• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Peran Adat Budaya Mandar sayyang pattu’du Terhadap

Efektivitas Dakwah di Desa Panggalo Kecamatan Ulumanda Kabupaten Majene

Setiap daerah atau suku mempunyai adat budaya yang menjadi ciri khas dan ideologi daerah masing-masing, Sayyang Pattu’du contohnya. Dimana tradisi ini berangkat dari sebuah bentuk pengagungan terhadap al-qur‟an dan orang yang berhasil menamatkan bacaannya semua itu dituangkan dalam menunggang kuda yang diarak keliling kampung. Adapun peran adat budaya Sayyang Pattu’du ialah sebagai berikut :

1. Sebagai Motivasi dan Dorongan Bagi Anak Untuk Mengaji

78

Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan terkait hal ini :

a) Menurut ustad Muhammad Thahir selaku imam masjid Al-khairat di Desa Panggalo bahwa peran adat budaya Sayyang Pattu’du (kuda menari) adalah:

“Tradisi Sayyang Pattu’du ini dek‟ bukan Cuma tradisi biasa tapi tradisi ini menjadi penarik dan pendorong anak-anak untuk rajin mengaji karena syarat utama ikut dalam tradisi ini itu harus tamat bacaan al-qur‟an nya, kalau belum tamat bacaannya tidak bisa di ikutkan di tradisi Sayyang Pattu’du ini. Itu anak-anak berlomba-lomba semua mau natamatkan bacaan al-qur‟an nya karna mau katanya pintar mengaji terus bisa naik kuda”.79

b) Indra Dewi mengatakan :

Salah satu motivasi terbesar kami anak suku Mandar dalam beragama khususnya membaca al-qur‟an yaitu Sayyang Pattu’du (kuda menari) nilai-nilai yang tersirat didalam nya begitu penuh makna agamis yang diwariskan dari nenek moyang.80

Berdasarkan beberapa hasil wawancara yang penulis dapatkan, maka penulis menyimpulkan bahwa tradisi Sayyang Pattu’du ini digelar untuk mengapresiasi anak-anak yang telah berhasil megkhatamkan al-qur‟an sehingga mereka mampu memahami bagaimana al-al-qur‟an mampu mengangkat derajat setiap orang yang dekat dan mencintai al-qur‟an, sehingga sejak usia dini mereka bisa merasakan bagaimana kemuliaan al-qur‟an yang mampu mengangkat derajat seseorang di dunia apalagi di akhirat nanti.

Berangkat dari sinilah anak-anak akan merasa sangat terdorong dan termotivasi untuk mempelajari dan membaca al-qur‟an kemudian secepatnya menamatkan bacaan al-qur‟an nya. Apresiasi ini dituangkan

79

Muhammad Thahir, Imam masjid Al-Khairat, wawancara dicatat pada tanggal 12 juli 2018

80

Indra Dewi, Mahasiswi semester 6 sekolah tingi ilmu ekonomi Muhammadiyah Mamuju, wawancara dicatat pada tanggal 22 juli 2018

kedalam menunggang kuda yang diarak keliling kampung, dan menjadikan sang penunggang kuda atau To Tamma’ mangaji layaknya raja atau ratu dengan segala kemuliaan dan keistimewaan yang diberikan masyarakat setempat kepada anak yang mengkhatamkan al-qur‟an (To Tamma’) yang ada dalam tradisi adat budaya Sayyang Pattu’du ini.

2. Sebagai Media Silaturahim Masyarakat

Tradisi Sayyang Pattu’du bukan hanya sekedar ritual adat budaya biasa, tetapi banyak makna yang tersirat di dalamnya baik dari segi filosofis maupun religius yang mempunyai nilai positif bagi masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, didaptkan beberapa informasi seperti :

“Sayyang Pattu’du ini adalah adat budaya kita yang lahir dari nilai-nilai Islam yang dibawa para ulama di tanah Mandar ketika melakukan syiar Islam pada zaman dahulu. Tujuan utamanya itu untuk memuliakan anak-anak yang telah menamatkan bacaan al-qur‟an nya dan juga dengan adat ini silaturrahmi antara masyarakat terbentuk dengan sendirinya”.81

”Jika kita lihat dari dekat ini acara dek, pasti kita dapati bagaimana kerja sama yang baik dari berbagai pihak baik dari keluarga maupun teman. Karena ketika acara ini dilaksanakan maka banyak keluarga dari luar daerah datang untuk menghadiri acara ini walaupun menempuh jarak yang jauh kembali kampung halaman untuk memberi sumbangsinya baik tenaga maupun materi”82

“Pada pelaksanaan tradisi ini banyak orang datang dari luar daerah yang sengaja datang untuk menyaksikan acara ini dan langsung mengunjungi rumah-rumah warga untuk bersilaturahim, merekapun

81

Sukarman, ketua Badan Pengawas Desa Panggalo, wawancara dicatat pada tanggal 20 juli 2018

82

Salahuddin, tokoh pemuda Desa panggalo, wawancaa dicatat pada tanggal 1 agustus 2018

dijamu dengan berbagai makanan dan minuman oleh tuan rumah layaknya jamuan hari raya idul fitri”83

Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa pertemuan masyarakat di dalam kegiatan ini menjadikan silaturrahmi mereka menjadi erat. Hal ini bisa dilihat dari respon masyarakat terhadap adat budaya ini, mereka beramai-ramai memenuhi undangannya dan selanjutnya mereka saling bertemu serta berbagi cerita satu sama lain.

Ketika acara ini dilaksanakan maka banyak pihak yang ikut serta dalam kegiatan ini baik dari pemerintah maupun masyarakat yang berkumpul dan saling bekerja sama atas keberlangsungan acara ini.

Mereka masing-masing mengambil peran dalam pelaksanaan tradisi ini baik antar personal, keluarga maupun kelompok. Semua berkumpul dalam satu tujuan yang sama yaitu menyukseskan pelaksanaan tradisi Sayyang Pattu’du ini. Dari proses ini akan terbangun komunikasi yang baik di berbagai kalangan masyarakat yang berkumpul pada pelaksanaan tradisi Sayyang Pattu’du ini baik dari jajaran pemerintahan maupun masyarakat biasa sehingga akan tercipta masyarakat yang bersatu dalam konteks khas budaya daerah Mandar.

3. Sebagai Media untuk Berta‟awun (Tolong menolong)

Tolong menolong merupakan nilai sosial yang terkandung dalam tradisi ini. Konsep tolong menolong itu tidak terlepas dari konsep gotong royong karena keduanya ibarat dua sisi mata uang yang saling menjaga. Seperti yang dikatan oleh beberapa informan :

83

Sumidin ,guru smp 9 satap panggalo, wawancara dicatat pada tanggal 5 agustus 2018

”Tradisi sayyang pattu’du ini menuntut semua pihak untuk berperan dalam proses pelaksanaannya baik remaja maupun kalangan tokoh agama semua ikut andil didalamnya. Misalnya ketika awal kegiatan diadakan dimasjid maka para remaja masjid yang membersihkan dan mempersiapkan segala sesuatu yang perlukan di masjid, begitu juga dengan hidangan makanan dan minuman para ibu rumah tangga dan gadis-gadis saling bekerja sama dalam mempersiapkan konsumsi baik itu di masjid maupun dirumah masing-masing.”84

“Adapun keluarga yang tidak bisa hadir dalam tradisi ini dan tidak bisa membantu secara langsung maka banyak diantara mereka yang mengirimkan uang kepada keluarga yang akan melaksanakan tradisi ini, dan diantara mereka ada juga yang mengirimkan barang ataupun bahan makanan kepada keluarga yang bersangkutan untuk membantu kelancaraan pelaksanaan tradisi ini”.85

Dalam pelaksanaan tradisi ini dibutuhkan kerja sama yang baik dari semua pihak agar terlaksananya tradisi sesuai dengan harapan, tanpa adanya kerja sama dan tolong menolong maka tradisi ini tidak akan mungkin terlaksana dengan baik. Allah SWT berfirman didalam Q.S al-Maidah ayat 2 berikut:

ۚ ِناَوْدُعْلاَو ِْثِْْلْا ىَلَع اوُنَواَعَ ت َلََو ۚ ٰىَوْقَّ تلاَو ِِّبِْلا ىَلَع اوُنَواَعَ تَو

ِباَقِعْلا ُديِدَش َه َّللا َّنِإ ۚ َهَّللا اوُقَّ تاَو

Terjemahnya:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.86

Ayat tersebut menjelaskan bagaimana Allah SWT memerintahkan untuk memperhatikan kehidupan sosial. Kehidupan sosial yang dimaksud adalah saling menolong dan membantu orang-orang yang membutuhkan

84

Salahuddin (44 tahun) tokoh pemuda desa Panggalo, wawancara pada tanggal 1 agustus 2018

85

Sukarman,(52 tahun) ketua badan pengawas desa Panggalo, wawancara pada tanggal 2 agustus 2018

dalam hal kebaikan karena bisa menyatukan hati, menambah cinta dan rasa sayang dan mampu menjadikan pelakunya memiliki kemuliaan jiwa. Islam sebagi agama yang sempurna menganjurkan untuk menjaga hubungan antar sesama, baik terhadap orang yan dikenal maupun orang yan tidak dikenal sekalipun. Dengan melakukan kerja sama dan tolong menolong maka akan memberikan ketenangan jiwa bagi pelakunya, menimbulkan rasa aman dan terhindar dari permusuhan dan kebencian.

Dokumen terkait