• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PERAN GURU PEMBIMBING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR MENURUT PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP TAMAN DEWASA JETIS-YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20062007 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Ko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 PERAN GURU PEMBIMBING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR MENURUT PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP TAMAN DEWASA JETIS-YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20062007 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Ko"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU PEMBIMBING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR MENURUT PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP TAMAN DEWASA

JETIS-YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Faulina Br Sembiring Nim: 011114054

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Pemikiran, keinginan, dan harapan tidak akan terwujud tanpa diawali perbuatan. hanya yang berani melawan rasa takut yang dapat merubah segalanya”.

(Ruskin)

Mendidik tidak berarti mengajarkan apa yang tidak mereka ketahui. Mendidik adalah pekerjaan yang memakan hati, terus menerus dijalankan dan amat sulit, harus dilaksanakan dengan keramahan dan kelembutan, pengawasan

dan peringatan, perintah dan pujian, tetapi terutama dengan keteladanan. (Ruskin)

Seorang guru yang mengajar tanpa menimbulkan keinginan belajar pada diri murid- muridnya sama dengan menempa besi yang dingin.

(Heinrich Mann)

Skripsi ini penulis persembahkan kepada

(5)
(6)

ABSTRAK

PERAN GURU PEMBIMBING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR MENURUT PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP TAMAN DEWASA

JETIS-YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007

Faulina Sembiring

Universitas Sanata Dharma, 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Jumlah populasi adalah 158 orang.

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun berdasarkan peran guru pembimbinng dalam memotivasi belajar oleh Thomas F. Staton (Sardiman, 2005) kemudian dikembangkan oleh peneliti. Alat ini terdiri dari enam peran guru pembimbing dala m memotivasi belajar siswa yaitu 1) memberikan dorongan belajar, 2) menegaskan pentingnya berkonsentrasi, 3) mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar, 4) membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran, 5) membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif, dan 6) membantu siswa mengelola waktu belajar, yang disusun dalam 17 indikator pernyataan dan dikembangkan menjadi 40 item pernyataan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pembahasan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah tabulasi data, perhitungan frekuensi dan persentase. Selanjutnya mengidentifikasikan peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa yang item persentasenya minimal 56% dari skor maksimal yang dapat dicapai setiap item.

Hasil penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut: 1) mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar (96%); 2) membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif (95,2%); 3) membantu siswa mengelola waktu belajar (94,4%); 4) membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran (93%); 5) menegaskan pentingnya berkonsentrasi (89%); 6) memberikan dorongan belajar (65%),

(7)

ABSTRACT

THE ROLE OF COUNSELORS

IN MOTIVATING THE EIGHTH GRADE STUDENTS TO STUDY IN TAMAN DEWASA JETIS JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA

ACADEMIC YEAR OF 2006/2007

Faulina Br Sembiring Sanata Dharma University, 2005

This researh was to know the role of counselors teacher in motivating the eighth grade students study in Taman Dewasa Jetis Junior High School, Yogyakarta academic year of 2006/2007.

This research was a descriptive research. The population in this research was all of eighth grade students in Taman Dewasa Jetis Junior High School Taman, Yogyakarta academic year of 2006/2007. The total of population was 158. The instrument in this research was questionnaire compiled based on the psychological factors in study according to Thomas. Stanton (Sardiman, 2005) which was developed by the researcher. This instrument consisted of six role-elements in motivating study which was developed into 40 questions, among than were: 1) giving the support to study, 2) arguving the importance of concentration, 3) directioning student active to study, 4) helping to understand of lesson study by students, 5) guidancing student of lesson by comprehensive thinking, and 6) helping to prepare of lesson by student. It was conducted to facilitate the discussion.

The technique of data analysis was data tabulation, the calculation of frequencies and percentage. Then identifying the item which has minimal percentage of 56% from the maximal score which could be achieved by every item.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan karena cinta kasih dan bimbingan-NYA selalu menyertai penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Secara khusus ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada:

1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I yang dengan penuh perhatian dan kesabaran mendampingi sekaligus mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Suster Milburga, CB., M.Ed., Dosen Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran mendampingi serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

5. Bapak Kepala Sekolah SMP Taman Dewasa Jetis yang telah menerima dan mengijinkan penulis melakukan ujicoba dan penelitian di SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta dan seluruh siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta, atas kerjasamanya dalam mengisi kuesioner penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orangtua penulis yang dengan penuh kasih mendampingi dan mengantarkan penulis hingga sekarang, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

7. Petrus Sembiring dan Theodora Depari, atas pengorbanannya buat penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Adik penulis Romi Sembiring, yang telah memberikan semangat dan dorongan serta canda tawa (dan dalam menyelesaikan skripsi ini).

8. Abang Jopta Sembiring, atas bantuan dan perhatiannya selama penulis kuliah di Yogyakarta dan dalam menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus kepada abang Sedar Barus, atas dukungan, semangat, cinta dan perhatian dalam berbagai bentuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Sr. Gaby SCMM, Sr. Angela SFD atas doa dan bimbingannya selama

penulis kuliah di Yogyakarta ini.

(10)

11.Jack (zakeus), Roberth, Siprianus Lita Lalu dan Iswadi atas kebersamaan, dukungan, kerjasama serta pengalaman berharga yang sudah dibagikan bersama dengan penulis selama ini.

12.Teman-teman di Prodi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2001, atas kebersamaan, dan keceriaan selama kita berada dibangku kuliah: Rm. Emil, Fr Frans, Sr Tere, Sr Vero, Sr Agata, Sr Floren, Sr Die, Sr Monika, Kak Fa, Mba Die-die, Mba Kristin, Agus dan Sandry, atas kerjasama dan bantuannya selama kita bersama di Gatot Kaca 3D kalian memang teman yang baik. Fetri, Veron, Cueng, Dedy, Willy, Andri, Mba Kenit, Rika, Diesta, Maya, Ary, Sandry, Mala, Okta, Bety, Kiki, Paska, Yuni (penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuannya selama kita kuliah bersama), Deni, Alpon, Wahyu, Yuyun, Arny, Nida, Pehalina, Eta, Page, Anggiat, Paulina Theresia.

13.Semua pihak yang banyak membantu penulis selama menempuh kuliah dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan yang Maha Kasih melimpahkan berkat-Nya kepada semua yang telah penulis sebutkan di atas. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata, penulis berharap mudah- mudahan skripsi ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN………. xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

(12)

B. Peran Guru Pembimbing Dalam Memotivasi Belajar... 10

1.Memberikan Dorongan Belajar……….. ... 15

2.Menegaskan Pentingnya Berkonsentrasi……… 17

3.Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar …………... ... 18

4.Membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran ……… ... 20

5.Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara Komprehensif……….. 21

6.Membantu siswa mengelola waktu belajar ………. .. 23

C. Pentingnya Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Memotivasi Belajar Siswa ………. 24

D. Layanan Bimbingan Belajar Pent ing Untuk Siswa SMP ………….. 26

E. Siswa SMP Taman Dewasa Jetis………... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Subjek Penelitian... 30

C. Instrumen Penelitian ... 31

D. Validitas dan Reabilitas Kuesioner ... 34

1.Validitas Instrumen………. 34

2.Reliabilitas Instrumen………. 36

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 37

(13)

2.Tahap Pelaksanaan………. 38

F. Teknik Analisi Data... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian... 41

B. Pembahasan... 45

BAB V RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Ringkasan... 52

B. Kesimpulan ... 54

C. Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Data Siswa Kelas II SMP Taman Dewasa Jetis,

Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007……… 31 Tabel 2 : Kisi-kisi Penyusunan Koesioner……….. 32 Tabel 3 : Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas……….. 36 Tabel 4 : Tabulasi Hasil Penelitian

Di SMP Taman Dewasa Jetis, Tahun Ajaran 2006/2007.... 41 Tabel 5 : Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa berdasarkan persentase alternatif jawaban perlu

dan sangat perlu………. 44

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Kuesioner penelitian tentang peran

guru pembimbing dalam memotivasi belajar……... 59 Lampiran 2 : Tabulasi data ujicoba penelitian

(Skor untuk masing- masing siswa)……... 64 Lampiran 3 : Tabulasi jumlah skor-skor hasil ujicoba penelitian…... 66 Lampiran 4 : Perhitungan reliabilitas dan validitas ujicoba penelitian

di SMP Taman Dewasa Jetis, tahun ajaran 2006/2007... 68 Lampiran 5 : Tabulasi data penelitian (Skor masing- masing siswa)

SMP Taman Dewasa Jetis, tahun ajaran 2006/2007... 70 Lampiran 6 : Tabulasi jumlah skor-skor hasil ujicoba penelitian……. 72 Lampiran 7 : Perhitungan reliabelitas dan validitas ujicoba penelitian

(16)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 39 ayat 2 menyatakan pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Guru pembimbing merupakan salah satu tenaga pendidikan di sekolah. Guru pembimbing adalah guru-guru dari sekolah yang bersangkutan, yang ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah karena latar belakang pendidikannya yang memungkinkan untuk melaksanakan tugas tersebut (Partowisastro, 1985:20). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Prayitno (1997:18): guru pembimbing adalah pelaksana utama pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

(17)

tertuang dalam SK Mendikbud No.025/0/1995 (Prayitno, makalah), diharapkan guru pembimbing dapat melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling secara optimal, agar dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada para siswa dalam hal: kemampuan serap (bimbingan belajar), perkembangan kepribadian (bimbingan pribadi), kemampuan sosial (bimbingan sosial), dan perencanaan masa depan (bimbingan karir). Selain itu guru pembimbing diharapkan tampil atau menunjukkan kinerja yang penuh dalam menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling (melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling).

Menurut Prayitno (1997: 41-43) pola umum bimbingan dan konseling di sekolah mencakup bidang-bidang bimbingan, jeni-jenis layanan, dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling dimana dalam penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab guru pembimbing. Adapun salah satu bidang bimbingan pola umum bimbingan dan konseling tersebut adalah bimbingan belajar. Yang dimaksud dengan bimbingan belajar adalah usaha membantu siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, menguasai pengetahuan dan keterampilan belajar dalam rangka menyiapkannya melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi.

(18)

kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat menguasai materi pelajaran di sekolah.

Menurut Sardiman (2005:20-28), belajar merupakan usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan menuju terbentuknya kepribadian seutuhya sehingga: 1) siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir sekaligus memperkaya pengetahuannya. 2) siswa diharapkan dapat terampil dalam belajar. Dengan demikian siswa perlu mendapat bimbingan belajar supaya dapat belajar secara efektif. Menurut Sadirman (2005:89-90) motivasi intrinsik adalah motif- motif yang menjadi aktif atau berfungsi karena dalam diri individu ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya, anak yang senang membaca, tidak ada yang menyuruh atau mendorong, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karena adanya stimulus dari luar individu. Contoh, seorang anak belajar supaya mendapat pujian dari orang lain (guru, orang tua, teman-teman), jadi, aktivitas belajar dilakukan bukan karena ingin mengetahui sesuatu. Winkel (1997:173) memandang motivasi ekstrinsik sebagai aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Thornburgh (Prayitno, 1989:14) mengemukakan bahwa motivasi intrinsik dan ekstrinsik saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik dapat diperkuat oleh motivasi ekstrinsik.

(19)

seseorang mengalami bahaya psikologis seperti konsep diri yang kurang baik, prestasi yang rendah serta kurang memiliki persiapan dalam menghadapi pubertas dan lain- lainnya. Dalam rangka membantu atau menolong siswa remaja tersebut agar tidak memiliki prestasi rendah maka perlu pembimbingan dalam belajarnya. Pendampingan yang diberikan menurut penulis yaitu berupa pendampingan psikologis supaya dapat menyemangati siswa agar dapat meningkatkan prestasi dalam belajarnya.

Dalam memberikan pendampingan belajar dengan memperhatikan perkembangan psikologis siswa menurut Thomas F. Staton (Sardiman, 2005:39-44) guru pembimbing dapat melakukannya dengan berbagai peran diantaranya adalah: 1) Memberikan dorongan belajar supaya tahu apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut dipelajari. 2) Menegaskan pentingnya berkonsentrasi yaitu memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. 3) Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar. 4) membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran. 5) Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif. 6) Membantu siswa mengelola waktu belajar.

(20)

pembimbing diperlukan oleh siswa dalam memotivasi belajarnya karena (Mappiare, 1982:60) banyak diantara siswa yang menglami masalah dalam belajarnya antara lain; malu apabila disuruh oleh guru untuk memberikan atau mengemukakan pendapat sewaktu pelajaran berlangsung (malu mengungkapkan permasalahan/kesulitan belajar yang sedang dialaminya), takut diejek oleh teman-teman sekelas khususnya oleh teman laki- laki ataupun sebaliknya apabila memberikan pendapat yang keliru, cemas yang tidak tahu apa sebabnya sehingga mengurangi semangat belajarnya, marah kepada guru apabila ditegur atas kesalahan yang diperbuat dan lainnya. Alasan yang ketiga, visi dan misi sekolah tersebut adalah membantu siswa supaya unggul dalam prestasi yang berakar pada nilai- nilai budaya bangsa. Itu sebabnya siswa perlu dimotivasi untuk bersemangat dalam belajar. Ketiga alasan tersebut yang mendorong penulis mencoba untuk menulis skripsi dengan judul “Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa di sekolah menurut siswa-siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Tahun Ajaran 2006/2007?

C. Tujuan Penelitian

(21)

Mendeskripsikan peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa di sekolah menurut persepsi siswa-siswi kelas VIII SMP Taman Dewasa Tahun Ajaran 2006/2007.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru pembimbing

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan dalam refleksi diri demi peningkatan mutu pelayanan bimbingan belajar kepada siswa.

2. Bagi siswa

Guru pembimbing dapat memotivasi belajar siswa sehingga siswa dapat mencapai prestasi yang unggul sesuai dengan visi dan misi SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta.

3. Bagi penulis

Menambah informasi bagi penulis mengenai peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa di sekolah sehingga peneliti lebih siap menghadapi tugas-tugas yang akan datang.

E. Definisi Operasional

1. Guru pembimbing adalah guru-guru dari sekolah yang bersangkutan, yang ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah karena latar belakang pendidikannya yang memungkinkan untuk melaksanakan tugas tersebut (Partowisastro, 1985:20).

(22)

3. Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, nilai-sikap.

4. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

5. Siswa SMP Taman Dewasa Jetis merupakan remaja awal yang berusia sekitar 12-16 tahun serta subjek belajar yang mempunyai tujuan dan kegiatan dalam belajar

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini disajikan hasil kajian pustaka mengenai beberapa hal yang dapat memperjelas topik penelitian dan kiranya berguna untuk membantu memahami keseluruhan isi penelitian tentang peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar menurut siswa kelas II SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

A. Peran Guru Pembimbing

Guru pembimbing merupakan tenaga pendidik, yang dituntut dapat melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik, (Prayitno, 1997:9). Guru pembimbing adalah guru-guru dari sekolah yang bersangkutan, yang ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah karena latar belakang pendidikannya yang memungkinkan untuk melaksanakan tugas tersebut (Partowisastro, 1985:20).

(24)

belajar yang ada di dalam diri siswa, sehingga siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang baik pada proses belajar di sekolah.

Menurut Prayitno (1997:41-43) dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah guru pembimbing sebagai pelaksana utamanya bertugas untuk mengembangkan layanan bimbingan dan konseling yang salah satu layanannya adalah bimbingan belajar. Prayitno lebih lanjut menegaskan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan belajar merupakan usaha membantu siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, menguasai pengetahuan dan keterampilan belajar dalam rangka menyiapkan siswa melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi. Dalam usaha membantu siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik diharapkan guru pembimbing dapat memberikan memotivasi siswa dalam belajar supaya disiplin dalam belajarnya, mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat menguasai materi pelajaran di sekolah.

(25)

oleh Prayitno antara lain: menyayangi peserta didik, sabar dan bijaksana, lembut dan baik hati, dapat diteladani/dicontoh, tanggap terhadap keadaan dan mampu mengambil tindakan, serta memahami dan bersikap positif terhadap layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan yang dimaksud modal profesional yang diperlukan dalam mengembangkan bimbingan dan konseling mencakup kematangan wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan modal profesional yang dimiliki guru pembimbing diharapkan akan mampu melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling secara profesional. Modal personal dan profesional guru pembimbing merupakan dua hal tidak dapat dipisahkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

B. Peran Guru Pembimbing Dalam Memotivasi Belajar Siswa

(26)

memberikan gairah atau semangat belajar, sehingga siswa bermotivasi kuat dan memiliki semangat untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar adalah kegiatan atau aktivitas pokok yang dilakukan oleh siswa sebagai pelajar. Selama melakukan kegiatan belajar, tentunya siswa memiliki keinginan agar kegiatan yang dilakukannya itu pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang berguna atau bermanfaat bagi dirinya. Siswa termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar karena hasil dari aktivitas itu pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhannya. Motivasi belajar sangat dibutuhkan oleh para siswa. Dengan memiliki motivasi belajar siswa mengeluarkan tenaga dari dalam dirinya untuk mengarahkan dan mengorganisasikan tingkahlakunya, sehingga mengalami suatu proses yang pada akhirnya merubah perilakunya akibat pengalaman yang diperoleh selama melakukan aktivitas belajar (Handoko, 1992). Maka berikut ini akan dibahas mengenai arti motivasi belajar.

1. Motivasi Belajar

(27)

laku manusia. Motivasi merupakan usaha- usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya, (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:593).

Motivasi adalah daya penggerak yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisirkan tingkah laku manusia untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar menurut Sardiman (2005:75) adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehenaki oleh subjek dapat dicapai. Sifat keseluruhan tersebut karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.

Motivasi belajar menurut Winkel (1997:27) adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Winkel juga memandang motivasi belajar sebagai daya penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar. Anderson, C.R. dan Faust, G.W. (Prayitno, 1989:10) mengemukakan bahwa motivasi dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi dan ketekunan.

(28)

belajar, sehingga tujuan yang dikehenaki oleh subjek dapat dicapai karena di sekolah siswa belajar dan membutuhkan bimbingan dari orang lain khususnya guru pembimbing yang dapat membantunya termasuk juga tenaga pengajar lain, sehingga tujuan belajar siswa sendiri tercapai.

2. Jenis –jenis motivasi, adalah: a. Motivasi belajar intrinsik.

Menurut Sadirman (2005:89) motivasi intrinsik adalah motif- motif yang menjadi aktif atau berfungsi karena dalam diri individu ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu. Thornburgh (Prayitno, 1989: 10) berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu. Contohnya, anak yang senang membaca, tidak ada yang menyuruh atau mendorong, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

(29)

b. Motivasi ekstrinsik.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar (Prayitno, 1989:13). Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan yang ada di dalam diri siswa untuk belajar. Rumusan yang lebih baru menegaskan bahwa motivasi ekstrinsik memiliki tujuan yang berada di luar dari kegiatan belajar itu sendiri atau tujuan itu tidak terlibat dalam aktivitas belajar Thornburg, (Prayitno, 1989:14). Menurut Sardiman (2005:90-91) motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karena adanya stimulus dari luar individu. Contoh, seorang anak belajar supaya mendapat pujian dari orang lain (guru, orang tua, teman-teman) jadi, aktivitas belajar dilakukan bukan karena ingin mengetahui sesuatu. Sedangkan Winkel (1997:173) memandang motivasi ekstrinsik sebagai aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Menurut penulis baik motivasi ekstrinsik maupun intrinsik merupakan dua hal yang penting dalam belajar siswa karena hubungan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik itu saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi eksrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik dapat diperkuat oleh motivasi ekstrinsik

(30)

pendampingan belajar dengan memperhatikan perkembangan psikologis siswa menurut Thomas F. Staton (Sardiman, 2005:39-44) dapat dilakukan dengan:

1. Memberikan dorongan belajar

Dalam kegiatan belajar sehari- hari seringkali siswa tidak berminat atau menaruh perhatian dalam belajar karena tidak adanya motivasi dalam diri siswa sendiri. Hal ini sering terlihat dalam perilaku siswa yang malas belajar, sering bolos sekolah, mencontek dan lainnya. Oleh karena hal tersebut maka perlu motivasi baik dalam diri siswa sendiri maupun dari luar diri siswa. Memiliki motivasi merupakan dasar yang baik untuk belajar. Sebab tanpa adanya motivasi kegiatan belajar sulit untuk berhasil (Sardiman, 2005:40).

(31)

sedang dialaminya), takut diejek oleh teman-teman sekelas khususnya oleh teman laki- laki ataupun sebaliknya apabila memberikan pendapat yang keliru, cemas yang tidak tahu apa sebabnya sehingga mengurangi semangat belajarnya, marah kepada guru apabila ditegur atas kesalahan yang diperbuat dan lainnya. Hal ini bisa menyebabkan belajar siswa terganggu, sehingga membutuhkan orang lain untuk membantunya seperti guru pembimbing untuk menumbuhkan motivasi belajar bagi siswa-siswanya.

Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu misalnya kegiatan belajar. Pada tahap awalnya akan menyebabkan siswa merasa ada kebutuhan untuk belajar dan ingin melakukan kegiatan belajar. Hal ini yang akan memberikan arah kepada siswa dalam belajar. Dalam pencapaian hasil belajar yang optimal maka perlu ada motivasi dalam diri siswa sendiri. Dalam pencapaian hasil belajar yang optimal diharapkan guru pembimbing dapat mendorong siswa dengan:

a. Memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar siswa, baik secara langsung oleh guru pembimbing sendiri maupun memberikan petunjuk kemana siswa meminta bantuan dalam mengatasi masalah belajar yang dialaminya.

(32)

verbal misalnya. Sebab semuanya itu sangat berarti bagi siswa (Alsa, 1988:8-9).

c. Penghargaan terhadap pribadi siswa. Sikap menerima siswa, dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa menggunakan kemampuannya sendiri dalam belajarnya.

2. Menegaskan pentingnya berkonsentrasi

(33)

a. Mengingatkan siswa agar memusatkan perhatianya pada pelajaran yang sedang dipelajari bukan pada hal- hal lain.

b. Mengingatkan siswa agar mengabaikan hal- hal yang menganggu perhatian belajar seperti suara bising, orang lalu lalang dan lainnya. c. Mengingatkan siswa agar melengkapi perlengkapan belajarnya agar

tidak menganggu teman yang lain dengan cara meminjam buku, pulpen, atau perlengkapan belajar lainnya di dalam kelas karena akan mengganggu konsentrasi siswa lain.

3. Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar.

(34)

kelas, pencahayaan yang bagus, sirkulasi udara yang baik, serta penataan kursi dan meja senyaman munkin untuk siswa dan lainnya. Hal ini ada pengaruhbya dalam memfokuskan panca indera secara optimal dalam belajar. Suasana lingkungan sosial yang dimaksud disini adalah faktor hubungan sesama manusia yang turut mempengaruhi kegiatan belajar individu (siswa). Penelitian ini memberi batasan lingkungan sosial orang yang belajar. Proses belajar yang dilakukan siswa sangat dipengaruhi oleh hubungan siswa dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat pergaulannya. Misalnya hubunga n yang harmonis dalam keluarga baik dengan kakak, ayah, ibu, dan adik dapat mendukung semangat belajar, hubungan siswa dalam lingkungan sekolah dapat ditunjukkan dengan kedekatan antara guru dan siswa-siswanya sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Cara yang dapat ditempuh untuk menciptakan lingkungan sosial belajar siswa yang baik diantaranya adalah:

a. Membantu atau membimbing siswa membuat ringkasan bahan pelajaran yang diterangkan oleh gurunya di dalam kelas sehingga siswa-siswa mudah mempela jarinya kembali di rumah sehingga bisa membantu siswa dalam belajarnya dan pada waktu menjelang ujian dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

(35)

lingkungan sosial-psikologis seperti hubungan antar pribadi, kehidupan kelompok, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan.

c. Guru pembimbing mengingatkan siswa agar memfokuskan pikirannya sewaktu guru menerangkan materi pelajaran di dalam kelas

4. Membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran

Menurut Sardiman (2005:42), perumusan fakta- fakta atau ide-ide secara jelas akan membantu siswa atau akan memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami materi pelajarannya, (agar siswa mengerti atas apa yang dipelajarinya). Mengorganisasikan fakta atau ide-ide ke dalam rumusan yang dipahami siswa perlu dilakukan karena setiap siswa memiliki kemampuan dan pemahaman yang berbeda-beda, maka dengan rumusan yang jelas diharapkan siswa lebih mudah mengerti atas apa yang dipelajarinya.

(36)

Dalam mengorganisasikan fakta atau ide- ide ke dalam rumusan yang dipahami siswa maka guru pembimbing perlu bekerja sama dengan guru pengajar lainnya di sekolah agar materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat siswa, suasana belajar yang menyenangkan serta yang tidak kalah pentingnya yaitu tujuan belajar yang jelas sehingga siswa menyadari arti belajarnya sendiri. Tujuan merupakan pembangkit motivasi. Denny (1994:11) mengatakan “adalah mustahil bagi siapapun untuk menjadi termotivasi tanpa adanya sasaran yang jelas dan terinci”. Tujuan yang jelas akan memperkuat usaha untuk mencapainya. Sebaliknya, tujuan yang tidak jelas akan melemahkan usaha untuk mencapainya. Dengan kata lain, kejelasan tujuan akan menumbuhkan motivasi, sedangkan ketidakjelasan atau ketidakadaan tujuan akan melemahkan atau menghilangkan motivasi. Dalam memperjelas tujuan-tujuan belajar siswa guru pembimbing dapat melakukan dengan cara:

a. Memberikan pengarahan bila ada bahan-bahan pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa

b.Memberikan bahan bimbingan secara teratur sehingga tidak menimbulkan kebingunggan bagi siswa

c. Memberikan kesempatan belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing siswanya.

(37)

Dalam penguasaan materi pelajaran tidak bisa terlepas dari unsur-unsur psikologis lain misalnya dengan motivasi, konsentrasi, reaksi dan lain- lainnya. Dalam penguasaan materi pelajaran diharapkan siswa tidak hanya sekedar tahu saja tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami (Sardiman, 2005:42-44). Contohnya siswa melakukan belajar pada malam hari menjelang ujian pada pagi harinya. Kegiatan yang demikian cenderung hanya sekedar mengetahui sesuatu bahan yang dituangkan pada ujian tersebut tetapi jika ditanya dua atau tiga hari kemudian cenderung sudah lupa. Oleh karena itu diharapkan bagi siswa dalam belajarnya agar apa yang dipelajarinya dimengerti, maksud serta aplikasi-aplikasinya sehingga siswa dapat memahami tujuan belajarnya sendiri. Dalam hal ini diharapkan siswa tidak hanya sekedar mengetahui apa yang dipelajarinya tetapi diharapkan tahu bagaimana memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajarinya. Maka dari itu diharapkan guru pembimbing dapat membantu siswa-siswa dalam penguasaan materi pelajaran secara komprehensif dengan cara:

(38)

juga dapat memahami cara belajar setiap siswanya, karena setiap siswa memiliki cara-cara belajar sendiri dan guru pembimbing dapat membimbing siswa-siswanya untuk memahami cara belajar masing-masing siswanya.

b. Menciptakan suasana yang menyenangkan seperti: sikap ramah, tidak cemberut, tidak mudah marah, senang membantu, dan tidak suka mencela siswa-siswinya. Sikap ini akan menyebabkan siswa senang berhubungan dengan gurunya. Guru pembimbing harus pandai menciptakan suasana yang menyenangkan, atau tidak menakutkan. c. Mengembangkan sikap yang positif dan minat siswa terhadap semua

materi pelajaran yang dipelajari.

6. Membantu siswa mengelola waktu belajar.

(39)

a. Membantu siswa menyusun waktu belajar dengan sebaik-baiknya b. Guru pembimbing mengingatkan siswa supaya mau mengulangi setiap

mata pelajaran.

C. Pentingnya Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Memotivasi Belajar Siswa

Pelayanan bimbingan belajar di SMP bertujuan membantu siswa mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, sesuai dengan program belajar di SMP. Layanan pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajar siswa, serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan siswa sendiri (Prayitno, 1997:67). Dalam mencapai tujuan tersebut hendaknya guru pembimbing perlu mengetahui perkembangan psikologis siswa-siswanya agar dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sesuai dengan kebutuhan siswa.

(40)

pikiran, sehingga dapat menurunkan prestasi belajar, adanya hambatan dalam pergaulan dengan teman sebaya misalnya kelompok teman sebaya tidak terlalu mementingkan prestasi belajar sehingga suka membolos bahkan putus sekolah.

Dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut guru pembimbing perlu memperhatikan faktor- faktor psikologis siswa dan mengenal siswanya secara lebih mendalam sehingga dapat membantu proses belajar siswanya, serta sudah menjadi tanggungjawab pendidik membantu siswanya khususnya dalam belajar kearah yang semakin sempurna. Hal ini perlu diperhatikan/diketahui oleh guru pembimbing agar dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan khususnya dalam belajar siswa. Sehingga hal- hal yang dapat menganggu konsentrasi belajar yang berpengaruh pada penurunan prestasi belajar dapat dihindari atau dicari jalan keluarnya oleh guru pembimbing bersama dengan siswa yang mengalami masalah-masalah tersebut. Dengan demikian diharapkan tujuan yang dicita-citakan khususnya dalam belajar siswa dapat tercapai dengan optimal. Dalam rangka membantu atau menolong siswa remaja tersebut agar tidak memiliki prestasi rendah maka perlu pembimbingan dalam belajarnya dan dapat menyemangati siswa agar dapat meningkatkan prestasi dalam belajarnya.

(41)

tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselengarakan sekolah perlu diarahkan. Di sinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di samping kegiatan pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas, bimbingan dan konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya.

D. Layanan Bimbingan Belajar Penting Untuk Siswa SMP

(42)

Menurut Mappiare (1984:292-293) tujuan pelayanan bimbingan belajar di SMP membantu siswa agar mampu mengatasi kesulitan-kesulitan memecahkan masalah yang dihadapinya, membantu siswa untuk mengenal diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik, menguasai pengetahuan dan keterampilan dan berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat. Kesulitan-kesulitan yang dimaksud adalah; 1) prestasi rendah yang disebabkan oleh kurangnya motif untuk belajar, kemampuan belajar yang rendah atau tidak menggunakan kemampuan secara optimal, 2) kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan siswa dalam situasi belajar misalnya mencontek pada waktu ulangan/ujian berlangsung, mengganggu teman pada saat pelajaran berlangsung, 3) kesulitan ya ng berhubungan dengan kesehatan jasmani misalnya sering merasa pusing, sakit perut dan lainnya.

Pengembangan kurikulum pengajaran di beberapa jenis pendidikan sekolah menengah mempunyai dampak terhadap tuntutan pelayanan bimbingan. Misalnya, penerapan sistem belajar siswa aktif, dan pembaharuan materi pelajaran sesuai dengan kemajuan di segala bidang ilmu. Dalam keadaan demikian, siswa sendiri dituntut untuk membuat berbagai pilihan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk meningkatkan motivasi belajar dan untuk menaruh perhatian terhadap lingkungan hidupnya di masa modern (Winkel, 1997:116).

(43)

Pelayanan bimbingan akademik, sebagian besar disalurkan melalui kegiatan bimbingan kelompok dan bimbingan individual terutama dalam wawancara konseling. Berbagai materi pembimbingan dapat dibawakan melalui kegiatan kelompok khusus yang dibentuk untuk mengembangkan motivasi belajar.

E. Siswa SMP Taman Dewasa Jetis

(44)
(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini, diuraikan jenis penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, alat ukur dan tehnik analisis data penelitian.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei, yaitu penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan (Fruchan, 1982:415-418). Tujuan dari survei untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan informasi tentang individu. Alasan digunakan jenis penelitian ini adalah untuk mengupulkan informasi tentang variabel penelitian, bukan individu yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan “peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar menurut siswa kelas II SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Pelajaran 2005/2006”.

B. Subjek Penelitian

(46)

SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007, maka penelitian ini disebut penellitian sensus (populasi).

Dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan populasi yakni: siswa kelas II SMP adalah siswa yang tergolong remaja awal yang sudah mampu merefleksikan peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar mereka. Data populasi penelitian disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Data Siswa Kelas II SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007

Kelas Jumlah Siswa

VIII A 32

VIII B 31

VIII C 31

VIII D 32

VIII E 32

Jumlah Siswa Keseluruhan 158

C. Instrumen Penelitian

(47)

Item- item pernyataan dalam kuesioner terdiri dari lima peran yaitu: (1). Memberikan dorongan motivasi belajar, (2). Menegaskan pentingnya berkonsentrasi, (3). Mengarahkan segenap pancaindera secara optimal, (4). Mengorganisasikan fakta atau ide-ide ke dalam rumusan yang dipahami siswa, (5). Menguasai materi pelajaran dengan pikirannya secara komprehensif, (6). Bersedia untuk mengulangi materi pelajaran. Kisi-kisi kuesioner yang digunakan dalam penelitian disajikan dalam table 2.

Tabel 2. Kisi-Kisi Koesioner No Peran guru

pembimbing

Indikator Nomer Item 1. Memberikan

dorongan belajar

a. Tanggungjawab belajar b.Berani mengemukakan

pendapat

c. Mengahargai upaya belajar siswa

d.Menguatkan siswa tidak putus asa jika mendapat nilai rendah 3. Mengarahkan siswa

agar aktif dalam belajar

a. Mengamati guru

b.Membuat ringkasan pelajaran c. Menjaga kesehatan

a. Mengolah bahan belajar b.Mengembangkan 5. Membimbing siswa

dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif

a. Mengembangkan minat belajar

b.Memahami cara belajar siswa c. Menjelaskan manfaat belajar

2, 36 b.Mengingatkan siswa untuk

mengulangi pelajaran

(48)

Berikut ini penjelasan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kuesioner:

1. Kuesioner peran guru pembimbing

Dalam kuesioner ini responden diminta untuk merespon pernyataan-pernyataan tentang suatu objek. Objek kuesioner yang dimaksud adalah peran guru pembimbing dalam memotivasi siswa. Jawaban responden terdiri dari 4 kategori yaitu: sangat perlu, perlu, tidak perlu, dan sangat

tidak perlu. Mengingat seluruh item dalam kuesioner ini memuat

pernyataan yang positif maka skor untuk jawaban sangat perlu adalah 4, untuk jawaban perlu adalah 3, untuk jawaban tidak perlu adalah 2, dan untuk jawaban sangat tidak perlu adalah 1.

Menurut Hadi (1990) modifikasi Skala Likert menjadi empat kategori jawaban dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat, yaitu: karena kategori netral mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan, bisa juga diartikan netral, atau ragu-ragu. Tersedianya jawaban di tengah juga menimbulkan kecenderungan menjawab netral (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya.

2. Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa

(49)

berkonsentrasi 3) Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar. 4) membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran. 5) Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif. 6) Membantu siswa mengelola waktu belajar

3. Susunan kuesioner peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa

Seluruh item dalam kuesioner peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa ini terdiri dari pernyataan yang positif. Artinya, pernyataan-pernyataan yang diungkapkan dalam kuesioner ini mengungkapkan hal yang diharapkan atau tidak diterima oleh siswa.

D. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner a. Validitas Instrumen

(50)

memperhatikan hubungan yang ada antara alat pengukur dengan pengukur lain yang berfungsi sebagai kriteria.

Validitas yang digunakan dalam kuesioner ini adalah validitas konstruk. Menurut Masidjo, (1995:246) Perhitungan validitas konstruk menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan rumus sebagai berikut:

r = Koefisien validitas X = Skor tiap item Y = Skor total per aspek

N = Jumlah responden dalam uji coba

Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi skor pada setiap item dan mentabulasikan kedalam data uji coba. Hasil pengolahan uji validitas masing- masing item kuesioner dibandingkan dengan mengkonsultasikannya dengan table r Product

Moment dari Pearson, pada taraf signifikansi 5%. Penentuan koefisien

(51)

dapat digunakan sebagai item/butir alat pengumpul data. Untuk melihat koefisien validasi keseluruha n digunakan rumus sebagai berikut :

tt

x r

r =

Keterangan :

x

r = Koefisien validitas

tt

r = Koefisien reliabilitas b. Reliabilitas Instrumen

Menurut Masidjo (1995) reliabilitas suatu alat ukur adalah taraf sampai dimana alat ukur mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien reliabilitas atau rtt. Derajat reabilitas ditentukan dengan berpedoman pada daftar indeks korelasi reliabilitas (Garret, 1967: 176) seperti pada tabel 2.

Tabel 3. Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas

Koefisien korelasi Kualifikasi ±0,70 - ± 1,00 Tinggi-Sangat tinggi

± 0,40 - ± 0,70 Cukup

± 0,20 - ± 0,40 Rendah

± 0,00 - ± 0,20 Sangat Rendah

(52)

kelompok siswa. Metode belah dua yang dipakai berdasarkan urutan item bernomor gasal dan genap, dengan skor-skor yang bernomor gasal dijadikan belahan pertama (X) dan skor bernomor genap dijadikan belahan kedua (Y). Proses perhitungan taraf reliabilitas alat ukur ini dilakukan dengan cara memberi skor pada masing- masing item dan mentabulasikan skor-skor tersebut. Kemudian skor dari belahan pertama dikorelasikan dengan skor dari belahan kedua dengan menggunakan formula korelasi

Produk Moment dari Pearson dan selanjutnya hasil koefisien korelasi

tersebut dikoreksi dengan menggunakan formula koreksi dari Spearman-Brown, dengan rumus sebagai berikut:

gg

r = Koefisien reliabilitas rgg = Koefisien gasal-genap

Proses perhitungan taraf realibilitas dan taraf validitas dapat dilihat pada lampiran 4.

(53)

1. Tahap Persiapan

Adapun beberapa hal yang peneliti lakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Modifikasi Kuesioner

Alat ukur penelitian ini dimodifikasi dari alat yang disusun Thomas F. Staton (Sardiman, 2005). Untuk penyusunan alat ukur ini telah dilakukan beberapa usaha seperti berikut :

• Peneliti merumuskan kembali item- item yang mengungkap berbagai peran pembimbing dalam memotivasi belajar siswa. • Peneliti mengkonsultasikan kuesioner kapada dosen pembimbing. b. Ujicoba Alat dan Pengumpulan Data/Kuesioner

Ujicoba kuesioner bertujuan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrument, sehingga diperoleh kelayakan penggunaannya sebagai alat yang benar-benar handal dalam mengungkap hal yang ingin diteliti. Ujicoba kuesioner dilakukan pada hari selasa, 26 November 2006 dikelas VIII D dengan jumlah siswa 32 orang sedangkan yang hadir sebanyak 31 orang, dan dikelas VIII A dengan jumlah siswa 32 orang sedangkan yang hadir sebanyak 30 orang. Ujicoba kuesioner dilaksanakan di SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta dengan jumlah responden sebanyak 61 orang. Skor hasil ujicoba dapat dilihat pada lampiran 2.

2. Tahap Pelaksanaan

(54)

a. Peneliti mempersiapkan diri 30 menit sebelum waktu pelaksanaan yang dijadwalkan.

b. Peneliti memberikan penjelasan umum tentang maksud dan tujuan diadakannya penelitian.

c. Peneliti membagikan lembar kuesioner kepada siswa

d. Peneliti menjelaskan tentang petunjuk umum cara mengerjakan dan cara mengisi kuesioner. Responden diberi kesempatan menanyakan hal- hal yang belum jelas.

e. Selama pengisian kuesioner berlangsung, peneliti memberi kesempatan kepada responden untuk menanyakan item- item kuesioner yang belum dipahami

f. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan lembar kuesioner setelah semua terkumpul.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabulasi data, pehitungan frekuensi dan persentase. Proses pengolahan data dengan mengikuti langkah- langkah sebagai berikut:

o Menentukan skor-skor dari setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban yaitu: sangat perlu diberi dkor 4, perlu diberi skor 3, tidak perlu diberi skor 2, dan sangat tidak perlu diberi skor 1.

(55)

o Menghitung besarnya persentase jawaban setiap alternatif jawaban dengan rumus:

n x N

f

100

o Menemukan item- item yang dijawab perlu dan sangat perlu oleh responden dengan norma 56%. Dalam penelitian ini item pernyataan yang mencapai 56% atau lebih menunjukkan bahwa peran guru pembimbing yang diperlukan dan diinginkan oleh siswa.

o Menemukan peran guru pembimbing yang diinginkan oleh siswa dengan mengidentifikasikan item yang persentasenya minimal 56% dari skor maksimal yang dapat dicapai untuk setiap item pernyataan.

Manfaat Penelitian:

• Mengetahui dan memahami bahwa guru pembimbing dapat membantu mereka dalam belajar

• Dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi penting bagi para siswa untuk lebih memahami motivasi dalam belajar mereka dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar di sekolah

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat jawaban permasalahan yang dikemukakan pada bab I yaitu “bagaimanakh peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa kelas II SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta?

Hasil penelitian kemudian disertai pembahasan tentang hasil penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang telah diutarakan.

A. Hasil Penelitian

Peneliti telah melaksanakan pengumpulan data yang diolah menurut prosedur yang telah diuraikan dalam bab III. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Tabulasi Hasil Penelitian

(57)

komprehensif belajar

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:

(58)

menjawab “sangat perlu”. Kategori perlu dan sangat perlu digabung menghasilkan 96.4%

b. Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif, dipilih siswa dengan urutan sebagai berikut: 0% siswa menjawab “sangat tidak perlu”, 5.62% siswa menjawab “tidak perlu”, 45.1% siswa menjawab “perlu”, dan 50.1% siswa menjawab “sangat perlu”. Kategori perlu dan sangat perlu digabung menghasilkan 95.2% c. Membantu siswa mengelola waktu belajar, dipilih siswa dengan urutan

sebagai berikut: 0% siswa menjawab “sangat tidak perlu”, 5.62% siswa menjawab “tidak perlu”, 47.4% siswa menjawab “perlu”, dan 47% siswa menjawab “sangat perlu”. Kategori perlu dan sangat perlu digabung menghasilkan 94.4%

d. Membantu siswa dalam memehami perumusan bahan pelajaran, dipilih siswa dengan urutan sebagai berikut: 0.2% siswa menjawab “sangat tidak perlu”, 5.61% siswa menjawab “tidak perlu”, 43.6% siswa menjawab “perlu”, dan 50.7% siswa menjawab “sangat perlu”. Kategori perlu dan sangat perlu digabung menghasilkan 94.3%

(59)

f. Peran guru pembimbing mampu memberikan dorongan belajar kepada siswa, dipilih siswa dengan urutan sebagai berikut: 0.37% siswa menjawab “sangat tidak perlu”, 3.37% siswa menjawab “tidak perlu”, 27% siswa menjawab “perlu”, dan 38% siswa menjawab “sangat perlu”. Kategori perlu dan sangat perlu digabung menghasilkan 65%

Pada tabel 1 di bawah ini disajikan peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa berdasarkan persentase alternatif jawaban perlu dan sangat perlu.

Tabel 5. Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa berdasarkan persentase alternatif jawaban perlu dan sangat perlu No Indikator peran guru pembimbing

dalam memotivasi belajar 1 Mengarahkan siswa agar aktif dalam

belajar

50 46.4 96.4

2 Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif

50.1 45.1 95.2

3 Membantu siswa mengelola waktu belajar

47.4 47 94.4

4 Membantu siswa dalam memehami perumusan bahan pelajaran

43.6 50.7 94.3

5 Menegaskan pentingnya

berkonsentrasi

50 39 89

6 Memberikan dorongan belajar 27 38 65

(60)

Keterangan:

No Peran guru pembimbing

1 Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar

2 Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif 3 Membantu siswa mengelola waktu belajar

4 Membantu siswa dalam memehami perumusan bahan pelajaran 5 Menegaskan pentingnya berkonsentrasi

6 Memberikan dorongan belajar

B. Pembahasan

Sebelum memaparkan pembahasan, ada beberapa hal yang perlu peneliti kemukakan sehubungan dengan keterbatasan yang masih terkandung dalam instrumen penelitian dan pelaksanaan penelitian. Pertama, bentuk kuesioner merupakan kuesioner tertutup sehingga tidak memungkinkan semua peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa dapat terungkap. Kedua, hasil dari penelitian ini bukan merupakan suatu hasil yang tetap atau abadi karena keinginan setiap orang dapat berubah dari waktu ke waktu. Jadi hasil penelitian mengenai peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa

96,4 95,2 94,4 94,3 89

Grafik Peran Guru Pembimbing Dalam Memotivasi Belajar

(61)

yang sudah di peroleh pada saat ini mungkin akan berbeda dalam penelitian waktu lain. Ketiga, “kuesioner peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa” sebagai instrumen penelitian telah terbukti reliabel, tetapi instrumen penelitian ini belum tentu reliabel untuk kelompok lain pada penelitian yang serupa.

Dalam bagian berikut, berturut-turut akan dibahas mengenai peran guru pembimbing yang diinginkan siswa berdasarkan peringkat yang diperoleh dari jumlah persentase alternative jawaban perlu dan sangat perlu.

1. Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar

(62)

optimal agar siswa mendengarkan penjelasan guru dengan cermat ketika menerangkan materi pelajaran di dalam kelas.

(63)

3. Membantu siswa mengelola waktu belajar.

Guru pembimbing yang mampu mengontrol dan mengingatkan siswa siswinya untuk selalu mempelajari kembali semua pelajaran yang telah dipelajari baik di sekolah maupun di rumah merupakan peran guru pembimbing yang diinginkan siswa. Menurut Sardiman, (2005:44-45) mengulangi suatu pekerjaan misalnya mengulang-ulang pelajaran membuat kemampuan siswa mengingat pelajarannya semakin bertambah atau semakin besar. Hal ini penting dilakukan oleh siswa karena dengan mengulang-ulang pelajaran diharapkan siswa tidak mudah lupa atas apa yang dipelajarinya. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan persentase siswa yang memilih jawaban perlu dan sangat perlu mencapai hasil 94,4%, di atas norma yang telah ditetapkan yaitu 56%. Pernyataan mengenai peran guru pembimbing di atas terdapat pada item nomor 1, 12, 19, 26, 32, 37. Alasan siswa memilih peran ini antara lain karena: siswa menginginkan guru pembimbing yang mampu menyampaikan informasi mengenai cara membagi waktu belajar agar siswa lebih efektif mengulangi pelajarannya di rumah, siswa menginginkan guru pembimbing yang mampu mendorong siswa untuk melaksanakan jadwal belajarnya agar siswa dapat mengulang-ulang pelajarannya di rumah.

4. Membantu siswa dalam memehami perumusan bahan pelajaran

(64)

perumusan fakta-fakta atau ide-ide secara jelas akan membantu siswa atau akan memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami materi pelajarannya, (agar siswa mengerti atas apa yang dipelajarinya). Mengorganisasikan fakta atau ide- ide ke dalam rumusan yang dipahami siswa perlu dilakukan karena setiap siswa memiliki kemampuan dan pemahaman yang berbeda-beda, maka dengan rumusan yang jelas diharapkan siswa lebih mudah mengerti atas apa yang dipelajarinya. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan persentase siswa yang memilih jawaban perlu dan sangat perlu mencapai hasil 94,3%, di atas norma yang telah ditetapkan yaitu 56%. Pernyataan mengenai peran guru pembimbing di atas terdapat pada item nomor 3, 10, 17, 23, 30, 35. Alasan siswa memilih peran ini antara lain karena: siswa menginginkan guru pembimbing mengorganisasikan fakta atau ide- ide ke dalam rumusan yang dipahami siswa agar dalam penguasaan materi pelajaran dapat dipelajari dengan mudah, siswa menginginkan agar guru pembimbing menggunakan bahan-bahan bimbingan belajar yang selalu baru agar menarik minat siswa untuk belajar

5. Menegaskan pentingnya berkonsentrasi

(65)

ingatan siswa (Sardiman, 2005:40-41). Hal ini bisa terjadi karena pada masa remaja, terjadi perubahan tubuh secara fisik sehingga merasa tidak nyaman. Dan akibat dari perubahan tersebut akan mengganggu keseimbangan tubuh (Masidjo, 2006:9) antara lain munculnya perilaku seperti lesu, canggung, mudah teralihnya perhatian yang dapat mengganggu konsentrasi pikiran, sehingga dapat menurunkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan persentase siswa yang memilih jawaban perlu dan sangat perlu mencapai hasil 89%, di atas norma yang telah ditetapkan yaitu 56%. Pernyataan mengenai peran guru pembimbing di atas terdapat pada item nomor 5, 8, 14, 21, 28, 34, 39. Alasan siswa memilih peran ini antara lain karena: siswa menginginkan guru pembimbing yang mampu mene gaskan pentingnya berkonsentrasi agar siswa memusatkan perhatiannya pada saat pelajaran berlangsung dan bukan pada hal- hal lain yang menganggu perhatian siswa, siswa menginginkan guru pembimbing yang mampu mengingatkan siswa agar tidak menganggu teman lain dengan meminjam peralatan belajar di dalam kelas sebab dapat menganggu konsentrasi siswa lain.

6. Memberikan dorongan belajar

(66)
(67)

BAB V

RINGKASAN KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini disajikan ringkasan, kesimpulan dan saran. Bagian ringkasan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, metode penelitian. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari hasil penelitian. Bagian saran memuat saran bagi pihak sekolah terutama guru pembimbing dan peneliti lain yang berminat meneliti topik ini.

A.Ringkasan

Topik penelitian adalah peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Topik ini dipilih berdasarkan pertimbangan peran guru pembimbing merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat memperoleh prestasi belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki.

(68)

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 158 orang. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 16 November 2006 untuk ujicoba penelitian dan pada tanggal 14-16 Februari 2007 melakukan penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Item-item kuesioner ini sebagian disusun oleh peneliti dan sebagian dimodifikasi dari peran guru pembimbing dalam memotivasi siswa dalam belajar yang disusun oleh Thomas F. Staton (Sardiman, 2005:39-44). Instrumen tersebut terdiri dari enam peran, yaitu: 1) memberikan dorongan belajar, 2) menegaskan pentingnya berkonsentrasi, 3) mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar, 4) membantu siswa dalam memehami perumusan bahan pelajaran, 5) membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif, 6) membantu siswa mengelola waktu belajar, yang disusun dalam 17 indikator pernyataan dan dikembangkan menjadi 40 item pernyataan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah tabulasi data dan menghitung frekuensi jawaban pada setiap item. Selanjutnya menghitung besarnya persentase jawaban pada setiap alternative jawaban dan menyusun peringkat peran guru pembimbing berdasarkan besarnya persentase dari setiap indikator peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar.

(69)

belajar (94,4%); 4) membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran (93%); 5) menegaskan pentingnya berkonsentrasi (89%); 6) memberikan dorongan belajar (65%).

B.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan penelitian dan pembahasannya adalah sebagai berikut: peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa menurut siswa kelas II SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 sangat diperlukan dan dibutuhkan oleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase alternative jawaban perlu dan sangat perlu yang diperoleh. Analisis data menunjukkan hasil sebagai berikut; 1) mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar (96%); 2) membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif (95,2%); 3) membantu siswa mengelola waktu belajar (94,4%); 4) membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran (93%); 5) menegaskan pentingnya berkonsentrasi (89%); 6) memberikan dorongan belajar (65%). Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa di sekolah perlu ditingkatkan.

C.Saran

1. Bagi pihak sekolah

(70)

belajar maka hendaknya pihak sekolah menyediakan jam bimbingan di sekolah walaupun hanya dikhususkan untuk tingkat kelas tertentu saja misalnya khusus jam bimbingan untuk kelas VIII.

b. Sekolah perlu mengadakan seminar tentang pentingnya peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa di sekolah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran guru pembimbing bahwa mereka memiliki peran dalam memotivasi belajar siswa.

2. Bagi guru pembimbing

a. Mengingat di sekolah sejak semester dua tahun ajaran 2006/2007 tidak tersedia jam bimbingan dan konseling di kelas maka hendaknya guru pembimbing menyediakan waktu untuk memberikan layanan bimbingan termasuk bimbingan belajar maupun layanan bimbingan lainnya.

b. Guru pembimbing perlu mengadakan hubungan timbal balik atau bekerjasama dengan guru-guru di sekolah demi kemajuan belajar siswa.

3. Bagi peneliti lain

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Depdikbud. (1994). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Jakarta: Depdikbud.

Djamarah, S. (2000). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Furchan, Arif. (1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Hadi, Sutrisno. (1990). Analisis Butir Imstrumen Angket, Tes, dan Skala Nilai dengan BASICA. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Handoko, Martin. (1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius

Hurlock, Elisabeth. (1992). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kartono, Kartini. (1985). Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya. Jakarta: CV. Rajawali.

Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Mappiare, Andi. (1984). Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.

Masidjo, Ign. (2006). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Bina Dharma Mulia.

Nurihsan, Achmad Juntika & Sudianto, Akur. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP Kurikulum 2004. Jakarta: Grasindo.

Partowisatro, H. Koestoer. (1985). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah Jilid I. Jakarta: Erlangga.

(72)

Prayitno, Dkk. (1997). Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Pelayan Bimbingan dan Konseling Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama

Ridwan. (2004). Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sardiman. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sukardi, Dewa Ketut. (1983). Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Usaha Nasional: Surabaya-Indonesia.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan: Balai Pustaka.

(73)
(74)

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa kelas II SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta

Kata Pengantar

Pada kesempatan ini, saya memohon kesediaan Anda untuk menjawab pernyataan-pernyataan dalam kuesioner ini. Melalui kuesioner ini saya ingin memperoleh gambaran tentang peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar Anda sebagai siswa. Informasi yang Anda berikan dengan menjawab kuesioner ini akan digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar Anda. Hasil penelitian ini tidak berpengaruh pada nilai akademik.

Identitas

Jenis Kelamin : Kelas : Petunjuk:

1. Bacalah masing- masing pernyataan berikut dengan teliti. Kemudian tentukan seberapa perlu maksud dari pernyataan tersebut bagi Anda. Alternatif jawaban:

SP : Sangat Perlu P : Perlu

TP : Tidak Perlu STP : Sangat Tidak Perlu

(75)

lingkarilah jawaban tersebut, lalu berilah tanda centang (√ ) pada jawaban yang Anda anggap lebih sesuai dengan pengalaman Anda.

Contoh:

Pernyataan SP P TP STP

Guru pembimbing, membimbing dengan sikap ramah dan luwes

Keterangan:

Karena penjawab merasa “Sangat Perlu” terhadap hal ya ng dimaksudkan dengan pernyataan tersebut, maka penjawab memberikan tanda centang (√) pada alternatif jawaban “Sangat Perlu”.

(76)

No Pernyataan SP P TP STP 1 Guru pembimbing menyampaikan informasi

mengenai cara membagi waktu belajar agar siswa lebih efektif menggunakan waktu belajarnya 2 Guru pembimbing membangkitkan minat siswa

akan bahan pelajaran

3 Guru pembimbing menggunakan bahan-bahan bimbingan belajar yang mudah dimengerti oleh siswa

4 Guru pembimbing mendorong siswa untuk lebih giat belajar

5 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar memusatkan perhatiaanya pada pelajaran yang sedang dipelajari bukan pada hal- hal lain

6 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar mengamati dengan cermat guru yang

menerangkan mata pelajaran di depan kelas 7 Guru pembimbing menekankan bahwa belajar

adalah tanggung jawab siswa

8 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar dapat duduk tenang di dalam kelas sampai mata

pelajaran yang diajarkan selesai 9 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar

menulis dan meringkas materi pelajaran yang diterangkan guru di dalam kelas

10 Guru pembimbing menggunakan bahan-bahan bimbinga n belajar yang selalu baru agar menarik minat siswa untuk belajar

11 Guru pembimbing memberikan bimbingan tentang cara belajar agar siswa bisa menguasai materi pelajaran secara menyeluruh

12 Guru pembimbing mengingatkan siswa untuk membuat jadwal belajar agar teratur dalam belajar 13 Guru pembimbing membantu siswa untuk tidak

mengabaikan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru- guru di sekolah

14 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar di atas meja belajar hanya ada buku pelajaran yang sedang dipelajari

15 Guru pembimbing membantu siswa agar berani mengemukakan pendapat di depan kelas tanpa merasa takut di ejek oleh teman sekelas

16 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar mendengarkan penjelasan guru dengan baik

(77)

sesuai dengan kemampuan masing- masing siswanya

18 Guru pembimbing memberikan bimbingan belajar agar siswa tahu manfaat setiap mata pelajaran yang dipelajarinya

19 Guru pembimbing mengingatkan siswa supaya mau mengulangi setiap mata pelajaran yang sedang dipelajarinya

20 Guru pembimbing membantu siswa agar tidak merasa malu mengungkapkan kesulitan belajar yang mereka alami

21 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar menyingkirkan benda-benda atau buku-buku lain yang dapat menganggu konsentrasi belajar 22 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar

memfokuskan pikirannya sewaktu guru menerangkan materi pelajaran di dalam kelas 23 Guru pembimbing mengolah bahan-bahan

bimbingan belajar terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada siswa

24 Guru pembimbing membantu siswa agar mampu merumuskan materi pelajaran yang dipelajarinya dengan bahasanya sendiri

25 Guru pembimbing menegur siswa tanpa melukai perasaannya jika ada siswa yang kurang kuat semangat belajarnya

26 Guru pembimbing mendorong siswa untuk melaksanakan jadwal belajarnya

27 Guru pembimbing menghargai setiap usaha belajar siswa

28 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar melengkapi perlengkapan belajarnya sendiri 29 Guru pembimbing selalu mengingatkan siswa

tentang pentingnya menjaga kesehatan supaya dapat belajar dengan optimal

30 Guru pembimbing memberikan bahan bimbingan secara teratur sehingga tidak menimbulkan kebingunggan bagi siswa

31 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar membuat kesimpulan dari setiap mata pelajaran yang dipelajarinya

32 Guru pembimbing mengingatkan siswa belajar supaya siswa tidak mudah lupa terhadap pelajaran yang telah dipelajarinya

Gambar

Tabel 1. Data Siswa Kelas II SMP Taman Dewasa Jetis,
Tabel 2. Kisi-Kisi Koesioner
Tabel 3. Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas
Tabel 4. Tabulasi Hasil Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

kain sutra, elektron dari gelas berpindah ke kain sehingga batang gelas bermuatan positif dan menarik balon konduktor yang bermuatan negatif (demo). • Jika batang gelas digosok

Untuk mengatasinya digunakan alat yang memakai prinsip pantulan dari cermin, dimana perubahan posisi cermin yang sangat kecil ( akibat perpanjangan batang) menyebabkan

Bagian Isi terdiri dari beberapa bab yakni: (Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah

Oleh karena itu Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kerentanan kawasan permukiman padat terhadap bencana kebakaran di Kecamatan Tambora dengan menganalisis

Bila dilhat dari ketiga perlakuan ini (D, I dan J) dosis pupuk yang diberikan adalah sama, yang berbeda adalah cara pengairannya, dengan demikian K-total pada

Selama tahun 2008-2009, dari keseluruhan angkatan kerja di Kota Tasikmalaya sekitar 7,70 persennya adalah tenaga kerja di sektor pertanian (BPS Kota Tasikmalaya,

Penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulannya bahwa sejauh ini Koperasi Mitra Persada Sentosa Semarang masih menggunakan manual, sehingga penyusunan

Dalam perancangan dan pembangunan aplikasi, penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada aplikasi yang dibangun maka dari itu penulis memberikan saran yang