DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN
DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Dian Setianingsih
NIM : 081114033
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN
DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Dian Setianingsih
NIM : 081114033
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTO
Hidup Manusia Penuh Perjuangan
(makna Q.S Al-Balad)
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata
kepadanya “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
(Q.S YASIN, Ayat 82)
PERSEMBAHAN
Supini S.Pd., ibunda tercinta
Agus, ayah ku tersayang
Nisa, Iqbal adik-adikku yang aku banggakan
Serda Eka Putra, yang aku kasihi
ABSTRAK
DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN
DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh: Dian Setianingsih Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta 2013
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) memperoleh gambaran tentang persepsi siswa terhadap pendampingan belajar di rumah yang dilakukan orang tua, (2) mengidentifikasi butir-butir pendampingan belajar di rumah yang belum optimal dilakukan orang tua.
Instrumen penelitian yang dipakai adalah Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah dengan jumlah item 34. Subyek penelitian adalah para siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 sejumlah 137 siswa. Validitas instrumen diperiksa dengan pendekatan pertimbangan pakar dan dilanjutkan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment guna pemeriksaan konsistensi internal item – total aspek dengan menggunakan program SPSS. Reliabilitas instrumen diperiksa dengan menggunakan pendekatan teknik belah dua gasal-genap (split-half). Hasil perhitungan reliabilitas 0,94, kemudian dikonsultasikan ke kriteria Guilford dan disimpulkan masuk dalam kategori sangat tinggi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di rumah. Kategori disusun berdasarkan distribusi normal dengan model kategorisasi jenjang (ordinal) sangat optimal, optimal, cukup optimal, kurang optimal, dan tidak optimal.
Hasil penelitian adalah (1) pendampingan orang tua dalam belajar di rumah pada siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 bergradasi sebagai berikut: 17,52% siswa berpersepsi bahwa pendampingan orang tua dalam belajar di rumah sangat optimal, 52,55% siswa berpersepsi optimal, 27,74% siswa berpersepsi cukup optimal, 2,19% siswa berpersepsi kurang optimal dan tidak ada siswa yang berpersepsi tidak optimal sehingga disimpulkan bahwa pendampingan orang tua dalam belajar di rumah pada siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 masuk dalam kategori optimal. (2) ada 2,94% butir pendampingan orang tua dalam belajar yang tingkat pencapaiannya masih berada pada kategori rendah. Sebanyak 26,47% butir masuk dalam kategori sedang, 52,94% butir masuk dalam kategori tinggi, dan 17,65% butir masuk pada kategori sangat tinggi. Demikian butir yang masuk dalam kategori rendah dapat digunakan sebagai dasar penyusunan topik-topik layanan konsultasi.
ABSTRACT
DESCRIPTION OF STUDENTS’ PERCEPTION ON PARENTAL MENTORING IN LEARNING AT HOME OF THE SEVENTH GRADE
STUDENTS AT SMP TAMAN DEWASA JETIS YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR
By: Dian Setianingsih Sanata Dharma University,
Yogyakarta 2013
This study is a descriptive research. This research aims to (1)describe the students’ perception on parental mentoring in learning at home, (2)identifythe items of learning mentoring at home which are not optimal.
The reasearch instrument used is question are of students’ perception on parental mentoring in learning at home which consists of 34 items. The subject of this research is all seventh grade students at SMP Taman Dewasa Jetis
Yogyakarta in 2012/2013 academic year which consists of 137 students. The validity of the instrumentis measured by expert judgment approachandis continued with correlation analysis of Pearson product moment in order to examine the internal consistency of items –total aspects of using SPSS. The reliability of the instrumentis examined by using atechnique of two odd-even split (split-half). The calculation result of the reliability is 0.94, which is then consulted to Guilford criteria and is concluded in very high category. The technique of data analysis used is by categorizing students’ perception on parental mentoring in learning at home. The categoryis based on a normal distribution with the model of categorization level (ordinal), i.e.very optimal, optimal, average optimal, less optimal, and not optimal.
The results of the study show that: (1)The parental mentoring in learning at home of the seventh grade students at SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakartain 2012/2013 academic year is graded as follows: 17.52% students have perception that parental monitoring in learning at home is very optimal, 52.55% students have perception that parental monitoring in learning at home is optimal, 27.74% students have perception that parental monitoring in learning at home is average optimal, 2.19% students have perception that parental monitoring in learning at home is less optimal and no students have perception that parental monitoring in learning at home is not optimal. Thus, it can be concluded that parental mentoring in learning at home of the seventh grade students at SMP Taman Dewasa Jetis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat yang
dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini selesai karena adanya bimbingan,
arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku kaprodi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus selaku dosen
pembimbing yang penuh kesabaran dan ketelitian membimbing penulis
dari awal sampai selesainya skripsi.
2. A. Setyandari, S. Pd., S. Psi., Psi., M. A., selaku wakaprodi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si.,
terimakasih untuk ilmu konselingnya. Dra. Retno Priyani, M. Si.,
terimakasih untuk ilmu perkembangannya, Dr. H. Dj. Sinurat, M. A.,
terimakasih untuk ilmu logika dan komunikasinya, Ag. Kristina Indah M.,
S.Pd., M. A. terimakasih untuk ilmu konseling kelompoknya, dan Mas
Moko terimakasih untuk bantuan membuatkan surat-surat yang penulis
perlukan.
4. Kristiyani S. Pd., selaku kepala sekolah SMP Taman Dewasa Jetis
Yogyakarta.
5. Musi Giri Astuti S.Pd., selaku koordinator BK SMP Taman Dewasa Jetis
Yogyakarta, Dra. Rina Dwi dan Sumartini S.Pd., selaku staf BK SMP
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... . v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGANAKADEMIK... vi
ABSTRAK... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Belajar ... . 7
1. Pengertian Belajar ... 8
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 8
a. Faktor-faktor Intern ... 9
b. Faktor-faktor Ekstern ... 12
a. Motivasi ... 17
4. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP ... 21
B. Pendampingan Orang Tua dan Peranan Orang Tua ... 23
1. Pendampingan Orang Tua ... 23
a. Hal-hal yang Sebaiknya Dihindari Orang Tua dalam Mendampingi Anak Belajar ... 26
b. Hal-hal yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua dalam Mendampingi Anak Belajar ... 29
2. Peranan Orang Tua dalam Pendampingan Belajar Anak ... 32
C. Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar ... 34
1. Tujuan Bimbingan Belajar ... 35
2. Materi Umum Layanan Pembelajaran dalam Bimbingan Belajar ... 35
a. Peningkatan Motivasi Belajar ... 36
b. Peningkatan Keterampilan Belajar ... 36
c. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik ... 37
D. Layanan Konsultasi Orang Tua ... 38
1. Tujuan Layanan Konsultasi ... 38
2. Model Layanan Konsultasi ... 39
3. Materi/Bahan-bahan Konsultasi dengan Orang Tua... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44
B. Subjek Penelitian ... 45
C. Instrumen Penelitian ... 45
1. Kuesioner ... 45
2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 47
a. Validitas ... 47
b. Reliabilitas Kuesioner ... 49
3. Pengembangan Instrumen ... 50
D. Prosedur Penelitian dan Analisis Data ... 54
1. Persiapan dan Pelaksanaan ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian ... 58
1. Deskripsi Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah ... 58
B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 62
C.Usulan Topik-topik Layanan Konsultasi ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 68
B.Saran ... 68
1. Orang Tua ... 68
2. Guru Pembimbing ... 69
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Subjek Penelitian Setiap Kelas ... 45
Tabel 2 : Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Pendampingan Orang
Tua dalam Belajar di Rumah ... 47
Tabel 3 : Kriteria Guilford ... 50
Tabel 4 : Hasil Revisi Kuesioner Berdasarkan Telaah Ahli (Expert Judgement)..52 Tabel 5 : Kategori Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah... 56
Tabel 6 : Capaian Butir Kuesioner Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di
Rumah ... 57
Tabel 7 : Distribusi Skor Persepsi Siswa Terhadap Pendampingan Orang Tua
dalam Belajar di Rumah ... 59
Tabel 8 : Distribusi Skor Butir Kuesioner Pendampingan Orang Tua dalam
Belajar di Rumah ... 61
Tabel 9 : Butir Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah (Kategori
Rendah) ... 61
Tabel 10 : Usulan Topik-topik Layanan Konsultasi Berdasarkan Butir
Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 : Profil Capaian Skor Persepsi Siswa Terhadap Pendampingan
Orang Tua dalam Belajar di Rumah... 60
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Persepsi Siswa Pendampingan Orang Tua dalam Belajar
di Rumah... 70
Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas Butir Instrumen... 73
Lampiran 3 : Hasil Uji Reliabilitas... 77
Lampiran 4 : Tabulasi Data Penelitian... 78
Lampiran 5 : Usulan Topik-topil Layanan Konsultasi... 79
Lampiran 6 : Surat Ijin Uji Coba Alat Penelitian... 85
Lampiran 7 : Surat Ijin Penelitian... 86
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Orang tua pada zaman modern ini banyak yang memilih untuk bekerja,
sehingga waktunya berkurang dalam mengurusi anak di rumah yang
memerlukan pendampingan untuk belajar. Namun kebanyakan orang tua lebih
memilih sibuk dengan pekerjaan untuk mencari uang sehingga terkadang
mengabaikan kewajibannya sebagai orang tua untuk mendampingi anaknya
belajar. Pendampingan anak dibutuhkan untuk membangun motivasi belajar
anak, memperhatikan kesulitan anak dalam belajar, dan menyediakan
kebutuhan-kebutuhan belajar anak, semua ini adalah tantangan yang harus
dilakukan para orang tua. Bagi anak, pendampingan orang tua adalah pemicu
motivasi terbesar yang tidak dapat digantikan oleh apa pun. Orang tua harus
dapat meluangkan waktunya sejenak untuk mendampingi anaknya ketika
belajar di rumah, mendampingi anaknya mempersiapkan keperluan sekolah
dan lain-lain. Dengan begitu anak bisa termotivasi untuk belajar lebih baik.
Menurut Almas Akbar (2011) keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama untuk menyalurkan pengetahuan. Peranan keluarga, terutama kedua
orang tua sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kedua
perkembangan anak. Orang tua diharapkan mampu membimbing anak dan
mengerti keadaan jiwanya, mengetahui apa yang sedang dirasakannya, apa
yang diinginkannya sehingga sang anak mampu tumbuh dan berkembang
secara optimal. Pengawasan dan bimbingan orang tua di rumah mutlak
diperlukan karena dengan adanya pengawasan dan bimbingan, orang tua dapat
mengawasi dan dapat mengetahui segala kekurangan dan kesulitan anak dalam
belajarnya. Orang tua berperan besar dalam mendidik, memberikan
bimbingan, dan menyediakan sarana belajar serta memberi teladan pada anak
sesuai dengan nilai moral yang berlaku.
Penulis prihatin terhadap adanya gejala semakin banyak siswa yang malas
belajar karena kurangnya motivasi dalam belajar di rumah. Situasi ini tidak
terlepas dari pengaruh zaman yang semakin maju, yang menawarkan banyak
hiburan atau kegiatan lain di luar belajar sehingga kebanyakan siswa kurang
memprioritaskan kegiatan belajar di rumah. Kegiatan belajar memang dapat
dilakukan di luar sekolah maupun di dalam sekolah. Untuk sukses belajar di
kedua tempat itu, siswa membutuhkan pendampingan orang tua dan guru agar
dapat menumbuhkan motivasi belajar. Sumber motivasi belajar dapat berasal
dari dalam diri siswa sendiri, akan tetapi dapat juga berasal dari luar dirinya
terutama berupa pendampingan dari orang tua. Pendampingan orang tua yang
dapat membangun motivasi siswa dalam belajar, misalnya: menemani siswa
pada saat belajar di rumah, membelikan buku yang mendukung untuk belajar,
Pendampingan dari orang tua dalam belajar berperan sangat besar dalam
proses belajar anak untuk mendapat hasil belajar yang maksimal.
Berdasarkan pengalaman penulis pada saat melakukan PPL, ketika sedang
melakukan konseling, ada beberapa siswa yang memiliki masalah belajar di
rumah. Masalah itu timbul akibat tidak adanya pendampingan dari orang tua
pada saat belajar. Pada saat proses konseling, siswa mengungkapkan bahwa
saat belajar ia tidak pernah ditemani oleh kedua orang tua karena orang tuanya
sibuk bekerja. Orang tua hanya memberikan fasilitas yang mendukung belajar
siswa, misalnya: komputer dan buku-buku yang dibutuhkan. Namun untuk
siswa, itu tidak cukup, siswa membutuhkan pendampingan dari orang tua
dalam belajar di rumah karena ketika mengalami kesulitan, siswa bisa
bertanya kepada orang yang mendampingi. Lain halnya jika siswa belajar
tidak didampingi oleh orang tua, siswa dapat mengalami kesulitan ketika ada
pelajaran yang belum dipahami.
Dari pengalaman tersebut penulis terinspirasi untuk meneliti “Deskripsi
Persepsi Siswa tehadap Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah
pada Kelas VII SMP Taman Dewasa Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Seberapa optimalkah pendampingan orang tua dalam belajar di rumah
2. Berdasarkan hasil analisis butir instrumen persepsi siswa terhadap
pendampingan orang tua dalam belajar di rumah, topik-topik apakah
yang implikaktif diusulkan dalam penyusunan bahan pelatihan atau
bahan konsultasi dalam layanan konsultasi orang tua pada siswa kelas
VII SMP Taman Dewasa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh gambaran tentang persepsi siswa terhadap pendampingan
belajar di rumah yang dilakukan orang tua.
2. Mengidentifikasi butir-butir pendampingan belajar di rumah yang
belum optimal dilakukan orang tua.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat disumbangkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan sumbangan bagi peningkatan wawasan
tentang persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar
siswa di rumah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
implikatif dalam rangka memberikan layanan konsultasi kepada
orang tua siswa untuk melakukan pendampingan belajar di rumah.
b. Orang Tua
Orang tua semakin mengetahui poin-poin pendampingan
dalam belajar siswa di rumah yang masih perlu ditingkatkan.
c. Peneliti
Melalui pengalaman langsung dalam meneliti, peneliti dapat
mengetahui permasalahan nyata kurangnya pendampingan orang
tua dalam belajar di rumah .
d. Peneliti lain
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadikan
inspirasi untuk melakukan penelitian-penelitian yang semakin luas
mengenai pendampingan orang tua dalam belajar di rumah.
E. Definisi Operasional Variabel 1. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam
memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan
menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan
2. Pendampingan orang tua
Pendampingan orang tua yang dimaksud adalah peran orang tua
dalam memberikan bantuan, misalnya: menemani anak belajar,
membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan lain-lain.
3. Belajar di rumah
Serangkaian proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman interaksi
dengan lingkungannya melalui praktek dan latihan.
Persepi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di
rumah, yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penilaian,
kesan, pendapat siswa tentang peran orang tua dalam memberikan
bantuan kepada anak agar semakin maksimal dengan cara melakukan
pendampingan anak dalam belajar di rumah. Ada pun beberapa hal
yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam membantu belajar anak
yaitu: menyediakan fasilitas belajar, mengawasi kegiatan dan
penggunaan waktu belajar di rumah, mengawasi kesulitan-kesulitan
anak dalam belajar di rumah, dan menolong anak dalam mengatasi
kesulitan belajar di rumah, sebagaimana aspek-aspek dan indikatornya
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini dipaparkan kajian teoritis yang berkaitan dengan
masalah penelitian. Topik-topik dalam bab ini adalah, persepsi, belajar,
pendampingan orang tua dan peranan orang tua, layanan bimbingan dan
konseling, layanan konsultasi.
A. Persepsi
Menurut Matlin dan Solso (Suharnan 2005:2), persepsi adalah suatu
proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan di
dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi
stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga,
dan hidung. Secara singkat dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan
suatu proses menginterpretasikan atau menafsirkan informasi yang
diperoleh melalui sistem alat indera manusia.
Hasil persepsi seseorang mengenai sesuatu objek di samping
dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri, juga pengetahuan
seseorang mengenai objek itu. Dengan demikian, suatu objek dapat
dipersepsika berbeda oleh dua orang, (Suharnan:2005). Persepsi adalah
kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan,
dan sebagainya itu yang selanjutnya diinterpretasikan, (Sarwono, 2009 :
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. namun, proses itu
tidak terhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan
proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses persepsi tidak dapat
lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan
proses pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan akan
berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui
alat indera, yaitu melalui mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai
alat pendengar, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat
pengecapan, kulit pada telapak tangan sebagai alat perabaan; yang
kesemuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima
stimulus dari luar individu, (Walgito, 2010 : 99-100).
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya
sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang
integrated dalam diri individu.
B. Hakikat Belajar 1. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (Djamarah 2008:13), belajar adalah suatu proses
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Djamarah (2008:13), belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Kingsley
(Ahmadi dan Supriyono 2008:127), belajar adalah proses di mana
tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek
atau latihan. Menurut Syah (2009:63), belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan belajar adalah serangkaian proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya melalui
praktek dan latihan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
peserta didik meliputi dua faktor, yakni sebagai berikut:
a. Faktor-faktor Intern
1) Faktor Jasmaniah
a) Faktor kesehatan
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap
kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat
lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
badannya lemah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik,
ia haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap
terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, tidur, makan, rekreasi
dan olah raga.
b) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu keadaan fisik yang
menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya fungsi
bagian tertentu dari tubuh. Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat tubuh, belajarnya
juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar
pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat
bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh
kecacatannya.
2) Faktor Psikologis
a) Intelegensi
Intelegensi memiliki pengaruh yang besar terhadap
kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang
mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih
berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang
intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam
belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu
proses yang kompleks dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya.
b) Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka
siswa harus mempunyai perhatian terhadap pelajaran yang
dipelajarinya, jika pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka
belajar.
c) Minat
Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar,
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar
sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan
untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran
itu. Bahan yang menarik minat siswa, lebih mudah
dipelajari dan disimpan, karena minat dapat menambah
kegiatan belajar.
d) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau
reaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan
dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah
memiliki kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
b. Faktor-faktor Ekstern
1) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga.
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap
belajar anak. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan
dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan
dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
Melihat pernyataan di atas, dapatlah dipahami betapa pentingnya
peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua
mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap cara belajarnya.
Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan
anaknya, tampak dari mereka acuh tak acuh terhadap belajar anak,
tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan
kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu
b) Relasi anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang
tua dengan anaknya. Selain itu, relasi anak dengan saudaranya atau
dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar
anak. Sebetulnya pengaruh antaranggota keluarga ini erat
hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Relasi orang tua dan
anak yang kurang baik akan menyebabkan perkembangan anak
terhambat, belajarnya terganggu, dan bahkan akan menimbulkan
masalah-masalah psikologis lainnya.
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan
relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah
hubungan yang penuh kasih sayang, disertai dengan pendampingan
orang tua dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan
belajar anak.
c) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian
yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar.
Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak
termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan
semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar.
pertengkaran antar anggota keluarga menyebabkan anak bosan di
rumah, suka keluar rumah (ngluyur), akibatnya belajarnya kacau. d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajar, selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya,
misal: makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerang, alat tulis menulis, buku-buku, dan lain-lain. Fasilitas belajar
itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga memiliki cukup uang.
e) Pengertian orang tua
Anak yang belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila
anak sedang belajar, jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.
Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib
memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin
kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru
anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.
f) Latar belakang kebudayaan
Tigkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi
sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan
2) Faktor Sekolah
a) Metode mengajar
Metode mengajar yang dipergunakan guru yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar
yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang
persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru
tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan
terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang
senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas
belajar.
b) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena
alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai
pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat
pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan
bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah
menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi
lebih giat dan lebih maju.
c) Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di
sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore/malam hari. Waktu
sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika siswa terpaksa masuk
optimal karena siswa seharusnya beristirahat pada sore hari tetapi
terpaksa masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran
sambil mengantuk, dan sebagainya. Sebaliknya siswa belajar di pagi
hari, pikiran masih segar, jasmani dan kondisi dalam keadaan baik.
Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah,
misalnya pada siang hari, ia akan mengalami kesulitan di dalam
menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena sukar
berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang lelah. Jadi
memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang
positif terhadap belajar.
3) Faktor Masyarakat
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam
kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi,
kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan
terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktuya.
b) Teman bergaul
Teman bergaul yang tidak baik, misalnya yang suka begadang,
keluyuran, pecandu rokok, film, minum-minuman, lebih-lebih lagi
teman bergaul lawan jenis yang amoral, pejinah, pemabuk dan
lain-lain, pastilah akan menyeret siswa ke ambang bahaya dan pastilah
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan
agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan
pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik
harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tapi juga jangan terlalu
lengah).
c) Mass media
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap
siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek
juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Jika tidak ada kontrol dan
pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik), pastilah semangat
belajarnya menurun dan bahkan mundur sama sekali. Maka perlulah
kiranya siswa mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana
dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat.
3. Faktor-faktor yang Mendukung Belajar
a. Motivasi
Motivasi belajar dibedakan dalam dua macam, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kedua motivasi belajar ini ada pada diri
siswa dan memberikan dukungan dalam proses belajar siswa.
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang oleh faktor-faktor dari luar,
melakukan sesuatu (Sardiman, 2011:89). Kemudian kalau dilihat
dari segi tujuan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya (misalnya
kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini
adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan
belajar itu sendiri.
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik di dalam
dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang
tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang
memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar.
Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran positif, bahwa semua
mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat
berguna kini dan di masa mendatang.
Peserta didik yang memiliki minat yang tinggi untuk
mempelajari suatu pelajaran, maka ia akan mempelajarinya dalam
jangka waktu tertentu. Peserta didik itu dapat dikatakan memiliki
motivasi untuk belajar. Motivasi muncul karena ia membutuhkan
sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan
dengan kebutuhan peserta didik yang memunculkan kesadaran untuk
melakukan aktivitas belajar. Oleh karena itu, minat adalah
kesadaraan seseorang, atau suatu situasi yang ada sangkut paut
dengan diri peserta didik.
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tujuannya sesuai
didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam
pelajaran itu. Peserta didik termotivasi untuk belajar semata-mata
untuk menguasai nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran,
bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai
yang tinggi, atau hadih dan sebagainya.
Perlu ditegaskan, bahwa peserta didik yang memiliki
motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang
berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu.
Gemar belajar adalah aktivitas yang tak pernah sepi dari kegiatan
anak didik yang memiliki motivasi intrinsik. Dan memang diakui
oleh semua pihak, bahwa belajar adalah suatu cara untuk
mendapatkan sejumlah pengetahuan. Belajar bisa dikonotasikan
dengan membaca. Dengan begitu, membaca adalah pintu gerbang ke
lautan ilmu pengetahuan. Kreativitas membaca adalah inovasi dalam
pembinaan pribadi yang lebih baik. Tidak ada seorang pun yang
berilmu tanpa melakukan aktivitas membaca. Evolusi pemikiran
manusia yang semakin maju dalam rentangan masa tertentu karena
membaca, yang hal itu tidak terlepas dari masalah motivasi sebagai
pendorongnnya, yang berhubungan dengan kebutuhan untuk maju,
berilmu pengetahuan.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
bukan karena belajar sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang
baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari tujuan
kegiatan yang dilakukannya, secara tidak langsung bergayut dengan
esensi apa yang dilakukannya (Sardiman, 2011:91).
Menurut Sardiman (2011), motivasi ekstrinsik juga dapat
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang
tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Bukan berari
motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan
belajar-mengajar tetap penting. Kemungkinan siswa itu dinamis,
berubah-ubah, dan juga komponen-komponen lain dalam proses
belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi peserta didik,
sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak
diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik
diperlukan agar peserta didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa
dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang
berhasil mengajar adalah guru yang dapat membangkitkan minat
peserta didik dalam berbagai bentuk. Kesalahan bentuk-bentuk
motivasi ekstrinsik akan merugikan peserta didik. Akibatnya,
motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi
menjadikan peserta didik malas belajar. Karena itu, guru harus bisa
dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi edukatif di
kelas.
Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi
ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik
perhatian peserta didik atau sikap tertentu pada guru atau orang tua.
baik motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik
yang negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perilaku sikap
peserta didik. Diakui, angka, ijazah, pujian, hadiah, dan sebagainya
berpengaruh positif dengan merangsang peserta didik untuk giat
belajar. Sedang ejekan, celaan, hukuman yang menghina, sindiran
kasar, dan sebagainya berpengaruh negatif dan renggangnya
hubungan guru dengan peserta didik. Jadilah guru sebagai orang
yang dibenci oleh anak didik. Efek pengiringnya, mata pelajaran
yang dipegang guru itu tak disukai oleh peserta didik.
4. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP
Usia siswa SMP termasuk dalam usia masa remaja. Pada masa
remaja ini siswa mengalami banyak perubahan termasuk dalam hal
belajar. Menurut Hurlock (1980), Para remaja yang kurang berminat
pada pendidikan biasanya menunjukkan ketidaksenangannya ini dalam
cara-cara berikut. Mereka menjadi orang yang berprestasi rendah;
bekerja di bawah kemampuan dalam setiap mata pelajaran atau dalam
mata pelajaran yang tidak disukai. Ada yang membolos dan berusaha
waktunya. Ada yang berhenti sekolah setelah duduk di kelas terakhir
tanpa merasa perlu memperoleh ijazah.
Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan
keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan
sosial. Namun, hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan
keterampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang aktif
dalam berbagai aktivitas ekstra kurikuler menguasai praktek demikian
namun mereka tidak aktif karena harus bekerja setelah sekolah atau
tidak diterima oleh teman-teman. Sekolah dan pendidikan tinggi juga
mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai
dewasa; orang tua berperan banyak dalam hal ini. Namun apabila
nilai-nilai dewasa bertentangan dengan nilai-nilai-nilai-nilai teman sebaya, maka
remaja harus memilih yang terakhir bila mengharapkan dukungan
teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka.
Erat hubungannya deangan masalah pengembangan nilai-nilai yang
selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan dimasuki, adalah
tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab.
Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-teman sebaya, tetapi
hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa
dianggap tidak bertanggung jawab. Misalnya, kalau menghadapi
masalah menolong atau menipu teman dalam ujian, maka remaja harus
C. Pendampingan Orang tua dan Peranan Orang tua 1. Pendampingan Orang tua
Menurut Emmy (2008:37) Peran orang tua dalam memberikan
pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya memang tidak perlu
diragukan lagi. Banyak peran orang tua dalam mendukung pendidikan
anak-anaknya, salah satunya adalah melakukan pendampingan terhadap
anak dalam belajar di rumah. Pendampingan yang dapat dilakukan
orang tua terhadap anak misalnya dengan cara: menyiapkan hari
pertama sekolah, mendampingi anak belajar, menjaga kesehatan anak,
memberi perhatian, membatu anak ketika mengalami kesulitan belajar.
Menurut Akbar (2011), dalam kegiatan belajar diperlukan adanya
pendampingan dari orang tua dan orang lain agar siswa semangat
dalam belajarnya. Peranan keluarga terutama kedua orang tua sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua
merupakan orang pertama dan utama yang mampu, serta berhak
menolong keturunannya dan mendidik anaknya. Orang tua besar
peranan dalam keluarga untuk menciptakan ikatan emosianal dengan
anaknya, menciptakan suasana aman di rumah sehingga rumah
merupakan tempat anak untuk kembali, menjadi contoh bagi anaknya,
memberikan disiplin dan memperbaiki tingkah laku anak, menciptakan
jaringan komunikasi diantara anggota keluarga.
Pengawasan dan bimbingan orang tua di rumah mutlak diperlukan
mengetahui segala kekurangan dan kesulitan anak dalam belajarnya.
Orang tua berperan besar dalam mengajar, mendidik, memberikan
bimbingan, dan menyediakan sarana belajar serta memberi teladan pada
anak sesuai dengan nilai moral yang berlaku atau tingkah laku yang
perlu dihindari. Pendampingan dari orang tua dapat juga berperan
sebagai cara untuk meningkatkan disiplin belajar. Anak belajar
memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung
jawab belajar tumbuh dalam diri anak.
Pendampingan yang diberikan oleh orang tua di rumah dapat
meningkatkan motivasi belajar anak selain bimbingan dari seorang guru
dari la belajar, dengan motivasi yang kuat seseorang sanggup bekerja
ekstra keras dalam pencapaian sesuatu. Motivasi belajar yang baik
diharapkan timbul dari dalam diri anak.
Menurut Nio bimbingan belajar yang dimiliki meliputi; "Mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah; mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar; menolong mengatasi kesulitan anak dalam belajarnya" (Akbar:2011).
Akbar (2011) menegaskan bahwa “Proses belajar anak perlu
melibatkan peran pendampingan orang tua, karena anak masih dalam
area tanggung jawab dan pemeliharaan orang tua. Dalam proses ini
kedudukan orang tua sangat vital karena tugas orang tua salah satunya
adalah sebagai alat kontrol terhadap putra-putrinya. Jika suatu masalah
muncul pada si anak, maka kesalahan bukan terutama pada si anak saja
tetapi orang tua turut terlibat di dalamnya. Anak bukanlah orang dewasa
dalam prosentasi berkaitan dengan hak memilih, maka bayi masih 100
% dibawah pengawasan orang tua, anak berada pada 75 % pengawasan,
remaja 50 %, dewasa awal 75 % (usia mahasiswa) dan dewasa matang
memiliki 100 % kebebasan memilih. Oleh karena itu orang tua perlu
terlibat dalam proses belajar anak”.
Menurut Akbar (2011), kesalahan yang sering ditemui pada orang
tua adalah menyerahkan tanggung jawab penuh pendidikan anak pada
guru di sekolah, sehingga jika anak mengalami hambatan, seringkali
yang dipersalahkan adalah guru sekolahnya. Guru hanya memiliki 25 %
waktu bersama dengan anak, sedangkan 75 % sisanya adalah peran
orang tua (keluarga). Selain itu, jika melihat sistem pendidikan saat ini
seperti yang telah tersebut di atas, maka orang tua tidak bisa bergantung
penuh pada pendidikan formal. Oleh karena itu perlu pendidikan
pendampingan terhadap proses belajar. Di sinilah peran orang tua dalam
pendampingan proses belajar anak.
Fungsi pendampingan tersebut bukan bermaksud untuk
meniadakan hal-hal yang telah diperoleh anak dalam pendidikan
formal, namun mendukung dan memberikan nilai kepuasan psikologis
pada si anak sehingga anak lebih senang belajar, tidak mengalami
kejenuhan dan meminimalkan gangguan-gangguan belajar yang bisa
muncul di kemudian hari.
Peranan orang tua sangat vital dalam mendampingi anak-anaknya
tumbuh dan berkembangnya seorang anak. Adanya pendampingan yang
dilakukan oleh orang tua kepada putra-putrinya dalam melakukan
kegiatan belajar di rumah akan berpengaruh terhadap tingkah laku yang
mengarah kepada kedisiplinan dalam belajar. Motivasi yang diberikan
kepada anak hendaknya mengarah pada peningkatan motivasi yang kuat
untuk mengikuti kegiatan pendidikan. Situasi ini dapat tercipta apabila
terjadi ikatan emosional antara orang tua dengan anaknya. Suasana
rumah yang aman membantu anak untuk mengembangkan dirinya
untuk menuju masa depan.
Ibrahim (2012), mencatat beberapa hal yang harus dihindari dan
dilakukan para orang tua dalam membimbing anaknya belajar.
a. Hal-hal yang Sebaiknya Dihindari Orang Tua dalam
Mendampingi Anak Belajar
1) Hindari Cinta Bersyarat pada Anak
Cinta bersyarat ini biasanya digunakan para orang
tua untuk mengendalikan anak-anak mereka. Ketika anak
meraka berhasil, mereka akan mengganjar keberhasilan
tersebut dengan memberikan cinta mereka secara bebas
bahkan bisa diekspresikan dalam bentuk pelukan dan
ciuman. Tapi ketika anak mereka gagal. Mereka akan
menghukum anak mereka sebagai luapan rasa kekecewaan.
bahwa mereka akan dicintai oleh orang tua atau semua
orang lain, hanya jika sudah berhasil.
2) Cinta Iming-Iming
Cinta iming-iming merupakan cinta bersyarat yang
lebih menyakitkan, dimana cinta yang diberikan oleh orang
tua ini, bukan cinta yang menghargai seorang anak dalam
mencapai kesuksesan dalam prestasi belajar.
3) Pengharapan Orang Tua yang Tidak Sehat
Dalam hal ini orang tua haruslah mengerti benar apa
itu target dan pengharapan. Target merupakan tujuan yang
bisa atau tidak bisa dicapai oleh anak-anak. Ketika target
tercapai anak-anak mereka sangat senang karena
keberhasilan mereka bukan sesuatu yang pasti. Ketika
target tidak tercapai, anak-anak merasa agak kecewa, tapi
biasanya mereka puas dengan kemajuan yang berhasil
mereka lakukan.
Pengharapan adalah asumsi bahwa sesuatu akan
tercapai. Sebuah kesalahan yang patut disayangkan yang
banyak dilakukan orang tua, adalah membuat penghargaan
yang berbeda diluar kemampuan seorang anak. Tentunnya
pengharapan yang seperti ini akan merusak anak-anak jika
4) Pujian dan Hukuman yang Tidak Sehat
Sebagai orang tua, hendaknya mampu memilih dan
memilah pujian dan hukuman terhadap prestasi belajar
anak. Seorang anak yang dipuji kepandaiannya, bukan
usahanya, akan menjadi terlalu terpusat pada hasil. Memuji
anak-anak atas kepandaian mereka membuat mereka akan
takut pada kesulitan karena mereka mulai menyamakan
kegagalan dengan kebodohan. Begitupun cara orang tua
menghukum anak. Orang tua lebih baik tidak memberikan
kritik pribadi yaitu menyalahkan kemampuan seorang anak
sebagai penyebab kegagalan mereka, karena hal itu dapat
menurunkan pengharapan mereka, memperlihatkan emosi
negatif, dan berprestasi lebih buruk di masa depan.
5) Menjadi Orang Tua Target
Orang tua target yang dimaksud di sini adalah orang
tua yang memperlakukan anak-anak mereka seperti
”pegawai-pegawai kecil”. Biasanya orang tua yang seperti
ini akan mengharapkan anak-anak mereka untuk
berproduksi dalam bentuk prestasi dan keberhasilan. Jika
hasil yang diinginkan tidak terjadi, maka ”bos-bos” ini
memperlihatkan rasa tidak suka mereka dan anak-anak
mereka menganggap bahwa orang tua mereka akan
ini adalah orang tua yang menempatkan penekanan yang
terlalu besar pada hasil usaha berprestasi anak.
b. Hal-hal yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua dalam
Mendampingi Anak Belajar
1) Menghargai Cinta
Cinta adalah alat yang paling efektif untuk
mempengaruhi seorang anak. Sebagai orang tua sebaiknya
menggunakan cinta nilai, yaitu cinta yang tergantung pada
kesediaan anak untuk berpegang teguh pada nilai-nilai
dasar dan untuk bertindak dengan cara-cara yang pantas
dan etis menurut norma sosial. Cinta nilai mendukung
perkembangan nilai-nilai positif dan perilaku bermoral,
memupuk pertumbuhan yang sehat dan mendorong prestasi
serta kebahagiaan. Cara mendidik seorang anak yang
efektif berpusat disekitar cinta, cinta yang tidak serba
membolehkan, cinta yang tidak menoleransi sikap tak
hormat, tapi juga cinta yang cukup besar untuk membiarkan
anak-anak melakukan kesalahan dan memperbolehkan
mereka untuk hidup dalam konsekuensi kesalahan itu.
2) Pengharapan Orang Tua yang Sehat
Pengharapan yang positif dan memotivasi adalah
sesuatu yang menujukkan suatu kondisi dalam diri individu
melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan. Namun
ketika anak semakin tumbuh dewasa, peran orang tua dalam
menentukan pengharapan harus berkurang dan keterlibatan
anak harus meningkat. Saat seorang anak tumbuh dewasa
pun dan memperoleh pengalaman serta perspektif yang
diperlukan, pada saat itu orang tua perlu memberi si anak
kebebasan untuk membuat pengharapannya sendiri.
3) Pujian dan Hukuman yang Sehat
Pujian juga memiliki andil yang cukup penting agar
anak mampu berprestasi. Namun alangkah lebih bijaknya
bila seorang anak dipuji karena usaha mereka yang juga
memperlihatkan kegigihan dan kenikmatan yang lebih
tinggi, menganggap kurangnya usaha mereka sebagai
penyebab kegagalan mereka, dan mencapai hasil yang
tinggi dalam kegiatan berprestasi selanjutnya sehingga anak
memiliki minat belajar yang lebih besar. Selain
melontarkan pujian, agaknya orang tua juga harus
memberikan hukuman kepada anak, tentunya dengan cara
penuh kasih sayang dan dalam nada tenang dan dengan
terfokus pada cara anak bisa berbuat lebih baik dimasa
depan dan bukan pada kesalahan yang telah dilakukannya.
Dengan cara seperti ini, seorang anak akan dengan jelas
dibalik pesan itu, dan menyadari bahwa hukuman yang
diberikan walau mungkin ia tidak menyukainya adalah
untuk kebaikannya sendiri.
4) Berjuang Mencapai Keunggulan
Keunggulan adalah sebuah tujuan yang bisa dicapai
anak manapun. Dengan bekerja keras, seorang anak bisa
mencapai suatu tingkat keunggulan. Seorang anak tidak
perlu sempurna, karena ia boleh saja gagal. Sedikit
kegagalan penting bagi anak karena memberikan pelajaran
berharga yang akan membantu perjuangannya mencapai
keunggulan. Orang tua perlu mendorong seorang anak
untuk menerima dirinya apa adanya dan membebaskan
dirinya untuk hidup dengan cara produktif.
5) Menciptakan Seorang Manusia
Setiap orang tua pasti bertujuan membesarkan
anaknya menjadi seorang manusia. Orang tua seharusnya
membantu anak menjadi orang yang bertanggung jawab
dengan mencintai mereka bahwa melakukan kesalahan
adalah sesuatu yang wajar dan memperlihatkan bawah
mereka dicintai meskipun mereka menumpahkan agar-agar
diatas karpet, atau mendapat nilai jelek, dan lain-lain.
terancam karena ia bulan perfeksionis, ia tidak takut gagal
dan ia tidak takut kehilangan cinta dari orang tua.
2. Peranan Orang Tua dalam Pendampingan Belajar Anak
Orang tua yang dimaksud dalam hal ini adalah setiap orang yang
bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang
umumnya dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan bapak-ibu
(Akbar, 2010). Orang tua memiliki peranan yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak karena pertumbuhan dan
perkembangan anak dimulai di dalam lingkungan keluarga. Ketika anak
telah masuk sekolah, peranan dan partisipasi orang tua masih tetap
dibutuhkan, termasuk juga dalam memberikan motivasi, membimbing,
dan membantu anak dalam belajar. Tanggung jawab orang tua dalam
memberikan bantuan dan bimbingan belajar bagi anak sangat penting
dalam mendukung belajar anak.
Orang tua harus mendorong anak untuk belajar. Membiasakan
anak-anak untuk belajar di rumah merupakan salah satu faktor yang
penting. Dalam membantu dan membimbing belajar anak ada dua
faktor yang harus diperhatikan yaitu sikap sabar dan bijaksana dari
orang tua.
Menurut Liem Hwie (Kartono, 1985:91) ada beberapa hal yang
dapat dilakukan oleh orang tua dalam membantu belajar anak yaitu:
Fasilitas belajar yang dimaksud adalah alat tulis, buku-buku
pelajaran, dan juga termasuk tempat belajar. fasilitas belajar ini
dapat membantu memudahkan siswa untuk melangsungkan
proses belajar, sehingga siswa tidak mendapat hambatan dalam
belajar.
2) Mengawasi kegiatan belajar anak di rumah
Orang tua perlu mengawasi kegiatan belajar di rumah
karena dengan mengawasi kegiatan belajar anaknya, orang tua
akan dapat mengetahui apakah anak mereka sudah belajar
dengan baik atau belum. Melalui pengawasan orang tua siswa
dapat belajar dengan teratur, apabila siswa mendapat pekerjaan
rumah (PR) dapat langsung mengerjakannya tanpa
menunda-nunda pekerjaan rumah (PR).
3) Mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah
Orang tua perlu mengawasi penggunaan waktu belajar anak
di rumah, apakah anak sudah menggunakan waktu belajarnya
dengan teratur atau belum. Orang tua juga dapat membantu
anak menyusun jadwal belajar.
4) Mengawasi kesulitan-kesulitan anak dalam belajar
Orang tua perlu mengenal atau mengetahui
kesulitan-kesulitan anak dalam belajar karena dengan mengetahui
kesulitan-kesulitan anak orang tua dapat membantu. Apabila
belajar maka siswa akan terhambat dalam proses belajarnya,
siswa akan kebingungan untuk mencari bantuan saat
mengalami kesulitan dalam belajar.
5) Menolong anak dalam mengatasi kesulitannya dalam belajar
Untuk membantu dalam proses pendidikan, sebaiknya
orang tua perlu untuk selalu belajar agar pengetahuan juga
bertambah termasuk cara-cara yang dapat digunakan untuk
membantu anak belajar. Semakin banyak pengetahuan yang
diketahui orang tua, semakin banyak pula yang dapat diberikan
kepada anak-anaknya. Para orang tua harus memberikan
banyak pengalaman pada anak. Bertambahnya pengetahuan
orang tua juga akan memudahkan anak-anaknya dalam mencari
tempat bertanya sebab anak sering mengalami kesulitan.
D. Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar
Menurut Ahmadi (2008:109) masalah belajar merupakan inti dari
kegiatan sekolah, sebab semua kegiatan di sekolah diperuntukkan bagi
berhasilnya proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah
tersebut. Oleh karena itu program yang diberikan oleh bimbingan dan
konseling di sekolah yang bertujuan untuk membantu siswa dalam
menghadapi dan menjalani proses belajar adalah layanan bimbingan
belajar. Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara
mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan
belajar di suatu institusi pendidikan (Winkel, 2006:115).
1. Tujuan Bimbingan Belajar
Menurut Ahmadi (2008:111) tujuan dari bimbingan belajar adalah :
a. Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi
seorang anak atau kelompok anak.
b. Menunjukkan cara-cara belajar yang sesuai dan menggunakan
buku pelajaran.
c. Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang
memanfaatkan perpustakaan.
d. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan
dan ujian.
e. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat,
kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan.
f. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang
studi tertentu.
g. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal
belajarnya.
2. Materi Umum Layanan Pembelajaran dalam Bimbingan Belajar
Materi layanan pembelajaran dalam bimbingan belajar meliputi
kegiatan pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang
baik, keterampilan belajar, program pengajaran perbaikan, dan program
a. Peningkatan motivasi belajar siswa, antara lain dengan:
1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar
2) Menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan, bakat, dan
minat,
3) Menciptakan suasana pembelajaran yang matang, merangsang,
dan menyenangkan
4) Pemberian hadiah atau penguatan
5) Menciptakan hubungan yang hangat dan dinamis antara guru
dan siswa, serta antara siswa dan siswa
6) Menghindarkan siswa dari tekanan dan suasana yang tidak
menentu (seperti suasana yang menakutkan, megecewakan,
membingungkan, menjengkelkan)
7) Melengkapi sumber dan sarana belajar
8) Mempelajari hasil belajar yang diperoleh
b. Peningkatan ketrampilan belajar, antara lain dengan :
1) Membuat catatan waktu guru mengajar
2) Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca,
3) Membuat laporan (laporan peninjauan, diskusi, pelaksanaan
kegiatan tertentu)
4) Mengembangkan cara menjawab atau memecahkan soal-soal
ulangan atau ujian
5) Menyusun makalah
7) Berbahasa efektif (lisan dan tulisan)
8) Bertanya efektif
c. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, antara lain
untuk :
1) Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar
2) Memelihara kondisi kesehatan
3) Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah:
membuat jadwal belajar
4) Memilih tempat yang baik
5) Belajar dengan mengunakan sumber-sumber belajar yang kaya
(seperti buku teks, kamus, dan berbagai referensi yang lain,
bahan atau hasil percobaan atau penelitian)
6) Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui
(kepada guru, teman, dan siapapun juga)
7) Mengembangkan motivasi dan sikap positif terhadap semua
materi yang dipelajari.
8) Pengajaran perbaikan (guru pembimbing bekerjasama dengan
guru mata pelajaran/ guru praktik)
9) Program pengayaan (guru pembimbing bekerjasama dengan
guru matapelajaran / guru praktik)
10) Pengembangan dan pemanfaatan lingkungan sekitar
E. Layanan Konsultasi Orang Tua
Salah satu definisi konsultasi dikemukakan oleh Zins (dalam Widodo,
2007), ialah suatu proses yang biasanya didasarkan pada karakteristik
hubungan yang sama yang ditandai dengan saling mempercayai dan
komunikasi yang terbuka, bekerja sama dalam mengidentifikasikan
masalah, menyatukan sumber-sumber pribadi untuk mengenal dan
memilih strategi yang mempunyai kemungkinan dapat memecahkan
masalah yang telah diidentifikasi, dan pembagian tanggung jawab dalam
pelaksanaan dan evaluasi program atau strategi yang telah direncanakan.
Layanan konsultasi dalam bimbingan bertujuan untuk memberikan
bantuan teknis kepada guru-guru, orang tua, dan pihak-pihak lain dalam
rangka membantu mengidentifikasi masalah yang menghambat
perkembangan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.
Layanan konsultasi berbeda dengan layanan konseling, meskipun kedua
layanan ini mempunyai unsur kesamaan seperti sama-sama memerlukan
kondisi yang kondusif. Model hubungan pada layanan konsultasi lebih
bersifat segitiga yaitu konselor, orang tua atau guru dan konseli (triadic model). Sedangkan model konseling adalah hubungan yang bersifat komunikasi dua arah yaitu konselor dengan konseli (dyadic model).
1. Tujuan Layanan Konsultasi
Menurut Fullmer & Bernard (dalam Widodo, 2007) layanan
konsultasi bertujuan:
b. Memperbaiki komunikasi dengan cara memberikan fasilitas
informasi yang bermanfaat dan langsung bagi orang-orang terkait
(orang tua),
c. Mengajak semua orang yang mempunyai fungsi dan peran dalam
memperbaiki lingkungan belajar,
d. Memperluas layanan para ahli dalam memberikan layanan kepada
orang lain yang membutuhkan bantuan,
e. Memperluas kedalaman layanan pendidikan bagi konselor kepada
orang tua, guru bidang studi, dan kepala sekolah,
f. Membantu orang lain (orang tua) bagaimana belajar menangani
tingkah laku bermasalah pada anak, dan
g. Menggerakkan kelompok, organisasi, individu membantu dirinya
sendiri.
2. Model Layanan Konsultasi
Dilihat dari pengertian dan tujuan layanan konsultasi, maka
layanan konsultasi mempunyai fungsi kemudahan bagi konsulti (orang
tua) dalam mana konsultan sebagai pelatih mengajarkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan konsulti dalam memecahkan
masalah. Konsultan dipandang sebagai profesi dalam sistem
persekolahan, mempunyai kewajiban untuk membantu anggota
kelompok, staf, dan bahkan individu untuk merencanakan dan
memberikan treatment kepada konsulti yang bermasalah. Keahlian
dan melaksanakan. Shetzer (dalam Widodo, 2007) mengemukakan
bahwa pelaksanaan teknik konsultasi, dapat menggunakan model-model
konsultasi, antara lain:
Model Caplanian. Pelopor teori ini adalah Gerald A.Caplan.
Dalam model ini, konsultan mengassesmen, mendiskusikan, dan
memberikan saran tentang kasus tertentu. Model ini identik dengan
tugas seorang dokter dan menunjukkan adanya aktivitas pemberdayaan
bagi konsultee. Proses dari model ini meliputi tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Konsultan membuat Diagnosis.
b. Konsultan membuat rekomendasi dari hasil diagnosis.
c. Konsultan menyampaikan hasil rekomendasi kepada
konsultee.
d. Konsultee melaksanakan rekomendasi.
e. Konsultan sekali-sekali bertemu klien dengan tujuan untuk
memeriksa apakah konsultee telah menjalankan
rekomendasi yang telah diberikan.
3. Materi/Bahan-bahan Konsultasi dengan Orang Tua
Materi-materi yang dapat digunakan untuk konsultasi dengan
orang tua berdasarkan hasil penelitian, (Lestari, 2012).
a. Komunikasi
Komunikasi orang tua dengan anak dapat mempengaruhi
psikososial dalam diri anak. Komunikasi yang baik antara orang
tua berkorelasi dengan rendahnya keterlibatan anak. Orang tua
dan remaja juga dapat menjadikan komunikasi sebagai indikator
rasa percaya dan kejujuran dengan mencermati nada emosi yang
terjadi dalam interaksi antar anggota keluarga.
Menurut Fitzpatrick (Lestari, 20012:61), bahwa ada dua
karakteristik yang menjadi fokus komunikasi dalam keluarga
dalam relasi orang tua dengan anak. Pertama, komunikasi yang mengontrol yakni tindakan komunikasi yang mempertegas
otoritas orang tua dengan anak. Kedua, komunikasi yang mendukung yang mencakup persetujuan, membesarkan hati,
ekspresi afeksi, pemberi bantuan, dan kerja sama.
Komunikasi orang tua dengan anak sangat penting bagi
orang tua dalam upaya melakukan kontrol, pemantauan, dan
dukungan pada anak. Tindakan orang tua untuk mengontrol,
memantau, dan memberikan dukungan dapat dipersepsi positif
atau negatif oleh anak, diantaranya dipengaruhi oleh cara orang
tua berkomunikasi.
b. Dukungan
Dukungan orang tua yang mencerminkan ketanggapan
orang tua atas kebutuhan anak merupakan hal yang sangat
penting bagi anak. Dukungan orang tua sebagai interaksi yang
kehangatan, persetujuan, dan berbagai hal perasaan positif orang
tua terhadap anak. Dukungan orang tua membuat anak merasa
nyaman terhadap kehadiran orang tua dan menegaskan dalam
benak anak bahwa dirinya diterima dan diakui sebagai individu.
Dukungan pada anak dapat berupa dukungan emosi dan
dukungan instumental. Dukungan emosi mengarah pada aspek
emosi dalam relasi orang tua dengan anak, mencakup
perilaku-perilaku yang secara fisik atau verbal menunjukkan afeksi atau
dorongan dan komunikasi yang positif/terbuka. Dukungan
instrumental mencakup perilaku-perilaku yang tidak
menunjukkan afeksi secara terbuka, namun masih berkontribusi
pada perasaan diterima dan disetujui yang dirasakan anak.
Bentuk dukungan instrumental orang tua misalnya, penyediaan
sarana dan prasarana bagi pencapaian prestasi dan penguasaan
kompetensi.
c. Pendisiplinan
Pendisiplinan merupakan salah satu bentuk upaya orang tua
untuk melakukan kontrol terhadap anak. Pendisiplinan biasanya
dilakukan orang tua agar anak dapat meguasai suatu komptensi,
melakukan pengaturan diri, dapat menaati peraturan, dan
mengurangi perilaku-perilaku menyimpang atau berisiko.
digunakan. Pendisiplinan yang keras dipercayai justru dapat
berdampak negatif pada perilaku anak.
Cara orang tua melakukan pendisiplinan dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu unjuk kekerasan (power asertion), teknik induktif (induction), dan penarikan kasih sayang (love withdrawal). Unjuk kekuasaan dilakukan oleh orang tua dengan menggunakan kekuatan, baik langsung maupun tidak langsung,
misalnya memberikan hukuman fisik. Orang tua menggunakan
wewenang, keunggulan fisik, dan pengelolaan sumber daya
untuk melakukan kontrol pada anak. Penarikan kasih sayang
mencakup tindakan ketidaksetujuan atau celaan dengan cara
menghilangkan dukungan emosi. Tindakan tersebut dapat
berupa ungkapan verbal, misalnya “Ibu malu punya anak seperti
kamu”, atau nonverbal dengan mendiamkan atau tidak bertegur
sapa dengan anak. Teknik induktif merupakan cara
pendisiplinan dengan cara mempengaruhi kekuatan dalam diri
anak, misalnya empati dan nurani, yang akan menumbuhkan
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodelogi penelitian,
antara lain jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, dan prosedur
penelitian teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Furchan (2007: 450-452) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode
survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data
yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Survei
adalah metode yang akan digunakan untuk meneliti subjek penelitian karena
yang diteliti adalah seluruh siswa. Metode survai ini dibuat untuk memperoleh
informasi tentang populasi yang akan diteliti disebut sebagai sensus,
sedangkan survai yang hanya menyelidiki sebagian dari populasi itu dikenal
sebagai survai sampel.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh
gambaran persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Taman Dewasa
Jetis Yogyakarta tahun 2012/2013.
Tabel 1
Jumlah Subjek Penelitian Setiap Kelas
No. Kelas Hadir Tidak Hadir
1. VII 2 36 0
2. VII 3 32 4
3. VII 4 33 3
4. VII 5 36 0
Jumlah 137 7
C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner Persepsi Siswa tehadap Pendampingan Orang Tua dalam Belajar
di Rumah dengan bentuk tertutup. “Kuesioner bentuk tertutup berisi
pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan tersebut” (Furchan, 2007 : 259). Kuesioner yang
disusun oleh peneliti dikembangkan dari konsep Liem Hwie (Kartono,
1985) memuat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam
mendampingi belajar anak, yaitu: menyediakan fasilitas belajar,
mengawasi kegiatan belajar anak di rumah, mengawasi penggunaan waktu
belajar anak di rumah, mengawasi kesulitan-kesulitan anak dalam belajar,
dan menolong anak dalam mengatasi kesulitannya dalam belajar.