BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
B. Pola Pengasuhan Orang Tua Asuh di PSBR Bambu Apus, Jakarta
kepada orang tua asuh di PSBR Bambu Apus, pada umumnya pola
pengasuhan yang diterapkan oleh seluruh orang tua asuh yang berada di
PSBR adalah pengasuhan yang mendidik setiap anak untuk berperilaku baik
dan mandiri. Hanya pada prakteknya setiap orang tua asuh melakukan dengan
cara yang berbeda dengan pendekatan yang berbeda pula terhadap setiap
anak, karena tidak ada standar pola pengasuhan yang baku.5Pola asuh dalam
penelitian ini yaitu pola asuh yang diberikan orang tua asuh kepada anak
asuhnya dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam
tutur kata, sikap, dan tindakan.
Dalam memberikan aturan orang tua asuh menerapkan aturan umum
yang telah diterapkan oleh pihak PSBR terhadap penerima manfaat secara
konsisten atau terus-menerus. Cukup banyak aturan yang diberikan oleh
orang tua asuh, seperti tidak boleh merokok ketika berada di rumah asuh,
tidak boleh keluar tanpa izin dari orang tua asuh, pulang lebih dari jam 21.00
WIB. Semua dilakukan agar remaja bisa memahami makna disiplin dalam
kehidupannya dan apabila remaja melanggar aturan yang telah diterapkan
maka orang tua asuh akan memberikan sanksi.6
Ibu Habibi menerapkan kedisiplinan dan ketegasan hal ini terlihat
ketika setiap anak harus membiasakan diri untuk izin. Di samping itu beliau
juga menerapkan rewarddan punishmentkepada setiap anak asuhnya. Ketika
5
Wawancara dan observasi pada 31 Oktober 2013 6
ada anak asuhnya yang melanggar peraturan, beliau selalu memberikan
teguran. Begitu juga sebaliknya, ketika ada anak asuhnya yang berprilaku
baik, sopan dan kelihatan ada perubahan dari awalnya yang masih malas
menjadi rajin, beliau memberikan rewardberupa pujian.
“Ketika setiap anak melakukan pelanggaran atau kesalahan tentunya hal yang pertama saya lakukan adalah dengan menegurnya dan menasehati mereka dengan memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk agar mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama dan agar mereka manjadi bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya”7
Hal ini juga diungkapkan oleh penerima manfaat ATA yaitu:
“Orang tua asuh menerapkan aturan secara konsisten. ya kalau ada yang melanggar aturan langsung ditegur dan dinasehati biar ga ngelanggar aturan lagi”.8
Selain itu, setiap anak asuh dididik untuk disiplin dengan harus
menaati setiap peraturan yang ada dalam rangka perubahan perilaku untuk
mandiri. Ketika mereka melanggar peraturan diberikan teguran dan nasehat
untuk memberikan penjelasan bahwa apa yang telah dilakukannya tidak baik.
Hal ini disampaikan oleh bapak Suroso bahwa :
“Saya tidak memberikan sanksi atau hukuman kepada anak asuh secara fisik, karena itu tidak dibenarkan”.9
Selain itu setiap anak dididik untuk disiplin dengan harus menaati
setiap peraturan yang ada dalam rangka perubahan perilaku untuk mandiri. Ini
disampaikan oleh ibu Sriyanti, bahwa :
7
Wawancara pribadi dengan ibu Dra. Habibi Tamher, M.Si selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 4 November 2013
8
Wawancara pribadi dengan ATA selaku penerima manfaat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November 2013
9
Wawancara pribadi dengan bapak Suroso, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 31 Oktober 2013
“Ketika mereka melanggar peraturan yang tidak berat, anak asuh diberikan teguran dan nasehat untuk memberikan penjelasan bahwa apa yang telah dilakukannya tidak baik. Tetapi kalau melanggar aturan yang berat anak asuh diharuskan untuk membuat surat pernyataaan”.10
Dalam hal memahami perkembangan anak asuhnya, orang tua asuh
sangat ekstra dalam memahami karakter setiap anak asuhnya dengan karakter
anak yang berbeda-beda. Ada yang emosinya tinggi, emosinya sedang,
bahkan masih labil. Semua ini dapat dilihat dari bahasa tubuh apabila remaja
sedang ada masalah biasanya orang tua asuh berusaha mencari tahu apa
masalah yang sedang dihadapi.11Hal ini disampaikan oleh ibu Sriyanti :
“Iyaa masa remaja kan dianggap sebagai masa badai dan stres (storm and stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memilki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Untuk itu saya berusaha untuk memahami dan megarahkan emosinya ini agar terarah dengan positif”.12
Hal ini juga disampaikan oleh penerima manfaat AIH bahwa :
“Dalam memahami perkembangan anak asuhnya biasanya orang tua asuh memehaminya dengan cara mendekatkan diri pada anak-anak, terus ditanya ada apa? kenapa? terus dinasehatin sampe masalahnya selesai”.13
Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu Habibi, beliau selalu
berusaha untuk mendekatkan diri kepada anak asuh agar anak asuh merasa
10Wawancara pribadi dengan ibu Sriyanti, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 11 November 2013 11
Observasi pada tanggal 4 September 2013 12
Wawancara pribadi dengan ibu Sriyanti, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 4 November 2013
13
Wawancara pribadi dengan AIH selaku penerima manfaat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November
nyaman tinggal di rumah asuh, dan juga untuk mengetahui atau memantau
perkembangan dari setiap anak asuh.14
Bapak Suroso berusaha mendekatkan diri kepada anak asuh agar anak
asuh merasa nyaman tinggal di rumah asuh, dan juga untuk mengetahui atau
memantau perkembangan dari setiap anak asuh.
“Saya berusaha untuk selalu berkumpul, berinteraksi dengan anak asuh saya untuk membuat suasana di rumah asuh menjadi nyaman bagi mereka. Dan hal ini saya lakukan juga untuk memantau perkembangan dari setiap anak asuh saya dan berusaha untuk memahami emosinya”15
Melalui pengamatan yang penulis lakukan terhadap orang tua asuh
dalam hal mengetahui pola pengasuhan yang diterapkan di rumah asuh,
penulis melihat adanya komunikasi terbuka dari dua arah antara orang tua
asuh dan anak asuh. Misalnya antara orang tua asuh selalu memberikan
contoh berupa penjelasan dengan menerangkan alasan-alasan dari aturan yang
dibuat sehingga anak asuh menjadi mengerti dan paham. Kemudian dalam
memberikan tugas atau pekerjaan yang ada di rumah asuh, orang tua asuh
tidak memberikan tugas tersebut secara langsung, tetapi anak asuh diberikan
kebebasan untuk berdiskusi dengan anak asuh lainnya untuk mengerjakan
tugas atau pekerjaan tersebut. Hal ini dilakukan agar anak asuh dalam
mengerjakan tugas yang diberikan tidak merasa tertekan, dan hal inidi
14
Wawancara pribadi dengan ibu Dra. Habibi Tamher, M.Si selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 4 November 2013
15
Wawancara pribadi dengan bapak Suroso, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 31Oktober 2013
lakukan juga agar selama di rumah asuh orang tua dan anak asuh selalu
mengedepankan sikap yang demokratis.16
Hal ini juga dijelaskan oleh ibu Habibi, misalnya dalam menentukan
kelompok piket bu Habibie tidak menunjuk anak asuh secara langsung, tetapi
anak dibolehkan untuk musyawarah untuk menentukan kelompok piket.
“Saya tidak menunjuk petugas piket secara langsung, namun saya memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih sendiri siapa yang mau piket dalam rumah atau halaman karena anak juga mempunyai hak untuk berpendapat, kita harus menghormati hak-hak anak, dalam upaya untuk melaksanakan undang-undang perlindungan anak.”17
Hal ini juga disampaikan oleh ibu Sriyanti dalam memberikan
tugas-tugas kepada anak asuh dengan tidak menunjuk langsung akan
tetapi ibu Sriyanti hanya memberikan jadwal kepada anak asuh dan
anak asuh lah yang menentukan untuk pembagian tugas-tugas tersebut.
“Saya tidak memberikan tugas langsung kepada setiap anak asuh atau penerima manfaat, tetapi saya hanya membuat jadwal kegiatan apa yang harus dilakukan oleh anak-anak, dan mereka lah yang menentukannya sendiri”18
Hal yang sama juga disampaikan oleh bapak Suroso bahwa:
“Saya berusaha untuk melibatkan anak asuh saya ketika ada kegiatan yang harus dilakukan di rumah asuh, jadi saya tidak memaksakan kehendak saya untuk menentukan siapa saja yang harus melakukan kegiatan tersebut, tetapi itu ditentukan atas dasar kesepakatan anak asuh namun saya masih memberi batas kepada mereka.”19
16Observasi pada tanggal 4 September 2013
17
Wawancara pribadi dengan ibu Dra. Habibi Tamher, M.Si selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 4 November 2013
18
Wawancara pribadi dengan ibu Sriyanti, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 11 November 2013
19
Wawancara pribadi dengan bapak Suroso, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 31 Oktober 2013
Pendapat lain juga disampaikan oleh AB, bahwa :
“Ya bila mau piket orang tua asuh tidak menyuruh atau menunjuk anak-anak langsung, tetapi orang tua asuh membebaskan anak-anak untuk mendiskusikannya. Dan kalau ada peraturan yang dilanggar oleh anak asuh, orang tua asuh tidak menghukum dengan berat, tetapi dinasehati dengan memberikan penjelasan bahwa aturan yang dilanggar itu tidak baik.”20
Berdasarkan pemaparan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua asuh adalah pola pengasuhan
otoritatif. Dimana pada teori yang dijelaskan di bab II oleh Diana Baumrind
dan berdasarkan indikator-indikator kemandirian, pola asuh otoritatif ditandai
dengan adanya komunikasi terbuka dari dua arah, misalnya antara orang tua
asuh dan anak asuh selalu memberikan contoh, penjelasan yang menerangkan
alasan-alasan dari aturan yang dibuat sehingga anak asuh menjadi mengerti
dan paham. Namun tidak ada standar yang baku tentang pola pengasuhan di
PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur. Ini tentunya menjadi bahan temuan baru
yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian.
C. Peran Orang Tua Asuh Dalam Mendukung Perkembangan Kemandirian