BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Deskripsi Data Hasil Penelitian
3. Peran Guru Kelas sebagai Penasehat
Peran guru kelas sebagai penasehat diantaranya memiliki dua indikator.Indikator pertama yakni pemberian saran pada pelaku dan saran pada korban bullying.Indikator yang kedua adalah merujuk kepada guru BK atau psikolog sekolah apabila diperlukan konseling lebih lanjut pada kasus bullying. Penjelasan dari kedua aspek tersebut selama penelitian yang dilakukan peneliti akan dipaparkan di bawah ini.
a. Pemberian Saran Pada Pelaku dan Korban Bullying
Pemberian saran pada pelaku dan korban bullyingteramati pada observasi tanggal tanggal 20 Maret 2017 dimana guru kelas mengatakan kepada Ah untuk berhati-hati saat bermain dengan teman-temannya karena fisiknya yang besar sehingga dapat menyakiti teman secara tidak sengaja. Sedangkan untuk korban yakni Fr, guru kelas menyarankan untuk tidak langsung mengadu tetapi berkata kalau dirinya tidak ingin diperlakukan seperti itu. Observasi tanggal 23 Maret 2017 (lampiran 4) juga menyebutkan bahwa Ak sebagai pelaku disarankan untuk meminta maaf pada At karena telah mencipratkan air dan mematikan lampu kamar
81
mandibersama dengan kakak kelas. Kepada At, guru kelas menyarankan untuk memaafkan perbuatan Ak.
Pada tanggal 29 Maret 2017 (lampiran 4 dan 5), teramati lewat observasi bahwa guru kelas menasehati baik kepada korban atau pelaku untuk berhati-hati dalam memilih tontonan yang baik agar kejadian Ha yang meniru adegan kartun
‘larva’ yakni membungkus kepala Ar dengan plastik tidak terulang kembali.
Penyampaian nasehat dilakukan oleh ustadzah pada saat diskusi classmeeting yang membahas tentang memilih tontonan dan semua siswa mendengarkan sembari bertanya dan menceritakan apa yang ditontonnya di televisi. Sayangnya, Ha tidak berada di kelas pada waktu itu karena harus memeriksakan kondisinya yang sedang sakit.
Kemudian peran guru kelas sebagai penasehat yang memberikan saran pada pelaku dan korban bullying juga teramati pada tanggal 30 Maret (lampiran 4) yang dilengkapi dengan catatan lapangan (lampiran 5) menyebutkan bahwa Ha dinasehati oleh ustadzah Ul bahwa kata-kata itu tidak baik dan teman-teman sekelasnya tidak menyukai tindakan yang dilakukan oleh Ha. Ha diberikan pengertian bahwa apa yang dilakukannya merupakan akhlak yang tidak baik dan diminta untuk meminta maaf pada Fr. Sebelumnya, Ha diketahui telah menyebut Fr ‘jelek’ dan menyebut Ty dan At ‘upil’ tetapi hanya diam saja saat ditanya mengapa melakukan perbuatan tersebut
oleh ustadzah Ul saat classmeeting. Ha kemudian disarankan untuk belajar di rumah apabila masih menggangu teman-temannya yang lain karena dilihat dari pendokumentasian buku insiden (lampiran 9) perilaku Ha tersebut sudah pernah
82
dilakukan sebelumnya. Fr sendiri pada kasus ini menurut observasi yang dilakukan, mendapatkan saran untuk tidak menangis tetapi langsung melapor pada ustadzah atau supervisor yang ada di luar kelas.
Data observasi yang didapatkan terlihat bahwa secara umum pelaku disarankan untuk meminta maaf pada korban.Sedangkan untuk korban, saran dari guru kelas lebih kepadacara menghindar dari bullying dengan mengungkapkan ketidaksukaan, berhati-hati, dan mau memaafkan pelaku. Data hasil obserasi ini diperkuat dengan data hasil wawancara yang dilakukan kepada ustadzah Ul yang
menyebutkan bahwa “pemberian saran ya lewat tabayyun. Jadi kita harus teliti banget ini melakukan ini karena apa. Dicari tahu, misal karena iseng ya boleh tidak,
Kalau kamu dibegitukan kamu mau atau tidak.Kita cari kronologinya.”Tabayyun dilakukan pada saat classmeeting dimana pelaku dan siswa saling mendengarkan untuk mencari tahu kronologis kejadian sehingga guru kelas dapat memberi saran sesuai dengan jenis bullying yang terjadi. Ini sesuai dengan hasil wawancara kepada ustadzah Us yang mengatakan pemberian saran yang dilakukan akan“sesuai dengan
masalahnya, misalnya tadi ada pelaku bullying kata-kata. Kan verbal masuknya, jadi lebih ke, kamu harus jaga mulut, jangan lupa meminta maaf karena kamu suka bikin temanmu sedih”.
Pemberian saran yang dilakukan tergantung jenis bullying yang dilakukan juga diungkapkan oleh kepala sekolah dan guru BK yang mengatakan bahwa saran diberikan kepada individu berbeda tergantung dengan jenis perilakunya.Sedangkan menurut Ha, saran yang diberikan kepada pelaku oleh guru kelas adalah disarankan
83
untuk menyelesaikan dan meminta maaf pada korban.Menurut Ar, saran dari guru
kelas terhadap korban adalah “suruh maafin” (lampiran 7).
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, pemberian saran dilakukan dan selesaikan lewat tabayyun yakni mencari kebenaran. Saran yang diberikan pada pelaku ialah untuk meminta maaf pada korban, belajar dirumah, berhati-hati saat bermain, memilih tontonan yang baik, mencontoh akhlak Rasulullah, berdiam diri, dan tidak bermain dengan permainan yang menjurus ke bullying.Sedangkan untuk korban, saran dari guru kelas lebih kepadacara menghindar dari bullying dengan mengungkapkan ketidaksukaan, berhati-hati, dan mau memaafkan pelaku. Nasehat yang diterima pelaku dan korban selaku individu berbeda-beda tergantung dengan jenis perilakunya.
b. Merujuk Kepada Guru BK atau Psikolog Sekolah Apabila Diperlukan Konseling Lebih Lanjut Pada Kasus Bullying
Indikator perujukan kepada guru BK atau psikolog sekolahapabila diperlukan konseling lebih lanjut pada kasus bullying dilakukansaat guru kelas tidak dapat lagi menangani pelaku bullying.Hal ini sesuai dengan hasil dokumentasi (lampiran 9) buku incident report dan hasil wawancara dengan guru kelas yakni ustadzah Ul danUs yakni sebagai berikut:
FH: “Perilaku bullying seperti apa yang membutuhkan rujukan ke guru BK atau psikolog sekolah?apakah ada langkah-langkah tertentu?”
UL: “untuk semua perilaku bullying yang membutuhkan ke BK biasanya udah berkali-kali dan sudah terlalu sering. Ibaratnya iseng tapi sudah menyakiti teman secara fisik.Biasanya kita laporan ke BK untuk di observasi dulu.Nanti kita konsultasi dengan BK kalau udah dirasa abotbanget kami
84
menanganinya gitu. Atau udah destroyer banget biasanya untuk ditenangkan
langsung masuk BK..”
US: “kalau untuk bullyingnya ya semua jenis bullying,mbak. Awalnya ditangani di wali kelas dulu, kalau tidak bisa, kita ke orangtua, kalau ortu sudah angkat tangan baru kita lapor ke BK, pakai insiden report. Nah sama BK nanti diobservasi di kelas itu sampai BK menemukan gejalanya. Nanti kalau sudah menemukan data-datanya, ada gejala yang harus disembuhkan
nanti baru di test dan di treatmen sama BK atau psikolog sekolah.”
Wawancara yang dilakukan kepada kepala sekolah dan guru BK juga menyebutkan hal yang senada bahwasanya indikator untuk sebuah kasus ditangani oleh BK adalah ketika guru kelas sudah tidak mampu menangani.Wawancara lebih lanjut dengan ustadzah Yn mengatakan bahwa urutan penanganan kasus yang pertama kali adalah harus diselesaikan di kelas, kemudian ke BK, apabila BK sudah tidak bisa menangani maka kasus akan dilanjutkan ke psikolog. Apabila psikolog sudah menangani dan tidak dapat mengatasi maka langkah selanjutnya akan dibawa ke kepala sekolah. Selama penelitan berlangsung, tidak teramati secara langsung adanya kasus bullying yang dibawa hingga ke BK dan hanya teramati lewat dokumentasi dalam buku incident report.
85
Kesimpulan yang dapat diambil dari peran guru kelas sebagai penasehat dengan indikator pemberian saran pada pelaku/korban bullying ialah pelaku disarankan untuk meminta maaf pada korban, belajar dirumah, berhati-hati saat bermain, memilih tontonan yang baik, mencontoh akhlak Rasulullah, berdiam diri, dan tidak bermain dengan permainan yang menjurus ke bullying. Sedangkan untuk korban saran dari guru kelas lebih kepada cara menghindar dari bullying dengan mengungkapkan ketidaksukaan, berhati-hati, dan mau memaafkan pelaku. Pemberian saran juga berbeda tergantung dengan perilaku dan jenis bullyingnya. Apabila guru kelas tidak dapat lagi menangani pelaku bullying maka akan dilakukan perujukan kepada guru BK atau psikolog sekolah dengan syarat perilaku tersebut dilakukan secara berulang dan sering serta cenderung kearah bullying fisik.