• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20122013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20122013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimb"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN

DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

   

Disusun Oleh:

Dian Setianingsih

NIM : 081114033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN

DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

   

Disusun Oleh:

Dian Setianingsih

NIM : 081114033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

   

(4)

   

(5)

MOTO

Hidup Manusia Penuh Perjuangan

(makna Q.S Al-Balad)

“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata

kepadanya “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

(Q.S YASIN, Ayat 82)

PERSEMBAHAN

Supini S.Pd., ibunda tercinta

Agus, ayah ku tersayang

Nisa, Iqbal adik-adikku yang aku banggakan

Serda Eka Putra, yang aku kasihi

(6)

   

(7)

   

(8)

ABSTRAK

DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN

DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh: Dian Setianingsih Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta 2013

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) memperoleh gambaran tentang persepsi siswa terhadap pendampingan belajar di rumah yang dilakukan orang tua, (2) mengidentifikasi butir-butir pendampingan belajar di rumah yang belum optimal dilakukan orang tua.

Instrumen penelitian yang dipakai adalah Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah dengan jumlah item 34. Subyek penelitian adalah para siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 sejumlah 137 siswa. Validitas instrumen diperiksa dengan pendekatan pertimbangan pakar dan dilanjutkan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment guna pemeriksaan konsistensi internal item – total aspek dengan menggunakan program SPSS. Reliabilitas instrumen diperiksa dengan menggunakan pendekatan teknik belah dua gasal-genap (split-half). Hasil perhitungan reliabilitas 0,94, kemudian dikonsultasikan ke kriteria Guilford dan disimpulkan masuk dalam kategori sangat tinggi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di rumah. Kategori disusun berdasarkan distribusi normal dengan model kategorisasi jenjang (ordinal) sangat optimal, optimal, cukup optimal, kurang optimal, dan tidak optimal.

Hasil penelitian adalah (1) pendampingan orang tua dalam belajar di rumah pada siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 bergradasi sebagai berikut: 17,52% siswa berpersepsi bahwa pendampingan orang tua dalam belajar di rumah sangat optimal, 52,55% siswa berpersepsi optimal, 27,74% siswa berpersepsi cukup optimal, 2,19% siswa berpersepsi kurang optimal dan tidak ada siswa yang berpersepsi tidak optimal sehingga disimpulkan bahwa pendampingan orang tua dalam belajar di rumah pada siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 masuk dalam kategori optimal. (2) ada 2,94% butir pendampingan orang tua dalam belajar yang tingkat pencapaiannya masih berada pada kategori rendah. Sebanyak 26,47% butir masuk dalam kategori sedang, 52,94% butir masuk dalam kategori tinggi, dan 17,65% butir masuk pada kategori sangat tinggi. Demikian butir yang masuk dalam kategori rendah dapat digunakan sebagai dasar penyusunan topik-topik layanan konsultasi.

(9)

ABSTRACT

DESCRIPTION OF STUDENTS’ PERCEPTION ON PARENTAL MENTORING IN LEARNING AT HOME OF THE SEVENTH GRADE

STUDENTS AT SMP TAMAN DEWASA JETIS YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR

By: Dian Setianingsih Sanata Dharma University,

Yogyakarta 2013

This study is a descriptive research. This research aims to (1)describe the students’ perception on parental mentoring in learning at home, (2)identifythe items of learning mentoring at home which are not optimal.

The reasearch instrument used is question are of students’ perception on parental mentoring in learning at home which consists of 34 items. The subject of this research is all seventh grade students at SMP Taman Dewasa Jetis

Yogyakarta in 2012/2013 academic year which consists of 137 students. The validity of the instrumentis measured by expert judgment approachandis continued with correlation analysis of Pearson product moment in order to examine the internal consistency of items –total aspects of using SPSS. The reliability of the instrumentis examined by using atechnique of two odd-even split (split-half). The calculation result of the reliability is 0.94, which is then consulted to Guilford criteria and is concluded in very high category. The technique of data analysis used is by categorizing students’ perception on parental mentoring in learning at home. The categoryis based on a normal distribution with the model of categorization level (ordinal), i.e.very optimal, optimal, average optimal, less optimal, and not optimal.

The results of the study show that: (1)The parental mentoring in learning at home of the seventh grade students at SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakartain 2012/2013 academic year is graded as follows: 17.52% students have perception that parental monitoring in learning at home is very optimal, 52.55% students have perception that parental monitoring in learning at home is optimal, 27.74% students have perception that parental monitoring in learning at home is average optimal, 2.19% students have perception that parental monitoring in learning at home is less optimal and no students have perception that parental monitoring in learning at home is not optimal. Thus, it can be concluded that parental mentoring in learning at home of the seventh grade students at SMP Taman Dewasa Jetis

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat yang

dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini selesai karena adanya bimbingan,

arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku kaprodi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus selaku dosen

pembimbing yang penuh kesabaran dan ketelitian membimbing penulis

dari awal sampai selesainya skripsi.

2. A. Setyandari, S. Pd., S. Psi., Psi., M. A., selaku wakaprodi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si.,

terimakasih untuk ilmu konselingnya. Dra. Retno Priyani, M. Si.,

terimakasih untuk ilmu perkembangannya, Dr. H. Dj. Sinurat, M. A.,

terimakasih untuk ilmu logika dan komunikasinya, Ag. Kristina Indah M.,

S.Pd., M. A. terimakasih untuk ilmu konseling kelompoknya, dan Mas

Moko terimakasih untuk bantuan membuatkan surat-surat yang penulis

perlukan.

4. Kristiyani S. Pd., selaku kepala sekolah SMP Taman Dewasa Jetis

Yogyakarta.

5. Musi Giri Astuti S.Pd., selaku koordinator BK SMP Taman Dewasa Jetis

Yogyakarta, Dra. Rina Dwi dan Sumartini S.Pd., selaku staf BK SMP

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... . v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGANAKADEMIK... vi

ABSTRAK... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Belajar ... . 7

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 8

a. Faktor-faktor Intern ... 9

b. Faktor-faktor Ekstern ... 12

(13)

a. Motivasi ... 17

4. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP ... 21

B. Pendampingan Orang Tua dan Peranan Orang Tua ... 23

1. Pendampingan Orang Tua ... 23

a. Hal-hal yang Sebaiknya Dihindari Orang Tua dalam Mendampingi Anak Belajar ... 26

b. Hal-hal yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua dalam Mendampingi Anak Belajar ... 29

2. Peranan Orang Tua dalam Pendampingan Belajar Anak ... 32

C. Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar ... 34

1. Tujuan Bimbingan Belajar ... 35

2. Materi Umum Layanan Pembelajaran dalam Bimbingan Belajar ... 35

a. Peningkatan Motivasi Belajar ... 36

b. Peningkatan Keterampilan Belajar ... 36

c. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik ... 37

D. Layanan Konsultasi Orang Tua ... 38

1. Tujuan Layanan Konsultasi ... 38

2. Model Layanan Konsultasi ... 39

3. Materi/Bahan-bahan Konsultasi dengan Orang Tua... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44

B. Subjek Penelitian ... 45

C. Instrumen Penelitian ... 45

1. Kuesioner ... 45

2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 47

a. Validitas ... 47

b. Reliabilitas Kuesioner ... 49

3. Pengembangan Instrumen ... 50

D. Prosedur Penelitian dan Analisis Data ... 54

1. Persiapan dan Pelaksanaan ... 54

(14)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah ... 58

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

C.Usulan Topik-topik Layanan Konsultasi ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 68

B.Saran ... 68

1. Orang Tua ... 68

2. Guru Pembimbing ... 69

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Subjek Penelitian Setiap Kelas ... 45

Tabel 2 : Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Pendampingan Orang

Tua dalam Belajar di Rumah ... 47

Tabel 3 : Kriteria Guilford ... 50

Tabel 4 : Hasil Revisi Kuesioner Berdasarkan Telaah Ahli (Expert Judgement)..52 Tabel 5 : Kategori Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah... 56

Tabel 6 : Capaian Butir Kuesioner Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di

Rumah ... 57

Tabel 7 : Distribusi Skor Persepsi Siswa Terhadap Pendampingan Orang Tua

dalam Belajar di Rumah ... 59

Tabel 8 : Distribusi Skor Butir Kuesioner Pendampingan Orang Tua dalam

Belajar di Rumah ... 61

Tabel 9 : Butir Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah (Kategori

Rendah) ... 61

Tabel 10 : Usulan Topik-topik Layanan Konsultasi Berdasarkan Butir

Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah

(16)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Profil Capaian Skor Persepsi Siswa Terhadap Pendampingan

Orang Tua dalam Belajar di Rumah... 60

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Persepsi Siswa Pendampingan Orang Tua dalam Belajar

di Rumah... 70

Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas Butir Instrumen... 73

Lampiran 3 : Hasil Uji Reliabilitas... 77

Lampiran 4 : Tabulasi Data Penelitian... 78

Lampiran 5 : Usulan Topik-topil Layanan Konsultasi... 79

Lampiran 6 : Surat Ijin Uji Coba Alat Penelitian... 85

Lampiran 7 : Surat Ijin Penelitian... 86

(18)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Orang tua pada zaman modern ini banyak yang memilih untuk bekerja,

sehingga waktunya berkurang dalam mengurusi anak di rumah yang

memerlukan pendampingan untuk belajar. Namun kebanyakan orang tua lebih

memilih sibuk dengan pekerjaan untuk mencari uang sehingga terkadang

mengabaikan kewajibannya sebagai orang tua untuk mendampingi anaknya

belajar. Pendampingan anak dibutuhkan untuk membangun motivasi belajar

anak, memperhatikan kesulitan anak dalam belajar, dan menyediakan

kebutuhan-kebutuhan belajar anak, semua ini adalah tantangan yang harus

dilakukan para orang tua. Bagi anak, pendampingan orang tua adalah pemicu

motivasi terbesar yang tidak dapat digantikan oleh apa pun. Orang tua harus

dapat meluangkan waktunya sejenak untuk mendampingi anaknya ketika

belajar di rumah, mendampingi anaknya mempersiapkan keperluan sekolah

dan lain-lain. Dengan begitu anak bisa termotivasi untuk belajar lebih baik.

Menurut Almas Akbar (2011) keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama untuk menyalurkan pengetahuan. Peranan keluarga, terutama kedua

orang tua sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kedua

(19)

perkembangan anak. Orang tua diharapkan mampu membimbing anak dan

mengerti keadaan jiwanya, mengetahui apa yang sedang dirasakannya, apa

yang diinginkannya sehingga sang anak mampu tumbuh dan berkembang

secara optimal. Pengawasan dan bimbingan orang tua di rumah mutlak

diperlukan karena dengan adanya pengawasan dan bimbingan, orang tua dapat

mengawasi dan dapat mengetahui segala kekurangan dan kesulitan anak dalam

belajarnya. Orang tua berperan besar dalam mendidik, memberikan

bimbingan, dan menyediakan sarana belajar serta memberi teladan pada anak

sesuai dengan nilai moral yang berlaku.  

Penulis prihatin terhadap adanya gejala semakin banyak siswa yang malas

belajar karena kurangnya motivasi dalam belajar di rumah. Situasi ini tidak

terlepas dari pengaruh zaman yang semakin maju, yang menawarkan banyak

hiburan atau kegiatan lain di luar belajar sehingga kebanyakan siswa kurang

memprioritaskan kegiatan belajar di rumah. Kegiatan belajar memang dapat

dilakukan di luar sekolah maupun di dalam sekolah. Untuk sukses belajar di

kedua tempat itu, siswa membutuhkan pendampingan orang tua dan guru agar

dapat menumbuhkan motivasi belajar. Sumber motivasi belajar dapat berasal

dari dalam diri siswa sendiri, akan tetapi dapat juga berasal dari luar dirinya

terutama berupa pendampingan dari orang tua. Pendampingan orang tua yang

dapat membangun motivasi siswa dalam belajar, misalnya: menemani siswa

pada saat belajar di rumah, membelikan buku yang mendukung untuk belajar,

(20)

Pendampingan dari orang tua dalam belajar berperan sangat besar dalam

proses belajar anak untuk mendapat hasil belajar yang maksimal.

Berdasarkan pengalaman penulis pada saat melakukan PPL, ketika sedang

melakukan konseling, ada beberapa siswa yang memiliki masalah belajar di

rumah. Masalah itu timbul akibat tidak adanya pendampingan dari orang tua

pada saat belajar. Pada saat proses konseling, siswa mengungkapkan bahwa

saat belajar ia tidak pernah ditemani oleh kedua orang tua karena orang tuanya

sibuk bekerja. Orang tua hanya memberikan fasilitas yang mendukung belajar

siswa, misalnya: komputer dan buku-buku yang dibutuhkan. Namun untuk

siswa, itu tidak cukup, siswa membutuhkan pendampingan dari orang tua

dalam belajar di rumah karena ketika mengalami kesulitan, siswa bisa

bertanya kepada orang yang mendampingi. Lain halnya jika siswa belajar

tidak didampingi oleh orang tua, siswa dapat mengalami kesulitan ketika ada

pelajaran yang belum dipahami.

Dari pengalaman tersebut penulis terinspirasi untuk meneliti “Deskripsi

Persepsi Siswa tehadap Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah

pada Kelas VII SMP Taman Dewasa Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa optimalkah pendampingan orang tua dalam belajar di rumah

(21)

2. Berdasarkan hasil analisis butir instrumen persepsi siswa terhadap

pendampingan orang tua dalam belajar di rumah, topik-topik apakah

yang implikaktif diusulkan dalam penyusunan bahan pelatihan atau

bahan konsultasi dalam layanan konsultasi orang tua pada siswa kelas

VII SMP Taman Dewasa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran tentang persepsi siswa terhadap pendampingan

belajar di rumah yang dilakukan orang tua.

2. Mengidentifikasi butir-butir pendampingan belajar di rumah yang

belum optimal dilakukan orang tua.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat disumbangkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan sumbangan bagi peningkatan wawasan

tentang persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar

siswa di rumah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

(22)

implikatif dalam rangka memberikan layanan konsultasi kepada

orang tua siswa untuk melakukan pendampingan belajar di rumah.

b. Orang Tua

Orang tua semakin mengetahui poin-poin pendampingan

dalam belajar siswa di rumah yang masih perlu ditingkatkan.

c. Peneliti

Melalui pengalaman langsung dalam meneliti, peneliti dapat

mengetahui permasalahan nyata kurangnya pendampingan orang

tua dalam belajar di rumah .

d. Peneliti lain

Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadikan

inspirasi untuk melakukan penelitian-penelitian yang semakin luas

mengenai pendampingan orang tua dalam belajar di rumah.

E. Definisi Operasional Variabel 1. Persepsi

Persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam

memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan

menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan

(23)

2. Pendampingan orang tua

Pendampingan orang tua yang dimaksud adalah peran orang tua

dalam memberikan bantuan, misalnya: menemani anak belajar,

membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan lain-lain.

3. Belajar di rumah

Serangkaian proses yang dilakukan individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman interaksi

dengan lingkungannya melalui praktek dan latihan.

Persepi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di

rumah, yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penilaian,

kesan, pendapat siswa tentang peran orang tua dalam memberikan

bantuan kepada anak agar semakin maksimal dengan cara melakukan

pendampingan anak dalam belajar di rumah. Ada pun beberapa hal

yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam membantu belajar anak

yaitu: menyediakan fasilitas belajar, mengawasi kegiatan dan

penggunaan waktu belajar di rumah, mengawasi kesulitan-kesulitan

anak dalam belajar di rumah, dan menolong anak dalam mengatasi

kesulitan belajar di rumah, sebagaimana aspek-aspek dan indikatornya

(24)

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini dipaparkan kajian teoritis yang berkaitan dengan

masalah penelitian. Topik-topik dalam bab ini adalah, persepsi, belajar,

pendampingan orang tua dan peranan orang tua, layanan bimbingan dan

konseling, layanan konsultasi.

A. Persepsi

Menurut Matlin dan Solso (Suharnan 2005:2), persepsi adalah suatu

proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan di

dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi

stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga,

dan hidung. Secara singkat dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan

suatu proses menginterpretasikan atau menafsirkan informasi yang

diperoleh melalui sistem alat indera manusia.

Hasil persepsi seseorang mengenai sesuatu objek di samping

dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri, juga pengetahuan

seseorang mengenai objek itu. Dengan demikian, suatu objek dapat

dipersepsika berbeda oleh dua orang, (Suharnan:2005). Persepsi adalah

kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan,

dan sebagainya itu yang selanjutnya diinterpretasikan, (Sarwono, 2009 :

(25)

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. namun, proses itu

tidak terhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan

proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses persepsi tidak dapat

lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan

proses pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan akan

berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui

alat indera, yaitu melalui mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai

alat pendengar, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat

pengecapan, kulit pada telapak tangan sebagai alat perabaan; yang

kesemuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima

stimulus dari luar individu, (Walgito, 2010 : 99-100).

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya

sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang

integrated dalam diri individu.

B. Hakikat Belajar 1. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (Djamarah 2008:13), belajar adalah suatu proses

(26)

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Djamarah (2008:13), belajar adalah serangkaian kegiatan

jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Kingsley

(Ahmadi dan Supriyono 2008:127), belajar adalah proses di mana

tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek

atau latihan. Menurut Syah (2009:63), belajar adalah kegiatan yang

berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Jadi dapat disimpulkan belajar adalah serangkaian proses yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya melalui

praktek dan latihan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

peserta didik meliputi dua faktor, yakni sebagai berikut:

a. Faktor-faktor Intern

1) Faktor Jasmaniah

a) Faktor kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap

(27)

kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat

lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika

badannya lemah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik,

ia haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap

terjamin dengan cara selalu mengindahkan

ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, tidur, makan, rekreasi

dan olah raga.

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu keadaan fisik yang

menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya fungsi

bagian tertentu dari tubuh. Keadaan cacat tubuh juga

mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat tubuh, belajarnya

juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar

pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat

bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh

kecacatannya.

2) Faktor Psikologis

a) Intelegensi

Intelegensi memiliki pengaruh yang besar terhadap

kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang

mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih

berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang

(28)

intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam

belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu

proses yang kompleks dengan banyak faktor yang

mempengaruhinya.

b) Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka

siswa harus mempunyai perhatian terhadap pelajaran yang

dipelajarinya, jika pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,

maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka

belajar.

c) Minat

Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar,

karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai

dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar

sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan

untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran

itu. Bahan yang menarik minat siswa, lebih mudah

dipelajari dan disimpan, karena minat dapat menambah

kegiatan belajar.

d) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau

reaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan

(29)

melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan

dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah

memiliki kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

b. Faktor-faktor Ekstern

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,

suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga.

a) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap

belajar anak. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan

dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan

dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.

Melihat pernyataan di atas, dapatlah dipahami betapa pentingnya

peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua

mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap cara belajarnya.

Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan

anaknya, tampak dari mereka acuh tak acuh terhadap belajar anak,

tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan

kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu

(30)

b) Relasi anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang

tua dengan anaknya. Selain itu, relasi anak dengan saudaranya atau

dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar

anak. Sebetulnya pengaruh antaranggota keluarga ini erat

hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Relasi orang tua dan

anak yang kurang baik akan menyebabkan perkembangan anak

terhambat, belajarnya terganggu, dan bahkan akan menimbulkan

masalah-masalah psikologis lainnya.

Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan

relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah

hubungan yang penuh kasih sayang, disertai dengan pendampingan

orang tua dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan

belajar anak.

c) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian

yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar.

Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak

termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan

semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar.

(31)

pertengkaran antar anggota keluarga menyebabkan anak bosan di

rumah, suka keluar rumah (ngluyur), akibatnya belajarnya kacau. d) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.

Anak yang sedang belajar, selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya,

misal: makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga

membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,

penerang, alat tulis menulis, buku-buku, dan lain-lain. Fasilitas belajar

itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga memiliki cukup uang.

e) Pengertian orang tua

Anak yang belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila

anak sedang belajar, jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.

Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib

memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin

kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru

anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

f) Latar belakang kebudayaan

Tigkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi

sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan

(32)

2) Faktor Sekolah

a) Metode mengajar

Metode mengajar yang dipergunakan guru yang kurang baik akan

mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar

yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang

persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru

tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan

terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang

senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas

belajar.

b) Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena

alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai

pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat

pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan

bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah

menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi

lebih giat dan lebih maju.

c) Waktu sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di

sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore/malam hari. Waktu

sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika siswa terpaksa masuk

(33)

optimal karena siswa seharusnya beristirahat pada sore hari tetapi

terpaksa masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran

sambil mengantuk, dan sebagainya. Sebaliknya siswa belajar di pagi

hari, pikiran masih segar, jasmani dan kondisi dalam keadaan baik.

Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah,

misalnya pada siang hari, ia akan mengalami kesulitan di dalam

menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena sukar

berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang lelah. Jadi

memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang

positif terhadap belajar.

3) Faktor Masyarakat

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap

perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam

kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi,

kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan

terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktuya.

b) Teman bergaul

Teman bergaul yang tidak baik, misalnya yang suka begadang,

keluyuran, pecandu rokok, film, minum-minuman, lebih-lebih lagi

teman bergaul lawan jenis yang amoral, pejinah, pemabuk dan

lain-lain, pastilah akan menyeret siswa ke ambang bahaya dan pastilah

(34)

Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan

agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan

pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik

harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tapi juga jangan terlalu

lengah).

c) Mass media

Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap

siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek

juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Jika tidak ada kontrol dan

pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik), pastilah semangat

belajarnya menurun dan bahkan mundur sama sekali. Maka perlulah

kiranya siswa mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana

dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan

masyarakat.

3. Faktor-faktor yang Mendukung Belajar

a. Motivasi

Motivasi belajar dibedakan dalam dua macam, yaitu motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kedua motivasi belajar ini ada pada diri

siswa dan memberikan dukungan dalam proses belajar siswa.

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang oleh faktor-faktor dari luar,

(35)

melakukan sesuatu (Sardiman, 2011:89). Kemudian kalau dilihat

dari segi tujuan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya (misalnya

kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini

adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan

belajar itu sendiri.

Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik di dalam

dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang

tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang

memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar.

Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran positif, bahwa semua

mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat

berguna kini dan di masa mendatang.

Peserta didik yang memiliki minat yang tinggi untuk

mempelajari suatu pelajaran, maka ia akan mempelajarinya dalam

jangka waktu tertentu. Peserta didik itu dapat dikatakan memiliki

motivasi untuk belajar. Motivasi muncul karena ia membutuhkan

sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan

dengan kebutuhan peserta didik yang memunculkan kesadaran untuk

melakukan aktivitas belajar. Oleh karena itu, minat adalah

kesadaraan seseorang, atau suatu situasi yang ada sangkut paut

dengan diri peserta didik.

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tujuannya sesuai

(36)

didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam

pelajaran itu. Peserta didik termotivasi untuk belajar semata-mata

untuk menguasai nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran,

bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai

yang tinggi, atau hadih dan sebagainya.

Perlu ditegaskan, bahwa peserta didik yang memiliki

motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang

berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu.

Gemar belajar adalah aktivitas yang tak pernah sepi dari kegiatan

anak didik yang memiliki motivasi intrinsik. Dan memang diakui

oleh semua pihak, bahwa belajar adalah suatu cara untuk

mendapatkan sejumlah pengetahuan. Belajar bisa dikonotasikan

dengan membaca. Dengan begitu, membaca adalah pintu gerbang ke

lautan ilmu pengetahuan. Kreativitas membaca adalah inovasi dalam

pembinaan pribadi yang lebih baik. Tidak ada seorang pun yang

berilmu tanpa melakukan aktivitas membaca. Evolusi pemikiran

manusia yang semakin maju dalam rentangan masa tertentu karena

membaca, yang hal itu tidak terlepas dari masalah motivasi sebagai

pendorongnnya, yang berhubungan dengan kebutuhan untuk maju,

berilmu pengetahuan.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

(37)

bukan karena belajar sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang

baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari tujuan

kegiatan yang dilakukannya, secara tidak langsung bergayut dengan

esensi apa yang dilakukannya (Sardiman, 2011:91).

Menurut Sardiman (2011), motivasi ekstrinsik juga dapat

dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas

belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang

tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Bukan berari

motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan

belajar-mengajar tetap penting. Kemungkinan siswa itu dinamis,

berubah-ubah, dan juga komponen-komponen lain dalam proses

belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi peserta didik,

sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak

diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik

diperlukan agar peserta didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa

dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang

berhasil mengajar adalah guru yang dapat membangkitkan minat

peserta didik dalam berbagai bentuk. Kesalahan bentuk-bentuk

motivasi ekstrinsik akan merugikan peserta didik. Akibatnya,

motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi

menjadikan peserta didik malas belajar. Karena itu, guru harus bisa

(38)

dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi edukatif di

kelas.

Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi

ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik

perhatian peserta didik atau sikap tertentu pada guru atau orang tua.

baik motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik

yang negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perilaku sikap

peserta didik. Diakui, angka, ijazah, pujian, hadiah, dan sebagainya

berpengaruh positif dengan merangsang peserta didik untuk giat

belajar. Sedang ejekan, celaan, hukuman yang menghina, sindiran

kasar, dan sebagainya berpengaruh negatif dan renggangnya

hubungan guru dengan peserta didik. Jadilah guru sebagai orang

yang dibenci oleh anak didik. Efek pengiringnya, mata pelajaran

yang dipegang guru itu tak disukai oleh peserta didik.

4. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP

Usia siswa SMP termasuk dalam usia masa remaja. Pada masa

remaja ini siswa mengalami banyak perubahan termasuk dalam hal

belajar. Menurut Hurlock (1980), Para remaja yang kurang berminat

pada pendidikan biasanya menunjukkan ketidaksenangannya ini dalam

cara-cara berikut. Mereka menjadi orang yang berprestasi rendah;

bekerja di bawah kemampuan dalam setiap mata pelajaran atau dalam

mata pelajaran yang tidak disukai. Ada yang membolos dan berusaha

(39)

waktunya. Ada yang berhenti sekolah setelah duduk di kelas terakhir

tanpa merasa perlu memperoleh ijazah.

Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan

keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan

sosial. Namun, hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan

keterampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang aktif

dalam berbagai aktivitas ekstra kurikuler menguasai praktek demikian

namun mereka tidak aktif karena harus bekerja setelah sekolah atau

tidak diterima oleh teman-teman. Sekolah dan pendidikan tinggi juga

mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai

dewasa; orang tua berperan banyak dalam hal ini. Namun apabila

nilai-nilai dewasa bertentangan dengan nilai-nilai-nilai-nilai teman sebaya, maka

remaja harus memilih yang terakhir bila mengharapkan dukungan

teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka.

Erat hubungannya deangan masalah pengembangan nilai-nilai yang

selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan dimasuki, adalah

tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab.

Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-teman sebaya, tetapi

hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa

dianggap tidak bertanggung jawab. Misalnya, kalau menghadapi

masalah menolong atau menipu teman dalam ujian, maka remaja harus

(40)

C. Pendampingan Orang tua dan Peranan Orang tua 1. Pendampingan Orang tua

Menurut Emmy (2008:37) Peran orang tua dalam memberikan

pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya memang tidak perlu

diragukan lagi. Banyak peran orang tua dalam mendukung pendidikan

anak-anaknya, salah satunya adalah melakukan pendampingan terhadap

anak dalam belajar di rumah. Pendampingan yang dapat dilakukan

orang tua terhadap anak misalnya dengan cara: menyiapkan hari

pertama sekolah, mendampingi anak belajar, menjaga kesehatan anak,

memberi perhatian, membatu anak ketika mengalami kesulitan belajar.

Menurut Akbar (2011), dalam kegiatan belajar diperlukan adanya

pendampingan dari orang tua dan orang lain agar siswa semangat

dalam belajarnya. Peranan keluarga terutama kedua orang tua sangat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua

merupakan orang pertama dan utama yang mampu, serta berhak

menolong keturunannya dan mendidik anaknya. Orang tua besar

peranan dalam keluarga untuk menciptakan ikatan emosianal dengan

anaknya, menciptakan suasana aman di rumah sehingga rumah

merupakan tempat anak untuk kembali, menjadi contoh bagi anaknya,

memberikan disiplin dan memperbaiki tingkah laku anak, menciptakan

jaringan komunikasi diantara anggota keluarga.

Pengawasan dan bimbingan orang tua di rumah mutlak diperlukan

(41)

mengetahui segala kekurangan dan kesulitan anak dalam belajarnya.

Orang tua berperan besar dalam mengajar, mendidik, memberikan

bimbingan, dan menyediakan sarana belajar serta memberi teladan pada

anak sesuai dengan nilai moral yang berlaku atau tingkah laku yang

perlu dihindari. Pendampingan dari orang tua dapat juga berperan

sebagai cara untuk meningkatkan disiplin belajar. Anak belajar

memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung

jawab belajar tumbuh dalam diri anak.

Pendampingan yang diberikan oleh orang tua di rumah dapat

meningkatkan motivasi belajar anak selain bimbingan dari seorang guru

dari la belajar, dengan motivasi yang kuat seseorang sanggup bekerja

ekstra keras dalam pencapaian sesuatu. Motivasi belajar yang baik

diharapkan timbul dari dalam diri anak.

Menurut Nio bimbingan belajar yang dimiliki meliputi; "Mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah; mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar; menolong mengatasi kesulitan anak dalam belajarnya" (Akbar:2011).

Akbar (2011) menegaskan bahwa “Proses belajar anak perlu

melibatkan peran pendampingan orang tua, karena anak masih dalam

area tanggung jawab dan pemeliharaan orang tua. Dalam proses ini

kedudukan orang tua sangat vital karena tugas orang tua salah satunya

adalah sebagai alat kontrol terhadap putra-putrinya. Jika suatu masalah

muncul pada si anak, maka kesalahan bukan terutama pada si anak saja

tetapi orang tua turut terlibat di dalamnya. Anak bukanlah orang dewasa

(42)

dalam prosentasi berkaitan dengan hak memilih, maka bayi masih 100

% dibawah pengawasan orang tua, anak berada pada 75 % pengawasan,

remaja 50 %, dewasa awal 75 % (usia mahasiswa) dan dewasa matang

memiliki 100 % kebebasan memilih. Oleh karena itu orang tua perlu

terlibat dalam proses belajar anak”.

Menurut Akbar (2011), kesalahan yang sering ditemui pada orang

tua adalah menyerahkan tanggung jawab penuh pendidikan anak pada

guru di sekolah, sehingga jika anak mengalami hambatan, seringkali

yang dipersalahkan adalah guru sekolahnya. Guru hanya memiliki 25 %

waktu bersama dengan anak, sedangkan 75 % sisanya adalah peran

orang tua (keluarga). Selain itu, jika melihat sistem pendidikan saat ini

seperti yang telah tersebut di atas, maka orang tua tidak bisa bergantung

penuh pada pendidikan formal. Oleh karena itu perlu pendidikan

pendampingan terhadap proses belajar. Di sinilah peran orang tua dalam

pendampingan proses belajar anak.

Fungsi pendampingan tersebut bukan bermaksud untuk

meniadakan hal-hal yang telah diperoleh anak dalam pendidikan

formal, namun mendukung dan memberikan nilai kepuasan psikologis

pada si anak sehingga anak lebih senang belajar, tidak mengalami

kejenuhan dan meminimalkan gangguan-gangguan belajar yang bisa

muncul di kemudian hari.

Peranan orang tua sangat vital dalam mendampingi anak-anaknya

(43)

tumbuh dan berkembangnya seorang anak. Adanya pendampingan yang

dilakukan oleh orang tua kepada putra-putrinya dalam melakukan

kegiatan belajar di rumah akan berpengaruh terhadap tingkah laku yang

mengarah kepada kedisiplinan dalam belajar. Motivasi yang diberikan

kepada anak hendaknya mengarah pada peningkatan motivasi yang kuat

untuk mengikuti kegiatan pendidikan. Situasi ini dapat tercipta apabila

terjadi ikatan emosional antara orang tua dengan anaknya. Suasana

rumah yang aman membantu anak untuk mengembangkan dirinya

untuk menuju masa depan.

Ibrahim (2012), mencatat beberapa hal yang harus dihindari dan

dilakukan para orang tua dalam membimbing anaknya belajar.

a. Hal-hal yang Sebaiknya Dihindari Orang Tua dalam

Mendampingi Anak Belajar

1) Hindari Cinta Bersyarat pada Anak

Cinta bersyarat ini biasanya digunakan para orang

tua untuk mengendalikan anak-anak mereka. Ketika anak

meraka berhasil, mereka akan mengganjar keberhasilan

tersebut dengan memberikan cinta mereka secara bebas

bahkan bisa diekspresikan dalam bentuk pelukan dan

ciuman. Tapi ketika anak mereka gagal. Mereka akan

menghukum anak mereka sebagai luapan rasa kekecewaan.

(44)

bahwa mereka akan dicintai oleh orang tua atau semua

orang lain, hanya jika sudah berhasil.

2) Cinta Iming-Iming

Cinta iming-iming merupakan cinta bersyarat yang

lebih menyakitkan, dimana cinta yang diberikan oleh orang

tua ini, bukan cinta yang menghargai seorang anak dalam

mencapai kesuksesan dalam prestasi belajar.

3) Pengharapan Orang Tua yang Tidak Sehat

Dalam hal ini orang tua haruslah mengerti benar apa

itu target dan pengharapan. Target merupakan tujuan yang

bisa atau tidak bisa dicapai oleh anak-anak. Ketika target

tercapai anak-anak mereka sangat senang karena

keberhasilan mereka bukan sesuatu yang pasti. Ketika

target tidak tercapai, anak-anak merasa agak kecewa, tapi

biasanya mereka puas dengan kemajuan yang berhasil

mereka lakukan.

Pengharapan adalah asumsi bahwa sesuatu akan

tercapai. Sebuah kesalahan yang patut disayangkan yang

banyak dilakukan orang tua, adalah membuat penghargaan

yang berbeda diluar kemampuan seorang anak. Tentunnya

pengharapan yang seperti ini akan merusak anak-anak jika

(45)

4) Pujian dan Hukuman yang Tidak Sehat

Sebagai orang tua, hendaknya mampu memilih dan

memilah pujian dan hukuman terhadap prestasi belajar

anak. Seorang anak yang dipuji kepandaiannya, bukan

usahanya, akan menjadi terlalu terpusat pada hasil. Memuji

anak-anak atas kepandaian mereka membuat mereka akan

takut pada kesulitan karena mereka mulai menyamakan

kegagalan dengan kebodohan. Begitupun cara orang tua

menghukum anak. Orang tua lebih baik tidak memberikan

kritik pribadi yaitu menyalahkan kemampuan seorang anak

sebagai penyebab kegagalan mereka, karena hal itu dapat

menurunkan pengharapan mereka, memperlihatkan emosi

negatif, dan berprestasi lebih buruk di masa depan.

5) Menjadi Orang Tua Target

Orang tua target yang dimaksud di sini adalah orang

tua yang memperlakukan anak-anak mereka seperti

”pegawai-pegawai kecil”. Biasanya orang tua yang seperti

ini akan mengharapkan anak-anak mereka untuk

berproduksi dalam bentuk prestasi dan keberhasilan. Jika

hasil yang diinginkan tidak terjadi, maka ”bos-bos” ini

memperlihatkan rasa tidak suka mereka dan anak-anak

mereka menganggap bahwa orang tua mereka akan

(46)

ini adalah orang tua yang menempatkan penekanan yang

terlalu besar pada hasil usaha berprestasi anak.

b. Hal-hal yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua dalam

Mendampingi Anak Belajar  

1)  Menghargai Cinta

Cinta adalah alat yang paling efektif untuk

mempengaruhi seorang anak. Sebagai orang tua sebaiknya

menggunakan cinta nilai, yaitu cinta yang tergantung pada

kesediaan anak untuk berpegang teguh pada nilai-nilai

dasar dan untuk bertindak dengan cara-cara yang pantas

dan etis menurut norma sosial. Cinta nilai mendukung

perkembangan nilai-nilai positif dan perilaku bermoral,

memupuk pertumbuhan yang sehat dan mendorong prestasi

serta kebahagiaan. Cara mendidik seorang anak yang

efektif berpusat disekitar cinta, cinta yang tidak serba

membolehkan, cinta yang tidak menoleransi sikap tak

hormat, tapi juga cinta yang cukup besar untuk membiarkan

anak-anak melakukan kesalahan dan memperbolehkan

mereka untuk hidup dalam konsekuensi kesalahan itu.

2) Pengharapan Orang Tua yang Sehat

Pengharapan yang positif dan memotivasi adalah

sesuatu yang menujukkan suatu kondisi dalam diri individu

(47)

melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan. Namun

ketika anak semakin tumbuh dewasa, peran orang tua dalam

menentukan pengharapan harus berkurang dan keterlibatan

anak harus meningkat. Saat seorang anak tumbuh dewasa

pun dan memperoleh pengalaman serta perspektif yang

diperlukan, pada saat itu orang tua perlu memberi si anak

kebebasan untuk membuat pengharapannya sendiri.

3) Pujian dan Hukuman yang Sehat

Pujian juga memiliki andil yang cukup penting agar

anak mampu berprestasi. Namun alangkah lebih bijaknya

bila seorang anak dipuji karena usaha mereka yang juga

memperlihatkan kegigihan dan kenikmatan yang lebih

tinggi, menganggap kurangnya usaha mereka sebagai

penyebab kegagalan mereka, dan mencapai hasil yang

tinggi dalam kegiatan berprestasi selanjutnya sehingga anak

memiliki minat belajar yang lebih besar. Selain

melontarkan pujian, agaknya orang tua juga harus

memberikan hukuman kepada anak, tentunya dengan cara

penuh kasih sayang dan dalam nada tenang dan dengan

terfokus pada cara anak bisa berbuat lebih baik dimasa

depan dan bukan pada kesalahan yang telah dilakukannya.

Dengan cara seperti ini, seorang anak akan dengan jelas

(48)

dibalik pesan itu, dan menyadari bahwa hukuman yang

diberikan walau mungkin ia tidak menyukainya adalah

untuk kebaikannya sendiri.

4) Berjuang Mencapai Keunggulan

Keunggulan adalah sebuah tujuan yang bisa dicapai

anak manapun. Dengan bekerja keras, seorang anak bisa

mencapai suatu tingkat keunggulan. Seorang anak tidak

perlu sempurna, karena ia boleh saja gagal. Sedikit

kegagalan penting bagi anak karena memberikan pelajaran

berharga yang akan membantu perjuangannya mencapai

keunggulan. Orang tua perlu mendorong seorang anak

untuk menerima dirinya apa adanya dan membebaskan

dirinya untuk hidup dengan cara produktif.

5) Menciptakan Seorang Manusia

Setiap orang tua pasti bertujuan membesarkan

anaknya menjadi seorang manusia. Orang tua seharusnya

membantu anak menjadi orang yang bertanggung jawab

dengan mencintai mereka bahwa melakukan kesalahan

adalah sesuatu yang wajar dan memperlihatkan bawah

mereka dicintai meskipun mereka menumpahkan agar-agar

diatas karpet, atau mendapat nilai jelek, dan lain-lain.

(49)

terancam karena ia bulan perfeksionis, ia tidak takut gagal

dan ia tidak takut kehilangan cinta dari orang tua.

2. Peranan Orang Tua dalam Pendampingan Belajar Anak

Orang tua yang dimaksud dalam hal ini adalah setiap orang yang

bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang

umumnya dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan bapak-ibu

(Akbar, 2010). Orang tua memiliki peranan yang penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak karena pertumbuhan dan

perkembangan anak dimulai di dalam lingkungan keluarga. Ketika anak

telah masuk sekolah, peranan dan partisipasi orang tua masih tetap

dibutuhkan, termasuk juga dalam memberikan motivasi, membimbing,

dan membantu anak dalam belajar. Tanggung jawab orang tua dalam

memberikan bantuan dan bimbingan belajar bagi anak sangat penting

dalam mendukung belajar anak.

Orang tua harus mendorong anak untuk belajar. Membiasakan

anak-anak untuk belajar di rumah merupakan salah satu faktor yang

penting. Dalam membantu dan membimbing belajar anak ada dua

faktor yang harus diperhatikan yaitu sikap sabar dan bijaksana dari

orang tua.

Menurut Liem Hwie (Kartono, 1985:91) ada beberapa hal yang

dapat dilakukan oleh orang tua dalam membantu belajar anak yaitu:

(50)

Fasilitas belajar yang dimaksud adalah alat tulis, buku-buku

pelajaran, dan juga termasuk tempat belajar. fasilitas belajar ini

dapat membantu memudahkan siswa untuk melangsungkan

proses belajar, sehingga siswa tidak mendapat hambatan dalam

belajar.

2) Mengawasi kegiatan belajar anak di rumah

Orang tua perlu mengawasi kegiatan belajar di rumah

karena dengan mengawasi kegiatan belajar anaknya, orang tua

akan dapat mengetahui apakah anak mereka sudah belajar

dengan baik atau belum. Melalui pengawasan orang tua siswa

dapat belajar dengan teratur, apabila siswa mendapat pekerjaan

rumah (PR) dapat langsung mengerjakannya tanpa

menunda-nunda pekerjaan rumah (PR).

3) Mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah

Orang tua perlu mengawasi penggunaan waktu belajar anak

di rumah, apakah anak sudah menggunakan waktu belajarnya

dengan teratur atau belum. Orang tua juga dapat membantu

anak menyusun jadwal belajar.

4) Mengawasi kesulitan-kesulitan anak dalam belajar

Orang tua perlu mengenal atau mengetahui

kesulitan-kesulitan anak dalam belajar karena dengan mengetahui

kesulitan-kesulitan anak orang tua dapat membantu. Apabila

(51)

belajar maka siswa akan terhambat dalam proses belajarnya,

siswa akan kebingungan untuk mencari bantuan saat

mengalami kesulitan dalam belajar.

5) Menolong anak dalam mengatasi kesulitannya dalam belajar

Untuk membantu dalam proses pendidikan, sebaiknya

orang tua perlu untuk selalu belajar agar pengetahuan juga

bertambah termasuk cara-cara yang dapat digunakan untuk

membantu anak belajar. Semakin banyak pengetahuan yang

diketahui orang tua, semakin banyak pula yang dapat diberikan

kepada anak-anaknya. Para orang tua harus memberikan

banyak pengalaman pada anak. Bertambahnya pengetahuan

orang tua juga akan memudahkan anak-anaknya dalam mencari

tempat bertanya sebab anak sering mengalami kesulitan.

D. Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

Menurut Ahmadi (2008:109) masalah belajar merupakan inti dari

kegiatan sekolah, sebab semua kegiatan di sekolah diperuntukkan bagi

berhasilnya proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah

tersebut. Oleh karena itu program yang diberikan oleh bimbingan dan

konseling di sekolah yang bertujuan untuk membantu siswa dalam

menghadapi dan menjalani proses belajar adalah layanan bimbingan

belajar. Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara

(52)

mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan

belajar di suatu institusi pendidikan (Winkel, 2006:115).

1. Tujuan Bimbingan Belajar

Menurut Ahmadi (2008:111) tujuan dari bimbingan belajar adalah :

a. Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi

seorang anak atau kelompok anak.

b. Menunjukkan cara-cara belajar yang sesuai dan menggunakan

buku pelajaran.

c. Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang

memanfaatkan perpustakaan.

d. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan

dan ujian.

e. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat,

kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan.

f. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang

studi tertentu.

g. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal

belajarnya.

2. Materi Umum Layanan Pembelajaran dalam Bimbingan Belajar

Materi layanan pembelajaran dalam bimbingan belajar meliputi

kegiatan pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang

baik, keterampilan belajar, program pengajaran perbaikan, dan program

(53)

a. Peningkatan motivasi belajar siswa, antara lain dengan:

1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar

2) Menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan, bakat, dan

minat,

3) Menciptakan suasana pembelajaran yang matang, merangsang,

dan menyenangkan

4) Pemberian hadiah atau penguatan

5) Menciptakan hubungan yang hangat dan dinamis antara guru

dan siswa, serta antara siswa dan siswa

6) Menghindarkan siswa dari tekanan dan suasana yang tidak

menentu (seperti suasana yang menakutkan, megecewakan,

membingungkan, menjengkelkan)

7) Melengkapi sumber dan sarana belajar

8) Mempelajari hasil belajar yang diperoleh

b. Peningkatan ketrampilan belajar, antara lain dengan :

1) Membuat catatan waktu guru mengajar

2) Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca,

3) Membuat laporan (laporan peninjauan, diskusi, pelaksanaan

kegiatan tertentu)

4) Mengembangkan cara menjawab atau memecahkan soal-soal

ulangan atau ujian

5) Menyusun makalah

(54)

7) Berbahasa efektif (lisan dan tulisan)

8) Bertanya efektif

c. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, antara lain

untuk :

1) Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar

2) Memelihara kondisi kesehatan

3) Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah:

membuat jadwal belajar

4) Memilih tempat yang baik

5) Belajar dengan mengunakan sumber-sumber belajar yang kaya

(seperti buku teks, kamus, dan berbagai referensi yang lain,

bahan atau hasil percobaan atau penelitian)

6) Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui

(kepada guru, teman, dan siapapun juga)

7) Mengembangkan motivasi dan sikap positif terhadap semua

materi yang dipelajari.

8) Pengajaran perbaikan (guru pembimbing bekerjasama dengan

guru mata pelajaran/ guru praktik)

9) Program pengayaan (guru pembimbing bekerjasama dengan

guru matapelajaran / guru praktik)

10) Pengembangan dan pemanfaatan lingkungan sekitar

(55)

E. Layanan Konsultasi Orang Tua

Salah satu definisi konsultasi dikemukakan oleh Zins (dalam Widodo,

2007), ialah suatu proses yang biasanya didasarkan pada karakteristik

hubungan yang sama yang ditandai dengan saling mempercayai dan

komunikasi yang terbuka, bekerja sama dalam mengidentifikasikan

masalah, menyatukan sumber-sumber pribadi untuk mengenal dan

memilih strategi yang mempunyai kemungkinan dapat memecahkan

masalah yang telah diidentifikasi, dan pembagian tanggung jawab dalam

pelaksanaan dan evaluasi program atau strategi yang telah direncanakan.

Layanan konsultasi dalam bimbingan bertujuan untuk memberikan

bantuan teknis kepada guru-guru, orang tua, dan pihak-pihak lain dalam

rangka membantu mengidentifikasi masalah yang menghambat

perkembangan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.

Layanan konsultasi berbeda dengan layanan konseling, meskipun kedua

layanan ini mempunyai unsur kesamaan seperti sama-sama memerlukan

kondisi yang kondusif. Model hubungan pada layanan konsultasi lebih

bersifat segitiga yaitu konselor, orang tua atau guru dan konseli (triadic model). Sedangkan model konseling adalah hubungan yang bersifat komunikasi dua arah yaitu konselor dengan konseli (dyadic model).

1. Tujuan Layanan Konsultasi

Menurut Fullmer & Bernard (dalam Widodo, 2007) layanan

konsultasi bertujuan:

(56)

b. Memperbaiki komunikasi dengan cara memberikan fasilitas

informasi yang bermanfaat dan langsung bagi orang-orang terkait

(orang tua),

c. Mengajak semua orang yang mempunyai fungsi dan peran dalam

memperbaiki lingkungan belajar,

d. Memperluas layanan para ahli dalam memberikan layanan kepada

orang lain yang membutuhkan bantuan,

e. Memperluas kedalaman layanan pendidikan bagi konselor kepada

orang tua, guru bidang studi, dan kepala sekolah,

f. Membantu orang lain (orang tua) bagaimana belajar menangani

tingkah laku bermasalah pada anak, dan

g. Menggerakkan kelompok, organisasi, individu membantu dirinya

sendiri.

2. Model Layanan Konsultasi

Dilihat dari pengertian dan tujuan layanan konsultasi, maka

layanan konsultasi mempunyai fungsi kemudahan bagi konsulti (orang

tua) dalam mana konsultan sebagai pelatih mengajarkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang diperlukan konsulti dalam memecahkan

masalah. Konsultan dipandang sebagai profesi dalam sistem

persekolahan, mempunyai kewajiban untuk membantu anggota

kelompok, staf, dan bahkan individu untuk merencanakan dan

memberikan treatment kepada konsulti yang bermasalah. Keahlian

(57)

dan melaksanakan. Shetzer (dalam Widodo, 2007) mengemukakan

bahwa pelaksanaan teknik konsultasi, dapat menggunakan model-model

konsultasi, antara lain:

Model Caplanian. Pelopor teori ini adalah Gerald A.Caplan.

Dalam model ini, konsultan mengassesmen, mendiskusikan, dan

memberikan saran tentang kasus tertentu. Model ini identik dengan

tugas seorang dokter dan menunjukkan adanya aktivitas pemberdayaan

bagi konsultee. Proses dari model ini meliputi tahap-tahap sebagai

berikut:

a. Konsultan membuat Diagnosis.

b. Konsultan membuat rekomendasi dari hasil diagnosis.

c. Konsultan menyampaikan hasil rekomendasi kepada

konsultee.

d. Konsultee melaksanakan rekomendasi.

e. Konsultan sekali-sekali bertemu klien dengan tujuan untuk

memeriksa apakah konsultee telah menjalankan

rekomendasi yang telah diberikan.

3. Materi/Bahan-bahan Konsultasi dengan Orang Tua

Materi-materi yang dapat digunakan untuk konsultasi dengan

orang tua berdasarkan hasil penelitian, (Lestari, 2012).

a. Komunikasi

Komunikasi orang tua dengan anak dapat mempengaruhi

(58)

psikososial dalam diri anak. Komunikasi yang baik antara orang

tua berkorelasi dengan rendahnya keterlibatan anak. Orang tua

dan remaja juga dapat menjadikan komunikasi sebagai indikator

rasa percaya dan kejujuran dengan mencermati nada emosi yang

terjadi dalam interaksi antar anggota keluarga.

Menurut Fitzpatrick (Lestari, 20012:61), bahwa ada dua

karakteristik yang menjadi fokus komunikasi dalam keluarga

dalam relasi orang tua dengan anak. Pertama, komunikasi yang mengontrol yakni tindakan komunikasi yang mempertegas

otoritas orang tua dengan anak. Kedua, komunikasi yang mendukung yang mencakup persetujuan, membesarkan hati,

ekspresi afeksi, pemberi bantuan, dan kerja sama.

Komunikasi orang tua dengan anak sangat penting bagi

orang tua dalam upaya melakukan kontrol, pemantauan, dan

dukungan pada anak. Tindakan orang tua untuk mengontrol,

memantau, dan memberikan dukungan dapat dipersepsi positif

atau negatif oleh anak, diantaranya dipengaruhi oleh cara orang

tua berkomunikasi.

b. Dukungan

Dukungan orang tua yang mencerminkan ketanggapan

orang tua atas kebutuhan anak merupakan hal yang sangat

penting bagi anak. Dukungan orang tua sebagai interaksi yang

(59)

kehangatan, persetujuan, dan berbagai hal perasaan positif orang

tua terhadap anak. Dukungan orang tua membuat anak merasa

nyaman terhadap kehadiran orang tua dan menegaskan dalam

benak anak bahwa dirinya diterima dan diakui sebagai individu.

Dukungan pada anak dapat berupa dukungan emosi dan

dukungan instumental. Dukungan emosi mengarah pada aspek

emosi dalam relasi orang tua dengan anak, mencakup

perilaku-perilaku yang secara fisik atau verbal menunjukkan afeksi atau

dorongan dan komunikasi yang positif/terbuka. Dukungan

instrumental mencakup perilaku-perilaku yang tidak

menunjukkan afeksi secara terbuka, namun masih berkontribusi

pada perasaan diterima dan disetujui yang dirasakan anak.

Bentuk dukungan instrumental orang tua misalnya, penyediaan

sarana dan prasarana bagi pencapaian prestasi dan penguasaan

kompetensi.

c. Pendisiplinan

Pendisiplinan merupakan salah satu bentuk upaya orang tua

untuk melakukan kontrol terhadap anak. Pendisiplinan biasanya

dilakukan orang tua agar anak dapat meguasai suatu komptensi,

melakukan pengaturan diri, dapat menaati peraturan, dan

mengurangi perilaku-perilaku menyimpang atau berisiko.

(60)

digunakan. Pendisiplinan yang keras dipercayai justru dapat

berdampak negatif pada perilaku anak.

Cara orang tua melakukan pendisiplinan dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu unjuk kekerasan (power asertion), teknik induktif (induction), dan penarikan kasih sayang (love withdrawal). Unjuk kekuasaan dilakukan oleh orang tua dengan menggunakan kekuatan, baik langsung maupun tidak langsung,

misalnya memberikan hukuman fisik. Orang tua menggunakan

wewenang, keunggulan fisik, dan pengelolaan sumber daya

untuk melakukan kontrol pada anak. Penarikan kasih sayang

mencakup tindakan ketidaksetujuan atau celaan dengan cara

menghilangkan dukungan emosi. Tindakan tersebut dapat

berupa ungkapan verbal, misalnya “Ibu malu punya anak seperti

kamu”, atau nonverbal dengan mendiamkan atau tidak bertegur

sapa dengan anak. Teknik induktif merupakan cara

pendisiplinan dengan cara mempengaruhi kekuatan dalam diri

anak, misalnya empati dan nurani, yang akan menumbuhkan

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodelogi penelitian,

antara lain jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, dan prosedur

penelitian teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

Furchan (2007: 450-452) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode

survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data

yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Survei

adalah metode yang akan digunakan untuk meneliti subjek penelitian karena

yang diteliti adalah seluruh siswa. Metode survai ini dibuat untuk memperoleh

informasi tentang populasi yang akan diteliti disebut sebagai sensus,

sedangkan survai yang hanya menyelidiki sebagian dari populasi itu dikenal

sebagai survai sampel.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh

gambaran persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di

(62)

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Taman Dewasa

Jetis Yogyakarta tahun 2012/2013.

Tabel 1

Jumlah Subjek Penelitian Setiap Kelas

No. Kelas Hadir Tidak Hadir

1. VII 2 36 0

2. VII 3 32 4

3. VII 4 33 3

4. VII 5 36 0

Jumlah 137 7

C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner Persepsi Siswa tehadap Pendampingan Orang Tua dalam Belajar

di Rumah dengan bentuk tertutup. “Kuesioner bentuk tertutup berisi

pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk

pertanyaan-pertanyaan tersebut” (Furchan, 2007 : 259). Kuesioner yang

disusun oleh peneliti dikembangkan dari konsep Liem Hwie (Kartono,

1985) memuat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam

mendampingi belajar anak, yaitu: menyediakan fasilitas belajar,

mengawasi kegiatan belajar anak di rumah, mengawasi penggunaan waktu

belajar anak di rumah, mengawasi kesulitan-kesulitan anak dalam belajar,

dan menolong anak dalam mengatasi kesulitannya dalam belajar.

Gambar

Grafik 2 : Profil Capaian Skor Tiap Item Pendampingan Orang Tua dalam  Belajar di Rumah ..............................................................................
Tabel 1 Jumlah Subjek Penelitian Setiap Kelas
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Pendampingan Orang
Tabel 3 Kriteria Guilford
+7

Referensi

Dokumen terkait

Candidates should perform in an activity situation and show an understanding of the application of knowledge of personal survival techniques in order to ensure survival: this is

The liberal forms (TruthOut and Guardian Online) appear to essentially preserve the main values of liberal representative democracy, while the more radical forms

Pada halaman test peserta akan dihadapkan pada soal A (Listening) dan peserta dapat mengisikan jawabanya pada form jawaban yang tersedia, setelah selesai dengan soal

Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer adalah diklat yang diwajibkan bagi PNS yang akan memangku Jabatan Fungsional Pranata Komputer pada jenjang tertentu, kecuali

Bagian Isi terdiri dari beberapa bab yakni: (Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah

Oleh karena itu Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kerentanan kawasan permukiman padat terhadap bencana kebakaran di Kecamatan Tambora dengan menganalisis

Bila dilhat dari ketiga perlakuan ini (D, I dan J) dosis pupuk yang diberikan adalah sama, yang berbeda adalah cara pengairannya, dengan demikian K-total pada

Selama tahun 2008-2009, dari keseluruhan angkatan kerja di Kota Tasikmalaya sekitar 7,70 persennya adalah tenaga kerja di sektor pertanian (BPS Kota Tasikmalaya,