• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Peran Guru Pembimbing Dalam Memotivasi Belajar

Winkel (1997: 25) menguraikan bahwa sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan yang teroganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan belajar ini bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif di dalam diri anak yang sedang menuju kedewasaan melalui usaha belajar. Untuk mengetahui sejauh mana para siswa telah berhasil menguasai bahan pelajaran dalam batas waktu yang ditentukan perlu diadakan penilaian. Penilaian ini sangat penting untuk menentukan prestasi belajar yang telah dicapai siswa. Untuk memperoleh prestasi yang baik di sekolah diperlukan motivasi untuk belajar karena motivasi memegang peranan yang penting dalam

memberikan gairah atau semangat belajar, sehingga siswa bermotivasi kuat dan memiliki semangat untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar adalah kegiatan atau aktivitas pokok yang dilakukan oleh siswa sebagai pelajar. Selama melakukan kegiatan belajar, tentunya siswa memiliki keinginan agar kegiatan yang dilakukannya itu pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang berguna atau bermanfaat bagi dirinya. Siswa termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar karena hasil dari aktivitas itu pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhannya. Motivasi belajar sangat dibutuhkan oleh para siswa. Dengan memiliki motivasi belajar siswa mengeluarkan tenaga dari dalam dirinya untuk mengarahkan dan mengorganisasikan tingkahlakunya, sehingga mengalami suatu proses yang pada akhirnya merubah perilakunya akibat pengalaman yang diperoleh selama melakukan aktivitas belajar (Handoko, 1992). Maka berikut ini akan dibahas mengenai arti motivasi belajar.

1. Motivasi Belajar

Untuk memahami arti motivasi belajar maka akan diuraikan arti masing- masing kata yaitu motivasi dan belajar. Motivasi berasal dari kata Latin yaitu motivum yang menunjukkan bahwa ada alasan tertentu mengapa sesuatu itu dilakukan. Motivasi merupakan daya pengerak dari dalam untuk melakukan aktivitas-aktivitas demi mencapai suatu tujuan tertentu. Thomas L. Good dan Jere B. Brophy (Prayitno, 1989:8) mendefinisikan motivasi sebagai energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku. Menurut Handoko (1992:9) motivasi adalah suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisirkan tingkah

laku manusia. Motivasi merupakan usaha- usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya, (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:593).

Motivasi adalah daya penggerak yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisirkan tingkah laku manusia untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar menurut Sardiman (2005:75) adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehenaki oleh subjek dapat dicapai. Sifat keseluruhan tersebut karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.

Motivasi belajar menurut Winkel (1997:27) adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Winkel juga memandang motivasi belajar sebagai daya penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar. Anderson, C.R. dan Faust, G.W. (Prayitno, 1989:10) mengemukakan bahwa motivasi dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi dan ketekunan.

Dari definisi motivasi belajar di atas penulis sependapat dengan Sardiman (2005:75) yaitu keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa

belajar, sehingga tujuan yang dikehenaki oleh subjek dapat dicapai karena di sekolah siswa belajar dan membutuhkan bimbingan dari orang lain khususnya guru pembimbing yang dapat membantunya termasuk juga tenaga pengajar lain, sehingga tujuan belajar siswa sendiri tercapai.

2. Jenis –jenis motivasi, adalah: a. Motivasi belajar intrinsik.

Menurut Sadirman (2005:89) motivasi intrinsik adalah motif- motif yang menjadi aktif atau berfungsi karena dalam diri individu ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu. Thornburgh (Prayitno, 1989: 10) berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu. Contohnya, anak yang senang membaca, tidak ada yang menyuruh atau mendorong, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

Winkel (1997:174) mengemukakan bahwa motivasi intrinsik sebagai kegiatan belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan penghyatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan kegiatan belajar. Tingkah laku yang muncul tanpa dipengaruhi oleh faktor- faktor lingkungan. Contoh, seorang anak belajar karena ingin mengetahui sesuatu, bukan karena ingin mendapat pujian. Grage dan Berline (Prayitno, 1989:11) mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih baik dalam belajar dari siswa yang termotivasi secara ekstrinsik.

b. Motivasi ekstrinsik.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar (Prayitno, 1989:13). Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan yang ada di dalam diri siswa untuk belajar. Rumusan yang lebih baru menegaskan bahwa motivasi ekstrinsik memiliki tujuan yang berada di luar dari kegiatan belajar itu sendiri atau tujuan itu tidak terlibat dalam aktivitas belajar Thornburg, (Prayitno, 1989:14). Menurut Sardiman (2005:90-91) motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karena adanya stimulus dari luar individu. Contoh, seorang anak belajar supaya mendapat pujian dari orang lain (guru, orang tua, teman-teman) jadi, aktivitas belajar dilakukan bukan karena ingin mengetahui sesuatu. Sedangkan Winkel (1997:173) memandang motivasi ekstrinsik sebagai aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Menurut penulis baik motivasi ekstrinsik maupun intrinsik merupakan dua hal yang penting dalam belajar siswa karena hubungan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik itu saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi eksrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik dapat diperkuat oleh motivasi ekstrinsik

Thornburgh (Prayitno, 1989:14) Dalam pemberian layanan bimbingan belajar, guru pembimbing perlu

pendampingan belajar dengan memperhatikan perkembangan psikologis siswa menurut Thomas F. Staton (Sardiman, 2005:39-44) dapat dilakukan dengan:

1. Memberikan dorongan belajar

Dalam kegiatan belajar sehari- hari seringkali siswa tidak berminat atau menaruh perhatian dalam belajar karena tidak adanya motivasi dalam diri siswa sendiri. Hal ini sering terlihat dalam perilaku siswa yang malas belajar, sering bolos sekolah, mencontek dan lainnya. Oleh karena hal tersebut maka perlu motivasi baik dalam diri siswa sendiri maupun dari luar diri siswa. Memiliki motivasi merupakan dasar yang baik untuk belajar. Sebab tanpa adanya motivasi kegiatan belajar sulit untuk berhasil (Sardiman, 2005:40).

Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. Namun terkadang motivasi belajar siswa menurun akibat ketidakmatangan dari tugas-tugas perkembangan sebelumnya, hal ini bisa dilihat dari perilaku siswa seperti tidak bertanggungjawab dan mengabaikan pelajarannya untuk bersenang-senang dengan teman sebayanya (Ridwan 2004:133). Selain itu dapat dilihat dari bentuk-bentuk emosi yang sering muncul (Mappiare, 1982:60) antara lain; malu apabila disuruh oleh guru untuk memberikan atau mengemukakan pendapat sewaktu pelajaran berlangsung (malu mengungkapkan permasalahan/kesulitan belajar yang

sedang dialaminya), takut diejek oleh teman-teman sekelas khususnya oleh teman laki- laki ataupun sebaliknya apabila memberikan pendapat yang keliru, cemas yang tidak tahu apa sebabnya sehingga mengurangi semangat belajarnya, marah kepada guru apabila ditegur atas kesalahan yang diperbuat dan lainnya. Hal ini bisa menyebabkan belajar siswa terganggu, sehingga membutuhkan orang lain untuk membantunya seperti guru pembimbing untuk menumbuhkan motivasi belajar bagi siswa-siswanya.

Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu misalnya kegiatan belajar. Pada tahap awalnya akan menyebabkan siswa merasa ada kebutuhan untuk belajar dan ingin melakukan kegiatan belajar. Hal ini yang akan memberikan arah kepada siswa dalam belajar. Dalam pencapaian hasil belajar yang optimal maka perlu ada motivasi dalam diri siswa sendiri. Dalam pencapaian hasil belajar yang optimal diharapkan guru pembimbing dapat mendorong siswa dengan:

a. Memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar siswa, baik secara langsung oleh guru pembimbing sendiri maupun memberikan petunjuk kemana siswa meminta bantuan dalam mengatasi masalah belajar yang dialaminya.

b. Memberikan pujian. Sudah menjadi kodrat manusia bahwa setiap orang senang dipuji atas prestasi yang dicapainya. Pemberian pujian dapat dilakukan dengan senyuman, wajah cerah, anggukan kepala atau secara

verbal misalnya. Sebab semuanya itu sangat berarti bagi siswa (Alsa, 1988:8-9).

c. Penghargaan terhadap pribadi siswa. Sikap menerima siswa, dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa menggunakan kemampuannya sendiri dalam belajarnya.

2. Menegaskan pentingnya berkonsentrasi

Konsentrasi merupakan usaha memusatkan perhatian pada situasi belajar. Namun dalam kegiatan belajar sehari- hari seringkali konsentrasi belajar siswa terhadap pelajarannya hanya bersifat sekedarnya saja sehingga informasi tentang materi pelajaran yang disampaikan berkesan samar-samar dalam ingatan siswa (Sardiman, 2005:40-41). Hal ini bisa terjadi karena pada masa remaja, terjadi perubahan tubuh secara fisik sehingga merasa tidak nyaman. Dan akibat dari perubahan tersebut (Masidjo, 2006: 9) antara lain munculnya perilaku seperti lesu, canggung, mudah teralihnya perhatian yang dapat mengganggu konsentrasi pikiran, sehingga dapat menurunkan prestasi belajar siswa. Untuk hal tersebut guru pembimbing perlu memperhatikan perkembangan psikologis siswa-siswanya agar dalam layanan bimbingan belajar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan siswa. Pada tahap perhatian umumnya siswa memusatkan perhatian pada objek, materi atau perilaku. Sehingga model yang menarik dan dikagumi akan mengundang perhatian siswa, berpengaruh kuat dan menyediakan kemungkinan besar untuk dicontoh oleh siswa. Agar siswa konsentrasi dalam belajar maka guru pembimbing dapat:

a. Mengingatkan siswa agar memusatkan perhatianya pada pelajaran yang sedang dipelajari bukan pada hal- hal lain.

b. Mengingatkan siswa agar mengabaikan hal- hal yang menganggu perhatian belajar seperti suara bising, orang lalu lalang dan lainnya. c. Mengingatkan siswa agar melengkapi perlengkapan belajarnya agar

tidak menganggu teman yang lain dengan cara meminjam buku, pulpen, atau perlengkapan belajar lainnya di dalam kelas karena akan mengganggu konsentrasi siswa lain.

3. Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar.

Dalam kegiatan belajar di sekolah siswa harus belajar aktif, bertindak dan melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan segala panca indranya secara optimal agar semua fakta- fakta atau ide- ide yang disampaikan oleh pengajarnya dapat direspon dengan baik karena pengoptimalan panca indera merupakan faktor penting dalam keberhasilan belajar (Sardiman, 2005:41-42). Dalam hal ini sudah menjadi tanggung jawab guru pembimbing untuk membantu siswanya dalam menjaga kesehatan dan kenyamanan belajar siswanya dengan memberikan bimbingan tentang cara hidup yang sehat, karena dengan kondisi fisik yang sehat akan mempengaruhi pengoptimalan segenap panca indera dalam kegiatan belajar. Selain kondisi fisik yang sehat suasana lingkunan non sosial dan lingkungan sosial orang belajar perlu diperhatikan (Surya, 2003). Yang dimaksud dengan suasana lingkungan non sosial adalah kondisi tata laksana ruangan tempat belajar misalnya kebersihan ruangan

kelas, pencahayaan yang bagus, sirkulasi udara yang baik, serta penataan kursi dan meja senyaman munkin untuk siswa dan lainnya. Hal ini ada pengaruhbya dalam memfokuskan panca indera secara optimal dalam belajar. Suasana lingkungan sosial yang dimaksud disini adalah faktor hubungan sesama manusia yang turut mempengaruhi kegiatan belajar individu (siswa). Penelitian ini memberi batasan lingkungan sosial orang yang belajar. Proses belajar yang dilakukan siswa sangat dipengaruhi oleh hubungan siswa dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat pergaulannya. Misalnya hubunga n yang harmonis dalam keluarga baik dengan kakak, ayah, ibu, dan adik dapat mendukung semangat belajar, hubungan siswa dalam lingkungan sekolah dapat ditunjukkan dengan kedekatan antara guru dan siswa-siswanya sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Cara yang dapat ditempuh untuk menciptakan lingkungan sosial belajar siswa yang baik diantaranya adalah:

a. Membantu atau membimbing siswa membuat ringkasan bahan pelajaran yang diterangkan oleh gurunya di dalam kelas sehingga siswa-siswa mudah mempela jarinya kembali di rumah sehingga bisa membantu siswa dalam belajarnya dan pada waktu menjelang ujian dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

b. Menciptakan lingkungan yang kondusif yaitu: guru pembimbing hendaknya menciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, demikian pula

lingkungan sosial-psikologis seperti hubungan antar pribadi, kehidupan kelompok, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan.

c. Guru pembimbing mengingatkan siswa agar memfokuskan pikirannya sewaktu guru menerangkan materi pelajaran di dalam kelas

4. Membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran

Menurut Sardiman (2005:42), perumusan fakta- fakta atau ide-ide secara jelas akan membantu siswa atau akan memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami materi pelajarannya, (agar siswa mengerti atas apa yang dipelajarinya). Mengorganisasikan fakta atau ide-ide ke dalam rumusan yang dipahami siswa perlu dilakukan karena setiap siswa memiliki kemampuan dan pemahaman yang berbeda-beda, maka dengan rumusan yang jelas diharapkan siswa lebih mudah mengerti atas apa yang dipelajarinya.

Dalam hal ini perlu bagi guru pembimbing untuk lebih memahami perbedaan siswa-siswanya baik dalam cara penerimaan dan pengolahan pesan-pesan yang di sampaikan oleh gurunya dalam proses belajar karena setiap siswa memiliki kecepatan yang berbeda dalam mengolah informasi yang diberikan. Tergantung informasi tersebut mudah dicerna atau tidak oleh siswa sendiri. Oleh karena itu hendaknya dalam pemberian pesan atau informasi belajar hendaknya diproses sesuai dengan kebutuhan dan daya tangkap siswa serta diolah semenarik mungkin sehingga tidak menimbulkan kebingungan bagi siswa sendiri dan bisa menambah motivasinya untuk belajar.

Dalam mengorganisasikan fakta atau ide- ide ke dalam rumusan yang dipahami siswa maka guru pembimbing perlu bekerja sama dengan guru pengajar lainnya di sekolah agar materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat siswa, suasana belajar yang menyenangkan serta yang tidak kalah pentingnya yaitu tujuan belajar yang jelas sehingga siswa menyadari arti belajarnya sendiri. Tujuan merupakan pembangkit motivasi. Denny (1994:11) mengatakan “adalah mustahil bagi siapapun untuk menjadi termotivasi tanpa adanya sasaran yang jelas dan terinci”. Tujuan yang jelas akan memperkuat usaha untuk mencapainya. Sebaliknya, tujuan yang tidak jelas akan melemahkan usaha untuk mencapainya. Dengan kata lain, kejelasan tujuan akan menumbuhkan motivasi, sedangkan ketidakjelasan atau ketidakadaan tujuan akan melemahkan atau menghilangkan motivasi. Dalam memperjelas tujuan-tujuan belajar siswa guru pembimbing dapat melakukan dengan cara:

a. Memberikan pengarahan bila ada bahan-bahan pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa

b.Memberikan bahan bimbingan secara teratur sehingga tidak menimbulkan kebingunggan bagi siswa

c. Memberikan kesempatan belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing siswanya.

5. Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif.

Dalam penguasaan materi pelajaran tidak bisa terlepas dari unsur-unsur psikologis lain misalnya dengan motivasi, konsentrasi, reaksi dan lain- lainnya. Dalam penguasaan materi pelajaran diharapkan siswa tidak hanya sekedar tahu saja tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami (Sardiman, 2005:42-44). Contohnya siswa melakukan belajar pada malam hari menjelang ujian pada pagi harinya. Kegiatan yang demikian cenderung hanya sekedar mengetahui sesuatu bahan yang dituangkan pada ujian tersebut tetapi jika ditanya dua atau tiga hari kemudian cenderung sudah lupa. Oleh karena itu diharapkan bagi siswa dalam belajarnya agar apa yang dipelajarinya dimengerti, maksud serta aplikasi-aplikasinya sehingga siswa dapat memahami tujuan belajarnya sendiri. Dalam hal ini diharapkan siswa tidak hanya sekedar mengetahui apa yang dipelajarinya tetapi diharapkan tahu bagaimana memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajarinya. Maka dari itu diharapkan guru pembimbing dapat membantu siswa-siswa dalam penguasaan materi pelajaran secara komprehensif dengan cara:

a. Menghindari pemakaian cara-cara dan suasana yang menegangkan. Ketegangan dan kecemasan akan menganggu fungsi kognisi yang akibatnya akan menganggu penampilan prestasi belajar. Oleh karena itu pendidik jangan membuat suasana atau menggunakan cara-cara yang dapat menyebabkan ketegangan. Memakai prosedur yang menekan atau paksaan akan menimbulkan antipati pada siswa-siswi. Hal ini dapat menyebakan kurangnya motivasi belajar. Selain itu guru pembimbing

juga dapat memahami cara belajar setiap siswanya, karena setiap siswa memiliki cara-cara belajar sendiri dan guru pembimbing dapat membimbing siswa-siswanya untuk memahami cara belajar masing-masing siswanya.

b. Menciptakan suasana yang menyenangkan seperti: sikap ramah, tidak cemberut, tidak mudah marah, senang membantu, dan tidak suka mencela siswa-siswinya. Sikap ini akan menyebabkan siswa senang berhubungan dengan gurunya. Guru pembimbing harus pandai menciptakan suasana yang menyenangkan, atau tidak menakutkan. c. Mengembangkan sikap yang positif dan minat siswa terhadap semua

materi pelajaran yang dipelajari.

6. Membantu siswa mengelola waktu belajar.

Menurut Sardiman (2005:44-45) mengulang suatu pekerjaan misalnya mengulang-ulang pelajaran membuat kemampuan siswa mengingat pelajarannya semakin bertambah atau semakin besar. Hal ini penting dilakukan oleh siswa karena dengan mengulang-ulang pelajaran diharapkan siswa tidak mudah lupa atas apa yang dipelajarinya. Oleh karena itu guru pembimbing harus selalu mengontrol dan mengingatkan siswa-siswanya untuk selalu mempelajari kembali semua pelajaran yang telah dipelajarari baik di sekolah maupun di rumah agar tidak mudah lupa. Karena lupa merupakan suatu masalah yang “tercela” atau sangat tidak baik dalam belajar. Dalam membantu siswa mengelola waktu belajarnya guru pembimbing dapat melakukan dengan cara:

a. Membantu siswa menyusun waktu belajar dengan sebaik-baiknya b. Guru pembimbing mengingatkan siswa supaya mau mengulangi setiap

mata pelajaran.

C. Pentingnya Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Memotivasi

Dokumen terkait