BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
C. Peran Orang Tua Asuh Dalam Mendukung Perkembangan
Orang tua asuh di PSBR adalah orang dewasa yang berusia minimal
27 tahun dan atau sudah menikah yang secara sukarela serta memilik
keterampilan dalam mengasuh seperti yang telah ditetapkan.21 Dalam
20
Wawancara pribadi dengan AB selaku penerima manfaat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November 2013
21
Wawancara dengan ibu Sri Wahyuni selaku staf tata usaha di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada 4 Spetember 2013
kegiatan sehari-hari dalam rumah asuh dari bangun tidur anak asuh sudah
mempunyai tugas masing-masing, semua dilibatkan dalam piket dari
menyapu, mengepel, hingga bagian mencuci piring dan lain-lain.22
Dengan pola pengasuhan orang tua asuh yang terarah serta adanya
peraturan yang harus ditaati oleh setiap penerima manfaat membuat mereka
menjadi terbiasa dengan segala aturan yang ada sehingga membuat diri
mereka disiplin hingga akhirnya membantu dalam mendukung perkembangan
kemandiriannya.23 Hal ini diungkapakan oleh salah satu penerima manfaat
yakni AB. Ia mengakui bahwa setelah berada di PSBR Bambu Apus ia
mendapatkan berbagai pengalaman dan pengajaran yang tidak ia dapatkan
sebelumnya di rumah dan di lingkungannya. Mulanya ia kaget dan belum
terbiasa dengan sistem pengasuhan yang tegas dan menekankan kedisplinan,
namun seiring berjalannya waktu AB mulai terbiasa untuk disiplin. Dengan
pola pengasuhan yang diterapkan orang tua asuhnya dan adanya aturan-aturan
yang harus ditaati sangat berpengaruh pada sikap dan perilaku dia menjadi
mandiri. Dalam aspek kemandirian nilai, AB sudah mampu mengetahui
ukuran benar dan salah, dan dalam aspek kemandirian emosi AB belum
sepenuhnya mandiri. Hal ini diungkapkan oleh AB yakni :
“…Orang tua asuh ini sangat mendukung perkembangan kemandirian pada diri saya mas. saya merasa sangat beruntung, karena disini sikap dan prilaku saya bisa berubah, yang tadinya males-malesan sekarang saya jadi rajin. Terus juga saya bisa lebih mandiri, saya sudah tahu mana yang harus saya lakukan
22
Observasi penulis pada tanggal 2 November 2013 23
tanpa harus disuruh oleh orang tua asuh, tetapi saya masih belum sepenuhnya bisa lepas dari orang tua asuh.24
Berdasarkan penjelasan yang diungkapkan oleh AB, penulis
menganalisa bahwa aspek kemandirian yang berkembang pada dirinya adalah
aspek kemandirian perilaku. Dimana aspek kemandirian perilaku ini ditandai
dengan kemampuan mengambil keputusan dan konsekuen dalam
melaksanakan keputusan tersebut. Dalam hal ini adalah kemampuan AB
dalam melakukan tugas-tugas di rumah asuh, ia sudah dapat mengambil
keputusan tanpa harus disuruh oleh orang tua asuhnya. Hal tersebut
membuktikan bahwa orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
memberikan peran dalam membantu perkembangan kemandirian pada diri
AB, yakni pada aspek kemandirian perilaku dan nilai.
Hal lain juga diungkapkan oleh AIH. Ia mengaku bahwa orang tua
baginya sangat membantu dalam perkembangan kemandiriannya. Dimana
setelah ia mendapatkan pelayanan dan pengasuhan yang terarah dengan baik
dari orang tua asuh di PSBR Bambu Apus ia merasa dapat melepaskan diri
dari perilaku sebelum ia berada di PSBR yakni cenderung malas, manja
dengan ibunya, dan perilakunya masih kekanak-kanakan. Dalam aspek
kemandirian nilai AIH sudah mampu mengetahui ukuaran benar dan salah
atau baik dan buruk bagi dirinya maupun sekitarnya, sementara dalam aspek
kemandirian emosi, AIH belum sepenuhnya mandiri karena masih
membutuhkan peran orang tua untuk membinanya.
24
Wawancara pribadi dengan AB selaku penerima manfaat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November 2013
“Beda banget mas sekarang, dulu mah waktu di rumah manja banget sama ibu, sekarang saya sudah ada kemajuan saya lebih bisa mandiri, saya sudah tau hak dan kewajiban saya sebagai anak sehingga saya dapat mengerjakan tugas saya tanpa harus disuruh dahulu oleh orang tua asuh”25
Hal tersebut membuktikan bahwa orang tua asuh telah memberikan
peran terhadap perkembangan kemandirian bagi AIH. Dimana merujuk pada
teori yang ada di bab II tentang aspek kemandirian remaja, bahwa aspek
kemandirian yang berkembang dalam diri AIH adalah aspek kemandirian
perilaku. Aspek kemandirian perilaku kemampuan mengambil keputusan dan
konsekuen dalam melaksanakan keputusan tersebut.
Kemudian dari penerima manfaat YK juga mengakui bahwa selama ia
berada di PSBR Bambu Apus ia banyak mendapatkan bimbingan dan
pengajaran oleh orang tua asuhnya untuk dapat merubah sikap dan
perilakunya. Sebelum ia berada di PSBR Bambu Apus ia hanya nongkrong
dengan teman-temannya yang pengangguran yang perilakunya cenderung
malas.
”Sebelumnya saya nggak ngapa-ngapain kalau di rumah, teman-teman saya pengangguran semua. Yaa ketika selama saya berada disini kurang lebih sudah hampir 5 bulan, saya merasa beruntung banget mas, disini saya dapat pengalaman dan bimbingan keterampilan las, ya daripada saya di rumah nggak ngapa-ngapain mas, dan ketika saya di rumah asuh juga saya dapat lebih mandiri karena di adanya peraturan yang membuat saya menjadi disiplin. Saya jadi lebih bisa dalam mengatur waktu, saya sudah tahu mana yang harus saya lakukan tanpa harus disuruh oleh orang tua asuh, saya juga jadi tau mana yang benar dan yang salah.”26
25
Wawancara pribadi dengan AIH selaku penerima manfaat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November 2013
26
Wawancara pribadi dengan YK selaku penerima manfaat PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November 2013
Berdasarkan analisa yang penulis lakukan, Orang tua asuh di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur memberikan peran dalam membantu
perkembangan kemandirian YK, yakni dalam aspek kemandirian perilaku.
Dimana ketika ia di PSBR Bambu Apus ia mulai dididik disiplin dengan
berbagai peraturan yang ada yang seiring dengan waktu membawa dan
membiasakan dirinya untuk disiplin sehingga membuat ia menjadi tau mana
yang harus dikerjakan.
Hal serupa juga disampaikan oleh ATA. Ia mengakui semenjak ia
berada di PSBR Bambu Apus dan tinggal di rumah asuh, ia dapat
meningkatkan kemandiriannya kurang lebihnya sama dengan apa yang orang
tua dan keluarganya terapkan yakni mulai dari belajar disiplin akan peraturan,
tanggung jawab akan tugas rumah, tentang nilai baik dan buruk, dan perilaku
lainnya dalam bergaul.
”Selama saya berada dirumah asuh menurut saya sistem asuhan keluarga disini sangat mendukung perkembangan kemandirian saya mas, karena kan kalau di rumah sendiri saya bebas mas mau ngapain aja gitu, tapi kalau disini yaa saya berusaha untuk menuruti segala peraturan yang ada, dan itu yang membuat saya menjadi disiplin dan mandiri. Disini membuat saya menjadi tidak bergantung pada orang tua.”27
Aspek kemandirian yang berkembang di PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur pada ATA merujuk pada teori yang sebelumnya telah dijelaskan di
bab II, yakni aspek kemandirian emosi. Ketika di PSBR Bambu Apus ia
mampu untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya tanpa memandang
27
Wawancara pribadi dengan ATA selaku penerima manfaat PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November 2013
bahwa hal tersebut adalah peraruran misalnya dalam hal izin, kebersihan, dan
bisa menghadapi dan menyikapi masalah tanpa tergantung oleh orang tua
asuh.
Berikut adalah tabel kategori mengenai kemandirian yang
berkembang pada infoman yang merupakan penerima manfaat di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur berdasarkan temuan penelitian:
Tabel 11
Kategori kemandirian yang berkembang pada infoman
No Aspek
Kemandirian AB YK ATA AIH
1 Perilaku Sudah mulai
terbiasa untuk disiplin dan sudah dapat mengambil keputusan tanpa harus disuruh oleh orang tua asuhnya Sudah terbiasa dengan disiplin selama di rumah asuh sehinggatau mana yang harus dikerjakan. Sudah belajar disiplin akan peraturan dan tanggung jawab sebagai anak asuh.
Sudah tau hak dan kewajiban sebagai anak dan dapat mengerjakan tugas saya tanpa harus disuruh dahulu oleh orang tua asuh
2 Nilai Sudah dapat
mengetahui mana yang buruk dan yang baik bagi dirinya dan sekitarnya. Sudah dapat mengetahui mana yang buruk dan yang baik bagi dirinya dan sekitarnya.
Sudah dapat mengetahui mana yang buruk dan yang baik bagi dirinya dan sekitarnya. Sudah dapat mengetahui mana yang buruk dan yang baik bagi dirinya dan sekitarnya. 3 Emosi Belum sepenuhnya dapat mandiri dalam aspek emosi. Belum sepenuhnya dapat mandiri dalam aspek emosi. Sudah mampu untuk tidak selalu bergantung pada orang tua asuh.
Belum sepenuhnya dapat mandiri dalam aspek emosi. Sumber: Hasil wawancara dan observasi penulis
Berdasarkan hasil temuan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
orang tua asuh berperan dalam mendukung perkembangan kemandirian
remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Merujuk pada bab
II dalam buku yang ditulis oleh Mohammad Ali dan Mohammad Asrori,
dengan judul Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, dijelaskan
dimana pola pengasuhan orang tua menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kemandirian remaja. Orang tua yang terlalu banyak melarang
dan mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai penjelasan yang
rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya
orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan
mendorong kelancaran perkembangan motorik sang anak Demikian juga,
dengan orang tua yang sering membanding-bandingkan anak yang satu
dengan yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap
perkembangan kemandirian anak.28
Dari empat informan penerima manfaat, tiga diantaranya sudah mulai
dapat mengembangkan kemandirian dalam aspek kemandirian perilaku dan
nilai, dan masih belum sepenuhnya dapat mengembangkan kemandirian
dalam aspek emosi. Sementara satu penerima manfaat yakni AIH sudah
mampu untuk mengembangkan ketiga aspek kemandirian. Dari hasil analisis,
penulis dapat menyimpulkan bahwa yang lebih dominan dari ketiga aspek
kemandirian yang berkembang bagi keempat informan penerima manfaat di
28
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, h. 11
PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur adalah aspek kemandirian perilaku dan
nilai.
Merujuk pada teori yang dijelaskan oleh Steinberg pada bab II dimana
Aspek kemandirian perilaku merupakan kemampuan remaja untuk mandiri
dalam membuat keputusanya sendiri dengan mempertimbangkan berbagai
sudut pandang. Mereka mengatahui kepada siapa harus meminta nasehat
dalam situasi yang berbeda-beda. Remaja mandiri tidak mudah dipengaruhi
dan mampu mempertimbangkan terlebih dahulu nasehat yang diterima.
Remaja yang mandiri secara perilaku akan terlihat lebih percaya diri dan
memiliki harga diri yang lebih baik. Mereka yang mandiri secara perilaku
tidak akan menunjukkan perilaku yang buruk atau semena-mena yang dapat
menjatuhkan harga diri mereka, dan kemandirian nilai yang ditandai dengan
timbulnya keyakinan terhadap nilai-nilai yang abstrak (moral) atau ukuran
benar atau salah.29
29
Nasution, Perkembangan Kemandirian Remaja, Artikel diakses pada 18 September 2013 dari http repository.usu.ac.id/bitstream. h.177
75 A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian yang mengacu pada
pertanyaan dalam perumusan masalah pada bab sebelumnya. Diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola pengasuhan orang tua asuh di PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur
yakni dengan menerapkan pola pengasuhan otoritatf. Dengan pola
pengasuhan yang bersifat otoritatif dimana pola ini biasanya
mengakibatkan perilaku anak yang kompeten secara sosial. Anak yang
memiliki orang tua otoritatif sering kali ceria, bisa mengendalikan diri dan
mandiri, dan beorientasi pada prestasi
2. Orang tua asuh sangat berperan dalam mendukung kemandirian pada
remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur. Hal ini terlihat
dari hasil temuan dan analisa penulis dimana penerima manfaat selama
berada di rumah asuh merasa bahwa orang tua asuh sangat mendukung
perkembangan kemandirian mereka. Merujuk pada indikator
perkembangan kemandirian, dari empat penerima manfaat, tiga
diantaranya sudah mampu mengembangkan kemandirian dalam aspek
perilaku dan nilai, namun belum sepenuhnya dapat mengembangkan
kemandirian dalam aspek emosi. Sementara satu penerima manfaat sudah
sejalan dengan visi PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur yakni terwujudnya
kemandirian remaja.
B. SARAN
Berdasarkan dari hasil penelitian beserta kesimpulan yang telah
dijelaskan dalam skripsi ini, peneliti memiliki beberapa saran-saran yang
akan disampaikan kepada para pembaca dan pihak Panti Sosial Bambu Apus
(PSBR) Jakarta Timur. Saran-saran tersebut antara lain:
1. Kepada orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur disarankan
agar dapat lebih mengembangkan aspek-aspek kemandirian berupa
kemandirian nilai, kemandirian perilaku, dan aspek kemandirian emosi
agar remaja atau anak asuh dapat memaksimalkan perkembangan
kemandiriannya.
2. Kepada pihak PSBR Bambu Apus Jakarta Timur disarankan untuk
membuat standar pola pengasuhan yang baku agar setiap orang tua asuh
memiliki pola pengasuhan yang seragam sehingga dapat mendukung
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Gunarsa, Singgih dan Ny. Gunarsa, S,D. Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1995.
Hurlock B , Elizabeth. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi ke- 5.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung CV Alvabeta, November 2009), Cet-ke 8.
---. Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), cet ke-26.
Mr. O’Donnell. Perlindungan Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (UNICEF, 2006).
Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta: Center For Quality Development And Assurance, 2007. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Papalia, D E., Olds, S. W., & Ruth D, Feldman., Human development (8th ed). Boston: McGraw-Hill, 2001
Rizkiani, Yunni. “Hubungan Antara Kemandirian Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Remaja”. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2007.
Santrock W, John. Perkembangan Anak.(Jakarta: Erlangga, 2007).
Sarwono, Sarlito. W. Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.
Siti Aminah, Soepalarto, Dr. SpS (K). Pendekatan Neurologi Pada Penilaian Perkembangan Anak. YKAI : 2008
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial : Suatu teknik penelitian bidang kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2004).
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung CV Alvabeta, Agustus 2007), Cet-ke 5.
Sutopo B, Heribertus. Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996).
Tan G, Meely. Masalah Perencanaan Penelitian dalam Koentjaraningrat(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 1990).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-10.
Tim Penyusun. Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional), Jakarta: Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan anak, Keluarga, dan Lanjut Usia, 2006.
Undang-undang No. 23 tahun 2002 Pasal 9 ayat 1.
Undang-undang No.4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
Usman, Husaini dan Akbar Setiady, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : PT Bumi Aksara. 2000), cet. Ke-3.
Wahono. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Cet. 3, Jakarta: Rineka Cipta, 1995).
Artikel Internet :
ACDP INDONESIA, UNESCO: Semakin Banyak Anak Putus Sekolah di Indonesia .http://acdpindonesia.com/2013/06/10/unesco-semakin-banyak-anak-putus-sekolah-di-indonesia/ artikel diakses pada 23 oktober 2013
Hanafie Das, St Wardah & Halik, Abdul. Masalah Putus Sekolah Dan Pengangguran Tinjauan Sosiologi Pendidikan. Artikel diakses pada 23 Oktober 2013 dari http://abdulhalik11.blogspot.com/2011/10/masalah-putus-sekolah-dan-pengangguran.html.
Lia, Pengertian Sistem Menurut Para Ahli. Artikel diakses pada 5 Februari 2014 pada http://liavietri.blogspot.com/2010/02/pengertian-sistem.html
M.Azzam nurjihad. “Remaja” artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009 dari http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html.
Nasution. Perkembangan Kemandirian Remaja. Artikel diakses pada 18
September 2013 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34205/4/Chapter%20II.pd f .
Profil PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Artikel diambil dari http://bambuapus.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&si d=13 pada 13
Sumber lain :
Brosur PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur tahun 2013
Dokumen yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur pada 13 September 2013
A. Identitas
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Tempat, tanggal lahir : 4. Tanggal wawancara :
5. Waktu wawancara :
6. Tempat wawancara :
B. Wawancara
I. Bagaimana peran orang tua asuh dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja putus sekolah ? (Untuk Penerima Manfaat)
1. Silahkan kamu ceritakan tentang identitas kamu (nama, tempat tanggal lahir, alamat, usia) !
2. Sejak kapan kamu berada di PSBR ? 3. Siapa yang membawa kamu sampai PSBR? 4. Apa yang membuat kamu berada di PSBR ? 5. Bagaimana dengan orangtua kamu ?
6. Saat ini apa yang kamu rasakan ketika berada di rumah asuh ? 7. Apa kamu nyaman berada di rumah asuh ?
8. Bagaimana menurut kamu tentang sistem asuhan keluarga (Cottage System) di PSBR?
9. Apa saja aktivitas kamu selama berada di rumah asuh ?
10. Seberapa besar/ penting peran orang tua asuh selama di rumah asuh menurut kamu ?
11. Apa sistem tersebut mendukung perkembangan kemandirian kamu? 12. Apa saja perkembangan yang kamu rasakan selama berada di rumah
perkembangan kemandirian remaja ?
2. Bagaimana pola pengasuhan dari sistem asuhan keluarga dalam melaksanakan perkembangan kemandirian remaja ?
3. Bagaimana orang tua asuh dalam memberikan sanksi atau hukuman kepada anak asuh yang melanggar aturan ?
4. Apa saja upaya orang tua asuh dalam memahami perkembangan anak asuhnya ?
5. Apa gaya pengasuhan yang diterapkan bapak kepada anak asuh atau penerima manfaat ?
6. Apa saja kegiatan yang diberikan orang tua asuh selama berada di rumah asuh ?
7. Bagaimana dengan sikap dan perilaku penerima manfaat selama di rumah asuh?
8. Sejauh ini apa ada hasil yang terlihat atau terasa dari penerima manfaat setelah mendapatkan sistem asuhan keluarga?
system, sejak kapan cottage system diberlakukan, serta kriteria penerima manfaat?
2. Siapa saja yang berhak menjadi orang tua asuh di PSBR ?
3. Apa dan siapa saja komponen yang terkait dari sistem asuhan keluarga?
4. Apa saja kegiatan yang diberikan oleh lembaga dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja ?
5. Bagaimana pembagian kelompok rumah asuh (Cottage) bagi penerima manfaat ?
Jabatan : Koordinator Pekerja Sosial
Jumlah Anak Asuh : 6
Jenis Kelamin Anak Asuh : Laki-laki
Waktu Wawancara : 44 Nopember 2013 Pukul 13.00 s/d 13:50
Tempat Wawancara : Ruang Pekerja Sosial
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja peran orang tua asuh terkait dalam mendukung
perkembangan kemandirian remaja ?
Orang tua asuh berperan untuk menggantikan orang tua kandung selama berada di PSBR untuk membimbing, membina, merawat, melindungi dan mengarahkan dalam setiap tahap perkembangan anak sehingga anak akan mampu
bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya dan
mengingatkan anak asuh agar menjadi pribadi yang mandiri
2 Bagaimana pola pengasuhan dari sistem asuhan keluarga dalam melaksanakan perkembangan kemandirian remaja ?
Pola pengasuhan yang ibu terapkan adalah ibu disini tidak terlalu mengekang anak asuh, dan juga ibu selalu berusaha dekat dengan anak-anak agar mereka nyaman disini. Saya juga selalu memberikan contoh yang baik kepada anak-anak agar mereka menjadi mandiri
3 Bagaimana orang tua asuh dalam memberikan sanksi atau hukuman kepada anak asuh yang melanggar aturan ?
Ketika setiap anak melakukan
pelanggaran atau kesalahan tentunya hal yang pertama saya lakukan adalah dengan menegurnya dan menasehati mereka dengan memberikan
penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk agar mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama dan
4 Apa saja upaya orang tua asuh dalam memahami perkembangan anak asuhnya ?
Saya selalu berusaha mendekatkan diri kepada anak asuh agar anak asuh merasa nyaman tinggal di rumah asuh, dan juga untuk mengetahui atau memantau perkembangan dari setiap anak asuh.
5 Apa gaya pengasuhan yang
diterapkan bapak kepada anak asuh atau penerima manfaat ?
Saya tidak menunjuk petugas piket secara langsung, namun saya
memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih sendiri siapa yang mau piket dalam rumah atau halaman karena anak juga mempunyai hak untuk berpendapat, kita harus menghormati hak-hak anak, dalam upaya untuk melaksanakan undang-undang perlindungan anak.
6 Apa saja kegiatan yang diberikan orang tua asuh selama berada di rumah asuh ?
Kegiatan selama dirumah asuh ya sama dengan di rumah pada umumnya yaa, ibu selalu berkumpul dengan anak-anak ketika mereka sudah tidak ada kegiatan lagi di lembaga, yaa kita membaur, ngobrol-ngobrol, curhat, yaa kadang saya sempatkan juga untuk memberikan motivasi kepda anak-anak.
7 Bagaimana dengan sikap dan perilaku penerima manfaat selama di rumah asuh?
Sikap dan perilaku anak-anak selama di rumah asuh cukup baikl, mereka sudah bisa mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan, walaupun terkadang ada saja anak yang masih melanggar tapi itupun sangat jarang.
disuruh-suruh lagi, sudah tahu mana kewajibannya yang harus dikerjakan.
Jabatan : Staff Rehabilitasi Sosial Jumlah Anak Asuh : 6
Jenis Kelamin : Perempuan
Waktu Wawancara : 14 Nopember 2013 Pukul 11.05 s/d 12:10 Tempat Wawancara : Rumah Asuh
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja peran orang tua asuh terkait dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja ?
Saya memposisikan diri saya sebagai orang tua pengganti sewajarnya ya saya perlakukan seperti anak sendiri.