• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Definisi Operasional

2.1.3 Alat Peraga

2.1.3.1Pengertian Alat Peraga

Alat peraga terdiri dari dua suku kata, yaitu alat dan peraga. Pengertian alat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah barang yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu, mencapai suatu maksud tertentu, sedangkan peraga merupakan alat media pengajaran untuk meragakan sajian pelajaran (KBBI, 2008). Menurut Estiningsih (dalam Suharjana, 2009: 3) alat peraga adalah media yang digunakan dalam pembelajaran dengan membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Dikemukakan pula oleh Suharjana bahwa penggunaan alat peraga dapat membantu siswa dalam menanamkan dan mengembangkan konsep yang abstrak menjadi konkret (Suharjana, 2009: 3). Sudjana mengemukakan bahwa alat peraga adalah alat bantu yang digunakan oleh guru dalam proses belajar agar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2000: 10). Arsyad mengemukakan alat peraga sebagai alat bantu mengajar yang dapat digunakan sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diciptakan secara terencana oleh guru (Arsyad, 2007: 4). Sependapat dengan hal tersebut, Sudono mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat yang berfungsi untuk menerangkan suatu mata pelajaran tertentu dalam suatu proses belajar mengajar (Sudono, 2010: 14). Hal ini diperkuat oleh Munadi, bahwa fungsi utama alat peraga merujuk sebagai sumber belajar yang mengaktifkan siswa dan menyalurkan informasi (Munadi, 2010: 37).

Smaldino menjelaskan bahwa alat peraga adalah bagian dari media pembelajaran (Smaldino, 2011: 14). Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhaatian anak sehingga anak dapat menimbulkan motivasi belajar,

14 interaksi langsung antara siswa dan lingkungan, dan memberikan kesempatan anak untuk belajar sendiri (Hamalik dalam Arsyad, 2010: 26). Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk membantu dan menyampaikan pesan dalam proses belajar mengajar. Alat peraga juga dapat membantu siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

2.1.3.2Tujuan Penggunaan Alat Peraga

Menurut Kustandi, alat peraga dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak, interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya, dan kemungkinan untuk belajar sendiri sesuai kemampuan dan minatnya (Kustandi, 2011: 26). Menurut Sukayati (2009: 7), alat peraga digunakan untuk mencapai empat tujuan, yaitu (1) memberikan kemampuan berpikir matematika dengan kreatif, (2) mengembangkan sikap percaya diri dalam pembelajaran matematika, (3) meningkatkan keterampilan siswa dalam menerapkan pembelajaran matematika pada kehidupan sehari-hari, dan (4) meningkatkan motivasi belajar siswa.

1. Memberikan kemampuan berpikir matematika dengan kreatif

Pembelajaran matematika mencakup dalil-dalil dan simbol-simbol yang saling berhubungan. Penggunaan alat peraga akan meningkatkan kreativitas siswa dalam memahami hubungan-hubungan dalam pembelajaran matematika.

2. Mengembangkan sikap percaya diri dalam pembelajaran matematika

Suasana pembelajaran matematika akan menjadi kondusif dengan tersedianya alat peraga. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepercayaan diri akan kemampuannya dalam belajar matematika melalui pengalaman-pengalaman yang akrab dengan kehidupannya.

3. Meningkatkan keterampilan siswa dalam menerapkan pembelajaran matematika pada kehidupan sehari-hari

15 Penggunaan alat peraga yang kontekstual akan membantu siswa menghubungkan pengalaman belajarnya dengan pengalaman-pengalaman pada kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan keterampilan masingmasing mereka dapat menyelidiki dan mengamati benda-benda di sekitarnya, kemudian mengorganisasinya untuk memecahkan suatu masalah.

4. Meningkatkan motivasi belajar siswa

Dengan penggunaan alat peraga diharapkan siswa memperoleh pengalaman belajar dengan cara yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar matematika.

2.1.3.3Manfaat Penggunaan Alat Peraga Matematika

Saat siswa melihat, memegang dan memanipulasi suatu objek atau alat peraga, disitulah siswa mengalami pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti dari suatu konsep. Siswa dapat belajar dari berbagai pengalaman ketika menggunakan benda nyata tersebut secara langsung. Manfaat alat peraga matematika antara lain (1) memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep dalam matematika, (2) dengan berbagai kecerdasan yang berbeda, dapat memberikan pengalaman belajar yang efektif bagi siswa, (3) memotivasi siswa untuk menyukai pelajaran matematika (4) memberikan kesempatan bagi siswa yang lebih lamban berpikir untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan berhasil, (5) memperkaya program pembelajaran bagi siswa yang lebih pandai, dan (6) efisiensi waktu (Suharjana, 2009: 3-4).

Sitanggang & Widyaiswara (2013: 4) menyebutkan bahwa manfaat alat peraga matematika, antara lain (1) memberi motivasi, (2) memperkenalkan, memperbaiki, mengembangkan pengertian konsep matematika, (3) mempermudah abstraksi, yaitu memudahkan memahami konsep matematika yang abstrak, (4) memberikan variasi dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak bosan dengan teori yang dipelajari, (5) waktu pembelajaran lebih efisien karena siswa lebih mudah mengerti, dan (6) mengembangkan suatu topik pelajaran. Manfaat lain dikemukakan oleh Sugiarni adalah bahwa alat peraga juga bermanfaat sebagai alat bantu pembelajaran yang digunakan guru untuk memperjelas informasi pembelajaran, memberi tekanan pada materi pelajaran yang penting, memberi

16 variasi dalam kegiatan pembelajaran dan memotivasi belajar siswa (Sugiarni, 2012: 55). Kegiatan pembelajaran yang bervariasi akan membuat siswa senang dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasan (2011: 108) menjelasakan bahwa alat peraga dapat digunakan sebagai perantara antara hal yang konkret dari pemahaman siswa dengan konsep matematika yang bersifat abstrak. Penggunaan alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran matematika dengan konsep yang abstrak atau berupa simbol-simbol matematika.

Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa manfaat penggunaan alat peraga adalah untuk memahami konsep. Manfaat lain yaitu memberi pengalaman belajar, memotivasi, membantu siswa yang masih lamban, serta menghemat waktu. Alat peraga juga dapat digunakan untuk menunjang kegiatan di luar kelas dan menambah program belajar siswa yang pada taraf pintar.

2.1.3.4Pengertian Alat Peraga Montessori

Alat peraga Montessori adalah alat yang digunakan dalam pembelajaran dengan metode Montessori yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam pemahaman materi. Menurut Montessori, alat peraga adalah material untuk siswa dalam belajar yang didesain secara sederhana, menarik, memungkinkan untuk diekplorasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara mandiri, dan memperbaiki kesalahan mereka sendiri (Lillard, 1997: 11). Alat peraga Montessori pada bidang matematika dirancang untuk mengembangkan kemampuan matematis (Hainstock, 1997: 137), sehingga alat peraga tersebut bukan semata-mata dirancang untuk mencapai kompetensi matematika saja. Kemampuan matematis yang terdapat pada alat peraga Montessori meliputi abstraksi, pemahaman perintah, dan pengkonstruksian konsep-konsep yang diperoleh dari penggunaan alat peraga.

2.1.3.5Alat Peraga Bola-Bola Penjumlahan Montessori

Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah bola-bola penjumlahan. Alat peraga bola penjumlahan Montessori digunakan untuk membantu siswa kelas I semester genap pada materi sifat operasi penjumlahan.

17 Standar Kompetensi (SK) 4 yaitu 4 melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar (KD) 4.5 menggunakan sifat operasi pertukaran dan pengelompokan khususnya pada penjumlahan. Alat peraga bola penjumlahan ini dikembangkan dengan mengadopsi alat peraga Montessori yang disebut Golden beads material atau manik-manik emas. Alat peraga manik-manik emas milik Montessori terdiri atas manik emas satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan. Manik emas satuan terdiri atas manik satuan yang terurai. Manik emas puluhan merupakan kumpulan 10 manik satuan yang dironce menjadi satu. Manik emas ratusan merupakan kumpulan 10 manik emas puluhan yang dironce menjadi satu hingga membentuk persegi. Sedangkan manik emas ribuan merupakan kumpulan 10 manik ratusan yang disusun menjadi satu hingga berbentuk menyerupai kubus. Manik-manik emas pada alat peraga Montessori dilengkapi dengan kartu bilangan satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan. Kartu bilangan satuan berwarna hijau, kartu bilangan puluhan berwarna biru, kartu bilangan ratusan berwarna merah, dan kartu bilangan ribuan berwarna hijau.

Sama halnya dengan alat peraga manik-manik emas milik Montessori, alat peraga bola-bola penjumlahan juga terdiri atas rangkaian bola yang memiliki nilai satuan, puluhan, dan ratusan, namun dalam penelitian ini tidak memakai rangkaian bola yang bernilai ribuan karena subjek yang digunakan adalah anak kelas 1 SD. Bola satuan terdiri atas bola satuan yang terurai. Bola puluhan merupakan kumpulan 10 manik satuan yang dironce menjadi satu. Bola ratusan merupakan kumpulan 10 manik puluhan yang dironce menjadi satu hingga membentuk persegi.Alat peraga ini dilengkapi dengan tanda operasi hitung, kartu bilangan, kartu soal, lembar kerja siswa, dan album alat peraga. Tanda operasi hitung berupa +, =, dan ( ). Kartu bilangan yang terdiri atas satuan, puluhan, dan ratusan. Kartu soal dibuat dari kertas ivory, dimana kartu soal ini memiliki pengendali kesalahan tersendiri. Lembar kerja siswa berisi kumpulan soal-soal penjumlahan dengan menggunakan sifat operasi hitung pertukaran dan pengelompokkan yang akan dikerjakan siswa setelah mereka berlatih menggunakan alat peraga. Album alat peraga yang berisi tujuan alat peraga, deskripsi alat peraga, dan manual cara penggunaan alat peraga.

18 Manik-manik emas pada dasarnya hanya digunakan untuk mengajarkan empat operasi matematika dasar yaitu perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan. Pada penelitian ini, alat peraga digunakan untuk mengajarkan sifat operasi hitung yaitu pertukaran dan pengelompokan. Selain itu, produk yang akan dikembangkan pada penelitian ini menggunakan potensi lokal yang dimiliki, yaitu dengan menggunakan kayu sonokeling sebagai bahan utama pembuatan bola penjumlahan. Pemilihan kayu ini didasarkan pada kualitas dan beratnya yang disesuaikan dengan kemampuan beban yang dapat dibawa anak. Kayu sonokeling tersebut dibuat lingkaran-lingkaran kecil yang menyerupai bola dengan diameter kurang lebih 1 cm. Pada bagian tengah diberi lubang yang berguna sebagai pengait antar bola. Selanjutnya potongan-potongan kayu sonokeling yang telah menjadi bola tersebut dicat dengan warna merah. Bola puluhan dibuat dengan cara meronce bola satuan menjadi manik puluhan, caranya dengan mengaitkan 10 bola satuan menggunakan kawat besi. Bola ratusan dibuat dengan menggabungkan 10 roncean manik puluhan yang kemudian diatasnya diikat dengan menggunakan kawat. Tahap selanjutnya adalah pembuatan alas kerja yang menggunakan bahan baku lidi kemudian disusun menyerupai karpet. Pada bagian tengah tikar lidi tersebut diberi garis yang berwarna terang dengan tujuan unuk membuktikan hasil perhitungan dari penggunaan sifat pertukaran dan pengelompokkan. Tahap terakhir yang dilakukan adalah pembuatan kotak sebagai wadah dari alat peraga bola penjumlahan dan pengurangan. Kotak ini juga dibuat dengan memanfaatkan budaya lokal yang berupa kayu mindi.

Gambar 2.1 Alat Peraga Bola Penjumlahan secara keseluruhan Cara menggunakannya alat peraga bola penjumlahan yaitu:

19 b. Anak diminta duduk di sebelah kanan direktris.

c. Direktris mengambil salah kartu soal, meletakkannya di atas karpet sambil

berkata, “Tiga tambah empat”.

d. Direktris meminta anak menuliskan soal tersebut pada lembar kerja.

e. Direktris mengambil kartu bilangan 3 dan di letakkan pada alas kerja sebelah kiri garis.

f. Direktris mengambil kartu simbol penjumlahan (+) kemudian meletakkannya di samping kartu bilangan 3.

g. Direktris mengambil kartu bilangan 4 kemudian meletakkannya di samping kartu simbol penjumlahan (+).

h. Direktris meminta anak untuk memasangkan bola sesuai dengan jumlah yang ada pada kartu soal.

i. Direktris meminta anak untuk menghitung jumlah semua bola. j. Direktris membalik kartu soal yang berisi jawabannya.

k. Direktris meminta anak menuliskan hasil penjumlahan tersebut pada lembar kerja.

20 l. Direktris bertanya kepada anak, “Bagaimana jika kita kerjakan soal ini

dengan cara menukar angkanya? Apakah hasilnya akan sama?”.

m. Direktris mengambil kartu soal dan meletakkannya di atas karpet., sambil

berkata, “Empattambah tiga”.

n. Direktris mengambil kartu bilangan 4 dan di letakkan pada alas kerja sebelah kiri garis.

o. Direktris mengambil kartu simbol penjumlahan (+) kemudian meletakkannya di samping kartu bilangan 4.

p. Direktris mengambil kartu bilangan 3 kemudian meletakkannya di samping kartu simbol penjumlahan (+).

q. Direktris meminta anak untuk memasangkan bola yang sesuai dengan jumlah yang ada pada kartu soal.

r. Direktris meminta anak untuk menghitung jumlah semua bola.

s. Direktris bertanya kepada anak, “Apakah hasilnya sama dengan yang tadi?”.

21

= 7

Direktris mengecek jawaban anak menggunakan kunci jawaban yang ada pada halaman sebalik kartu soal.

2.1.3.6 Ciri-ciri Alat Peraga Montessori

Alat peraga Montessori diciptakan berdasarkan observasi dan modifikasi di casa dei bambini.Dengan menggunakan metode eksperimental, Montessori mencobakan alat peraganya.Anak-anak yang tadinya sangat “liar” dan sulit

dikontrol ternyata mampu menaruh perhatian yang serius pada alat peraga yang dirancang oleh Montessori. Tidak hanya itu anak-anak tersebut juga menunjukkan peningkatan dalam komunikasi dengan orang lain (Magini, 2013: 32-33). Selama dua tahun, Montessori terus mengujicobakan alat peraganya. Dengan melihat reaksi anak, Montessori melakukan berbagai modifikasi dan perbaikan sehingga diperoleh alat peraga yang dipergunakan hingga sekarang. Alat peraga yang dihasilkan memiliki warna-warna cerah, mudah dimanipulasi, dan berbahan dasar kayu yang ringan namun memiliki daya tahan yang baik. Berikut merupakan ciri-ciri umum alat peraga Montessori (Montessori, 1964: 169-179).

1. Menarik

Montessori (2002: 81) mengemukakan bahwa setiap media pembelajaran harus mengandung unsur keindahan. Unsur tersebut dapat dilihat dari segi warna sehingga mengundang minat siswa untuk belajar. Alat-alat peraga harus dibuat menarik bagi siswa agar secara spontan siswa ingin menyentuh, meraba, memegang, merasakan, dan menggunakannya untuk belajar. Tampilan fisik alat peraga harus mengkombinasikan warna yang cerah dan disukai siswa. Dengan demikian, siswa akan menggunakan sensorialnya untuk belajar.

22 2. Bergradasi

Penggunaan alat peraga Montessori sebagian besar menggunakan indera yang ada pada tubuh manusia. Pada setiap alat peraga, terdapat suatu tingkatan yang terus-menerus dapat merangsang indera untuk menjadi semakin peka. Misalnya, pada kartu warna yang memperkenalkan gradasi warna dari gelap ke terang. Alat peraga berbasis metode Montessori tidak hanya gradasi pada warna saja, tetapi juga pada gradasi bentuk. Untuk memperkenalkan gradasi bentuk, dapat digunakan menara pink (pink tower) yang memiliki 10 kubus yang jika disusun akan semakin mengkerucut karena setiap kubus memiliki selisih sisi sebesar 1 cm (Montessori, 1964: 173).

Selain memiliki gradasi untuk melatih indra manusia, alat peraga Montessori juga memiliki gradasi umur. Sehingga satu alat dapat dipergunakan oleh berbagai jenjang umur yang berbeda.Misalnya, tongkat asta merah biru yang pada awalnya hanya digunakan untuk membilang, pada tataran yang lebih tinggi dapat digunakan untuk melatih penjumlahan dan pengurangan di bawah 10.

3. Auto-correction

Pembelajaran individual yang diangkat oleh Montessori semakin diperkuat dengan alat yang memiliki kemampuan auto-correction yang disebut juga pengendali kesalahan. Kemampuan ini memungkinkan anak untuk mengetahui secara mandiri bahwa ia harus mencoba lagi karena sedang terjadi kesalahan ketika sedang belajar. Misalnya, ketika seorang anak berumur tiga tahun sedang berlatih dengan inkastri slinder (incastri solidi). Ia akan mengetahui kesalahanya ketika salah memasukan silinder, sehingga permukaan balok menjadi tidak rata, lubang terlalu lebar ataupun terlalu sempit sehingga silinder tidak dapat masuk dengan sempurna (Montessori, 1964: 169).

Demikian pula lingkungan belajar yang memang diatur dengan pengendali kesalahan. Ketika terdapat satu anak yang mengambil tongkat asta merah namun setelah selesai menggunakan ia tidak mengembalikan ke tempat semula, anak lain akan kebingungan mencari tongkat asta merah tersebut karena tongkat tersebut tidak ada di tempat seperti biasa. Anak tersebut akan mengingatkan temannya untuk mengembalikan alat peraga seusai menggunakannya.

Dokumen terkait