BAB II KAJIAN PUSTAKA
2. Peran Guru Kelas
Waktu yang siswa habiskan di sekolah cukup banyak sekitar 5-8 jam setiap hari selama 5-6 hari dalam seminggu.Tentu guru sebagai orangtua siswa selama di sekolah menyumbang peran penting terkait siswa-siswi yang diberikan pengajaran oleh guru. Santrock (2007: 239) menyebutkan di dalam bukunya bahwa guru berperan memberikan dukungan bagi siswa untuk menjelajahi dunia mereka dan mengembangkan pemahaman. Caranya yakni dengan menaikkan kemampuan mengajar dan memperluas pengetahuan lewat seminar, workshop ataupun lewat sertifikasi guru. Di dalam sertifikasi guru, akan terlihat seberapa kompeten guru tersebut.
Guru yang kompeten akan mampu untuk menciptakan kelas yang memiliki lingkungan belajar untuk mendukung siswa agar mendapatkan hasil belajar yang optimal. Adams & Decey (dalam Usman, 2006: 9) mengatakan bahwa peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal. Hal-hal tersebut dituliskankan dalam buku Basic Principles of Student Teaching yakni guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor. Namun dari sekian banyak peran yang telah disebutkan oleh Adams & Decey di atas, Usman sendiri memilah peran
14
guru tersebut menjadi 4 peran yang paling dominan yakni guru sebagai seorang demonstrator, guru sebagai seorang pengelola kelas, guru sebagai mediator dan fasilitator, dan guru sebagai evaluator. Berikut adalah rincian 4 peran guru menurut Usman.
a. Guru sebagai demonstrator
Sebagai seorang demonstrator, seorang guru hendaknya menguasai materi pelajaran yang diajarkan serta senantiasa mengembangkan materi tersebut dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam ilmu yang dimiliki karena hal tersebut akan sangat berpengaruh bagi hasil belajar siswa yang dibimbing oleh guru. Pengembangan materi dan penguasaan materi ini kadang dilupakan oleh guru sehingga guru harus senantiasa ingat bahwa guru juga adalah pelajar yang berarti harus terus menerus belajar.Cara tersebut memungkinkan guru untuk dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang didapatkannya sebagai bekal untuk menghadapi siswa-siswanya di kelas.
Selain itu, peran guru sebagai seorang demonstator juga menuntut guru untuk menjadikan dirinya sendiri sebagai sebuah contoh langsung. Guru dapat mendemonstrasikan karakter baik yang diharapkan dilakukan oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Bacon (dalam Amri, Jauhari & Elisah, 2011: 99) yang mengatakan bahwa guru adalah model bagi siswanya, disadari atau tidak, siswa akan berperilaku mirip dengan gurunya. Apabila kita ingin para siswa untuk berperilaku tertentu seperti tidak melakukan bullying maka guru harus melakukan perilaku
15
tersebut terlebih dahulu agar siswa dapat melihat dan mengikuti perilaku yang didemonstrasikan oleh guru.
b. Guru sebagai pengelola kelas
Di dalam perannya sebagai seorang pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk berbagai kegiatan belajar mengajar agar tercapai hasil yang diharapkan. Tujuan khusus yang ingin dicapai oleh pengelolaan kelas oleh guru adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan fasilitas kelas yang bermacam-macam.Penggunaan fasilitas kelas tentu untuk mendukung siswa dalam bekerja dan belajar serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Lingkungan kelas sebagai tempat belajar perlu dikelola dan diawasi agar kegiatan belajar dapat terarah dan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Pengawasan yang dilakukan dalam lingkungan ini akan menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Definisi lingkungan yang baik adalah lingkungan yang menantang siswa untuk belajar, dapat memberikan rasa aman dan kepuasan untuk mencapai tujuan.Kualitas dan kuantintas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak faktor diantaranya guru, hubungan pribadi antar siswa di dalam kelas serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas. Perilaku yang mengarah pada intimidasi antar siswa yang terjadi di dalam kelas akan merusak rasa aman siswa dalam belajar di kelas dan hubungan pribadi antar siswa. Disinilah
16
peran guru sebagai pengelola kelas akan dituntut demi tercapainya lingkungan belajar yang baik.
c. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Terkait tugas guru sebagai mediator, guru hendaknya memiliki ilmu dan pemahaman yang memadai tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Penting bagi sebuah media untuk dapat digunakan dengan baik karena media pendidikan bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Khusus untuk guru, tidak cukup hanya memiliki pengetahuan mengenai media pendidikan namun juga memiliki keterampilan memilih, menggunakan dan mengusahakan media dengan baik. Agar semuanya dapat tercapai, guru harus mengikuti latihan-latihan praktik secara kontinu dan sistematis karena pemilihan penggunaan media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.
Peran guru sebagai mediator, juga memungkinkan guru menjadi perantara dalam hubungan antar manusia sehingga dibutuhkan pengetahuan mengenai cara orang berinteraksi dan berkomunikasi agar tercapai lingkungan yang berkualitas dan interaktif. Tiga kegiatan yang dapat mendukung hal ini adalah dengan mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik diantaranya dengan melakukan tindakan preventif dan kuratif saat terdapat anak yang memiliki masalah contohnya
17
bullying, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan para siswa dimana satu sama lain saling menghormati dan menghargai. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar. Sumber belajar ini dapat mencakup media pembelajaran. Pengertian media pembelajaran sendiri menurut Schramm (dalam Amri, Jauhari & Elisah, 2011:118) ialah teknologi-teknologi pembawa pesan yang dimanfaatkan demi keperluan pembelajaran. Pesan yang disampaikan dapat berupa perilaku anti bullying, apa saja yang termasuk bullying, konsekuensi perilaku dan lain-lain.
d. Guru sebagai evaluator
Pada waktu-waktu tertentu atau periode tertentu, setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Demikian pula di dalam dunia belajar-mengajar di sekolah. Di dalam satu kali proses belajar mengajar di sekolah guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau belum, materi yang diajarkan tepat atau tidak, semua pertanyaan tersebut akan dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Melalui evaluasi, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, ketepatan dalam mengajar, sampai keefektifan suatu metode. Tujuan lain dari penilaian adalah untuk mengetahui
18
kedudukan siswa di dalam kelas, apakah termasuk siswa yang pandai atau masih kurang dan membutuhkan bimbingan. Jadi jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian karena denga penilaian, guru dapat mengetahui prestasi siswa setelah melakukan proses belajar mengajar.
Selain itu, peran guru atau pendidik yang lebih beragam disampaikan oleh Mudri (2010: 116) dalam jurnal Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran, bahwa guru memiliki 19 peran yang diantaranya adalah sebagai pengajar, pembimbing, pelatih, pendidik, penasehat, pembaharu atau inovator, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator. Dijelaskan lebih jauh bahwa guru sebagai pembimbing siswa memiliki arti bahwa guru adalah guide yang akan membawa siswa melewati tujuan yang ingin dicapai lewat pemaknaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan serta penilaian pada akhir pembelajaran untuk menilai keadaan siswa. Selain itu, peran guru sebagai penasehat juga memungkinkan guru untuk memberikan konseling maupun saran kepada peserta didik maupun orangtua apabila terjadi hal-hal yang membutuhkan bantuan guru untuk menangani. Kedua peran tersebut adalah peran yang dibutuhkan oleh siswa saat terdapat kasus bullying.
Dari beberapa pengertian mengenai peran guru yang disampaikan oleh Santrock, Usman dan Mudri di atas dapat disimpulkan bahwa guru memiliki berbagai macam peran yang disesuaikan dengan keadaan tertentu dimana terdapat beberapa peran yang menonjol apabila terjadi konflik di dalam kelas seperti bullying, yakni