (10%) dan buruh (15%). Dengan demikian desa Wiyono dapat disebut sebagai desa pertanian, karena porsi kawasan pertanian sangat mendominasi dengan mata pencaharian masyarakatnya pada umumnya bekerja di bidang pertanian.

Kegiatan sosial masyarakat yang dihimpun meliputi kegiatan gotong royong, bongkar kolam, dan selamatan tani (Tabel 10). Kegiatan gotong royong dilakukan dengan komando dari tokoh masyarakat setempat. Kegiatan ini tidak dapat dipastikan pelaksanaannya, karena hal ini tergantung adanya kepala rumah tangga yang membutuhkan rumah. Pada tahun terakhir, ada dua kegiatan dalam satu tahun. Kegiatan ini merupakan gambaran karakter masyarakat Indonesia yang saling membantu (Koentjaraningrat 2004).

Kegiatan sosial masyarakat yang menarik adalah bedah kolam, yaitu membedah kolam dalam rangka memanen ikan pada kolam tersebut, namun kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat secara bersama-sama (khususnya masyarakat sekitar Dam C) dengan mengurangi air kolam sampai kondisi macak-macak. Kegiatan ini biasanya dilakukan sekali dalam satu tahun. Daya tarik wisata kegiatan ini adalah menangkap ikan dengan tangan sendiri dan dilakukan

31

bersama-sama. Kegiatan rekreasi bersama merupakan kegiatan yang sangat diminati wisatawan (Rutledge 1981).

Tabel 10 Checklist identifikasi potensi sosial dan ekonomi

Kegiatan Rincian Jumlah Keterangan

(1) Sosial a) Gotongroyong buat rumah 2 kelompok, @ 15

orang

Dibuat secara bergiliri satu tahun dua kali

b) Bongkar kolam Semua warga Dam

C

Dilaksanakan satu tahun sekali

c) Selamatan tani Semua warga desa

Wiyono

Tiap bulan Suro Kesenian marawis

(2) Ekonomi a) Kerajinan kripik pisang 2 industri Kegiatan home

industri/skala menengah b) Pembibitan pala dan

cengkeh

2 kelompok tani Produksi untuk skala

nasional/skla besar

c) Pembibitan coklat 2 kelompok tani Produksi untuk skala

nasional/skala besar

d) Peternakan ikan tawar 2 kelompok tani Produksi untuk kebutuhan

daerah/skala menengah e) Pengolahan hasil

perkebunan kopi, pala dan coklat

2 industri Produksi untuk skala

kecil

Kegiatan lainnya yang dapat dijadikan obyek wisata adalah kegiatan Selamatan Tani, yaitu kegiatan budaya selamatan yang dilakukan pada bulan Suro untuk memohon keberkahan akan hasil panen. Kegiatan ini dilakukan oleh sebagian besar masyarakat desa Wiyono. Pada kegiatan tersebut biasanya dihadirkan kesenian masyarakat setempat yang berkaitan dengan keagamaan, yaitu kesenian Marawis. Kegiatan seni yang berasal dari budaya setempat dapat membantu meningkatkan daya tarik wisata (Damanik dan Weber 2006).

Pertanian yang paling banyak diusahakan adalah dari penghasilan kakao (Theobroma cacao) sekitar 92%. Pendapatan petani dari kakao mulai dari pembibitan hingga pengolahan biji kakao menjadi minuman segar (Gambar 9) Proses pembuatannya masih tradisionil ini juga menjadi daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan buah tangan untuk para turis yang datang.

Pembibitan Pemanenan Pengolahan

32 Perkebunan karet (Hevea braziliensis) di desa Wiyono mencapai mempunyai luasan (21%). Para pegawai dan buruh (60%) perkebunan berasal dari desa Wiyono. Kebun karet dikelola oleh PTPN VII dan (20%) dikelola oleh masyarakat dengan cara tanaman tumpang sari. Proses pembibitan, penyadapan getah karet, sampai pengolahan karet dapat langsung dilihat oleh wisatawan yang mau mempelajari sebagai sarana edukasi mengenal tanaman karet (Gambar 10). Produksi hasil karet sebagian diolah menjadi bahan menghasilkan produk SIR 3L (SIR - Standard Indonesian Rubber) dengan kapasitas 30 ton karet kering per hari, dan sebagian yang lain diolah menjadi bahan souvenirs.

Pembibitan Penyadapan Penyamakan

Gambar 10 Pembibitan, penyadapan, dan hasil penyamakan karet

Pertanian pala (Myristica fragans Haoult) ditanam di area kawasan tahura dan di perkebunan masyarakat. Pala ditanam berdampingan dengan kebun coklat. Pengolahanya mulai dari pembibitan sampai pengolahan minyaknya (Gambar 11). Sebagian masyarakat membuat olahan pala menjadi bahan makanan seperti manisan pala namun produksinya belum begitu banyak. Apabila kegiatan wisata desa semakin ramai bukan tidak mungkin akan dibuat olahan yang lebih menarik lagi.

Pembibitan Tanaman pala Produksi

33

Buah salak merupakan tanaman yang banyak di tanam di dusun Gunung Rejo Wiyono dengan luas sekitar 10 Ha yang di miliki oleh 3 kepala keluarga. Kawasan salak ini diapit oleh pekebunan coklat, kopi, duren dan pala, hampir tiap bulan panen. Ada panen besar/raya dan kecil/sedikit. Hasil panen dibawa ke kota dan sebagian diolah menjadi manisan dan keripik salak (Gambar 12).

Panen salak Hasil panen Produk olahan

Gambar 12 Panen salak, hasil panen, dan produk olahan salak

Pisang banyak ditanam di pekarangan maupun di kebun tersebar merata di seluruh desa Wiyono, namun yang paling banyak berada di dusun Dam C dan Gunung Rejo. Jenis pisang yang ada cukup beragam mulai dari ambon, kepok, raja dan janten (Gambar 13). Buah pisang diambil hampir setiap hari, dalam jumlah hampir mencapai 3 ton. Pisang hasil panen langsung di bawa ke kota bandar lampung bahkan ke Jabodetabek. Pengolahan pisang sudah lama dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk dijadikan kripik pisang. Bahan dasar kripik pisang digunakan dari pisang ambon dan kepok. Hasil olahan kripik sudah

Dokumen terkait